Anda di halaman 1dari 13

PERAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPAYA MENCEGAH

KENAKALAN REMAJA
Shasha Fatimah Syahrani, Ratu Meisya Maimanah, Ditta Sandy
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor

Abstrak

Kata kunci:

Pendahuluan
Pendidikan sering digunakan dalam bahasa Arab untuk mengartikan
beberapa hal yang berbeda. antara lain al-ta'lim, al-tarbiyah, dan al-ta'dib. al-ta'lim
mengandung makna bahwa pengajaran yang hebat adalah transfer ilmu dan
kemampuan, al-tarbiyah. mengandung arti dukungan dan pengajaran, al-ta'lib
lebih condong pada rencana interaksi instruktif untuk menyempurnakan etika dan
etika peserta didik. Padahal, kata bahasa Arab “tarbiyah” yang berarti pendidikan,
biasanya digunakan untuk menerjemahkan pendidikan ini. Pendidikan Islam
merupakan arahan yang bersifat jasmani dan mendalam berdasarkan peraturan
Islam yang ketat1. Dalam arti luas, pendidikan adalah peningkatan, segala
sesuatunya setara, karakter manusia, termasuk informasi, nilai, cara pandang, dan
keterampilan. Bila dikaji secara menyeluruh menunjukkan bahwa tujuan
pengajaran bukan sekedar untuk memperoleh ilmu pengetahuan saja, tetapi juga
untuk membentuk dan memantapkan sikap/akhlak.
Jika diperhatikan, fenomena yang kerap terjadi dan mengganggu
ketertiban di tengah-tengah masyarakat diantaranya adalah kenakalan remaja
termasuk menyimpang yang berujung dengan tindakan criminal. Kenalakan
remaja sering dianggap sebagai sumber masalah karena dapat merusak dan
membahayakan kondisi sistem sosial. Dewasa ini kasus kriminalitas dikalangan
remaja cukup memprihatinkan. Kenakalan remaja yang sering terjadi melibatkan

