Anda di halaman 1dari 14

PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM PEMBENTUKAN KELUARGA DAN MASYARAKAT MADANI


AH.Mursyid
STIT Al-Ishlah Bondowoso, Jl. Raya No. 17-19 KM.07 Dadapan Grujugan
Kabupaten Bondowoso Jawa Timur 6821
Email : mursyidhr0@gmail.com

ABSTRAK

Education in the family is an important. Because it can enable families to strengthen and
maintain the right relationship between family members, friends and the others. Education
family also give knowledge, value and important skill for children’s life. Islamic Education is an
efforth of teaching, guidance, and practicing the teaching of Islam and making it a way of life,
both personal and community life. This reserach aims to find out and discuss the role of islamic
religious education in the formation of families and civil society. The method of this reserach
using literature review with descriptive approach. It can be concluded the the role Islamic
religios education is: (1) foundation in the family to shape the behavior and morals of children
and know the boundaries of good and bad, (2) serves to from human beings who believe and are
pious to Allah SWT, (3) main foundation, and play a role in moral eeducation for the
development of Indonesia society as a whole.

Key words: Islamic education, family, society

ABSTRACT

Pendidikan keluarga adalah sangat penting, karena dapat memungkinkan keluarga menegakkan
dan memelihara hubungan yang benar antara anggota keluarga, teman-teman dan orang lain.
Pendidikan keluarga juga memberikan pengetahuan, nilai dan keterampilan yang penting bagi
kehidupan anak. Pendidikan agama Islam yaitu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan
asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi
maupun kehidupan masyarakat. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan membahas peran
pendidikan agama Islam dalam pembentukan keluarga dan masyarakat madani. Metode
penulisan ini menggunakan kajian kepustakaan dengan pendekatan deskriptif . Dapat
disimpulan bahwa peran pendidikan agama Islam merupakan: (1) fondasi dalam keluarga untuk
membentuk perilaku dan moral anak-anak dan mengetahui batasan baik dan buruk, (2)
berfungsi untuk membentuk manusia yang percaya dan bertaqwa kepada Allah SWT, (3) fondasi
utama dan berperan dalam pendidikan moral bagi pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya.

