Bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam telah bersepakat dan
bertekad untuk membentuk satu negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945, bukan berdasarkan Islam. Namun, Pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan
bagi umat Islam untuk melaksanakan dan mengembangkan pendidikan Islam. Dalam Pasal 31 ayat
(2) UUD 1945 sudah di sebutkan.
Guna mentransformasi pendidikan Islam dalam perspektif Sistem Pendidikan Nasional, maka
3 (tiga) strategi berikut secara teoritis nampak cukup memadai untuk segera ditindaklanjuti. Strategi
utama, harus disadari bahwa semua kelemahan yang melekat pada PAI dan pendidikan keagamaan
tersebut adalah produk sejarah yang berkembang sejak jaman kemerdekaan. konteks strategi
pertama ini perlu diprioritaskan tiga langkah : (1) perlunya memberikan wawasan islam pada
pendidik, pada peserta didik, pada kurikulum bahkan pada kultur mereka agar persepsi dan orientasi
selangkah. (2) perlunya dilakukan saintifikasi tenaga pegajar PAI, (3) perlunya dirintis kerjasama
dialogis yang harmonis antara Pembina PAI dan Pembina yang lain, baik dalam upaya perumusan
konsep dan lebh-lebih pada realisasi konsep. Strategi kedua, sudah saatnya umat islam memikirkan
bahkan melealisir berdirinya perguruanperguruan yang handal, yang bisa mewujudkan manusia yang
tangguh. strategi ketiga, berupa tersedianya patrons (patrorlage) dari kekuatan intelektual,
spiritual, ekonomi dan politik yang memberikan peluang dan keempatan bagi umat islam untuk
mengadakan eksperimen-eksperimen intensif dalam bidang pendidikan agama islam.
Dari sudut pandang bahasa, pendidikan Islam tentu saja berasal dari istilah bahasa Arab yang
diterjemahkan, mengingat dalam bahasa Arab itulah ajaran islam diturunkan. Menurut yang tersirat
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist, dua sumber ajaran agama Islam, istilah yang dipergunakan dan
Pendidikan dan Ilmu Pendidikan dianggapnya relevan sebagai penggambaran konsep dan aktivitas
pendidikan Islam itu ada tiga, masing-masing yaitu at-Tanbiyah, at-Ta’liim dan at-Ta’diib.
Menurut Imam al-Ghozali, tujuan pendidikan Islam yaitu kesempurnaan manusia yang mendekatkan
diri kepada Allah dan kesempunaan manusia yang bertujuan meraih kebahagiaan didunia dan
diakhirat. secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah
keberagamaan, yaitu menjadi seorang Muslim dengan intensitas keberagamaan yang penuh
kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang kuat. Kurikulum pendidikan agama Islam untuk
sekolah/ madrasah mempunyai beberapa fungsi. Fungsi tersebut adalah garis-garis besar penjabaran
dari fungsi pendidikan agama Islam. Adapun fungsi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Fungsi Pengembangan, Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri
anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan, Fungsi Penanaman nilai sebagai pedoman hidup
untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, Fungsi Perbaikan, . Fungsi Pencegahan,
Fungsi Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nirnyata),
sistem dan fungsionalnya, Fungsi Penyaluran.
Dewasa ini makin terasa perlunya manusia dibentengi dengan nilai-nilai luhur agama,
mengingat pengaruhnya yang besar terhadap kehidupan manusia. Pendidikan moral dalam Islam
berjalan sangat sistematis dan kontinu, yaitu mulai dari lingkungan keluarga sampai ke lingkungan
sekolah dan masyarakat dengan berbagai saluran. Penerapan ajaran nilai moral agama ini antara
lain melalui rukun Islam yang lima.