1
Nurul hasikin dan rahmni riza, Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi
Kenakalan Siswa, Universitas Negeri Padang, Jurnal Pendidikan Islam: An Nuha, 2022.
pertengkaran, dan perlawanan terhadap aturan yang ada. Ini terjadi sebagai hasil
dari kegelisahan jiwa remaja yang masih tidak stabil sehingga mereka dengan
mudah membuat langkah-langkah yang tidak pantas sesuai dengan aturan.
Tindakan ini dipimpin oleh semangat remaja yang umumnya ingin dilihat oleh
orang lain di sekitarnya.
La Ode dari Hurlock menerangkan bahwa masa pubertas akan
mempengaruhi seseorang baik dari segi psikologis maupun fisik dalam proses
menuju manusia dewasa yang seutuhnya. Kondisi emosional yang sering kali
berubah-ubah dalam mengendalikan emosi membuat para remaja cenderung untuk
mengikuti pola hidup yang diperoleh dari kelompok pertemanannya seperti cara
berpakaian, merokok, memiliki pacar bahkan melakukan aktivitas seksual
merupakan beberapa ciri pada masa ini.2
Pada dasarnya anak mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau
baik buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Konsep moral pertama kali
ditanamkan sejak usia dini dalam lingkungan keluarga. Baik buruknya suatu
perilaku yang diterima anak pertama kali yaitu malalui lingkungan kecilnya yaitu
keluarga3. Kemudian akan menjadi pedoman ketika anak tersebut akan beranjak
ke dunia luar. Sedangkan pada masa sekolah yang menginjak usia remaja awal,
tengah dan akhir yang melibatkan unsur-unsur emosional remaja dalam menjaga
pergaulan mereka. Rasa ingin tahu yang kuat serta ikut ikutan tanpa memikirkan
dampak yang terjadi kedepannya. Kondisi emosinya bersifat negative dan
temperamental.4
Melihat bentuk kenakalan di atas bimbingan dan perhatian orang tua
maupun guru sangat diperlukan dalam proses perkembangan remaja. Akan tetapi
mereka sering memperlihatkan sikap menolak dan menghindar karena mengira
sudah dewasa. maka dari itu diperlukan usaha dan langkah-langkah dalam
membina pendidikan dan perkembangannya. Meilhat pentingnya bahwa generasi
muda adalah harapan masa depan bangsa maka diperlukan pendiidkan agama
islam sebagai pegangan bagi para remaja untuk mengontrol hal-hal baru yang
eblum mereka ketahui.
Pendidikan Agama Islam adalah upaya dalam kehidupan seseorang untuk
mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok melalui pengajaran atau
latihan agar hidup sesuai dengan ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW.5 Dengan adanya pendidikan islam di lembaga pendidikan formal dan non
2
Alifariki, La Ode, “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Menghadapi Masa
Pubertas Remaja di SMP N 20 Kendari”, Jurnal Medula, Vol 6, 2018
3
Purwanto, H., Ginting, N. B., & Wulandari, R, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan
Metode Paradigma Pembelajaran Di Abad 21, EDU MANAGE - Journal of STAI Nurul Ilmi Tanjungbalai,,
Vol 2(2), 2023
4
Butar, F. S. B., Sari, D., & Efendi, R. A., Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Perspektif
Pendidikan Islam. EDU MANAGE - Journal of STAI Nurul Ilmi Tanjungbalai, , ayat 2(1), 2023
5
Hanafi, H., Adu, L., & Zainuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Deepublish, 2018
formal diharapkan dapat meminimalisir kasus-kasus kenakalan remaja yang
marak terjadi saat ini. Karena pembelajaran pendidikan islam mencakup bidang
pengetahuan, sikap dan tingkah laku bukan hanya itu, salah satu materi ajar
pendidikan islam adalah akidah akhlak yang mana dalamnya terdapat isi-isi
mengenai akhlak terpuji, akhlak buruk, dll.
Pembahasan
Pendidikan Agama Islam
Berawal dari keyakinan bahwa pendidikan islam yang ketat bertujuan
untuk menjaga dan menanamkan sifat-sifat keislaman pada siswa, dalam proses
pembelajaran pendidikan agama islam relevan yaitu kata pendidikan agama bukan
pengajaran terhadap agama. Karena pendidikan tidak hanya transfer pengetahuan
dan informasi tentang agama, tetapi juga proses pembentukan karakter siswa yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah AWT, dapat menjalankan ajaran agama islam
secara kaaffah (utuh menjadi muslim sejati. Memahmi dan mampu mengamalkan
ajaran agama dengan benar dan konsisten. Pendidikan islam secara khusus
diartikan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan potensi individu dan
kelompok, dan pelaksanaannya dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan maksimal masing-masing individu, jenis
kelamin, bakat, tingkat intelektual dan potensi spiritual.6
Diwajibkannya pendidikan islam di semua jenjang pendidikan karena
salah satu tujuan dari pendidikan islam yaitu mengadakan pembentukan akhlak.
Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nomor 20 tahun 2003 yaitu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusiayang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap
kreatif, mandiri dan menjadi wagra negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Menurut Zakiyah Drajat, pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati tujuan, dan pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup. Oleh karena itu,
ketika kita menyebut pendidikan islam, maka akan mencakup dua hal, yaitu:
pertama mendidik siswa agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak
yang islami, kedua, mendidik para peserta didik untuk mempelajari materi ajaran
islam.7
Pendidikan Agama islam dimaksudkan untuk meningkatkan potensi
spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi menusia beriman dan
6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2018.
7
Utomo, Khoirul Budi, “Strategi Dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam MI.”
MODELING:Jurnal Program Studi PGMI, vol 5(2): 145–56,2018
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Pendidikan agama
islam diberikan dengan mengikuti tuntunan kepada Allah SWT dan berakhlak
mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi
pekerti etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif baik personal
maupun sosial.Melalui pendidikan agama islam diharapkan menghasilkan
manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak serta
aktif, emmbangun peradaban dan keharmonisan kehiudpan, khususnya dalam
memajukan perdaban bangsa yang bermaartabat, manusia seperti itu diharapkan
tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul
dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup local, nasional, regional maupun
global.
Menurut Arifin ada tiga pokok nilai yang terkandung dalam tujuan
pendidikan islam yang akan akan diaktualisasikan melalui metode, yaitu pertama
membentuk peserta didik menjadi hamba Allah SWT sebaik-baiknya. Kedua,
bernilai pendidikan yang mengarah kepada petunjuk Alqur’an dan hadits. Ketiga,
berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan seusai dengan ajaran Alqur’an yang
disebut pahala dan siksaan.
Pada prinsipnya, yang menjadi tujuan akhir dan pendidikan islam yang
hamper sama dengan tujuan hidup manusia muslin yakni mendapat kebahagiaan
dunia akhirat. Tujuan pendidikan agama islam adalah membina manusia beragama
berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama islam dengan
baik dan sempurna, sehingga tercermin mana sikap dan tindakan dalam seluruh
kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan
akhirat, yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif.8
Pendidikan agama islam juga merupakan usaha sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan pembelajaran agama islam dari petunjuk Alqur’an Hadits dengan
pendekatan kegiatan bimbingan pengajaran, latihan dan pengamalan peserta
didik9.
B. Pendidikan Agama Islam pada Remaja
Pemuda saat ini memiliki kemampuan dan pemahaman untuk memahami
beberapa hukum normatif yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang menjadi
semakin meningkat Selama hidup seorang wanita, gaya hidup seperti ini sangat
bermanfaat baginya dalam proses mengembangkan tanggung jawab dan
pemahamannya tentang hukum, terutama yang didasarkan pada Islam. Setiap

