Anda di halaman 1dari 120

ABSTRAK

Mely Anisah Krisnadianti : Bimbingan Agama Islam dengan Metode Tahfidz


Al-Quran untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Remaja
Bimbingan tahfidz Al-Quran merupakan suatu proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh pembimbing kepada individu atau kelompok dengan tujuan
untuk menjaga, memelihara dan melestarikan kemurnian Al-Quran. Seperti halnya
di SMP Boarding School Ar-rahmat Cileunyi, bimbingan tahfidz Al-quran
memiliki tujuan untuk memberi bantuan kepada peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi dirinya dalam hal kemampuan untuk menghafal ayat-
ayat Al-Quran, serta peserta didik dapat menerapkan syari’at islam dalam
kehidupan sehari-hari, melalui kegiatan menghafal Al-Quran dengan memahami
isi-isi kandungan/makna dari Al-Quran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program bimbingan tahfidz Al-
Quran di SMP Boarding School Ar-rahmat, proses pelaksanaan bimbingan tahfisz
Al-Quran yang dilakukan di SMP Boarding School Ar-rahmat dan hasil
bimbingan tahfidz Al-Quran untuk meningkatkan kecerdasan spiritual remaja di
SMP Boarding School Ar-rahmat Cileunyi Bandung.
Penelitian ini didasari oleh konsep pemikiran bahwa bimbingan tahfidz
Quran merupakan proses pemberian bantuan berupa arahan yang didalamnya
terdapat tahapan dan juga unsur-unsurnya, kepada para siswa yang bertujuan
untuk memudahkan siswa menghafal al-Quran.
Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi, wawancara langsung dengan pembimbing
tahfidz dan pengurus SMP Boarding school dan wawancara tertulis kepada siswa
SMP Boarding School Ar-rahmat, kemudian hasil observasi dan wawancara di
dokumentasikan berupa catatan data verbatim, gambar dan file yang kemudian
akan dianalisis secara deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa dari kegiatan bimbingan tahfidz Al-Quran yang dilakukan di SMP
Boarding School Ar-rahmat dapat meningkatkan kecerdasan spiritual siswa
dengan baik. Hal ini terlihat dengan meningkatnya hafalan Al-Quran siswa serta
siswa dapat mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian bimbingan tahfidz Al-Quran yang
dilakukan di SMP Boarding School Ar-rahmat berpengaruh terhadapa
peningkatan kecerdasan siswa.
Kata Kunci : Bimbingan Agama, Tahfidz Al-Quran, Kecerdasan Spiritual
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada saat ini telah terjadi krisis yang begitu nyata dan dapat menghawatirkan

masyarakat yang melibatkan generasi yang sangat berharga, yaitu remaja.

“Kemerosotan moral tersebut ditunjukan dengan sikap dan perilaku remaja yang

tidak bisa dihindari. Diantaranya krisis tersebut yaitu dengan maraknya angka

kekerasaan antar remaja, terjadinya bullying dan berbagai kenakalan remaja yang

lainnya” (Thomas Lickona, 2012:3)

Pada saat ini banyak sekali kenakalan remaja yang terjadi. Diantaranya

kenakalan remaja ringan yang dilakukan remaja ialah membuang sampah

sembarangan, bolos sekolah, berkelahi dengan teman hingga melakukan tawuran

antar sesama teman. Selain itu, remaja saat ini banyak pemberitaan oleh aksi

kenakalan mereka yang bersifat khusus seperti aborsi, menggunakan obat-obat

terlarang (NARKOBA) seks bebas, pemerkosaan dan pembunuhan, bahkan

berani menganiaya orang tuanya sendiri.

Hampir setiap hari kita temukan pemberitaan di media sosial mengenai

kenakalan remaja. Sumber dari media online yang menyatakan bahwa kenakalan

remaja sering terjadi di kota-kota besar seperti Yogyakarta, Jakarta, Surabaya,

Bandung, Medan dan kota-kota besar lainnya. Salah satu wujud dari kenakalan

remaja adalah tawuran, pencurian, kekerasan seks, dan lain-lain yang dilakukan
oleh para pelajar atau remaja. Seperti yang dilansir dari sumber news.detik.com di

Kendari ada 30 remaja dari pelajar tingakat SD, SMP, SMA, hingga pegawai

mengkonsumsi obat terlarang yang diduga jenis obat narkoba. Akibatnya 25 orang

dilarikan ke rumah sakit dan satu lainnya tewas.

Banyak yang menjadi faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja seperti

hubungan keluarga yang tidak harmonis, kurangnya kontrol dari orang tua,

pengaruh teman sebaya dan faktor lingkungan yang kurang memadai dan juga

kondisi jiwa yang kosong dari nilai-nilai spiritualitas. Salah satu faktor penting

yang dapat menjadikan remaja memiliki kontrol diri agar terhindar dari tingkah

laku yang menyimpang ialah dengan upaya pembentukan kecerdasan spiritual

yang baik.

Menurut Danah Zohar (2001:89) kecerdasan spiritual adalah kecerdasan

yang dapat membuat individu mampu menghadapi dan memecahkan makna dan

nilai. Yaitu kecerdasana untuk menentukan perilaku dan hidup dalam konteks

makna yang lebih luas dan kaya sehingga kecerdasan tersebut dapat membantu

manusia menyembuhkan dan membangun diri secara utuh.

Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan karakter yang menanamkan nilai-

nilai spiritual ditanamkan dan diajarkan sedini mungkin kepada remaja. (Desmita,

2010:175), “menyebutkan bahwa sejak lahir telah memiliki dasar-dasar

kemampuan kecerdasan spiritual yang dibawanya”. Untuk mengembangkan

kemampuan ini, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh

karena itu, untuk melahirkan manusia yang berspiritual tinggi, dibutuhkan


pendidikan yang tidak hanya memperhatikan pengembangan aspek IQ saja

melainkan memperhatikan spiritualnya. Pendidikan adalah suatu proses

pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekumpulan manusia

yang diwarisi dari suatu generasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran dan

pelatihan. Berdasarkan UU RI No 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 ayat 1 tentang

sistem pendidikan Nasional mendefinidikan:

“Pendidikan adalah suatu usaha secara terencana untuk mewujudkan proses


pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara”.
Tujuan pendidikan pada prinsipnya harus sesuai dengan tujuan penciptaan

manusia seperti yang dikatakan bahwa:

Pendidikan memiliki tujuan yang sama dengan tujuan penciptaan manusia

karena pendidikan Islam pada dasarnya sesuai dengan landasan dinul Islam.

Tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah

dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara sosial.

Pendidikan karakter merupakan suatu proses penanaman nilai-nilai

keagamaaan kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan seperti

halnya pengetahuan kognitif, kesadaran atau kehendak dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama maupun lingkungan sehingga menjadi insan kamil. Pendidikan

karakter adalah sebuah pendidikan yang berbentuk perilaku melalui habitual

action dan sebuah keteladan bagi para orang tua, pendidik, para pemimpin dan
juga masyarakat yang merupakan lingkunga luar khususnya bagi pengembangan

karakter anak.

Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang bertugas untuk

melaksanakan pendidikan karakter dan juga sekolah yang beratanggung jawab

sebagai penjaga nafas kehidupan pendidikan karaker yang harus mengutamakan

keteladanan khususnya bagi para pendidik.

Begitu pula sekarang dengan banyaknya sekolah yang mengimplentasikan

konsep pendidikan Islam berlandaskan Al-Quran dan penyatuan dengan metode

informasi dan teknologi sehingga saling menyempurnakan. Salah satu program

sekolah tersebut adalah dengan adanya bimbingan agama melalui metode tahfidz

Al-quran yang mengharapkan siswanya selain mendapatkan pendidikan formal

tetapi diimbangi untuk memiliki karakter yang Islami. Oleh karena itu harus

adanya bimbingan yang dilakukan oleh sekolah untuk memantau peserta didik.

Bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu ”guidance”

yang mempunyai arti bantuan atau tuntutan. Prof. DR. Syamsu Yusuf (20017:33)

berpendapat bahwa “bimbingan adalah yang diberikan kepada individu atau

peserta didik secara berkesinambungan dalam semua fase perkembangan (anak,

remaja dan dewasa) agar dapat mengaktualisasikan potensi dirinya (intelektual,

emosional, sosial dan moral-spiritual) secara optimal, sehingga menjadi seorang

pribadi yang produktif dan kontributif atau bermakna dalam kehidupannya, baik

secara personal maupun sosial”.


Sedangkan menurut Crow bimbingan diartikan sebuah bentuk bantuan yang
dilakukan oleh seseorang, baik pria ataupun wanita yang memiliki pribadi
yang baik dari pendidikan yang menunjang dan memadai kepada seorang
individu dari individu untuk menolongnya menjalankan kegiatan-kegiatan
dan menanggung bebanya sendiri (Chodijah, 2016:13).

Bimbingan sifatnya hanya merupakan bantuan, hal ini sudah diketahui dari

pengertian bimbingan, individu yang dimaksud adalah orang yang dibimbing atau

dibantu baik berupa individu atau kelompok. Semua orang mempunyai berhak

untuk mendapatkan bantuan karena tidak memandang siapapun.

Menurut Rois Mahfud (2011:107) Al-Quran adalah kalam Allah SWT yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan mukjizat melalui

perantara malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai

pedoman hidup sehingga umat manusia mendapat petunjuk untuk kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat.

Fungsi utama Al-Quran adalah sebagai hidayah (petunjuk) bagi manusia

dalam mengelola hidupnya di dunia secara baik, dan merupakan rahmat untuk

alam semesta, di samping pembeda antara yang hak dan yang batil, juga sebagai

penjelas terhadap sesuatu, akhlak, moralitas dan etika-etika yang patut dipraktikan

manuai dalam kehidupannya mereka. “Penerapan berupa semua ajaran Alllah itu

akan membawa dampak positif bagi manusia itu sendiri” (Rif’at Syauqi Nawawi,

2011:240).

“Al-Quran diturunkan untuk dijadikan sebagai petunjuk dan tuntunan, dan

bukan hanya untuk sekelompok manusia ketika Al-Quran diturunkan, tetapi

berlaku untuk seluruh manusia hingga akhir zaman” (Rif’at Syauqi, 2011:273).
Oleh karenanya untuk menjaga keauntetikan Al-Quran diperlukan penjagaan dan

pemeliharaan agar umat Islam tidak kehilangan petunjuk, yaitu salah satunya

dengan cara membumikan Al-Quran. Yang dimaksud dengan membumikan Al-

Quran di sini “yaitu melakukan upaya-upaya yang sistematis dan terarah di dalam

masyarakat agar nilai-nilai Al-Quran tersebut dapat terjaga secara baik dan dapat

dipertahankan” (Nawawi,2011:274). Terdapat banyak cara untuk mempelajari dan

membumika Al-Quran, salah satunya yaitu dengan cara metode hafalan

(menghafal Al-Quran).