Kata kunci: Pendidikan agama Islam, Keluarga, Masyarakat Madani


PENDAHULUAN
Latar belakang penulisan makalah ini adalah adanya kekhawatiran yang cukup mendasar
bila melihat beberapa kejadian di tanah air yang sepertinya mulai membudaya di kalangan
pelajar kita dewasa ini seperti perkelahian, tawuran bahkan penganiayaan di antara kaum muda
dan pelajar yang penyebabnya dipicu hanya soal yang tidak terlalu penting tetapi mengakibatkan
banyak korban, yang nyata-nyata perilaku dan perbuatan tersebut sangat merugikan diri sendiri
dan juga merugikan orang lain.Tingginya degradasi moral remaja disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain pergaulan bebas, proses sosialisasi yang kurang sempurna, pengaruh budaya
barat atau biasa disebut westernisasi, kurangnya pengawasan serta perhatian dari orang tua dan
tingkat pendidikan yang rendah.
Demikian pula masalah lainnya yang menyangkut peserta didik dan masyarakat umum
seperti adanya geng motor yaitu sekumpulan komunitas anak-anak remaja yang mempunyai hobi
bermotor yang melakukan tindakan kekerasan, penganiayaan, penjambretan hingga perampokan
yang sangat meresahkan masyarakat. Kejadian-kejadian tersebut menimbulkan pertanyaan
bagaimana peran pendidikan dalam membentuk pola pikir dan tingkah laku atau moral peserta
didik maupun masyarakat umum dan bangsa. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan pendapat Hadirah (2008;5), bahwa Pendidikan
sangat berperan penting dalam kehidupan manusia; tanpa pendidikan, manusia tak berdaya.
Menurut H.Horne pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang
lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas
dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasi (terwujud) dalam alam sekitar intelektual,
emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Pada dasarnya pendidikan adalah usaha orang tua atau generasi tua untuk mempersiapkan
anak atau generasi mudanya agar nantinya dapat hidup secara mandiri dan mampu melaksanakan
tugas-tugas dalam hidupnya secara baik. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3, bahwa: "Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdasknn kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang: beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, beraklak mulia, sehat,
berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”
Pendidikan berupaya mendidik manusia untuk mempunyai ilmu pengetahuan dan
ketrampilan disertai dengan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT, sehingga dia akan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya itu untuk kebaikan dirinya ,
masyarakat, lingkungan dan bangsanya. Sedangkan pendidikan keagamaan adalah pendidikan
yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan tentang ajaran agama dan menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran
agamanya. Menurut Zuhairini (1983:27) bahwa "pendidikan agama ialah usaha-usaha secara
sistematis dan pragmatis untuk membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran
agama. Sementara menurut Zakiah (1990:46) pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:
“Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik agar nantinya setelah selesai ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran
agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup
di dunia dan di akhirat kelak”.
Dengan demikian pendidikan agama merupakan suatu usaha bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya dapat mengamalkan ajaran agamanya. Jadi dalam pendidikan
agama yang lebih dipentingkan adalah sebagai pembentukan kepribadian anak, yaitu
menanamkan tabiat yang baik agar anak didik mempunyai sifat yang baik dan berkepribadian
yang utama. Tujuan pendidikan agama adalah: (1) terbentuknya kepribadian yang utuh jasmani
dan rohani (insan kamil) yang tercermin dalam pemikiran maupun tingkah laku terhadap sesama
manusia, alam serta Tuhannya, (2) dapat menghasilkan manusia yang tidak hanya berguna bagi
dirinya, tapi juga berguna bagi masyarakat dan lingkungan, serta dapat mengambil manfaat yang
lebih maksimal terhadap alam semesta untuk kepentingan hidup di dunia dan akhirat, (3)
merupakan sumber daya pendorong dan pembangkit bagi tingkah laku dan perbuatan yang baik,
dan juga merupakan pengendali dalam mengarahkan tingkah laku dan perbuatan manusia. Oleh
karena itu pembinaan moral harus didukung pengetahuan tentang ke-Islaman pada umumnya dan
aqidah atau keimanan pada khususnya. Pendidikan agama merupakan faktor yang sangat penting
untuk menyelamatkan anak-anak, remaja ataupun orang dewasa dari pengaruh buruk budaya
asing yang bertentangan dengan budaya Islam yang saat ini sudah banyak mempengaruhi bangsa
Indonesia, terutama generasi muda.
Menurut pandangan Islam, pendidikan harus mengutamakan pendidikan keimanan.
Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan
pendidikan keimanan akan menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya. Akhlak yang
rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama yang dapat menghancurkan sendi-
sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Lulusan sekolah yang kurang kuat imannya akan
sangat sulit menghadapi kehidupan pada zaman yang semakin penuh tantangan di masa
mendatang.Oleh karena itu, mengingat pentingnya pendidikan Islam terutama bagi generasi
muda, semua elemen bangsa, terutama guru pendidikan Islam, perlu membumikan kembali
pendidikan Islam di sekolah-sekolah baik formal maupun informal (Suharsimi; 2009:117).
Permasalahannya adalah bagaimana peran keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan
keimanan dan kecerdasan melalui pendidikan agama. Penulisan ini bertujuan untuk
mengetahui: (1) bagaimana peran pendidikan agama dalam keluarga dan masyarakat, serta (2)
manfaat pendidikan dalam lingkungan masyarakat. Metode penulisan menggunakan studi
kepustakaan, dengan pendekatan deskriptif eksploratif.

PEMBAHASAN
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu
usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran,
bimbingan dan pelatihan di lembaga pendidikan, dari tingkat anak usia dini sampai pada usia
pendidikan tinggi. Menurut Zuchdi (2010:2-3) bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan atau karakter yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Secara akademis, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti,
moral, watak, atau akhlak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
memberikan keputusan baik- buruk, memelihara apa yang baik itu dan mewujudkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia
agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan
baik. Menurut Ratna Wilis (2006:98) bahwa Pendidikan juga merupakan metode pendekatan
yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan. Selanjutnya
tujuan pendidikan berkaitan erat dengan tujuan hidup manusia, dan tujuan hidup ini pun berbeda-
beda antara bangsa yang satu dengan yang lainnya.

