Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE

KEMANDEKAN

Tri Agriski Nur Khofifah

Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negri Pontianak

Abstrak

Pada abad pertengahan, pendidikan Islam mulai mengalami penurunan selangkah


demi selangkah. Di saat bersamaan, pendidikan sufi berkembang secara pesat. Hal
ini bersesuaian dengan kondisi umat Islam yang telah terporak-porandakan oleh
politik. Agama Islam berkembang cenderung ke arah fatalis yang membuat umat
Islam menjadi frustasi, stagnan, dan terfragmentasi. Pendidikan intelektual pada
abad pertengahan telah mengambil alih perkembangan dunia Barat sehingga dunia
Timur hanya menerima pola pemikiran sufi. Di zaman keemasan, umat Islam
selalu kohesif polanya dan saling melengkapi. Selanjutnya, pendidikan Islam yang
berkembang tidak lagi menghasilkan perkembangan peradaban Islam yang
rasional, sehingga materi yang dikatakan aspek pendidikan dan peradaban Islam
ini menurun dan menjadi timpang.

Kata kunci : Pendidikan Islam, Sufi, Peradaban Islam

1
A. PENDAHULUAN

Sejak munculnya agama Islam, lahir juga pendidikan dan pengajaran Islam.
Pendidikan dan pengajaran Islam itu terus tumbuh dan berkembang pada masa
khalifah Hurrasyidin dan masa Umaiyah.1 Pada awal masa Abbasiyah
pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat pesat di seluruh negeri
Islam sehingga lahirlah sekolah-sekolah yang tidak terhitung banyaknya dan
tersebar dari kota hingga ke desa-desa. Generasi muda berlomba-lomba untuk
menuntut ilmu pengetahuan, melawat ke pusat pendidikan, meninggalkan
kampung halamannya, karena cinta akan Ilmu Pengetahuan. Pada masa
Abbasiyah ini juga berdiri akademi dan perpustakaan. Perpustakaan pada
masa ini lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat
kitab-kitab di sana orang juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi.2

Pekembangan lembaga pendidikan dapat mencerminkan terjadinya


perkembangan dan kemajuan dari peradaban Islam. Kemajuan politik berjalan
seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan sehingga Islam mencapai
masa keemasan kejayaan dan kegemilangan.3 Setelah umat Islam mencapai
kejayaannya kurang lebih selama tujuh abad (abad VII M. sampai abad XIII
M.) para ahli sejarah menyebutnya dengan masa periode kemajuan, periode
klasik dan sebagainya.

Penurunan kebudyaan dan peradaban Islam berjalan seiring dengan


penurunan pendidikan Islam. Terdapat faktor internal dan eksternal yang

1
Kerika itu lembaga pendidikan terdidir dari dua tingkat: 1. Maktabah atau kuttab dan
masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan,
hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir,
hadits, fiqh dan bahasa. 2. Tingkat pendalaman, para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya,
pergi ke luar daerah menuntut ilmu pada seseorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya
masing-masing. Pada umumnya ilmu yang dituntut adalah ilmu~ilmu agama. Pengajarannya
berlansung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak pengua-sa
pendidikan bisa berlansung di istsna atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama
ahli ke sana. (Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta : Penerbit &ots
Kembang, 1989, hlm. 34
2
Jurji Zaidan, Tarikh al-Tamddun al-Islami. jilid 3 Kairo : Car al-Hilal, tth, hlm, 207
3
Lihat Drs. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam Jakarta : Rajawali Press, 1993, h.
35-59. dan Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta Pustaka Alhusna, 1987, hlm.
123-124

2
membuat pendidikan Islam mengalami kemunduran, dan penyebab
kemunduran pendidikan Islam.

B. KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM

Pemikiran keislaman menurun setelah abad XIII M dan terus melemah sampai
abad XVIII M,4 masa ini dikenal dengan masa pertengahan. Kehidupan
intelektual pada masa pertengahan Islam dapat dikatakan sudah mengalami
kemunduran. Hal ini terlihat pada kuantitas yaitu berkurangnya para ahli yang
muncul dalam bidang ilmu pengetahuan dan penurunan kualitas ilmuah yang
dimiliki oleh para ahli dengan sulitnya ditemukan para mujtahid. Penyebab
melemahnya pemikiran keislaman antara lain dikemukakan oleh Syarif:

1. Banyaknya Filsafat Islam (bercorak sufistis) yang dimasukkan Al-


Ghazali di Timur, demikian pula Ibnu Rusyad dalam memasukkan
filsafat Islamnya (bercorak rasionalisme) ke dunia Islam di Barat
yang akhirnya keduanya bermuara ke arah bidang rohaniah hingga
menghilang dalam mega alam tasauf, sedangkan Ibnu Rusyad
menuju ke jurang materialism.
2. Pemerintahan Islam (khalifah, sultan, amir-amir) melalaikan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan, dan tidak memberi kesempatan
bidang-bidang tersebut untuk berkembang.
3. Terjadinya pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari
luar, sehingga menimbulkan kehancuran-kehancuran yang
mengakibatkan berhentinya kegiatan pengembangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan di dunia Islam.5

Penulis mencoba melihat penyebab kemunduran pendidikan


intelektual kita yang tidak bias terlepas dari pola-pola pendidikan yang telah
dilakukan sejak munculnya Islam hingga ke masa kemunduran. Dalam
perjalanan sejarah Islam terlihat ada dua pola dalam pemikiran Islam yang

4
M.M, Syarif, Muslim Thought (trans.M.Fachruddin) Bandung: Diponegoro, hlm, 161-
164
5
Ibid

3
saling berlomba mengembangkan diri dan mempunyai pengaruh besar dalam
pengembangan pola pendidikan umat Islam yaitu: pola pemikiran yang
bersifat tradisional yang selalu mendasarkan diri pada wahyu dan pola
pemikiran rasional yang mementingkan akal fikiran. 6 Dari pola yang pertama
berkembang menjadi pola pemikiran sufistik dan mengembangkan pola
pendidikan sufi; yang kedua menimbulkan pola pendidikan empiris rasional,
dan pola pendidikan ini lebih memperhatikan pendidikan intelektual dan
penguasaan materi.7

Berkembangnya pola pendidikan menuju dua kutub yang berlawanan


adalah dengan munculnya kecenderungan rasional yang kuat pada
Ikhwanussafa8 yang memandang pendidikan dari sudut pandangan aqliah
bukan dari segi amaliah. Mereka berpendapat bahwa cara memperoleh
pengetahuan melalui tiga cara, pertama melalui panca indra, kedua
memperoleh pengetahuan dengan mendengar berita-berita yang hanya
manusia sanggup, ketiga memperoleh pengetahuan melalui tulisan dan
bacaan, memahami arti kata-kata bahasa dan pembicaraan orang dengan
melihat tulisan-tulisan. Untuk menanggapi kecenderungan rasionalisme ini
muncul suatu mazhab yang menentang kecenderungan rasionalisme sebagai
sumber satu-satunya pengetahuan. Selanjutnya, mazhab sufi9 yang melalui
jalan lain untuk sampai pada hakikat.

Kedua pola pendidikan tersebut menghiasi dunia Islam, sebagai dua


pola yang saling berpadu dan melengkapi. Setelah pola pemikiran rasional
diambil alih pengembangannya oleh dunia Barat (Eropa) dan dunia Islam pun
meninggalkan pola berfikir tersebut, maka dalam dunia Islam tinggal pola
pemikiran sufistik, yang sifatnya memang memperhatikan kehidupan batin
yang mengabaikan perkembangan dunia material. Pola pendidikan yang
6
Zuhairini dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta.992, H. 109
7
Ibid
8
8Mazhab pemikiran dalam Islam, suatu gerakan Syi'ah di bawah tanah yang muncul
pada zaman Abbasiyah yang cenderung pada ilmu-ilmu asing yang mempunyai kecenderungan
Rasionalisme tulen. Iihat Prof. Dr. Hasan lenggulung, Asas –asas Pendidikan Islam, Jakarta :
Pustaka Alhusna, h.125-126
9
Ibid