“Mengajarkan untuk menghafal Al-Quran merupakan suatu hal yang

penting dan mulia” (Sa’ad Riyadh, 2009:17). Al-Hafizh As-Suyuti berkata bahwa

pengajaran Al-Quran adalah sebuah dan prinsip-prinsip Islam. “Anak-anak akan

tumbuh di atas firahnya dan cahaya-cahaya hikmah yang masuk ke dalam kalbu

mereka sebelum di kuasai oleh hawa dan cahaya hitamnya yang dilekati oleh

kotoran-kotoran maksiat dan kesesatan” (Ahmad Salim, 2009:229-230).

Berdasarkan hasil pra penelitian melalui wawancara, Sekolah Menengah

Pertama Plus Ar-rahmat telah menyel engarakan pendidikan yang berkarakter

islami serta menyelenggarakan bimbingan agama islam yang berkualitas dan

profesional dalam pengetahuan dan teknologi. Yang menyelenggarakan program

Tahfidz Al-Quran terhadap seluruh siswanya. Yang mengharuskan seluruh siswa

menyelesaiakan tahfidz Quran minimal 3 juz dengan metode yang telah di

programkan oleh sekolah tersebut.

B. Fokus Penelitian
Untuk mempermudah penulis untuk menganalis hasil penelitian, maka

adapun fokus penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Program Bimbingan Agama Islam Dengan Metode Tahfidz

Al-Quran Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di SMP Plus Ar-

rahmat Boarding School?

2. Bagaimana Proses Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Dengan Metode

Tahfidz Al-Quran Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di SMP

Plus Ar-rahmat Boarding School?

3. Bagaimana Hasil Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Dengan Metode

Tahfidz Al-Quran Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di SMP

Plus Ar-rahmat Boarding School?

4.
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Program Bimbingan Agama Islam dengan Metode

Tahfidz Quran Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di SMP Plus

Ar-rahmat Boarding School.

2. Untuk Mengetahui Proses Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam

dengan Metode Tahfidz Al-Quran Untuk Meningkatkan Kecerdasan

Spiritual di SMP Plus Ar-rahmat Boarding School.

3. Untuk Mengetahui Hasil Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Dengan

Metode Tahfidz Al-Quran Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di

SMP Plus Ar-rahmat Boarding School.

D. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Akademis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

referensi bagi kalangan akademik yang akan mengadakan penelitian yang

sama, khususnya Jurusan Bimbingan Konseling Islam yaitu berkenaan

dengn Bimbingan Agama Islam dengan Metode tahfidz Al-Quran Untuk

Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Remaja.


b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi lembaga pendidikan khususnya

SMP Plus Boarding School Ar-rahmat agar dapat meningkatkan kualitas

para calon penghafal Al-Quran menjadi lebih baik.

Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat:

a. Bagi lembaga pendidikan SMP Plus Ar-rahmat Boarding School Ar-

rahmat yang dijadikan tempat penelitian. Hasil studi ini diharapkan

bermanfaat sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan untuk

mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kualitas para calon

penghafal Al-Quran.

b. Bagi masyarakat umum, dapat bermanfaat sebagai tambahan

informasi untuk memperluas wawasan guna memikirkan masa depan

anak sebagai generasi Qurani. Serta bagi peneliti, dapat menambah

dan keterampilan menganai bimbingan agama dengan metode tahfidz

Quran dalam meningkatkan kecerdasan spiritual remaja.

E. Landasan Pemikiran

1. Landasan Teoritis

a. Bimbingan Keagamaan

Bimbingan keagamaan atau bimbingan Islami merupakan suatu

upaya untuk membantu individu atau kelompok untuk

mengembangkan fitrah imam yang ada pada diri seseorang dengan

cara memberdayakan (enpowering) fitrah-fitrah (jasmani, rohani, nafs


dan iman) mempelajari dan melaksanakan tuntutan Allah dan rasul-

Nya agar fitrah-fitrah yang ada pada individu berkembang dan

berfungsi dengan baik dan benar. “Pada akhirnya diharapkan agar

individu selamat dan memperoleh kebahagiaan yang sejati di dunia

dan akhirat” (Sutoyo, 2013:207).

Menurut Samsul Munir Amin (2008:23) Bimbingan agama islam

adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu dan sistematis

kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau

fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara

menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an

dan hadist Rasulullah ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup

selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadis.

b. Tahfidz Al-Quran

Tahfidz Al-quran terdiri dari dua kata, yaitu tahfidz dan Al-Quran.

Kata tahfidz berasal dari bahasa arab bentuk dari masdar ghair mim

dari kata haffazo yuhaffazu yang mempunyai arti “mengahafal”.