Pendidikan Agama Islam


Menurut Arifin Muzayyin (2010;34): Tujuan Pendidikan Keagamaan adalah untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan. Seiring dengan perkembangan
waktu, maka Pendidikan Agama semakin menjadi perhatian dengan pengertian bahwa
pendidikan agama semakin dibutuhkan oleh setiap manusia terutama mereka yang masih duduk
di bangku sekolah. Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan yaitu: (1) Tilawah;
membacakan ayat Allah, (2) Tazkiyah; mensucikan jiwa, (3) Ta’limul kitab wa sunnah;
mengajarkan al kitab dan al hikmah. Pendidikan agama dapat merubah masyarakat jahiliyah
menjadi umat yang baik. Pendidikan Islam mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam
yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu
yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk
jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.
Pendidikan Islam terpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah dan amaliyah (aktivitas).
Nilai Islam yang ditanamkan pada individu membutuhkan tahapan-tahapan selanjutnya dan
dikembangkan pada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang
dikembangkan kemudian diarahkan pada merealisasikan potensi dalam berbagai kehidupan.
Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al Qur’an sebagai
rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk masyarakat yang sadar dan
menjadikan Allah sebagai Ilah saja, maka kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat.
Hasil ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga
diri, kekuatan dan persatuan.

Tujuan Utama Pendidikan Islam


Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang
Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh. Interaksi di dalam diri manusia memberi pengaruh
kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik.
Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat
malam, shoum (puasa) sunnah, selalu bersilaturahim dengan keluarga dan masyarakat. Semakin
sering ia melakukan latihan, maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan
kebajikan. Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya
menjadi gaya hidup sehari-hari. Menurut al-Ghazali tujuan pendidikan Islam adalah
kesempurnaan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Manusia dapat mencapai kesempurnaan
melalui ilmu untuk memberi kebahagiaan di dunia dan sebagai jalan mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Ibnu Khaldun berpendapat tujuan pendidikan Islam berorientasi ukhrawi dan
duniawi. Pendidikan Islam harus membentuk manusia seorang hamba yang taat kepada Allah
dan membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk persoalan kehidupan dunia.
Pendidikan Islam adalah upaya terencana dalam menyiapkan manusia untuk mengenal,
memahami, menghayati, dan mempercayai ajaran agama Islam dengan dibarengi tuntunan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama untuk menciptakan persatuan
dan kesatuan bangsa. Tujuan pendidikan Islam yang hendak dibidik dewasa ini adalah untuk
membimbing, mengarahkan, dan mendidik seseorang untuk memahami dan mempelajari ajaran
agama Islam. Diharapkan mereka memiliki kecerdasan berpikir (IQ), kecerdasan emosional (EQ)
dan memiliki kecerdasan Spiritual (SQ) untuk bekal hidup menuju kesuksesan dunia dan akhirat

Langkah- langkah Menanamkan Pendidikan Islam


Al-Qurthubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama Islam membagi tiga tingkatan
pengetahuan yaitu: (1) pengetahuan tinggi; ilmu ketuhanan, (2) pengetahuan menengah;
mengenai dunia seperti kedokteran dan matematika, (3) pengetahuan rendah; pengetahuan
praktis seperti bermacam-macam keterampilan kerja. Hal ini berarti bahwa pendidikan
iman/agama harus diutamakan. Tiga hal penting yang harus secara serius dan konsisten diajarkan
kepada anak didik yaitu: (1) Pendidikan akidah/keimanan; untuk menghasilkan generasi muda
masa depan yang tangguh dalam imtaq (iman dan taqwa) dan terhindar dari aliran atau perbuatan
yang menyesatkan kaum remaja seperti gerakan Islam radikal, penyalagunaan narkoba, tawuran
dan pergaulan bebas (freesex) yang akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan, (2) Pendidikan
ibadah; untuk diajarkan kepada anak-anak untuk membangun generasi muda yang punya
komitmen dan terbiasa melaksanakan ibadah, seperti shalat, puasa, membaca Al-Quran. Peran
orang tua dan guru sangat diperlukan dalam memberikan contoh dan teladan yang baik bagi
anak-anak dan peserta didik, (3) Pendidikan akhlakul-karimah; untuk melahirkan generasi
rabbani, atau generasi yang bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia. Oleh karena itu peran para
orang tua dan pendidik baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah sangat dibutuhkan.
Penanaman pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan dapat berjalan
secara optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak. Oleh karena
itu, semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama, masyarakat, pendidik, orang tua dan
sebagainya) harus memiliki niat dan perhatian yang serius agar generasi masa depan bangsa
Indonesia adalah generasi yang berintelektual tinggi dan berakhlak mulia.