8
F. Handayani, U. Ruswandi, and B. S. Arifin, “Pembelajaran PAI di SMA: (Tujuan, Materi,
Metode, dan Evaluasi),” Jurnal Al-Qiyam, vol. 1, no. 1, pp. 173–179, 2020
9
Muhammad Miftakhuddin, “Pengembangan Model Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter
Empati pada Generasi Z,” Jurnal PAI Jurnal Pendidikan Agama Islam, vol. 17, no. 1, pp. 1–16, 2020.
wanita muda perlu memiliki rasa kewajiban yang kuat sebagai salah satu peran
utama Tuhan dan khalifah yang terus meningkat dalam tubuh.10
Ada perubahan persepsi dan harapan dari masyarakat, serta perubahan
persepsi. perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu, termasuk yang mengarah
pada perlunya lebih menekankan pada pendidikan Islam dalam hal menumbuhkan
rasa tanggung jawab dan memahami ajaran Islam sebagai landasan bagi
kehidupan yang harus dijalani dan cara pendidikannya harus dilakukan;
memahami perubahan yang mereka alami dan memberikan solusi yang tepat,
mengakomodasi mereka untuk kegiatan yang bersifat religius dan mendorong
mereka untuk disiplin dalam pengalaman mereka dan mengawasi kegiatan
mereka, melatih kepercayaan diri mereka dan mendengarkan pendapat mereka,
menyarankan berteman baik, mengembangkan semua potensi mereka menuju
puasa Sunnah dan dialog terbuka dan memberikan pemahaman tentang status
sosial.
Pendidikan agama Islam sangat mempengaruhi perkembangan anak; Oleh
karena itu, pendidikan agama harus dilakukan dengan ketat. Dalam setiap aspek,
baik dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan di tempat lain, sehingga tidak ada
peluang pernikahan kembali anak remaja Selain itu, pendidikan agama formal
minimum harus disediakan untuk meminimalkan perilaku apa pun melahirkan
anak yang didik.
Agama adalah jenis pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan
potensi dan moralitas manusia dengan menumbuhkan perilaku berbudi luhur,
keikhlasan, dan Kejujuran langsung mencintai, dan semua itu untuk beribadah
kepada Allah SWT. Dalam pendidikan Islam, seorang guru tidak hanya berfungsi
sebagai guru tetapi juga mentor. Mendidik adalah melalui, memimpin, agar siswa
berkarakter, menjadi pribadi utama (insan kamil), berakhlak mulia, bertanggung
jawab, dan berguna bagi bangsa, negara, agama.11
Agama adalah aspek yang sangat penting dari kehidupan manusia karena
berfungsi sebagai sumber motivasi untuk hidup sehari-hari dan hidup dengan baik
adalah alat yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
Karena itu, agama perlu dipahami, diterima, dan dipraktikkan oleh orang-orang
agar menjadi dasar moralitas.
Kenakalan merupakan hasil dari harapan yang tidak merata. Ketika
seseorang kehilangan kesabaran dengan situasi, Dengan demikian, dia juga akan
kehilangan kepercayaan dirinya dan kemampuannya sendiri. Spesies manusia ini
tidak hanya tanpa seleksi alam, tetapi juga tidak memiliki kemampuan untuk
berfungsi sebagai manusia yang produktif dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
proses berevolusi menjadi mahluk sosial yang disesuaikan dengan baik.

