1. Bagaimana sistem pendidikan Islam di Indonesia pada saat ini ?
2. Jelaskan prinsip-prinsip Pendidikan Islam ? 3. Apakah ada pro dan kontra antara pendidikan Islam dan pendidikan nasional ? 4. Sebutkan dalil mengenai hakikat dan tujuan pendidikan Islam. (Al-Qur'an-Hadits) ? 5. Jelaskan komponen dan sumber pendidikan Islam ? 6. Apa yang dimaksud dengan personal pendidikan Islam ? 7. Contoh peserta didik dalam pendidikan Islam ? Jawaban 1. Dunia pendidikan di Indonesia mengalami kemerosotan, terutama bidang pendidikan Islam. Sesuai pernyataan yang disampaikan oleh Prof. Dr. Hafidz Abbas dalam seminar pendidikan nasional bertema Menggagas Sistem Pendidikan Nasional bahwa “Pendidikan di Indonesia terus terpuruk karena tidak dianggap sebagai permasalahan hidup mati.” Hal tersebut didasari karena pendidikan yang diajarkan oleh para guru tidak menitik beratkan pada prinsip agama, padahal pendidikan Islam sangat berpengaruh bukan hanya kehidupan di dunia melainkan akhirat. Selain itu, persoalan seperti kurangnya kompetensi guru, akses dan pemerataan pendidikan juga mempengaruhi majunya sebuah pendidikan. Sedangkan masalah akses dan pemerataan pendidikan yang terbatas sesuai dengan data Badan Pusat Statistik Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan ada 4,9 juta anak yang tidak tercakup pendidikan, dikarenakan faktor ekonomi, geografis dan lainnya. Hal ini menjadikan pendidikan sulit untuk ditempuh bagi anak yang berlatar belakang kurang mampu. 2. Prinsip-prinsip pendidikan Islam A.) Prinsip Integrasi Prinsip ini memandang bahwa adanya wujud kesatuan dunia dan akhirat. Maksudnya adanya pendidikan yang kita laksanakan ini dapat menjadikan hidup kita menjadi lebih baik dalam bertindak, berucap dan dapat menyadari bahwa manusia pada dasarnya mengabdi hanya kepada yang maha pencipta, yang maha Esa yaitu Allah SWT. B.) Prinsip Keseimbangan Prinsip keseimbangan merupakan konsekuensi dari prinsip integrasi, keseimbangan antara ruhaniyah dan jasmaniyah, ilmu murni dan ilmu terapan, antara teori dan praktik, dan antara nilai-nilai yang menyangkut aqidah, syariah dan akhlak. Semuanya harus bisa menyeimbangkan keduanya agar mendapatkan ketenangan dalam suatu proses pembelajaran. C.) Prinsip Persamaan Manusia pada dasarnya sama yaitu sama-sama diciptakan dari segumpal darah, yang kemudian ia menjadi daging dan tumbuh menjadi manusia yang mampu berfikir dan berakal. Yang membedakan hanyalah tingkat keimanan dan ketaqwaannya dihadapan Allah SWT. D.) Prinsip kontinuitas (pendidikan seumur hidup) Ada ungkapan dalam sebuah mahfudzot “tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat” maka sudah tidak asing bagi umat Islam selalu menanamkan pada diri mereka untuk selalu menuntut ilmu walaupun sampai ke negeri Cina dari yang masih berumur 2 tahun sampai berpuluh puluh tahun sudah ditanamkan tentang pendidikan dengan cara memudayakan membaca dan menghafal Al-Qur’an. E.) Prinsip Keutamaan Dengan prinsip keutamaan ini, pendidik bukan hanya bertugas menyediakantempat belajar bagi peserta didik saja, namun lebih dari itu seorang pendidik jugaharus menyiapkan segala keperluan peserta didik seperti wawasan yang luas,keteladanan yang baik dan siap mental.karena penerapan dari prinsip keutamaanini adalah suatu tindakan nyata dan sebagai landasan penerapan konsep- konsep pendidikan sekaligus menjadi tujuan pendidikan itu sendiri. Yang merupakan suatu harapan sebuah keberhasilan dari tindakan yang tertanam dalam diri setiap peserta didik. 3. Pro dan kontra antara pendidikan Islam dan pendidikan nasioanl muncul di RUU SISDIKNAS. Berikut argumen pro dan kontra mengenai RUU SISDIKNAS : Pro 1.) Pengajaran nilai atau agama bukanlah suatu fenomena baru dan mengikuti pemikir dan ahli terdahulu, seperti Plato, Aristoteles, Dewey, dan Piaget yang mengaitkan nilai dengan perkembangan kognitif yang memiliki suatu tempat di ruang kelas. 2.) Guru-guru dapat berperan sebagai suatu model nilai yang penting untuk para siswanya. 