Anda di halaman 1dari 3

PENDIDIKAN AGAMA DI INDONESIA

A. Pendidikan Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional


Secara historis diketahui bahwa sejak pemerintah Kolonial Belanda memperkenalkan sistem
pendidikannya yang bersifat sekuler, keadaan pendidikan di Indonesia berjalan secara diualistis.
Pendidikan kolonial yang tidak memperhatikan nilainilai agama dengan pola Baratnya berjalaan
sendiri, sementara pendidikan Islam yang diwakili pesantren dengan tidak memperhatikan
pengetahuan umum juga berjalan sendiri.
Keadaan tersebut kenyataannya sangat merugikan bangsa Indonesia, utamanya umat Islam.
Oleh sebab itu, umat Islam sangat tercecer terutama di bidang pendidikan, dan kerugiannya
nanti lebih dirasakan setelah Indonesia merdeka.
Jadi, pemerintah dan bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan masih mewarisi
sistem pendidikan yang bersifat dualistis tersebut.
1. Sistem pendidikan dan pengajaran modern yang bercorak sekuler atau sistem
pendidikan dan pengajaran padaa sekolah-sekolah umum yang merupakan warisan
dari pemerintah kolonial Belanda.
2. Sistem pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang di kalangan umat Islam yang
sendiri, yaitu sistem pendidikan dan pengajaran yang berlangssung di surau atau
langgar, masjid, peesantren, dan madrasah yang bersifat tradisional dan bercorak
keagamaan semata-mata.

Bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam telah bersepakat dan
bertekad untuk membentuk satu negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945, bukan berdasarkan Islam. Namun, Pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan
bagi umat Islam untuk melaksanakan dan mengembangkan pendidikan Islam. Dalam Pasal 31 ayat
(2) UUD 1945 sudah di sebutkan.

pendidikan agama haruslah mampu mengembangkan aspek kognitif, afektif dan


psikomotorik. Dengan berkembangnya aspek kognitif yaitu kemampuan intelektual, diharapkan
manusia mampu mengolah alam ini dengan baik, benar, dan sesuai dengan tatanan yang diatur oleh
Allah. Pengembangan afektif yang disebut moral, pengembangan ini dimaksudkan agar manusia
memiliki tinhkah laku yang membedakannya dengan binatang sesuai dengan ajaran islam. Aspek
Psikomotorik, pengembangan mengenai keterampilan manusia tentang syari’ah-syari’ah ajaran
Islam.

B. Implementasi Nilai-Nilai Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional


Pada pelaksanaannya, pendidikan keagamaan dalam sistem pendidikan nasional, baik yang
berada pada jalur sekolah maupun pendidikan luar sekolah, paling tidak tampil dalam beberapa
bentuk atau kategori yang secara substansial memiliki perbedaan, baik dalam sifatnya mupun
dalam implikasi pelaksanaannya sebagai berikut.
1. Keberadaaan Mata Pelajaran Agama
Didalam UU Nomor 2 Tahun 1989 dikemukakan bahwa pendidikan kegamaan merupakan
pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan, dan
diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan.
2. Lembaga Penyelenggara Pendidikan Keagamaan.
Berkenaan dengan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan ini, tampaknya
minimal ada tiga bentuk yaitu: a. Pesantren b. Madrasah-madrasah keagamaan (diniyah) c.
Madrasah-madrasah yang termasuk pendidikan umum berciri khas agama, yaitu Madrasah
Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah.
3. Melekatnya Nilai-nilai Agama pada Setiap Mata Pelajaran.
Bentuk ketiga ini pada dasarnya lebih subtil, namun mempunyai peranan yang sangat
penting dalam upaya mengembangkan nilai-nilai keagamaan pada anak didik. Sebagai
contoh dalam hal ini adalah pendidikan MIPA. Dengan demikian, pendidikan MIPA dapat
menjadi wahan untuk pendidikan nilai-nilai agama.
4. Penanaman Nilai-nilai Agama di Keluarga
Keluarga merupakan bagian dari pendidikan luar sekolah sebagai wahana pendidikan.
agama yang paling ampuh. Dalam hal ini Al-Qur’an secara tegas mengungkapkan tentang
peranan orang tua untuk mendidik anak-anaknya, seperti yang dinyatakan dalam Surat Al-
Tahrim: 6, Pendidikan dalam keluarga terutama berperan dalam mengembangkan watak,
kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keagamaan dan moral, serta keterampilan
sederhana. Sementara itu, pendidikan sekolah pada dasarnya merupakan erluasan daari
pendidikan dalam keluarga.