Pendidikan Agama dalam Keluarga


Keluarga menduduki posisi terpenting di antara lembaga-lembaga sosial yang memiliki
perhatian terhadap pendidikan anak. Biasanya dalam keluarga ditanamkan nilai-nilai agama
untuk membentuk perilaku anak. Oleh karena itu, pendidikan agama dalam keluarga sangat
diperlukan untuk mengetahui batasan-batasan baik dan buruk dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan agama diharapkan akan mendorong setiap manusia untuk mengerjakan sesuatu
dengan suara hatinya. Mengingat pentingnya pendidikan keluarga dalam membangun sumber
daya manusia (SDM) yang berakhlak dan bermoral, maka perlunya pemahaman tentang
pendidikan yang tepat. Lingkungan keluarga sering pula disebut sebagai lembaga pertama dan
utama pendidikan yang dikenal anak. Kedua orang tuanyalah orang yang pertama dikenal dan
diterimanya pendidikan. Bimbingan dan perhatian dan kasih sayang yang terjalin antara kedua
orang tua dan anak-anaknya, merupakan basis yang ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan
psikis serta nilai-nilai sosial dan religius pada diri anak didik. Munculnya gejala pendidikan
dalam suatu keluarga disebabkan karena adanya pergaulan antara orang tua sebagai manusia
dewasa dan anak yang belum dewasa. Dari situlah lahirlah peristiwa pendidikan dalam sebuah
wadah yakni keluarga. “Kehadiran anak dalam keluarga merupakan tanggung jawab dan
pengabdian orang tua terhadapnya, yang bersifat kodrati dan berdasarkan cinta kasih’’.
Kedua orang tua memiliki peran sentral bagi pendidikan agama dalam perspektif luas
itu kepada anak-anaknya dirumah, baik melalui proses keteladanaan sikap dan perilaku dalam
semua aspeknya. Menjadi orang tua dikaitkan dengan pendidikan agama atau beragama menjadi
tidak mudah, diperlukan kematangan pribadi dan keshalehan perilaku. Bahkan dari anak belum
lahir hingga lahir dan tumbuh besar, kedua orang tua harus terus memberikan pendidikan itu
sesuai dengan aturan islam.17 Begitu anak lahir, dibisikkan di telinganya kalimah azan dan
iqamah, dengan harapan kalimat- kalimat thayibah itulah yang hendaknya yang pertama kali
terdengar oleh anak, kemudian ia akan berulang kali mendengar, setiap waktu shalat tiba, baik
didengarnya di rumah ataupun di luar rumah. Peran orang tua sangat sentral sebagai pendidik di
rumah. Orang tua dituntut memiliki kompetensi keilmuwan yang standar untuk melakukan
proses pendidikan. Anak mungkin saja akan mengajukan berbagai pertanyaan tentang berbagai
aspek kehidupan, Orang tua harus mampu menjawab dan menjelaskan dengan tepat.18 Sebab
jawaban orang tua akan memberikan bekas dan pengaruh pada pemahaman anak dan akan
dibawa hingga dewasa. Karenanya orang tua terutama ibu untuk bisa memberikan penjelasan
yang benar terkait berbagai pertanyaan anak. Anak mengenal Tuhan melalui ucapan ibunya
waktu ia kecil. apa yang dikatakan ibunya tentang Tuhan akan diterimanya dan dibawa sampai
dewasa. Oleh karena itu, ibu perlu berhati-hati menjawab pertanyaan anak tentang Tuhan akan
diterimanya dan dibawa sampai dewasa.
Menurut Nurcholis Madjid Pendidikan agama dalam keluarga tidak cukup hanya berupa
pengajaran kepada anak tentang segi-segi ritual dan formal agama. Namun didalam masyarakat
sering terjadi kekeliruan, orang tua sering melimpahkan tanggung jawab pendidikan agama
kepada lembaga dan orang lain atau guru mengaji yang lebih populer dikalangan masyarakat.
Tetapi yang sesungguhnya dapat dilimpahkan kepada lembaga lain atau guru mengaji terutama
hanyalah pengajaran agama, berupa segi-segi ritual dan formal agama. Dan disini yang
ditekankan adalah pendidikan agama yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Sedangkan
para pelaku pendidikan, seperti guru mengaji, dan guru agama disekolah adalah sebagai wakil-
wakil orang tua dan pelanjut peran orang tua dalam menumbuhkan mengembangkan potensi
keagamaan dalam diri anak. Meskipun ada guru mengaji sekaligus juga bertindak sebagai
pendidik agama, namun peran mereka tidak akan dapat menggantikan peran orang tua
sepenuhnya. Jadi guru mengaji pun sebenarnya terbatas perannya hanya sebagai pengajar agama,
yakni penuntun ke arah segi-segi kognitif agama itu, bukan pendidikan agama.