3.) Diskusi dilemma moral mengintegrasikan berpikir kritis dan etika, yang mengembangkan keterampilan penalaran moral. 4.) Sekolah adalah tempat yang terbaik untuk membantu siswa dalam memahami sikap, preferensi, dan nilainya sendiri. Peranan sekolah adalah menseleksi nilai, sehingga mereka dapat hidup dengan nilai-nilainya. 5.) Siswa seharusnya menjadi mahir dalam prinsip-prinsip berpikir tentang moralitas sebagaimana kita mengharapkannya di bidang sains dan ilmu-ilmu social. Kontra 1.) Pengajaran nilai atau agama bukanlah bidang garapan sekolah, tapi bidang garapan keluarga dan tempat ibadah (geraja/masjid/dll). 2.) Teralalu banyak guru memberikan pelajaran/kuliah, siswa/mahasiswa tentang pentingnya nilai-nilai “yang cocok” tertentu tanpa mendemonstrasikan nilai- nilai itu melalui tindakan atau perilakunya. 3.) Tidak ada individu yang “tanpa nilai (valueless) “demikian pula semua guru, karena posisinya, memiliki potensi untuk mendesakkan nilai-nilainya kepada siswanya. 4.) Fungsi sekolah adalah mendidik, bukan menarik masuk ke agama atau mengindoktrinasi, karena itu pendidikan moral dan pendidikan nilai bukan bagian dari kegiatan kelas. 4. Dalil mengenai hakikat dan tujuan pendidikan Islam : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya,” (QS At-Taubah: 122). "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah ia menguasai ilmu." (HR. Ahmad) 5. Komponen-komponen pendidikan Islam Pendidik Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohani, agar mencapai tingkat kedewasaan mampu mandiri dalam melakukan tugas sebagai hamba dan kholifah Allah SWT. Guru dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan murabbi, mu’allim, mu’addib, mudarris, dan mursyid. Nabi Muhammad SAW juga memposisikan pendidik di tempat yang mulia dan terhormat. Beliau menegaskan bahwa ulama adalah pewaris para nabi, sementara makna ulama adalah orang yang berilmu. Dalam perspektif pendidikan Islam, pendidik termasuk ulama. Tegasnya, pendidik adalah pewaris para nabi. Hal ini beralasan mengingat peran pendidik sangat menentukan dalam mendidik manusia untuk tetap konsisten dan komitmen dalam menjalankan risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Peserta Didik Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial dan religius. Didalam ajaran Islam terdapat berbagai istilah yang berkaitan dengan peserta didik antara lain tilmidz, thalib dan muta’allimi. Diliat dari segi usia, peserta didik dapat dibagi menjadi lima tahapan antara lain : 1.) Tahap Asuhan (usia 0-2 tahun) atau Neonatus 2.) Tahap Jasmani (usia 2-12 tahun) 3.) Tahap Psikologis (usia 12-20 tahun) 4.) Tahap Dewasa (usia 20-30 tahun) 5.) Tahap Bijaksana (usia 30-akhir hayat) Lingkungan Pendidikan Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang yidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu : 1.) Lingkungan keluarga Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan. 2.) Lingkungan sekolah Pendidikan dilingkungan sekolah adalah lingkungan kedua bagi anak. Disinilah potensi anak akan ditumbuh kembangkan. Sekolah bukan semata-mata sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan. Jenis pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang berjenjang, berstrukur dan berkesinambungan, sampai dengan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan sekolah mencakup pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, dan pendidikan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. 3.) Lingkungan masyarakat Pendidikan didalam lingkungan masyarakat tentunya berbeda dengan pendidikan yang terjadi pada lingkungan keluarga dan sekolah. Masyarakat yang terdiri dari individu-individu dalam suatu kelompok masyarakat tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang lainnya dalam sebuah mata rantai kehidupan. Pendidikan dilingkungan masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup, cita-cita bangsa, sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat tersebut. Materi Pembelajaran Materi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan dan berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan. Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangankan. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi. Metode Pendidikan Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan kependidikannya kearah tujuan yang dicita-citakan. Adapun Metode yang digunakan oleh Dra. Hj. Nur Uhbiyati yang mengutip dari Muhammad Qutb di dalam bukunya Minhajut Tarbiyah Islamiyah menyatakan bahwa teknik metode pendidikan islam itu ada delapan macam yaitu: 1.) Pendidikan Melalui Teladan yaitu: merupakan salah satu teknik pedidikan yang efektif dan sukses. 2.) Pendidikan Melalui Nasihat. Didalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar, pembawaan itu biasanya tidak tetap dan oleh karena itu kata-kata harus diulang-ulang. 3.) Pendidikan Melalui Hukuman. Apabila teladan dan nasehat tdak mempan, maka letakanlah persoalan di tempat yang benar, tindakan tegas itu adalah hikuman, hukuman sebenarnya tidak mutlak diperlukan, ada juga orang-orang yang cukup dengan teladan dan nasehat saja. 4.) Pendidikan Melalui Cerita. Cerita mempunyai daya tarik yang mennyentuh perasaan manusia, sebab bagaimanapun cerita sudah merajut hati manusia dan akan mempengaruh kehidupan mereka. 5.) Pendidikan Melalui kebiasaan. Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena itu menghemat banyak sekali kekuatan manusia karena sudah kebiasaan yang mudah melekat dan spontan agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatn yang bermanfaat. 6.) Menyalurkan Kekuatan. Teknik islam dalam membina manusia dan juga dalam meperbaikinya adalah mengaktifkan kekuatan-kekuatan yang tersimpan di dalam jiwa. 7.) Mengisi Kekosongan. Apabila islam menyalurkan kekuatan tubuh dan jiwa ketka sudah menumpuk dan tidak menyimpanya karena penuh resiko maka islam sekaligus juga tidak senang kepada kekosongan . 8.) Pendidikan Melalui Peristiwa-peristiwa. Kurikulum Pendidikan Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Selain itu, kurikulum juga dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai pendidikan. 6. Personal pendidikan Islam diantaranya adalah guru dan peserta didik. Guru merupakan faktor determian terhadap keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Guru merupakan ujung tombak dalam menerjemahkan misi sekolah, yaitu melaksanakan pembelajaran sebagai kegiatan utama dalam pendidikan di sekolah. Guru dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan murabbi, mu’allim, mu’addib, mudarris, dan mursyid. Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial dan religius. Didalam ajaran Islam terdapat berbagai istilah yang berkaitan dengan peserta didik antara lain tilmidz, thalib dan muta’allimi. 7. Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial dan religius. Didalam ajaran Islam terdapat berbagai istilah yang berkaitan dengan peserta didik antara lain tilmidz, thalib dan muta’allimi. Diliat dari segi usia, peserta didik dapat dibagi menjadi lima tahapan antara lain : Tahap Asuhan (usia 0-2 tahun) atau Neonatus. Tahap Jasmani (usia 2-12 tahun). Tahap Psikologis (usia 12-20 tahun). Tahap Dewasa (usia 20-30 tahun)Tahap Bijaksana (usia 30-akhir hayat) https://www.kompasiana.com/irma86853/5c12142fbde5755d4a063545/bagaimana-kondisi- pendidikan-islam-di-indonesia Kurniawan, syamsul. 2016. Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: ombak Wahab, Rochmat. 2003. Posisi Pendidikan Agama Dalam RUU SISDIKNAS, Yogyakarta: UNY https://www.orami.co.id/magazine/hadits-dan-ayat-alquran-tentang-pendidikan https://m.oase.id/read/qW0mVR-10-hadis-tentang-pendidikan Daradjat, Zakiah.2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT.Bumi Aksara Daulay, Haidar Putra, et al. "Personal Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Islam." Jurnal Kajian Islam Kontemporer (JURKAM) 1.2 (2020): 84-89. PAI, APPAI. "Pendidikan agama islam." Jurnal, diakses pada 18.10 (1997): 2018. Saputra, M. Indara. "Hakekat pendidik dan peserta didik dalam pendidikan Islam." Al- Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 6.2 (2015): 231-251.