10
Hanafi, H., Adu, L., & Zainuddin. (2018). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Deepublish.
11
Laning, V. D. (2018). Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Klaten: Cempaka
Putih.
Menyoroti pentingnya pendidikan Islam sebagai sarana untuk mendorong
perkembangan moral dan menumbuhkan nilai-nilai yang dipelajari. Mengenai hal
ini, Departemen Pendidikan Majelis Nasional dengan tulus berharap dapat
memberikan kontribusi yang kecil namun berarti bagi kemajuan pendidikan Islam
di setiap tahun ajaran. Tujuan pendidikan Islam tidak terbatas pada mendidik
pengetahuan siswa; Ini juga dapat membantu mereka mengembangkan karakter
dan integritas mereka sehingga mereka menjadi terhormat dan orang yang saleh.
Metode khusus Pendidikan Agama adalah orientasi pada pengetahuan
agama, karena pendidikan agama lebih sulit daripada pendidikan umum lainnya,
karena pendidikan agama melibatkan masalah intuitif dan lebih berfokus pada
pembentukan peserta didik. Pendidikan agama dalam bentuk kepribadian telah
dimulai sejak kelahiran anak, mungkin sedini rahim anak.
Ajaran agama dapat berarti transfer pengetahuan yang meningkatkan
pemahaman adharmic. Pendidikan dalam Islam dan Remaja atau membesarkan
anak dengan mengajarkan mereka untuk menjadi orang yang baik dan baik,
mencakup berbagai topik dari anak usia dini hingga dewasa. Ini melibatkan
mengajar anak-anak untuk makan, minum, dan tidur sesuai dengan keyakinan
agama mereka. Ahlak yang baik akan ditambah dengan pendidikan moral yang
menekankan pada keteladanan kebiasaan dan latihan yang dilakukan sejak kecil.12
Tingkat pendidikan kedua untuk anak setelah keluarga adalah sekolah.
Bagi rakyat Indonesia, era represi menandai puncak pendidikan dan pembelajaran
di sekolah, terutama selama masa transisi. Yang dimaksud dengan "agama
didikan" tidak sama dengan "agama ajaran", yang diajarkan oleh seorang
pemimpin agama secara ketat dan formal. Namun, agama diundang dari rumah
tangga ketika anak masih kecil dengan membiasakan anak dengan kualitas atau
kebiasaan yang baik. Di sekolah, interaksi remaja dan antara anak dan pendidik,
seperti adalaisan.
Selain itu, tujuan pendidikan Islam adalah untuk mengembangkan peserta
didik yang berbudi luhur dan rendah hati di hadapan Allah SWT, terutama melalui
studi teks dan tradisi Islam. Ini akan memungkinkan mereka untuk mempelajari
berbagai mata pelajaran, termasuk sains, teknologi, agama, dan etika, tanpa
terhalang oleh pengaruh negatif yang dapat timbul dari teks, sains, dan agama
tersebut.13
Dengan cara ini, pendidikan Islam adalah mata pelajaran wajib yang
memiliki landasan hukum yang kuat dan tujuan utama mengintegrasikan dan
menghargai kehidupan siswa yang sedang mempelajari Islam sehingga mereka
dapat mendiskusikan relevansi prinsip-prinsip Islam baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun kehidupan pribadi.

