Anda di halaman 1dari 3

Nama : Hindun laelatul jahroh

NIM :2001040

Semester : IV (Empat) B

Dosen : Awan Gunawan, S.Kom.I, M.Ag

Jawaban :

1. Problematika Pendidikan Islam di era global ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
• Faktor internal di antaranya, Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam,
Masalah Kurikulum, Pendekatan/Metode Pembelajaran, Profesionalitas dan
Kualitas SDM, dan Biaya Pendidikan.
• Faktor eksternal di antaranya,
Dichotomic, yaitu munculnya persaingan antara ilmu agama dengan ilmu
hukum.
To General Knowledge, yaitu Sifat ilmu pengetahuannya yang masih terlalu
umum dan kurang memperhatikan kepada upaya penyelesaian masalah.
Produk-produk yang dihasilkan cenderung kurang membumi dan kurang
selaras dengan dinamika masyarakat.
Kurangnya Spirit of Inquiry, yaitu Kurang nya semangat dalam melakukan
penelitian atau penyelidikan dalam pendidikan Islam.
Memorisasi, yaitu Dimana waktu pembelajaran sangat singkat, kemudian
banyaknya pembelajaran dengan cara sistem hafalan.
Certificate Oriented, yaitu
2. Makna Pendidikan Islam
Pendidikan Islam melupakan adalah usaha untuk menyiapkan manusia agar hidup
dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, sempurna budi pekertinya, teratur
pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaan, manis tutur katanya baik lisan
maupun tulisan.
Jadi makna Pendidikan Islam adalah untuk membimbing manusia dalam mencakup
jasmani atau rohani, dengan ajaran Islam agar menjadi pribadi yang baik dalam
kehidupan agar dapat memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.
3. Paradigma pemikiran pendidikan islam ada 3 :
• Paradigma formisme , Dimana aspek kehidupan dipandang sederhana, dengan kata
kuncinya dikotomi atau diskrit. Segala sesuatu dilihat dari dua sisi yang berlawanan
seperti laki-laki dan perempuan, ada dan tidak ada, kemudian pendidikan agama dan
pendidikan umum.
• Paradigma Mekanisme , Memandang bahwa kehidupan terdiri atas berbagai aspek dan
pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan seperangkat nilai
kehidupan, yang masing masing bergerak dan berjalan menurut fungsinya.
• Paradigma Organisme Pendidikan Islampendidikan Islam adalah kesatuan atau sebagai
sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang rumit yang berusaha
mengembangkan pandangan Islam yang dimanifestasikan kan dalam sikap hidup dan
keterampilan hidup yang islami.
Paradigma ini dikembangkan dalam sistem pendidikan madrasah yang dideklarasikan
sebagai sekolah yang berciri khas agama Islam.
4. Lembaga-lembaga yang ada di Indonesia
• Keluarga
Karena pendidikan berawal dari lingkungan keluarga. Dimana seorang ibu melahirkan
manusia dan ayah menjaga dan mendidik manusia. Disinilah peran orang tua yang
menentukan masa depan anak.
• Masjid
Selain teman ibadah umat Islam. Masjid adalah tempatnya ilmu pengetahuan dimana
terdapat kajian-kajian keagamaan, diskusi, tempat membaca, atau tempat diadakannya
lomba sekali pun. Ini tidak lepas dari fungsi masjid sebagai pusat penyebaran ilmu,
amal, dan penyubur iman.
• Pesantren
Sudah tidak asing lagi pesantren termasuk pesatnya para ilmu agama Islam , dimana
menuntut ilmu dengan tidak ada batasan nya. Selain itu, lebih mengutamakan akhlak
seseorang dan membangun tali persaudaraan.
• Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
Tidak jauh dari pesantren, TPQ sebagai lembaga pendidikan Islam tersebar di berbagai
desa di pelosok negri. Tenaga pengajar yang berlandaskan ketulusan hati tanpa
mengharap imbalan lebih. Mereka mengelola, membimbing dan berbagi pengalaman
bersama anak-anak TPQ.
• Madrasah
Memiliki potensi besar sebagai sekolah umum bercorak Islam yang berusaha
memadukan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Namun ada Kendala yang
dihadapi adalah ketersediaan SDM professional dan fasilitas yang kurang memadai.
5. Apabila dikaji secara kritis, politik pendidikan sekuler di Indonesia telah masuk dalam
rumusan undang-undang tersebut. Sekadar contoh, dari keenam ayat yang mengatur
prinsip penyelenggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam undang-undang tersebut,
prioritas pertama yang harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan
adalah hak asasi manusia. Kedudukan nilai-nilai agama bahkan tidak boleh berbenturan
dengan nilai-nilai hak asasi manusia, dan nilai keagamaan sejajar susunannya dengan
nilai-nilai kultural, padahal seharusnya kedudukan agama harus lebih tinggi dari hanya
sekadar hak asasi manusia.
6. dijelaskan eksistensi pesantren dalam pasal 26, sebagai berikut:
• Pesantren menyelenggarakan pendidikan dengan tujuan menanamkan keimanan
danketakwaan kepada Allah SWT, akhlak mulia, serta tradisi pesantren untuk
mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan ke terampilan peserta didik untuk
menjadi ahli ilmu agama Islam dan menjadi muslim yang memiliki ke te
rampilan/keahlian untuk membangun kehidupan yang Islami dimasyarakat.
• Pesantren menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis
pendidikan lainnya pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
menengah, dan/atau pendidikan tinggi.
• Peserta didik dan/atau pendidik di pesantren yang diakui keahliannya di bidang ilmu
agama tetapi tidak memiliki ijazah pendidikan formal dapat menjadi pendidik mata
pelajaran/kuliah pendidikan agama di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan yang
memerlukan, setelah menempuh uji kompetensi sesuai ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
Jadi, pesantren tetap men jadi primadona masyarakat dalam membendung
derasnya arus globalisasi dan budaya budaya barat yang menggurita. Sehingga prospek
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam kedepan masih tetap cerah dan
dibutuhkan. Pesantren telah menerapkan pendidikan karakter dan secara konsisten
mampu membentengi setiap pribadi santri terhadap derasnya budaya Barat yang masuk
ke Indonesia. Selain itu, pesantren juga menerapkan pengawasan yang ketat
menyangkut tata norma, baik peribadatan maupun norma sosial.

Anda mungkin juga menyukai