4
dikembangkannya pun tidak Iagi menghasilkan perkembangan budaya Islam
yang bersifat material, dari aspek inilah dikatakan pendidikan dan
kebudayaan Islam mengalami kemunduran, atau setidaknya dapat dikatakan
pendidikan Islam mandek.10

Setelah pendidikan intelektual ditinggalkan, maka semakin statis pula


perkembangan kebudayaan Islam, karena daya intelektual dari generasi
penerus tidak mampu mengadakan kreasi-kreasi budaya barum bahkan yelah
menyebabkan ketidakmampuan untuk mengatasi persoalan-persoalan baru
yang dihadapi sebagai akibat perubahan dan perkembangan zaman.

Gejala kemunduran dan kemacetan intelektual ini juga diungkapkan


oleh Fazlurrahman, bahwa tertutupnya pintu ijtihad (yakni pemikiran yang
orisinil dan bebas) selama abad ke-4 H/10 M dan ke-5 H/11 M telah
membawa kemunduran dalam ilmu hukum dan ilmu intelektual khususnya
yang pertama. Ilmu-ilmu intelektual yakni teologi, dan pemikiran keagaman,
sangat mengalami kemunduran dan menjadi miskin karena pengecualian
mereka yang disengaja dari intelektualisme sekuler dan karena kemunduran
yang disebut terakhir ini, khususnya filsafat, dan juga pengucilannya dari
bentuk-bentuk pemikiran keagamaan seperti yang dibawa oleh sufisme.11

Sejak itulah ilmu-ilmu agama yang seharusnya lebih banyak


dikembangkan untuk menjawab tantangan zaman boleh dikatakan sudah
pudar. Ini sejalan dengan kehancuran Bagdad dan Spanyol, dua wilayah yang
dianggap sebagai pusat pengembangan pendidikan dan kebudayaan Islam.
Dengan hancurnya secara total Bagdad dan Granada di Spanyol sebagai pusat
pendidikan dan kebudayaan Islam menandai runtuhnya sendi-sendi
pendidikan dan kebudayaan Islam. Musnahnya lembaga pendidikan dan
semua buku-buku ilmu pengetahuan dari kedua pusat pendidikan di bagian
Timur dan Barat dunia Islam tersebut, menyebabkan pula kemunduran

10
Zuhairini dkk, op.cit.109
11
Fazlurrahman, Islam. Chichago and London : University of chichago Press, Second
edition,1979, hlm.185-186

5
pendidikan di seluruh dunia Islam terutama bidang intelektual dan material,
tetapi tidak demikian halnya dalam bidang kehidupan batin atau spiritual. 12

Kemunduran pendidikan Islam disebebkan dua faktor yaitu internal


dan eksternal. Faktor internal yaitu macetnya salah satu bentuk pola
pendidikan (pola pendidikan intelektual) sehingga tidak ada lagi
keseimbangan pengetahuan aqliah (intelektual) dan nakliah. Selain itu faktor
internal yaitu penguasa atau khalifah yang mempunyai kekuasaan absolut
yang menentukan kelembagaan pendidikan, sehingga kemajuan pendidikan
ditentukan oleh khalifah yang berkuasa. Kemudian selain itu adanya faktor
eksternal yaitu penyerangan bangsa Tar-Tar dari luar Islam yang
menghancurkan pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan Islam.