12
Hasnahwati. (2019). Urgensi Pendidikan Islam Pada Anak Usia Dini Dalam Membentuk
Kepribadian Islami. Jurnal Andi Djemma Jurnal Pendidikan, Vol/ 2, No. 2:19-29.
13
Ramayulis. (2018). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Secara umum, tiga komponen utama pendidikan Islam adalah akhlak,
syari'ah, dan akidah. Akidah adalah konsep yang berasal dari Iman. Syariah adalah
referensi untuk Islam, sedangkan akhlaq adalah referensi untuk doktrin ikhsan.
Sebagai hasil dari upaya yang dilakukan untuk mencegah seorang wanita
terlibat dalam aktivitas seksual, norma-norma agama juga dapat berfungsi sebagai
pedoman yang berguna untuk mencegah seorang wanita terlibat dalam aktivitas
seksual. Mudah-mudahan, perlu dijelaskan norma-norma agama. Norma agama
sering tumbuh pada remaja, membuat demokrasi ketika ingin melakukan
kejahatan.14
Selalu ada aturan dan peraturan dalam agama, itulah sebabnya agama
selalu mendorong orang untuk menghormati dan menghormati sesama manusia.
Karena itu, ada kemungkinan besar bahwa mereka akan menjadi anggota
masyarakat yang baik yang bersemangat untuk terlibat dalam kegiatan yang
menantang secara sosial jika mereka remaja yang secara jujur memahami dan
menghormati isi agama.
Usia remaja, dari peran pendidikan agama Islam, merupakan masa yang
baik bagi seseorang untuk belajar dan menuntut pendidikan agama Islam.
Bagaimana, di zaman ini, seseorang semakin mampu dan sadar akan norma-
norma nilai dalam kehidupan, sehingga sangat baik untuk membantu
mengembangkan sikap tanggung jawab dan pemahaman terhadap nilai-nilai,
terutama nilai-nilai yang berasal dari Islam.
Hal ini akan meminimalisir remaja untuk melakukan tindakan nakal yang
dapat merugikan diri sendiri dan orang lain dengan mempelajari dan memahami
pendidikan Islam dan nilai-nilai keislaman , nilai-nilai secara serius. Langkah
pertama untuk mencegah kenakalan seorang wanita adalah menanamkan norma-
norma dan nilai-nilai agama dalam dirinya.
C. Kenakalan Remaja
Remaja dalam perkembangannya akan mengalami banyak guncangan
dalam merugikan dirinya, orang lain, bahkan lingkungan disekitarnya. Segala
perbutan remaja ini yang disebut dengan kenakalan remaja.
Kenakalan remaja disebut juga dengan istilah Juvenlie Delinquecy. Secara
etimologis, istilah Juvenlie Delinquecy berasal dari dua kata yaitu Juvenile yang
berarti anak, dan Delinquency yang berarti kejahatan. Jadi secara etimologis
Juvelie delinquency adalah kejahatan anak.15 Juvelie delinquency juga diartikan
sebagai perilaku jahat atau nakal yang dilakukan oleh seorang remaja hingga