Menghafal dapat diartikan sebagai proses pengulangan suatu

pelajaran, baik dengan membaca, maupun mendengar. Yaitu “proses

menghafal Al-quran baik dengan cara membaca maupun

mendengarkannya secara berulang-ulang sampai hafal sehingga setiap

setiap ayat mampu dibaca tanpa melihat mushaf” (Zaki Zamani dan M

Syukron, 2009:20).
Menghafal Al-quran juga merupakan suatu proses, mengingat

materi yang dihafalkan harus sempurna, karena ilmu tersebut

dipelajari untuk dihafalkan, bukan untuk difahami. Selain itu,

“menghafal Al-Quran juga merupakan suatu proses mengingat,

dimana seluruh materi ayat (rincian bagian-bagiannya seperti fonetik,

waqaf, dan lain-lain) harus diingat secara sempurna” (Wiwi Awaliyah

Wahid, 2014:15)

Secara istilah, ada beberapa pengertian menghafal menurut para ahli,

diantaranya :

a. Baharuddin, menghafal adalah menanamkan asosiasi ke dalam

jiwa. (Baharuddin, 2010, 113)

b. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2008:44, menghafal adalah

kemampuan jiwa untuk memasukan (learning), menyimpan

(retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal

yang telah lampau.

c. Mahmud, 2010:128, menghafal adalah kumpulan reaksi

elektrokimia rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran

indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit

dan unik diseluruh bagian otak.

Dalam proses menghafal, memori memiliki peranan yang sangat

penting. Ingatan (memori) merupakan suatu daya yang dapat

menerima, menyimpan dan memproduksi kembali kesan-kesan atau


tanggapan/ pengertian. Dengan demikian, aktivitas menghafal Al-

Quran adalah suatu proses kegiatan aktif menyimpan dan menjaga

Al-Quran dalam diri seseorang dengan sungguh-sungguh seabagai

upaya untuk melestarikan melalui kegiatan membaca maupun

mendengar.

Menurut Rois Mahfud (2011:107) Al-Quran adalah kalam Allah

SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

merupakan mukjisat melaui perantara malaikat Jibril untuk

disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman hidup sehingga

umat manusia mendapat petunjuk untuk kebahagiaan hidup di dunia

dan di akhirat.

Fungsi utama Al-Quran adalah sebagai hidayah (petunjuk)bagi

manusia dalam mengelola hidupnya di dunia secara baik, dan

merupakan rahmat untuk alam semesta, di samping pembeda antara

yang hak dan yang batil, juga sebagai penjelas terhadap sesuatu,

akhlak, moralitas dan etika-etika yang patut dipraktikan manuai dalam

kehidupannya mereka. “Penerapan berupa semua ajaran Alllah itu

akan membawa dampak positif bagi manusia itu sendiri” (Rif’at

Syauqi Nawawi, 2011:240).

c. Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar dan Ian Marshal,

sebagaimana dikutip oleh Ary Ginanjar adalah kecerdasan untuk


menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu

kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks

makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa

tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan

dengan orang lain.

Kecerdasan spiritual yang ada dalam diri seseorang diharapkan

terlihat, baik secara lahiriah ataupun secara batiniah. Hal tersebut

tentunya akan berdampak positif terhadap orang lain dan lingkungan

sekitar dimana ia berada. Namun, tentunya kecerdasan spiritual yang

terlihat dalam seseorang berbeda-beda. Untuk itu, berikut ini akan

dipaparkan beberapa hal yang dapat dijadikan rujukan dalam menilai

tingkat spiritual.

Arief Rachman (2006) melukiskan bahwa kecerdasan spiritual

adalah (a) kecerdasan yang meyakini Tuhan sebagai penguasa,

penentu, pelindung, pemaaf dan kita percaya atas kehadiran-Nya, (b)

kemampuan untuk bekerja keras, kemampuan untuk mencari ridha

Allah, kemampuan untuk melakukan ibadah secara disiplin, kesabaran

tahan dengan ujian dan kemampuan untuk menerima segala keputusan

yang telah ditetapkan Allah.

Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi

dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Menurut Zohar dan

Marshall (2010:37), aspek-aspek kecerdasan spiritual mencakup hal-

hal berikut: 1) Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan


dan aktif), tidak ada orang yang dapat mengubah paradigma yang

mereka miliki tanpa fleksibilitas internal. Dunia merupakan tempat

dengan realitas majemuk, dan manusia hidup di dalamnya. 2) Tingkat

kesadaran diri yang tinggi. Kemampuan individu untuk mengetahui

batas wilayah yang nyaman untuk dirinya, yang mendorong individu

untuk merenungkan apa yang dipercayai dan apa yang dianggap

bernilai, berusaha untuk memperhatikan segala macam kejadian dan

peristiwa dengan berpegang pada agama yang diyakininya. 3)

Kemampuan untuk mengambil hikmah dari suatu musibah. Mereka

dapat mempelajari sesuatu dari penderitaan dan kematian. Kegagalan

dan ketakutan menjadi alat untuk meraih peluang. 4) Berpikir holistik

dan dapat melihat gambaran besar. Mereka menyukai keluwesan dan

menikmati perbedaan.

Menurut Carolyn Meggit (2013:16) menyebutkan bahwa dalam

perkembangan anak, kecerdasan spiritual mencakup pengembangan

kesadaran untuk membina hubungan dengan orang lain secara etis,

bermoral dan manusiawi. Yang di dalamnya temasuk pula

pemahaman akan nilai-nilai (seperti nilai kejujuran dan hormat) serta

pemahaman akan konsep lain, seperti konsep “benar dan salah” dan

konsep “konsekuensi dan bertanggung jawab”.