Peran Keluarga dalam Pendidikan


Menurut etimologi peran keluarga dalam pertumbuhan anak ibarat baju besi yang kuat
yang melindungi manusia. Secara terminologis, keluarga berarti sekelompok orang yang pertama
berinteraksi dengan bayi. Pada tahun-tahun pertama hidup bayi bersama keluarga. Bayi tumbuh
dan berkembang mengikuti kebiasaan dan tingkah laku orang tua dan orang-orang sekitamya.
Psikolog dan ahli pendidikan meyakini bahwa keluarga merupakan faktor utama yang mampu
memberikan pengaruh terhadap pembentukan dan pengaturan ahklak anak. Peran keluarga
memiliki peranan yang penting, agar proses dalam setiap jenjang, jalur dan jenis pendidikan serta
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat , berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
bertanggung jawab.Keluarga terus memiliki pengaruh di masa kanak- kanak saat anak selesai
sekolah, sampai anak itu lepas dari pengasuhan dan mengarungi bahtera rumah tangganya. Peran
Keluarga adalah: (1) merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama karena dalam
keluargalah manusia dilahirkan, berkembang dan menjadi dewasa. Pendidikan di dalam
keluarga sangat mempengaruhi tumbuh dan terbentuknya watak, budi pekerti dan kepribadian
tiap-tiap manusia, (2) ibarat sekolah pertama dimasuki anak sebagai pusat untuk menumbuh
kembangkan kebiasaan (tabiat), mencari pengetahuan dan pengalaman, (3) perantara untuk
membangun kesempurnaan akal anak dan kedua orang tuanya yang bertanggung jawab untuk
mengarahkan serta membangun dan mengembangkan kecerdasan berpikir anak. Semua sikap,
perilaku dan perbuatan kedua orang tua selalu menjadi perhatian anak-anak. Fungsi-fungsi
utama keluarga yaitu: (1) Menjaga fitrah anak yang luhur dan suci, (2) Meluruskan fitrahnya
dan membangkitkan serta mengembangkan bakat kemampuan positifnya, (3) Menciptakan
lingkungan yang aman dan tenang dan mengasuhnya di lingkungan yang penuh kasih sayang,
lemah lembut dan saling mencintai.
Dengan demikian anak tersebut memiliki kepribadian normal yang mampu
melaksanakan kewajiban dan berguna di masyarakat, (4) memberikan informasi tentang
pendidikan dan kebudayaan masyarakat, bahasa, adat istiadat dan norma-norma sosial agar anak
dapat mempersiapkan kehidupan sosialnya dalam masyarakat.Untuk itu keluarga perlu: (1)
memupuk bakat dan kemampuan anak dalam mencapai perkembangan yang baik, (2)
menyediakan lingkungan yang efektif dan kesempatan untuk menumbuhkan kecerdasan
emosional, tingkah laku, sosial kemasyarakatan dan kecerdasan intelegensi. (3) memberikan
kenyamanan dan ketenangan, serta mampu memahami gerakan, isyarat, dan kebutuhan anak, (4)
memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan- pertanyaan anak pada waktu yang tepat. (5)
menumbuhkan kepekaan kesadaran bermasyarakat pada anak yang merupakan salah satu unsur
kejiwaan, seperti nurani. Kepekaan kesadaran masyarakat itu terus tumbuh di dalam jiwa anak
dalam kedisiplinan keluarga

Peran Masyarakat dalam Pendidikan.