14
Khaidir, Nazaruddin, Nurainiah, Yalida, A., Siagin, N., Murni, Dahniar, Saepulloh, Akyuni,
Q., Hawa, S., Yusuf, M., & Afra, N. (2022). Sosiologi Pendidikan Islam. Aceh: Yayasan Peneribit
Muhammad Zaini.
15
Suparman Mannuhung, “Penanggulangan Tingkat Kenakalan Remaja Dengan
Bimbingan Agama Islam,” To Maega | Jurnal Pengabdian Masyarakat 2, no. 1 (2019): 9,
https://doi.org/10.35914/tomaega.v2i1.234.
menganggu diri sendiri dan orang lain.16 Perbuatan yang menyimpang dan biasa
dilakukan oleh para remaja itu dilakukan dengan cara berkolompok atau beramai-
ramai, umumnya remaja yang melakukan kenakalan tidak berani melakukannya
seorang diri. Tindakan yang dilakukan oleh para remaja yang menyimpang ini
akan menyebabkan gangguan terhadap ketanangan dan ketertiban hidup
masyarakat sekitarnya. Dari penjelasan di atas terdapat faktor-faktor yang
menyebabkan kenakalan pada remaja, diantaranya :
1) Faktor Keterlibatan Dalam Geng Anak Nakal
Geng memiliki artian sebagai sekelompok anak muda yang secara kolektif
terlibat dalam prilaku kenakalan. Dalam geng juga terdapat struktur dan organisasi
seperti adanya pemimpin geng, pembagian kerja, aturan, ritual, dan kepemilikan. 17
Geng merupakan istilah keren atau popular yang ditemui di kalangan para remaja
saat ini. Didalam geng, anak-anak bangga dan senang hati mempertontonkan
tindakan-tidakan pelanggaran atau kenakalan kepada semua orang. Mereka
dengan bangga mendapat lebel sebuah geng yang membuat seorang anak remaja
dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang kurang baik sesuka hatinya bersama
teman-teman sebayanya.
Sebenarnya mereka yang tergabung dalam sebuah geng adalah anak-anak
yang baik. Namun, satu atau beberaoa hal menjadikan anak-anak tersebut menjadi
liar dan nakal. Salah satu penyebabnya adalah tidak diperhatikannya anak dalam
sebuah keluarga. Mereka lantas mencari sesuatu yang menyenangkan dan
memuaskan bagi dirinya, yang mana tidak diperoleh olehnya dari lingkup
keluarga dan sekitarnya. Hal-hal yang yang tidak ditemukan dikeluarga justru
ditemukan dalam geng, seperti pengakuan dari para anggota geng, aksi-aksi
bersama, harga diri, rasa hormat, dan rasa aman terlindungi.
2) Faktor Pergaulan Salah
Pergaulan yang luas dan teman yang banyak memang sangat dibutuhkan
oleh seorang remaja, pasalnya diusia ini remaja membutuhkan aktivitas social
yang tinggi untuk memenuhi peran pada tumbuh dan kembang dalam dirinya.
Namun pada realitanya banyak remaja yang salah dalam memilih pergaulan.
Seorang remaja yang salah dalam memilih pergaulannya akan berkumpul
bersama kelompok orang yang bersikap atau bertingkah laku tak baik maka
remaja tersebut sedikit demi sedikit akan terbawa oleh pengaruh buruk dari
kelompok tersebut. Apalagi jika seorang remaja tersebut belum bias menentukan
hal yang baik dan bruk dalam dirinya, maka akan sangat mudah untuk
terpengaruh oleh pengaruh buruk dari lingkungan sekitar.
16
M U COVID, “Peran Pendidikan Islam Dalam,” Repository.Uinsby.Ac.Id 7, no. 20 (1983):
45–59, http://repository.uinsby.ac.id/1705/1/Mihmidaty Ya%27cub_jurnal_Peran pendidikan
Islam dalam menghadapi ujian Covid 19.pdf.
17
Santoso Tri Raharjo, Budi M Taftazani, and Sahadi Humaedi, “FAMILY FACTORS IN
JUVENILE DELINQUENSY ( Descriptive Study Regarding Motorcycle Gang In Bandung City ),”
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP-UNPAD 1 (2011).
Semakin lama mereka bersama, maka semakin mereka mencintai
kelompok tersebut, dimana mereka rela mekakukan apa saja dengan
mengorbakan apa saja. Kata ajaib yang sering muncul adalah “solidaritas”
membuat kata ini menjad validasi akan kebersamaan pada kelompok remaja. Tapi
hal ini justru banyak ditujukan kepada perlakuan-perlakuan menyimpang yang
merugikan orang lain, contohnya : penodongan, tawuran, perkelahian, mencoret-
coret tembok, bolos sekolah, dan kebut-kebutan dijalan, dan masih banyak lagi.
3) Faktor Keluarga
Seperti yang kita ketahui, pendidikan pertama seorang anak adalah
pendidikan keluarga, oleh karna itu, keluarga sering disebut dengan wadah
pembentuk tingakah laku anak. Baik dan buruknya tingkal laku anak ditentukan
oleh keluarga.
Keluarga adalan salah satu faktor seorang remaja dapat mekaukan aksi