Pada masa disintegrasi (1000-1250 M.)13, para khalifah dan raja-raja


melarang berfikir bebas, bahkan hingga menindas para filsafat. Hal ini terjadi
pada masa Ikhwanussafa dan Algazali. Kondisi ini telah mengakibatkan
hilangnya pendidikan filsafat sesudahnya, begitu juga di Andalusia orang
yang mempelajari filsafat dan mempelajari ilmu falak dianggap zindiq dan
kafir. Ibnu Rusyd diusir dan dihukum masuk penjara, serta disiksa karena
mempelajari dan mengajarkan filsafat.14

Jadi pada masa kemundurannya, ilmu filsafat dapat dikatakan hilang


karena tidak ada usaha pencerahan dan pemeliharaan serta pengembangan.
Begitu juga pengetahuan yang mempunyai kaitan dengan filsafat, logika dan
pemikaran. Meskipun demikian setelah kehancuran Bagdad, muncullah
beberapa kerajaan yang masing-masingnya mempunyai upaya dalam
memajukan pendidikan Islam, misalnya : Kerajaan Namluk di Mesir.

Setelah jatuhnya Bagdad (650 H/1258 M) maka sultan Namluk di


Mesir mengangkat Baibars, salah seorang anak khalifah yang melarikan diri
12
Zuhrairini dkk,op.cit. hlm.111
13
Priodesasi dalam sejarah Islam; Masa kelasik, (650-1250M.) dibagi 1. Masa kemanuan
Islam I (650-1000 M) 2. Masa disintegrasi (1000-1250M) II. Priode Pertengahan 1250-1800 M. III.
Priode Modern (1800- ...) Harun Nasution Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, I , Jakarta : UI
Pers, 1985, h. 56-89.
14
Ibid, hlm.114

6
dari Bagdad ke Mesir menjai khalifah di Kairo. Khalifah pertama diberi gelar
al-Mustanshir. Dengan demikian ibukota dunia Islam berpindah ke Kairo,
begitu juga pusat pendidikan dan pengajaran berpindah juga ke Kairo di al-
Jami’ al-Azhar. Pada masa kepemimpinan sultan Baibars (658-676 H. / 1260-
1277 M.) ilmu pengetahuan mengalami kemajuan yang gemilang hingga
menjadi pusat ilmu-ilmu agama Islam dan Bahasa Arab.

Pada masa sultan Qalawun (678-689 H. / 1279-1290 M.) didirikanlah


rumah sakit yang besar (RS Qalawun) dan madrasah-madrasah yang
mengajarkan ilmu Fiqh dalam 4 Mazhab dan juga pustaka-pustaka. Pada
masa kesultanan al-Nashir (693-741H./1293-1341M.) keindahan, kesenian,
dan teknik pembangunan Islam telah mencapai puncaknya.

C. USMANIYAH DI TURKI (923 H./1517-1924 M.)

Setelah Mesir jatuh di bawah kekuasaan kesultanan Usmaniyah Turki, lalu


sultan Salim memerintahkan supaya kitab-kitab di perpustakaan dan barang
berharga di Mesir untuk dipindahkan ke Istambul. Dengan berpindahnya
ulama-ulama dan kitab-kitab tersebut maka Mesir mengalami kemunduran,
dan pusat pendidikan berpindah ke Istambul. Namun pada masa Turki Usmani
ini tidak ada perkembangan pendidikan Islam. Banyak ulama, guru-guru ahli
sejarah, dan ahli sya’ir hanya mempelajari kaidah-kaidah ilmu-ilmu agama
dan bahasa Arab serta sedikit ilmu berhitung dan ilmu miqat. Mereka tidak
terpengaruh oleh gerakan ilmiah di Eropa dan tidak pula mengikuti jejak
zaman kemajuan dunia Islam pada masa Harun Al-Rasyid dan masa al-
Mukmum.15

Semenjak jatuhnya Bagdad tidak banyak yang dicapai dalam


pengembangan pendidikan Islam. Sehingga kita tidak melihat penemuan-
penemuan baru yang berarti, usaha untuk mencari yang baru, dan tidak
terpelihara atau hilangnya pengembangan pendidikan Islam. Keadaan
pendidikan zaman ini digambarkan juga oleh Fazlurrahman, di madrasah-