Guna mentransformasi pendidikan Islam dalam perspektif Sistem Pendidikan Nasional, maka
3 (tiga) strategi berikut secara teoritis nampak cukup memadai untuk segera ditindaklanjuti. Strategi
utama, harus disadari bahwa semua kelemahan yang melekat pada PAI dan pendidikan keagamaan
tersebut adalah produk sejarah yang berkembang sejak jaman kemerdekaan. konteks strategi
pertama ini perlu diprioritaskan tiga langkah : (1) perlunya memberikan wawasan islam pada
pendidik, pada peserta didik, pada kurikulum bahkan pada kultur mereka agar persepsi dan orientasi
selangkah. (2) perlunya dilakukan saintifikasi tenaga pegajar PAI, (3) perlunya dirintis kerjasama
dialogis yang harmonis antara Pembina PAI dan Pembina yang lain, baik dalam upaya perumusan
konsep dan lebh-lebih pada realisasi konsep. Strategi kedua, sudah saatnya umat islam memikirkan
bahkan melealisir berdirinya perguruanperguruan yang handal, yang bisa mewujudkan manusia yang
tangguh. strategi ketiga, berupa tersedianya patrons (patrorlage) dari kekuatan intelektual,
spiritual, ekonomi dan politik yang memberikan peluang dan keempatan bagi umat islam untuk
mengadakan eksperimen-eksperimen intensif dalam bidang pendidikan agama islam.

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam.

Dari sudut pandang bahasa, pendidikan Islam tentu saja berasal dari istilah bahasa Arab yang
diterjemahkan, mengingat dalam bahasa Arab itulah ajaran islam diturunkan. Menurut yang tersirat
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist, dua sumber ajaran agama Islam, istilah yang dipergunakan dan
Pendidikan dan Ilmu Pendidikan dianggapnya relevan sebagai penggambaran konsep dan aktivitas
pendidikan Islam itu ada tiga, masing-masing yaitu at-Tanbiyah, at-Ta’liim dan at-Ta’diib.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam.

Menurut Imam al-Ghozali, tujuan pendidikan Islam yaitu kesempurnaan manusia yang mendekatkan
diri kepada Allah dan kesempunaan manusia yang bertujuan meraih kebahagiaan didunia dan
diakhirat. secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah
keberagamaan, yaitu menjadi seorang Muslim dengan intensitas keberagamaan yang penuh
kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang kuat. Kurikulum pendidikan agama Islam untuk
sekolah/ madrasah mempunyai beberapa fungsi. Fungsi tersebut adalah garis-garis besar penjabaran
dari fungsi pendidikan agama Islam. Adapun fungsi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Fungsi Pengembangan, Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri
anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan, Fungsi Penanaman nilai sebagai pedoman hidup
untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, Fungsi Perbaikan, . Fungsi Pencegahan,
Fungsi Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nirnyata),
sistem dan fungsionalnya, Fungsi Penyaluran.

C. Penerapan Sistem Nilai dan Moral Agama ke dalam Proses Pendidikan.

Dewasa ini makin terasa perlunya manusia dibentengi dengan nilai-nilai luhur agama,
mengingat pengaruhnya yang besar terhadap kehidupan manusia. Pendidikan moral dalam Islam
berjalan sangat sistematis dan kontinu, yaitu mulai dari lingkungan keluarga sampai ke lingkungan
sekolah dan masyarakat dengan berbagai saluran. Penerapan ajaran nilai moral agama ini antara
lain melalui rukun Islam yang lima.

D. Cara-Cara Mentransformasikan dan Menginternalisasi kan Nilai-Nilai Agama ke dalam Pribadi


Peserta Didik.
Untuk melaksanakan pentransformasikan & menginternalisasi dilakukan oleh setiap pendidik.
Antara lain dengan jalan : a. Pergaulan. b. Memberi suri tauladan c. Mengajak dan
mengamalkan.

Anda mungkin juga menyukai