Jika dilihat dari fokus peneliti konsep pokok yang terdapat dalam

rencana penelitian ini adalah untuk mengetahui program bimbingan

melalui metode mengahafal Al-Quran untuk meningkatkan kecerdasan


spiritual remaja di SMP Plus Boarding School Ar-rahmat Cileunyi

Bandung, dimana kegiatan initelah terlaksana yang didalamnya

terdapat pembimbing, terbimbing, metode, materi dan media.

2. Kerangka Konseptual

Untuk memudahkan penulis, landasan konseptual tersebut


Sp Kecerdasan dapat
Spiritual

peleliti gambarkan sebagai berikut: 1. Berkaitan dengan


keimanan
2. Merasakan ada
kehadiran Allah
Bimbingan Metode Tahfidz
3. Cenderung pada
1. Pembimbing 1. Wahdah kebaikan
2. Terbimbing 2. Jama’ 4. Memiliki empati
3. Metode 3. Takrir yang kuat
4. Materi 4. Tahfidz 5. Memiliki rasa
5. Media 5. Tallaqi tanggung jawab
6. Tasmi’

Gambar 1: Kerangka Konseptual

Penelitian Sebelumnya

a. Nur Aisyah Jamil. 2004. Jurnal. Bimbingan Melalui Tadabur Al-Quran

Dalam Meningkatkan Spiritualitas Remaja (Penelitian di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak LPKA Kelas II Bandung).

Berdasarkan penelitian disebutkan bahwa Tadabur Al-Quran ini

terdapat pengaruhnya dalam meningkatkan spiritualitas reamaja. Untuk


mengukur peningkatan spiritualitas, penelitian menggunakan Teori

Perkembangan Spiritual menurut James Fowler yang menyatakan bahwa

kebutuhan kognitif dan emosi tidak dipisahkan dari perkembangan

spiritual. Dan hasil penelitian ini menyebutkan bahwa besar pengaruh

dari nilai koefisien determinasinya sebesar 60,9% adanya pengaruh

positif terhadap bimbingan melalui tadabur alam ini.

b. Maulanie Raka Dzulhijani, 2019. Pengaruh Bimbingan Melalui

Mentoring Agama Terhadap Peningkatan Spiritualitas Pegawai

(Penelitian di PT. Suho Gramindo, Cileunyi.

Berdasarkan penelitian disebutkan bahwa bimbingan melalui

mentoring keagamaan ini terdapat pengaruhnya dalam meningkatkan

spiritualitas pegawai. Teori yang digunakan dalam penelitian yaitu

menurut Fethullan Gulen yang menyatakan bahwa Indikator dalam

peningkatan spiritualitas yaitu mempunyai iman yang sempurna;

Memiliki cinta yang membara; menyikapi ilmu dengan pertimbangan;

Kembali menghadap pandangan ke arah alam semesta; Memiliki

kebebasan berfikirdan selalu menjadikan kebebasan berfikir sebagai

salah satu dasar utama tindakannya; Mampu mengedepankan

musyawarah serta ruh dalam kebersamaan; Memiliki pola pikir

matematis. Berdasarkan penelitian tersebut melalui penyebaran angket

tentang spiritualitas pegawai di PT. Suho Gramindo diperoleh hasil yaitu

77,55%, angka tersebut dalam presentaseskala nilai kualifikasi baik.


c. Ayu Melani Nurjanah, 2016, Peranan Kegiatan Keagamaan terhadap

Perkembangan Spiritualitas Remaja. (Studi Deskriptif di SMK Pasundan

Rancaekek)

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa peranan

kegiatan keagamaan di SMK Pasundan Rancaekek dikatakan cukup

berperan, sedangkan untuk hasil penelitian tentang hubungan antara

peranan kegiatan keagamaan dengan perkembangan spritualitas remaja

membuktikan bahwa hubungan (korelasi) antara variabel X (kegiatan

Keagamaan) dengan variabel Y (Perkembangan Spritualitas Remaja)

sebesar 0,283 % artinya 28, 3% dapat dikatan cukup.

Perbedaan dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu metode

yang akan digunakannya, pada penelitian ini peneliti berfokus terhadap

bimbingan agama islam dengan metode tahfidz Al-Quran untuk

meningkatkan kecerdasan spiritual remaja. Sehingga terdapat perbedaan

pula pada proses bimbingan keagamaan serta unsur-unsur dalam proses

bimbingan yaitu materi, metode dan media yang digunakan.

F. Langkah-Langkah Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Plus Ar-rahmat Boarding School Jl. Villa

Bandung Indah Desa Cileunyi Wetan No. 5 Tanjakan Muncang

Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

Adapun alasan peneliti mengambil lokasi ditempat ini adalah:


a. Di sekolah tersebut telah berlangsung proses bimbingan

keagamaan, dan diantara bimbinganya yaitu bimbingan dalam

Tahfidz Al-Quran. Dengan demikian dimungkinkan data-data yang

dibutuhkan akan sangat terdapat di lokasi tersebut.

b. Lokasi tersebut telah tersedia data-data yang diperlukan oleh

penulis mengenai judul tersebut.

2. Paradigma dan Pendekatan

Menilik rumusan masalah di atas, maka penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Penulis memilih jenis pendekatan ini karena adanya

pertimbangan yaitu menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah jika

berhadapan langsung dengan kenyataan yang ada. Dengan pendekatan ini

peneliti bisa menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti

dengan responden dan pendekatan ini juga lebih peka terhadap pola serta

nilai yang dihadapi.

Apabila dilihat dari segi tempat penelitian, maka penelitian ini

termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) yang berusaha

meniliti atau melakukan studi observasi.

