PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalahah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan
B. Hakikat Pendidik
2
guru yang berarti orang yang bekerja sebagai tenaga pengajar yang ikut juga
bertanggung jawab dalam membantu peserta didik untuk mencapai proses
kedewasaan. Tetapi dalam hal ini banyak disalah artikan banyak orang, bahwa
hanya gurulah yang bertanggung jawab dalam proses pendidikan. Tetapi yang
sesungguh nya adalah baik masyarakat lebih-lebih orang tua peserta didik
bersama-sama membangun proses pendidikan, agar menjadi masyarakat yang
dewasa pula.Dari berbagai definisi di atas baik pengertian secara etimologi
maupun terminologi, dapat ditarik hal yang paling inti kaitannya dengan seorang
pendidik dalam hal ini yang banyak diartikan adalah guru, karena salah satu
faktor yang perlu diperhatikan dalam pendidikan adalah pendidik (guru).Karena
guru yang dapat diartikan sebagai pelaku utama pendidikan (pendidik
profesional) sehingga banyak syarat-syarat untuk menjadi seorang
pendidik.Bahwa seorang pendidik (guru) merupakan pemeran penting dalam
proses belajar mengajar.
Anak didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan
bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal
kemampuan fitrahnya.
1. Orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya, maka semua keturunan nya
menjadi anak didiknya di dalam keluarga.
2. Anak didik adalah semua anak yang berada di bawah bimbingan pendidik
dilembaga pendidikan formal maupun nonformal, seperti di sekolah, pondok
pesantren, tempat pelatihan, sekolah keterampilan, tempat pengajian anak-
anak (TPA), majelis taklim, dan semua orang yang menimba ilmu yang dapat
di pandang sebagai anak didik.
3
2. Pandangan Humanistik : Beranggapan bahwa manusia memiliki dorongan
untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang positif.
2. Jangan lalai dalam menuntut ilmu dan jangan cepat merasa puas terhadap
ilmu yang sudah diperoleh.
5. Sabar, perteguh hati dan jangan cepat bosan dalam menuntut ilmu
6. Pererat hubungan baik dengan guru dan senantiasa hadir dalam majelis
ilmiahnya, hormati pendidik sebagai orang yang telah berjasa dalam
membimbing ke arah kedewasaan, baik ketika proses belajar, maupun
setelah menamatkan pelajaran padanya.
4
9. Jangan menjawab sesuatu yang tidak berfaedah. Biasakan berkata
sesuatu yang bermanfaat, karena itu sebagai ciri orang yang berilmu dan
berpikiran luas.
6. Dimensi Seni Seni adalah ekspresi roh dan berdaya manusia yang
mengandung dan mengungkapkan keindahan. Seni merupakan bagian
dari hidup manusia.Dimensi seni pada diri manusia tidak boleh
diabaikan. Dimensi ini perlu ditumbuhkan karena dapat menggerakkan
beban kehidupan yang kadang menjemukan, dan merasakan keberadaan
nilai-nilai, serta lebih mempumenikmati keindahan hidup. Keberadaan
5
seni dalam Islam telah diperlihatkan langsung oleh Allah lewat tuntunan-
Nya yaitu Al Quran. Hal ini disebabkan Al Quran adalah ekspresi
kebijaksanaan dan pengetahuan Allah, tuntunan dan petunjuk-Nya,
kehendak dan perintah-Nya. Nilai keindahan sangat erat kaitannya
dengan keimanan. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka
semakin ia mampu menyaksikan dan merasakan keindahan yang
diciptakan Allah atas alam semesta
B.TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan pendidikan menurut undang-undang dapat diartikan lebih luas menjadi sebuah
tatanan perilaku individu dalam peranya sebagai warga Negara. membentuk anak menjadi
warga negara yang baik. Karena pendidikan merupakan bimbingan terhadap
perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka masalah pokok bagi
pendidikan ialah memiliki sebuah tindakan agar dapat mencapai sebuah tujuan. Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 seharusnya menjadi suatu landasan bagi proses pendidikan
yang berlangsung di Indonesia semenjak diberlakukan. Namun demikian, hal ini berbeda
dengan apa yang dipraktikkan oleh para pendidik di sekolah saat ini. Satu pertanyaan
untuk menguji apakah pendidikan di Indonesia secara hakiki dilandaskan pada UU No.