Masyarakat adalah sekumpulan orang dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari
yang tidak berpendidikan sampai pada yang berpendidikan tinggi. Kualitas suatu masyarakat
ditentukan oleh kualitas pendidikan para anggotanya, makin baik pendidikan anggotanya,
semakin baik pula kualitas masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat merupakan lembaga
pendidikan yang ketiga setelah pendidikan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.
Pada Sistem pendidikan nasional tercantum bahwa dalam rangka membangun masyarakat
lndonesia seutuhnya, pada hakikatnya menjadi tanggung jawab seluruh bangsa lndonesia dan
dilaksanakan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah. Hal ini juga ditegaskan dalam Rencana
Pembangunan Lima Tahun pemerintah. Masyarakat ikut bertanggung jawab atas berbagai
permasalahan pendidikan. Masyarakat diberikan kesempatan untuk berpartisipasi, sebagaimana
tertera dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 8 bahwa; masyarakat
berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program
pendidikan. Tujuan dari pasal ini adalah agar dapat menjamin pemerataan kesempatan dan
kualitas pendidikan. Dengan demikian masyarakat mempunyai peran yang besar dalam
pelaksanaan pendidikan nasional antara lain menciptakan suasana yang dapat menunjang
pelaksanaan pendidikan dan ikut melaksanakan pendidikan non pemerintah (swasta).
Singkatnya masyarakat memegang peran penting dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan pendidikan terutama dalam mendidik moraltas, agama, menyekolahkan
anaknya, dan membiayai keperluan pendidikan anak-anaknya.