Peneliti memilih jenis penelitian field research karena peneliatian

tentang Bimbingan Agama Islam dengan Metode Tahfidz Untuk

Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di SMP Plus Ar-rahmat Boarding

School tidak cukup dengan kajian teori tentang Bimbingan Agama Islam
dengan Metode Tahfidz Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual. perlu

penelitian langsung ke lokasi yang diteliti.

Berkaitan dengan judul skripsi yang diangkat maka perlu pendekatan

yang diharapkan mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan

komprehensi.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif. Deskriptif yakni metode terhadap pemecahan masalah

yang diselidiki dengan menggambarkan secara sistematis dan actual

mengenai fakta-fakta penelitian, yakni untuk menggambarkan bimbingan

keagamaan yang dilakukan oleh pembimbing. Dengan metode deskriptif

ini bermaksud untuk mengungkapkan fakta-fakta yang tampak di lapangan

sebagaimana adanya mengenai layanan bimbingan agama islam dengan

metode tahfidz untuk meningkatkan kecerdasan spiritual.

Penelelitian kualitatif menitikberatkan pada makna yakni data yang

sebenarnya di SMP Plus Ar-rahmat Boarding School Cileunyi Bandung.

Peneliti memilih metode penelitian deskriftif kualitatif karena dalam

penelitian ini peneliti berusaha untuk mendeskripsikan pelaksanaan

bimbingan keagamaan dengan metode menghafal Al-quran dalam

meningkatkan kecerdasan spiritual di SMP Plus Ar-rahmat Boarding

School dan hasil yang didapat dari bimbingan.

Maka penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan

prosedur analisis data deskiptif yang bermaksud untuk memahami


fenomena yang diteliti secara terinci, mendalam dan menyeluru dari hasil

lapangan.

4. Jenis Data dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Data kualitatif yang dimaksud adalah bimbingan agama

dengan metode menghafal al-quran dalam meningkatkan kecerdasan

spiritual siswa. Adapun jenis data yang akan diteliti mencakup data-

data tentang:

1) Program bimbingan keagamaan dengan metode tahfidz al-

quran untuk meningkatkan kecerdasan spiritual di SMP Plus

Ar-rahmat Boarding School Cileunyi Bandung.

2) Proses pelaksanaan bimbingan keagamaan dengan metode

tahfidz al-quran untuk meningkatkan kecerdasan spiritual di

SMP Plus Ar-rahmat Boarding School Cileunyi Bandung.

3) Hasil pelaksanaan bimbingan keagamaan dengan metode

tahfidz al-quran untuk meningkatkan kecerdasan spiritual di

SMP Plus Ar-rahmat Boarding School Cileunyi Bandung.

b. Sumber Data

1) Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung

berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun sumber

data primer dalam penelitian ini adalah responden (orang yang

dapat merespon) tentang data penelitian yang disebut dengan


pembimbing dan wawancara langsung dengan subjek

penelitian. Dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil

wawancara dengan pemimpin boarding, pembimbing tahfizd,

wali kelas, peserta didik dan penanggung jawab siswa.

2) Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber

pendukung untuk memperjelas sumber data primer baik berupa

data kepustakaan yang berkolerasi dengan pembahasan objek

penelitian termasuk dokumentasi, maupun sumber-sumber

relevan.

5. Penentuan Informan atau Unit Penelitian

a. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah guru pembimbing tahfidz,

peserta didik, wali kelas, orang tua, serta guru mata pelajaran yang

bersangkutan denan proses pelaksanaan bimbingan agama dengan

metode tahfidz al-quran untuk meningkatkan kecerdasan spiritual ini

siswa yang akan di wawancarai oleh peneliti yaitu seluruh siswa

boarding school Ar-rahmat sebanyak 30orang siswa.

b. Penentuan Informan

Dalam menentukan informan dari penelitian digunakan teknik

purposive yaitu dengan menentukan sendiri secara langsung. Yang

kemudian informan ini bisa digali informasinya mengenai pelaksanaan

bimbingan agama dengan metode menghafal al-quran dalam


meningkatkan kecerdasan spiritual di SMP Plus Ar-rahmat Boarding

School Cileunyi Bandung.

c. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian adalah subjek yang akan diteliti

kasusnya. Dengan demikian unit analisis yaitu seluruh siswa yang ada

di lingkungan sekolah di SMP Plus Ar-rahmat Boarding School.

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data tentang bimbingan keagamaan melalui

metode menghafal al-quran dalam meningkatkan spiritualitas siswa,

digunakan pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi (survey)

Teknik observasi ini digunakan untuk memperoleh data secara

langsung dari sumber primer, khususnya untuk melihat situasi,

kondisi, serta kegiatan dan proses pelasanakan tahfidz al-quran secara

langsung. Adapun dalam melakukan penelitian ini penulis

menggunakan observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis

tentang apa yang akan di observasi.