15
Ibid

7
madarasah yang bergabing pada khalaqah-khalaqah dan zawiyah-zawiyah
sufi. Karya-karya al-Suhrawardi dan Al-Arabi serta karya-karya Jami’ telah
diajarkan, sedangkan di pusat-pusat sufi terutama di Turki kurikulum
akademisnya hampir seluruhnya buku-buku tentang sufi. Ajaran sufi yang
diajarkan sebagian besarnya dikuasi oleh ajaran pantheisme yang bertentangan
tajam dengan lembaga-lembaga pendidikan ortodoks, sehingga terjadilah
dualism spiritual yang tajam dan berlarut-larut diantara madrasah dan
khalaqah.16

Kemunduran mutu pendidikan dan pengajaran nampak jelas dengan


sangat sedikitnya materi kurikulum dan mata pelajaran di madrasah-madrasah
yang ada. Dengan telah menyempitnya bidang-bidang ilmu pengetahuan
umum, dan tidak ada perhatian kepada ilmu-ilmu kealaman maka kurikulum
pada umumnya madrasah-madrasah terbatas pada ilmu keagamaan, ditambah
dengan sedikit gramatika dan bahasa sebagai alat yang diperlukan. Ilmu-ilmu
keagamaan yang murni tinggal terdiri atas Tafsir Al-Qur’an, hadist, Fiqh, dan
ilmu kalam atau teologi Islam.

Lebih lanjut, dijelaskan oleh Fazlurrahman tentang proses dan


pelaksanaan pendidikan masa itu: kurikulum dilaksanakan atas metode urutan
mata pelajaran jadi sebagai contoh urutan tersebut misalnya bahasa dan tata
bahasa Arab, kesusastraan, ilmu hitung, filsafat, hukum, yurisprudensi,
teologi, tafsir Al-quran, dan hadist. Jelaslah bahwa pendidikan umat Islam
setelah masa kehancuran Bagdad, mengalami kemunduran dari segi intelektual
dalam arti bahwa tidak ada usaha pencarian, mempertahankan apa yang sudah
ada dan pengembangan pendidikan Islam.

Dari segi ilmu kealaman, pendidikan Islam dapat dikatakan berhenti.


Proses pendidikan tidak lagi dinamis. Materi-materi pendidikan tidak
berkembang, dan paling tinggi perkembangannya adalah mengomentari,
keadaan ini berlaku bagi semua ilmu pengetahuan, dan ditambah dengan

16
Fazlurrahman,op.cit hlm.188

8
dominasinya kaum sufi yang telah dipengaruhi pantheisme dalam pendidikan
Islam.

D. PERALIHAN SECARA DRASTIS PUSAT-PUSAT PENDIDIKAN


DAN KEBUDAYAAN DARI DUNIA ISLAM KE EROPA

Kehancuran dari pusat pendidikan dan kemunduran dalam bidang intelektual


serta masa selanjutnya terjadi peralihan secara drastic pusat pendidikan dan
kebudayaan dunia Islam ke Eropa. Keadaan ini juga telah menyebabkan
masyarakat untuk mencari pegangan dan sandaran hidup yang bisa
mengarahkan kehidupan mereka. Aliran pemikiran tradisionalisme mendapat
tempat di hati masyarakat secara meluas. Mereka kembalikan segala
sesuatunya kepada Tuhan.17

Di sini terlihat betapa besarnya goncangan terjadi pada diri umat


Islam. Kemundurannya tidak hanya dari segi pengetahuan, bahkan mentalnya
juga mengalami goncangan dan lemah, ditambah lagi dengan perpindahan
pusat pendidikan dan kebuduyaan Islam ke Eropa.