Peran Pendidikan Agama di Lingkungan Masyarakat


Menurut H. Jalaluddin: beberapa fungsi agama dalam masyarakat, antara lain: (1) fungsi
Edukatif (Pendidikan); ajaran agama secara yuridis (hukum) berfungsi menyuruh/mengajak dan
melarang yang harus dipatuhi agar pribagi penganutnya menjadi baik dan benar, dan terbiasa
dengan yang baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-masing.(2) fungsi Penyelamat;
dimanapun manusia berada, dia selalu menginginkan dirinya selamat. Keselamatan yang
diberikan oleh agama meliputi kehidupan dunia dan akhirat. (3). fungsi Perdamaian; melalui
tuntunan agama seorang/sekelompok orang yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian
batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta dan Allah, (4) fungsi Kontrol Sosial;
ajaran agama membentuk penganutnya semakin peka terhadap masalah-masalah sosial seperti,
kemaksiatan, kemiskinan, keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Kepekaan ini juga
mendorong untuk tidak dapat berdiam diri menyaksikan kebatilan yang merasuki sistem
kehidupan yang ada, (5) fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas; bila fungsi ini dibangun secara serius
dan tulus, maka persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar "Civil Society"
(kehidupan masyarakat) yang memukau, (6) fungsi Pembaharuan; ajaran agama dapat mengubah
kehidupan pribadi seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi ini
seharusnya agama terus-menerus menjadi agen perubahan basis-basis nilai dan moral bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (7) fungsi Kreatif; menopang dan
mendorong fungsi pembaharuan untuk mengajak umat beragama bekerja produktif dan inovatif
bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain, (8) fungsi Sublimatif (bersifat
perubahan emosi); ajaran agama mensucikan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat
agamawi, melainkan juga bersifat duniawi. Usaha manusia dapat dilakukan selama tidak
bertentangan dengan norma-norma agama dan atas niat yang tulus. Dengan demikian
Pendidikan agama dalam lingkungan masyarakat sangat berperan penting bagi kehidupan
bermasyarakat dan dalam meningkatkan moral bangsa dan Negara.
Agama mempunyai perana penting dalam mengatur dan mengorganisasikan serta
mengarahkan kehidupan sosial. Agama juga menolong menjaga norma-norma sosial dan kontrol
sosial. Ia mensosialisasikan individu dan melakukan kontrol baik terhadap individu maupun
kelompok dengan berbagai cara.
Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Masyarakat Madani
Masyarakat madani dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab dalam
membangun, menjalani, dan memaknai kehidupan. Kata madani sendiri berasal dari bahasa arab
yang artinya civil atau civilized (beradab). Istilah masyarakat madani adalah terjemahan dari
civil atau civilized society, yang berati masyarakat yang berperadaban. Untuk pertama kali
istilah Masyarakat Madani dimunculkan oleh Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menteri
Malaysia. Menurut Anwar Ibrahim masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur
berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan
kesatabilan masyarakat. Inisiatif dari individu dan masysrakat akan berupa pemikiran, seni,
pelaksanaan pemerintah yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan
individu.Dawam Rahardjo mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses penciptaan
peradaban yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama.Dawam menjelaskan, dasar
utama dari masyarakat madani adalah persatuan dan integrasi sosial yang didasarkan pada suatu
pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan timbulnya
perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan.
Masyarakat madani pada prinsipnya memiliki multimakna, yaitu masyarakat yang
demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparan, toleransi, berpotensi, aspiratif,
bermotivasi, berpartisipasi, konsisten memiliki bandingan, mampu berkordinasi, sederhana,
sinkron, integral, mangakui, emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling dominan adalah
masyarakat yang demokratis. Masyarakat madani adalah kelembagaan sosial yang akan
melindungi warga negara dari perwujudan kekuasaan negara yang berlebihan. Bahkan
masyarakat madani dapat dikatakan sebagai tiang utama kehidupan politik yang demokratis.
Sebab masyarakat madani tidak saja melindungi warga negara dalam berhadapan dengan negara,
tetapi juga merumuskan dan menyuarakan aspirasi masyarakat. Mun’im (1994) mendefinisan
istilah civil society sebagai seperangkat gagasan etis yang mengejawantah dalam berbagai
tatanan sosial, dan yang paling penting dari gagasan ini adalah usahanya untuk menyelaraskan
berbagai konflik kepentingan antar individu, mansyarakat, dan negara.
Mahasin (1995) menyatakan bahwa masyarakat madani sebagai terjemahan bahasa
Inggris, civil society. Kata civil society sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu civitas dei
yang artinya kota illahi dan society yang berarti masyarakat. Dari kata civil akhirnya membentuk
kata civilization yang berati peradaban . Oleh karena itu kata civil society dapat diartikan sebagai
komunitas masyarakat kota yakni masyarakat yang telah berperadaban maju. Istilah madani
menurut Munawir (1997) sebenarnya berasal dari bahasa Arab, madaniy yang berakar dari kata
kerja madana yang berarti mendiami, tinggal, atau membangun. Konsep masyarakat madani
menutut Madjid (1997) kerapkali dipandang telah berjasa dalam menghadapi rancangan
kekuasaan otoriter dan menentang pemerintahan yang sewenang-wenang di Amerika Latin,
Eropa Selatan, dan Eropa Timur.Hall (1998) mengemukakan bahwa masyarakat madani identik
dengan civil society , artinya suatu ide, angan-angan, bayangan, cita-cita suatu komunitas yang
dapat terjewantahkan dalam kehidupan sosial. Pada masyarakat madani pelaku social akan
berpegang teguh pada peradaban dan kemanusiaan.

Ciri-ciri Masyarakat Madani


Merujuk pada Bahmuller ( 1997), ada beberapa ciri-ciri masyarakat madani, antara lain :
(1) Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok eksklusif ke dalam masyarakat
melalui kontrak sosial dan aliansi sosial (2) Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-
kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan
alternatif (3) Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan
organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan
pemerintah (4) Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu
mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri (individualis).
(5) Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai
perspektif

Masyarakat Madani Dalam Islam


Dalam perspektif Islam kata madani berasal dari bahasa Arab yaitu madani yang
berarti menempati suatu tempat. Sebenarnya konsep masyarakat madani menurut perspektif
dalam Islam sudah diatur dalam Al-Qur’an, yaitu dibagi menjadi 3 bagian antara lain (1)
Masyarakat terbaik atau Khairah Ummah; Konsep masyarakat yang jenis ini telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran ayat 110 merupakan konsep yang ideal (2) Masyarakat
seimbang atau Ummatan Wasathan, dan (3) Masyarakat Moderat atau Ummah Muqtashidah.