Adapun alasan peneliti menggunakan teknik observasi dalam

penelitian ini adalah karena teknik observasi di bangun atas

pengamatan langsung (Direct Experience). Teknik ini dimaksudkan


untuk meneliti dan mengetahui fenomena yang terjadi di SMP Plus

Ar-rahmat. Disamping itu observasi juga dimaksudkan untuk

memperoleh gambaran umum tentang SMP Plus Ar-rahmat

diantaranya keadaan guru, keadaan siswa, saran dan prasarana dan lain

sebagainnya. Kemudian gambaran lainnya mengenai bimbingan

keagamaan dengan metode menghafal al-quran.

b. Wawancara (interview)

Wawancara digunakan untuk mengungkap secara mendalam

bagaimana proses layanan bimbingan tahfidz al-quran untuk

meningkatakan kecerdasan spiritual yang dilaksanakan di SMP Plus

Ar-rahmat yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada guru

pembimbing, siswa, wali kelas dan yang lainnya guna mendapatkan

hasil penelitian yang dibutuhkan.

Untuk mengetahui hasil bimbingan tahfidz al-quran untuk

meningkatkan kecerdasan spirirual peneliti menggunakan meode

wawancara tertulis kemudian dianalisis dengan statistik sederhan

(statistik frekuensi).
Data hasil pengamatan (observasi) dan wawancara di

dokumentasikan berupa catatan data verbatim, gambar dan file yang

kemudian akan dianalisis secara deskriptif.

7. Teknik Menentukan Keabsahan Data

Untuk membuktikan keabsahan data dalam penelitian ini, maka

digunakan triangulasi sumber, teori serta metode. Keabsahan data

dilakukan dengan mengecek jawaban dari berbagai pertanyaan yang

diajukan kepada pembimbing tahfidz al-quran, guru kelas serta peserta

didik, selanjutnya mengecek dari dokumen yang ada dan yang diperlukan.

Peneliti juga mengecek kemabli jawaban dengan teori yang sudah

diperoleh untuk memperkuat penelltiannya. Pada penelitian ini,

penelitijuga menggunakan triangulasi dengan metode:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

2) Membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkenaan.

3) Mencari data dari sumber lain selain dari subyek penelitian.

8. Teknik Analis Data

Analisis data kualitatif merupakan suatu teknik yang menguraikan dan

mendeskripsikan data-data yang telah terkumpul secara menyuluruh

tentang keadaan yang sebenarnya. Adapun proses analisis data yang

dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis dengan lanhkah-langkah

sebagai berikut :
1. Reduksi data, yaitu penulis merangkum beberapa data dan

keterangan yang dianggap penting untuk dianalisa, kemudian

dimasukan kedalam pembahasan ini. Artinya, tidak semua data dan

keterangan yang diperoleh masuk dalam kategori pembahasan ini.

2. Penyajian data, yaitu penulis memperoleh data dan keterangan dari

objek yang bersangkutan, kemudian disajikan untuk dibahas guna

menemukan kebenaran yang hakiki.

3. Verifikasi data (penarikan kesimpulan), yaitu penulis membuktikan

kebenaran data yang diperoleh dengan tujuan menghindari adanya

unsur sujektifitas yang dapat mengurangi bobot kualitas skripsi ini.

Artinya, data dan keterangan yang diperoleh dapat diukur melalui

responden yang benar-benar sebagai pelaku atau sekuramg-

kurangnya memahami terhadap masalah yang diajukan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TENTANG BIMBINGAN AGAMA ISLAM

DENGAN METODE TAHFIDZ AL-QURAN UNTUK

MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL REMAJA

A. Kajian Konseptual

1. Konsep Bimbingan Keagamaan

Konsep mengenai bimbingan keagamaan dimulai dengan sebuah definisi.

Bimbingan jika dilihat dalam ilmu dakwah yaitu suatu irsyad islam merupakan

suatu proses memberikan bantuan pada diri sendiri (Irsyad nafsiyah), kepada

individu (Irsyad fardiyah), juga kepada kelompok kecil (Fi’ah qolillah) agar

terhindar dari kesulitan untuk mewujudkan kehidupan pribadi, individu, juga

kelompok yang salam, khasanah thayibah, dan memperoleh ridho Allah SWT

di dunia dan akhirat (Arifin, 2009).

Bimbingan merupakan salah satu indikator yang memiiki peran penting

dalam kehidupan sosial manusia. Bimbingan merupakan proses bantuan yang

dilakukan oleh orang ahli atau konselor kepada individu atau konseli sehingga

individu tersebut bisa menyesuaikan dirinya baik di lingkungan masyarakat

maupun diri sendiri.

Bimbingan juga merupakan suatu proses untuk memberikan bantuan

kepada seseorang atau sekelompok orang dengan memanfaatkan potensi atau


kemampuan yang dimiliki orang tersebut agar mencapai suatu tujuan yang

diharapkan.

Agama menurut bahasa yaitu religion (Inggris), atau religie (Belanda), dan

din (Arab). Secara terminologis agama juga di artikan sebagai hubungan

antara makhluk dengan sang pencipta-Nya, hubungan ini terjadi juga terwujud

dalam sikap batin dan juga terlihat dalam perilaku ibadah dan terlihat dalam

sikap sehari-hari (Alawiyah & Zanah, 2018).

Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa Bimbingan Keagamaan

merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu ataupun

kelompok guna untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu

dan agar dapat kembali kepada fitrahnya sebagai makhluk Allah dan mampu

hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah juga RasulNya. Dan di

harapkan mampu mencapai tujuan dan mendapat kebahagiaan di dunia juga di

akhirat (Effendi D, 2019).