20 tahun 2003 adalah “apakah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru saat ini
ditujukan untuk menjadikan potensi peserta didik berkembang sebagaimana mestinya
atau hanya sekedar ditujukan untuk menyampaikan materi yang dipersepsi oleh guru-
guru yang hanya mengasah kemampuan otak?” Maka dari itu, untuk merubah dan
mewujudkan perubahan sistem pendidikan dibutuhkan beberapa upaya yang harus
dilakukan salah satunya melalui penulisan artikel ini diharapkan dapat mengubah
paradigma khalayak tentang pendidikan dan peran pekerja sosial yang penting di
dalamnya. PENDIDIKAN KARAKTER Analisis tentang hal ini merupakan faktor
pertama yang harus dikaji untuk mengidentifikasi kesesuaian antara kenyataan dengan
peraturan yang ada. Tentu saja UUSPN No. 20/2003 ini memiliki kesesuaian dengan
kajian teori pendidikan yang ada, dimana pendidikan ditujukan untuk perubahan perilaku
peserta didik.Pembelajaran yang dilaksanakan hanya sekedar menyampaikan materi saja
dapat dikatakan sebagai sebuah penyimpangan. Penyimpangan proses pendidikan yang
diberikan guru tersebut dapat dilihat sebagai “mal praktik pendidikan.” Dikatakan “mal
praktik” karena pendidikan seharusnya mengembangan potensi peserta didik, bukan
membebani atau bahkan menyesatkan peserta didik, baik dari sisi pola pikir, kepribadian,
pengetahuan, dan keterampilan. Dampak-dampak dari model praktik pendidikan seperti
inilah yang saat ini nampak dalam bentuk perilaku korupsi, pembobolan rekening bank,
mafia hukum, mafia pajak, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, seks bebas,
peredaran narkoba, aborsi, pembalakan hutan, perdagangan manusia, dan berbagai
fenomena lainnya. Walaupun demikian, pendidikan bukan merupakan satu-satunya faktor
yang mempengaruhi, tetapi pendidikan seharusnya mampu membentengi perilaku jahat,
tidak bermoral, dan merugikan masyarakat. Proses pendidikan yang benar akan
membenteng
perilaku seseorang dari berperilaku tidak sesuai, baik tidak sesuai dengan norma,
peraturan, kesepakatan, maupun agama. Seseorang akan “merasa hidup” ketika ia hidup
dalam kondisi paspasan tetapi jujur, daripada hidup mewah tapi hasil dari korupsi, jika
proses pendidikan memberikan penguatan tentang nilai kejujuran, keikhlasan dan
kesederhanaan. Namun jika ketiga nilai tersebut tidak diperkuat dalam proses belajar
anak selama ia mengikuti proses pendidikan (SD, SMP, SMA, dan PT) maka ia akan
dengan mudah melakukan korupsi ketika ia memiliki peluang. Contoh lain, maraknya
7
kenakalan dikalangan remaja; pergaulan bebas, tawuran, dan berbagai perilaku
menyimpang lainnya merupakan bukti bahwa moral remaja mengalami degradasi yang
drastis. Para pejabat sudah tidak mempunyai rasa malu meminta dan mengambil sesuatu
yang bukan haknya. Para wanita lebih senang pamer aurat dimuka umum dan bergaul
tanpa batas. Dengan alasan seni para artis dan media telah meracuni masyarakat dengan
tontonan yang merusak akhlak. Persoalan ironis yang sekarang kita bisa amati disekitar
kita adalah banyak orang-orang yang korupsi saat ini merupakan orang yang
berpendidikan, dalam artian mereka telah menamatkan pendidikan di SD, SMP, SMA,
bahkan sampai pada perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ada yang kurang tepat
dengan proses pendidikan kita saat ini. Khususnya dilihat dari “apakah pendidikan kita
berorientasi pada penguatan potensi (karakter bangsa Indonesia) atau berorientasi pada
penguasaan materi yang ada di mata pelajaran saja?,” sehingga perilaku masyarakat ini
rentan dengan tindak kejahatan dan perilaku-perilaku menyimpang. Pendidikan karakter
yang saat ini menjadi ramai diusung diberbagai sekolah dipandang sebagai salah satu
program prioritas pemerintah saat ini tetapi juga merupakan desakan masyarakat yang
sudah tidak puas dikarenakan hasil pendidikan berupa perilaku masyarakat saat ini
banyak yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat itu sendiri.
8
BAB III
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
1
0