kenakalan remaja. Karna keluarga adalah tempat seorang anak mendapatkan
perhatian, kasih sayang, dan rasa aman. Namun jika peran keluarga didalamnya
hancur, anak justruk akan kurang mendapatkan haknya sehingga mencari hal itu
dari pihak atau tempat lain. Oleh sebab itu, anak mencari kesenangan, perhatian,
rasa amannya diluar rumah dan juga anak akan melampiaskan perasaannya dalam
bentuk reaksi-reaksi negatif yang ia lakukan seperti melakukan tindak criminal
yang berujung merugikan diri sendiri dan orang lain.
4) Faktor Media Masa/Media Sosial
Jauh sebelum media social popular pasa saat ini, media masa terutama
televisi telah menjadi salah satu faktor penyebab seorang remaja melaukan sebuah
kenakalan. Karna televisi saat itu menjadi sarana hiburan yang enyenangkan
dengan cukup menonton tayangan dirumah. Namun tidak semua tayangan
ditelevisi memberikan nilai positif didalamnya, ada beberapa tayangan yang
mengandung nilai atau norma yang negative, dan juga tayangan yang tidak sesuai
dengan kategori usia ditonton oleh yang bukan pada kriterianya. Hal ini
menyebabkan banyak faktor yang membuar para perama mekalukan bentuk-
bentuk kenakalan remaja.
Jika dahulu televisi menjadi salah satu penyebab seorang remaja
melakukan melakukan kenakalan, maka zaman saat ini media social lah yang
menjadi faktor utama penyebab remaja mekaukan kenakalan. Banyak konten-
konten dimedia social yang memberikan nilai-nilai negative bagi para
penontonnya terutama para anak dan remaja. Banyak dari mereka yang menirukan
adegan-adegan yang ada disebuah konten yang ditontonnya.
Maka dari itu, pada penggunaan media social perlu pengawasan yang
ekstra bagi para penggunannya, terlebih bagi anak kecil atau bahkan remaja.
Karna media social yang sifatnya universal, sehingga semua orang bias
mengakses apa saja yang ada di internet.18 Perlu kita ketahui, segala yang ada
didalam internet sangat beragam macamnya, sehingga media social dapat
mempengauruhi tindak dan prilaku seseorang, hal ini dikarenakan media social
bisa menjadi faktor yang menentukan prilaku seseorang. Melihat hal ini, perlu
sikap yang bijak dalam memilih informasi dan konten-konten yang dilihat anak.
Maka hendaknya, orang tua memberikan perhatian yang lebih intensif pada anak
guna mencegah dampak negative yang didapat dari penggunaan media social.
Jika membahas penyebab-penyebab seorang remaja melakukan kenakalan,
maka perlu diketahui solusi dalam menaggulanginya, Pendidikan Agama islam
sangat berperan dalam upaya mencegah kenakalan pada remaja. Seorang anak
perlu dikenalkan dan diajarkan untuk menerapkan nilai-nilai keagamaan dalam
kehidupan serta untum membinanya menjadi makhluk yang taat kepada
penciptanya.
METODE PENELITIAN
1. Library Research
Penelitian perpustakaan (library research) adalah metode penyelidikan
yang menggunakan sumber informasi tertulis yang tersedia di
perpustakaan sebagai basis untuk mendapatkan informasi dan data yang
diperlukan. Metode ini melibatkan pencarian dan analisis literatur, jurnal
ilmiah, buku, tesis, dan dokumen lainnya yang relevan dengan topik
penelitian yang sedang dijalankan.
Berikut adalah beberapa poin penting terkait dengan penelitian
perpustakaan:
1. Sunber informasi tertulis: penelitian perpustakaan bergantung
pada sumber informasi tertulis yang tersedia di perpustakaan.
Ini termasuk buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian, teis,
ensiklopedia, dan materi lainnya.
2. Pencarian literatur: peneliti melakukan pencarian literatur
untuk mengedintifikasi sumber yang relevan dengan topik
penelitian mereka. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan
katalog perpustakaan, basis data online, atau indeks jurnal.
3. Analisis literatur: setelah mengumpulkan sumber yang relevan,
peneliti melakukan analisis terhadap literatur tersebut. Mereka
mengevaluasi informasi yang ditemukan, mengedintifikasi tren
atau pola, dan mengaitkan teman literatur dengan topik
penelitian mereka.
4. Penyusunan informasi: informasi yang ditemukan dari
penelitian perpustakaan digunakan untuk Menyusun landasan
teoritis, mengembangkan kerangka konseptual, atau
mendukung argument dalam penelitian.