Ciri-ciri Civil Society atau Masyarakat Madani Menurut Islam


Sedangkan karakteristik dari pembangunan masyarakat madani menurut perspektif
Islam juga dibagi menjadi tiga karakteristik, yaitu (a) Islam Humanis, istilah Islam Humanis
memiliki arti ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW merupakan kompatibel yang
sesuai dengan fitrah dari manusia. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Rum ayat 30 yang
artinya adalah “ Maka hadapkanlah wajah dengan lurus pada Agama Allah dan tetap berada
dalam fitrah Allah yang sudah menciptakan manusia sesuai dengan fitrahnya”. Manusia hidup
sesuai dengan fitrahnya masing-masing. Tidak akan berubah dari fitrah Allah. (b) Islam
Moderat, Islam Moderat ini menjelaskan tentang ajaran Islam yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Karakteristik ini agama Islam bersifat sangat kompatibel yang sesuai
fitrah dan naluri dari manusia. Berawal dari asas atau karakteristik ini konsep kemasyarakatan
tetap memegang teguh nilai-nilai dan norma dalam agama Islam. (c) Islam Toleran, Istilah
toleran dalam agama Islam berkaitan dengan hubungan antara sesama agama Islam dengan
penganut agama lain. Apabila dikaitkan dengan hubungan antara sesama, maka hal ini berkaitan
dengan sikap kelonggaran dan kemudahan. Sebab pada dasarnya agama Islam sendiri sangat
mudah dan fleksibal untuk disampaikan kepada umat manusia. Pada intinya masyarakat madani
menurut perspektif Islam yaitu suatu konsep kehidupan yang sesuai dengan fitrah dan naluri
manusia yang diberikan oleh Allah SWT.

PENUTUP
Kesimpulan
1. Pendidikan agama Islam berfungsi dalam keluarga dan masyarakat untuk membentuk
manusia yang percaya dan ketaqwaan kepada Allah SWT agar terciptanya kehidupan
yang baik dalam keluarga dan masyarakat.
2. Pendidikan agama Islam merupakan fondasi yang utama sebagai sistem pendidikan moral
dan ahklak, dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat
Indonesia seluruhnya.
3. Pendidikan agama dalam lingkungan masyarakat sangat berperan penting bagi kehidupan
bermasyarakat dan untuk meningkatkan moral bangsa dan Negara.
4. Pendidikan agama Islam merupakan faktor utama dalam pembentukan keluarga dan
masysarakat madani.
Saran-saran
1. Agar pendidikan agama dapat dilaksanakan secara terarah dan terencana baik dalam
keluarga dan masyarakat.
2. Perlu perhatian dan peran Pemerintah untuk membantu agar pendidikan agama dapat
dilakukan secara serius di sekolah sehingga peserta didik memiliki ahlak mulia serta
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu berperan
mengembangkan Negara dan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara,


Jakarta, 2010.
Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Pendidikan, Ar- Ruzz Media,
Yogyakarta, 2012
H. Jalaluddin, Psikologi Agama diunduh 30 Sept 2013 jam 15.30.
Hamdani, Ihsan, dan Fuad Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka,
Bandung,2007
Hadirah Ira, Dasar-dasar Kependidikan, UIN Alauddin.
Makassar,2008
Ihsan Fuad. Ilmu Pendidikan, Cet. III, Rineka Cipta,
Semarang, 2003
Ratna Wilis Dahar, Teori Belajar dan Pembelajaran, Erlangga,
Jakarta, 2006
Ratna Wilis Dahar, Dasar-Dasar Pendidikan Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara,
Jakarta, 2009
Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta,2008
Tadjab, Perbandingan Pendidikan, Abditama, Surabaya, 1994.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Islam.
diunduh pada Januari 2013 jam 20.00
Zainal Arifin & Adhi Setiawan, Pengembangan Pembelajaran Aktif, Skripta,
Yogyakarta,2012
Hidayat dan Azyumari Azra. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta :
ICCE UIN Hidayatullah Jakarta dan The Asia Foundation,2006
Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004
H.A.R Tilaar. Pendidikan, Kebudayaan Dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya dengan Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation, 2002
Cula, Adi Surya (1999 ), Masyarakat Madani : Pemikiran, Teori dan Relevansinya dengan cita-
cita Reformasi, Jakarta : Rajawali Pers
Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, Cet. 1 ( Jakarta: Paramadina, 1997), 115

Anda mungkin juga menyukai