Peralihan pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan umat Islam ke


Eropa itu tidak bisa dilepaskan dari kondisi umat Islam waktu itu dan peran
umat Islam di Spanyol dalam pengembangan ilmu dan kebudayaan, yaitu
setelah ilmu pengetahuan dan kefilsafatan pada Abbasiyah yang keempat
(447-590 H./1055-1193 M.), berpindah ke negeri Andalusia. Orang-orang
Andalusia sangat suka mempelajari filsafat, meskipun sebagian mereka
menderita siksaan karena mempelajari filsafat itu. Maka di sana lahirlah
filosof-filosof, ibnu Bajah, ibnu Tufail, ibnu Rusyd, ibnu Khaldun dll.18
Sampai akhirnya peradaban Islam runtuh, dan kebuduyaan Islam dibawa ke
Barat (Eropa) oleh orang-orang Barat yang belajar ke sana.

17
Zuhairini dkk,op.cit, hlm.112
18
Mahmud Yunus, op.cit. hlm. 111-112

9
Dengan runtuhnya Negara Islam di Andalusia, maka runtuh juga ilmu
filsafat. Sesudah itu filsafat tidak bangun lagi di seluruh alam Islami dan
berpindah ke negri Barat dari Andalusia.19

Sejak perpindahan pusat pendidikan dan kebudayaan dari dunia Islam


ke Barat, mengakibatkan Barat (Eropa) berkembang dengan pesat. Melihat
berkembangnya peradaban Barat membuat umat Islam menjadi semakin
frustasi. Pusat-pusat ilmu pengetahuan yang telat dibangun di zaman klasik
dan pusat pengetahuan dan kebudayaan sesudahnya tidak mampu lagi untuk
memacu umat Islam untuk mencapai kemajuan seperti di periode Mesir atau
Kairo, Granada, Maraga, Maroko, Samarkand dan sebagainya. Di samping itu,
terjadi juga perubahan dari tujuan pendidikan. Tujuan utama pendidikan saat
itu sebagaimana dijelaskan oleh Mahmud Yunus; penguasa-penguasa sangat
mementingkan pendidikan dan pengajaran agama sesuai dengan aliran yang
dianutnya, sehingga tujuan utama dari mendirikan madrasah-madrasah adalah
menyiarkan ilmu-ilmu agama, sedangkan ilmu-ilmu yang lai tidak termasuk
dalam kurikulumnya. Dengan mementingkan ilmu-ilmu agama itu lenyaplah
ilmu-ilmu filsafat, bahkan juga ilmu kedokteran di dunia Islam dan berpindah
ke Barat.20

Setelah umat Islam tidak memperhatikan ilmu pengetahuan dan


filsafat dan warisan filsafat dan ilmu pengetahuan diterima oleh bangsa Eropa,
maka secara perlahan telah membangkitkan kekuatan Eropa dan menimbulkan
kelemahan di kalangan bangsa umat Islam. Secara berangsur-angsur,
kekuasaan umat Islam ditundukkan oleh kekuasaan bangsa Eropa, dan
terjadilah penjajahan diseluruh wilayah yang pernah dikuasai oleh Islam.
Kegiatan eksploitasi kekayaan-kekayaan dunia Islam oleh bangsa-bangsa
Eropa semakin memperlemahkan kedudukan kaum muslimin dalam segala
segi kehidupan.21
19
Sejak wafatnya ibnu Rusyd (595 H./1198 M.) dan ibnu Khaldun (808 H/1406 M) alam
Islami sunyi senyap dari filsafat sampai lahir filosof Muhammad Jamaluddin al-Afghani (wafat
1316 H/1898 M) ibid.
20
Mahmud Yunus, op.cit, hlm.119-120
21
Zuhairini dkk, op.cit,hlm.115-116

10
Akhirnya dunia Islam menjadi dunia ketiga dan orang-orang terjajah.
Kemunduran dari Ilmu pengetahuan, runtuhnya mental umat Islam dan
ditambah dengan hancurnya peradaban umat Islam yang berpindah ke Barat
(Eropa) telah mengakibatkan umat Islam semakin mengalami kemunduran.
Meskipun setelah perpindahan kebudaayan Islam masih ada pusat-pusat
kebudayaan Islam tetapi itu tidak mampu membangkitkan lagi jiwa keilmuan
dari umat Islam. Ajaran yang berkembang lebih berorientasikan kepada
sufisme sehingga yang lebih banyak berkembang adalah ilmu-ilmu tarikat.
Sedangkan ilmu pengetahuan intelektual tidak mendapatkan tempat terutama
dalam kurikulum pelajaran.