18
Daffa Aqiilah, Denny Soestrisna As, and Agung Fauzi, “Dampak Media Sosial Terhadap
Tindak Kenakalan Remaja,” Jurnal Pendidikan Sosiologi 6 (2023): 1–7.
5. Validitas dan kredibilitas: penting untuk memastikan validitas
sumber informasi yang digunakan dalam penelitian
perpustakaan. Peneliti harus memverifikasi reputasi sumber,
memeriksa metode penelitian yang digunakan dalam karya
tersebut, dan mengevaluasi kecocokan informasi dengan topik
penelitian.
6. Integrasi dengan metode lain: peelitian perpustakaan sering
digunakan Bersama dengan metode penelitian lainnya, seperti
penelitian lapangan atau eksperimental. Penggunaan kombinasi
metode ini dapatmemperkuat validasi dan keandalan temuan
penelitian.
Penelitian perpustakaan merupakan komponen penting dari proses
penelitian di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan disiplin ilmu. Ini memberikan
akses kepada peneliti untuk memanfaatkan pengetahuan yang sudah ada dan
mendukung pengembangan pemikiran dan temuan baru dalam berbagi bidang.

Kesimpulan
Menurut penjelasan yang diberikan di atas mengenai tujuan pendidikan
Islam sebagai sarana pencegahan mutilasi alat kelamin perempuan, salah satu
kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah bahwa pendidikan Islam
memiliki potensi untuk mengubah kaum muda menjadi laki-laki dan perempuan
yang berbudi luhur dan menghormati Allah Ta'ala. Pendidikan Agama Islam
memiliki arti yang sangat penting bagi remaja, khususnya pelajar. Inicialmente,
artinya landasan yang bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya diri akan
pemahaman, apresiasi, pengamalan ajaran agama sejak remaja. Pendidikan Islam
efektif bagi remaja religius yang kurang paham, sehingga remaja dapat
memahami, memahami, dan mengamalkan dalam kehidupan di awal. Pendidikan
Islam dapat membantu wanita mengatasi rasa malu mereka, sehingga mereka
dapat dengan jujur menjadi orang yang lebih baik di hari-hari berikutnya.
Mengenai hal ini, pendidikan Islam sangat merugikan pertumbuhan anak
muda. Guna mencegah perilaku menyimpang pada remaja, pendidikan agama
harus dilaksanakan secara intensif dalam segala aspek, baik dalam keluarga,
sekolah, masyarakat. Maka akan meminimalisir remaja untuk melakukan tindakan
nakal yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain dengan mempelajari dan
memahami pendidikan Islam dan nilai-nilai keislaman ~ nilai-nilai secara serius.
Langkah pertama untuk mencegah kenakalan seorang wanita adalah menanamkan
norma-norma dan nilai-nilai agama dalam dirinya.

DAFTAR PUSTAKA
Alifariki, L. O. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Menghadapi
Masa Pubertas Remaja di SMP N 20 Kendari”. Jurnal Medula, Vol 6,, 6.

Butar, F. S. (2023). Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam.


EDU MANAGE - Journal of STAI Nurul Ilmi Tanjungbalai,, ayat 2(1).

Daffa Aqiilah, D. S. (2023). “Dampak Media Sosial Terhadap Tindak Kenakalan Remaja,. ”
Jurnal Pendidikan Sosiologi 6 , 1-7.

F. Handayani, U. R. (2020). Pembelajaran PAI di SMA: (Tujuan, Materi, Metode, dan


Evaluasi),”. Jurnal Al-Qiyam,, vol 1. no 1., 173–179,.

Hanafi, H. A. (2018). Ilmu Pendidikan Islam,. Deepublish,Ilmu Pendidikan Islam,.

Hanafi, H. A. (2018). Ilmu Pendidikan Islam. Deepublish. Ilmu Pendidikan Islam.

Hasnahwati. (2019). Urgensi Pendidikan Islam Pada Anak Usia Dini Dalam Membentuk
Kepribadian Islami. Jurnal Andi Djemma Jurnal Pendidikan,, vol 2. no 2., 19-29.

Khaidir, N. N. (2022).). Sosiologi Pendidikan Islam. Yayasan Peneribit Muhammad Zaini.

Laning, V. D. (2018). Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Cempaka Putih.

M U COVID. (2021). “Peran Pendidikan Islam Dalam,”. jurnal_Peran pendidikan Islam


dalam menghadapi ujian Covid 19.pdf., 45-59. Retrieved from
http://repository.uinsby.ac.id/1705/1/Mihmidaty Ya%27

Muhammad Miftakhuddin. (2020). “Pengembangan Model Pendidikan Agama Islam


dalam Membentuk Karakter Empati pada Generasi Z,. Jurnal PAI Jurnal
Pendidikan Agama Islam, vol 17. no 1., 1-16.

Nurul hasikin dan rahmni riza. (2022). Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menanggulangi Kenakalan Siswa,. Universitas Negeri Padang, Jurnal Pendidikan
Islam: An Nuha.

Purwanto, H. G. (2023). Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Metode


Paradigma Pembelajaran Di Abad 21,. EDU MANAGE - Journal of STAI Nurul Ilmi
Tanjungbalai,, 2, 2.

Ramayulis. (2018). Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia,.

Ramayulis. (2018). Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia.

Santoso Tri Raharjo, B. M. (2021). “FAMILY FACTORS IN JUVENILE DELINQUENSY


( Descriptive Study Regarding Motorcycle Gang In Bandung City ),”. ” Jurusan
Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP-UNPAD 1.

Suparman Mannuhung. (2019). “Penanggulangan Tingkat Kenakalan Remaja Dengan


Bimbingan Agama Islam,. To Maega | Jurnal Pengabdian Masyarakat 2,, vol 2. 1
no. 1, 234.

Utomo, K. B. (2018). Strategi Dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam MI.”.
MODELING:Jurnal Program Studi PGMI, vol 5(2), 145-56.

Anda mungkin juga menyukai