E. SIMPULAN

Pemikiran Islam mulai mengalami penurunan setelah abad XIII M dan terus
melemah sampai abad ke- XVIII M. Hal ini dilihat pada kualitas ilmiah yang
dimiliki oleh para ahli begitu pula dari sudut kuantitas ilmiah yang dimiliki
terasa kurang kuat . Pada saat itu juga pendidikan aqliah tidak lagi menjadi
perhatian. Di abad pertengahan pendidikan umat Islam mulai menurun dan
terus menurun dan di sisi lain pendidikan sufisme lebih berkembang dengan
pesat. Ini seiring dengan kondisi umat Islam yang hancur secara politik, ajaran
Islam yang berkembang cenderung fatalis sehingga lebih cenderung membuat
umat Islam menjadi frustrasi. Pendidikan intetektual di abad pertengahan ini
telah diambil alih pengembangannya oleh dunia Barat sehingga di Timur
hanya tinggal pola pemikiran sufisme, padahal di masa jaya umat Islam kedua
pola ini selalu berpadu dan saling melengkapi. Sehingga masa selanjutnya
pendidikan yang dikembangkan umat Islam tidak menghasilkan
perkembangan budaya Islam yang bersifat material. Pada aspek inilah
dikatakan pendidikan dan kebudayaan Islam menurun. Setelah perpindahan
pusat pendidikan, pendidikan intelektual (filsafat dan ilmu pengetahuan) dari
dunia Islam ke Barat, beransur-ansur telah membangkitkan dunia Barat dan
menimbulkan kelemahan Umat Islam sendiri. Hingga umat Islam dapat
dikuasai dan diekspoloitasi kekayaannya oleh dunia Barat (Eropa).

11
Daftar pustaka

Syukri, Ahmad, and Dosen Fakultas Usuludin IAIN STS Jambi. "Pendidikan
Masa Kemunduran Umat Islam." (2014).
Abaza, Mona.Islamic Education, Perceptions and exchanges: Indonesian
Student in Cairo, Paris: EHESS
Bakker Sy, JWM. Sejarah Filsafat dalam Islam, Yogyakarta : Kanisius, 1978
Zuhairini dkk.Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta 1992
Fazlurrahman. Islam. Chicago and London: University of Chicago press,
second edition, 1979
Hasan,Ibrahim Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Penerbit
Kota Kembang. 1989
Hefner, Robert W. (ed.). Making Modern Muslim: The Politics of Islamic
Education in Southeast Asia.Honolulu: Hawai of University Press. 2009
Langgulung, Hasan. Asas-asas pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Alhusna,
1987
Bimuh. Persoalan Tasauf dalam perkembangan Pemikiran Islam di Indonesi.,
Makalah dalam simposium."festival Istiqlal 21-24 Oktober 1991
Noor, Farrish A., Yoginder Sikand, Martin van Bruinessen (ed.), The Madrasa
in Asia: Political Transnational Linkages. Amsterdam: Amsterdam
University Press. 2008
Syarif, M.M. Muslim Thought Trans. M.Pachruddin. Bandung: Diponegoro
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers. 1993
Yunus, Mahmud. Sejarah pendidikan Islam. Jakarta: PT Hidakarya Agung.
1979
Zaidan, Jurji. Tarikh al-Tamaddun al-lslami.jilid 3, Ka Kairo: Dar ai-Hilal,tt

12

Anda mungkin juga menyukai