2. Konsep Tahfidz Al-Quran

Tahfidz Al-Qur’an merupakana cara untuk memelihara, menjaga

dan melestarikan kemurnian Al-Qur’an yang diturunkan Allah kepada

Nabi Muhammmad saw diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan

kepalsuan serta dapat menjaga diri dari kelupaan baik secara keseluruhan

maupun sebagian. Rosulullah bersabda, “ Barang siapa yang membaca

satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya kebaikan sepuluh kali lipat, Aku
tidak mengatakan Alif Lam Mim satu hruf akan tetapi Alif satu huruf,

Lam satu huruf, Mim satu huruf.” ( Shahih HR. Tirmizi).

Sedangkan program pendidikan menghafal Al-Qur’an adalah

program menghafal Al-Qur’an dengan mutqin (hafalan yang kuat)

terhadap lafazh-lafazh Al-Qur’an dan menghafal makna-maknanya dengan

kuat yang memudahkan untuk menghindarkannya setiap menghadapi

berbagai masalah kehidupan, yang mana Al-Qur’an senantiasa ada dan

hidup di dalam hati sepanjang waktu sehingga memudahkan untuk

menerapkan dan mengamalkannya

3. Konsep Kecerdasan Spiritual

Mengungkapkan kecerdasan (intelligence) adalah kemampuan

bertindak dengan menetapkan suatu tujuan, untuk berpikir secara

rasional, dan untuk berhubung dengan lingkungan di sekitarnya secara

memuaskan.

W. Stem mengatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan

untuk mengetahui problem serta kondisi baru, kemampuan berpikir

abstrak, kemampuan bekerja, kemampuan menguasai tingkah laku

instinktif, serta kemampuan menerima hubungan yang kompleks

termasuk apa yang disebut dengan inteligensi. Sehingga kecerdasan

spiritual yang dimiliki remaja akan berpengaruh terhadap kehidupan

dan perilaku siswa tersebut.


B. Kajian Teoritis

1. Bimbingan Keagamaan

Pada Kamus Umum Bahasa indonesia, berasal dari kata bimbing :

pimpin, yang diberi akhiar-an sehingga berubah menjadi kata benda yang

memiliki arti pimpinan. Sedangkan menurut istilah bimbingan memiliki

arti guidance. “Guidance itu sendiri bisa berarti “to direct, pilot,

manager, or steer menunjukkan, menentukan, mengaturatau

mengemudikan” (Farida dan saliyo, 2008:11).

Menurut Sofyan Willis “Bimbingan adalah pertemuan konselor

dengan klien secara individu, dan membentuk bimbingan konseling yang

bernunsa report dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk

pengembangan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah-

masalah yang dihadapi” (Willis, 2011:159).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan memilki arti

memberikan atau menuntun jalan kepada orang lain untuk mencapai

tujuannya yang memberikan dampak baik dan positif untuk kehidupan

masa depanya ataupun masa sekarang.

Bimbingan keagamaan merupakan suatu perilaku yang dilakukan

dengan tujuan untuk memberikan bantuan kepada orag lain yang

berdampak timbul serta tumbuhnya kesadaran dan berserah diri kepada

kekuasaan Allah SWT. Hal ini berarti bahwa bimbingan dilakukan untuk

membantu orang atau individu memiliki Religious Reference (sumber


pegangan keagamaan) dan bimbingan kegamaan ini juga ditunjukan agar

setiap individu mau mengamalkan ajaran agamanya.

“Bimbingan diberikan kepada individu sebagai salah satu bentuk

penyadaran atas esksistensinya sebagai mahluk Allah SWT yang selaras

dengan ketentuan mutlak berdasarkan petunjuk-petunjuk dari Allah SWT

sebagai bentuk ikhtiar agar tercapainya kehidupan yang bahagia di dunia

dan akhirat” (Aunur Rahim, 2001:62).

Berdasarkan penjelasan di atas, agama memiliki peran yang

penting dalam proses bimbingan dalam psikologis manusia yang

berhubungan dengan keyakinan yang dianutnya. Hal ini dapat dilakukan

dengan cara memberikan bimbingan keagamaan melalui pendekatan

psikologis manusia secara subjektif dan terfokus.

Dari pengertian diatas mengenai bimbingan dan agama dapat

ditarik kesimpulan bahwa bimbingan keagamaan itu merupakn proses

memberikan atau menuntun jalan kepada orang lain untuk mencapai

tujuannya yang memberikan dampak baik dan positif untuk kehidupan

masa depanya ataupun masa sekarang yang selaras dengan ketentuan

mutlak berdasarkan petunjuk-petunjuk dari Allah SWT sebagai bentuk

ikhtiar agar tercapainya kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.

a. Unsur-unsur Bimbingan Keagamaan

1) Pembimbing

Pembimbing adalah orang yang memberikan bantuan atau

pertolongan yang dilakukan secara terus menerus. Pembimbing ini


berpotensi sekali dalam lancarnya pelaksanaan bimbingan (bimbin

gan keagamaan). Dan supaya pelaksanaan kegiatan bimbingan

dapat berjalan dengan lancar dan mencapai hasil sesuai dengan

harapan, maka harus sesuai dengan syarat-syarat yang telah

ditentukan.

2) Terbimbing

Terbimbing adalah orang yang mendapatkan bimbingan atau

pertolongan oleh seorang pembimbing. “Terbimbing adalah

individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya

yang mendapatkan bantuan atau pertolongan” (Faqih, 2004:65).

b. Proses Pelaksanaan Bimbingan

Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan menurut Arifin meliputi hal-

hal sebagai berikut :

1) Tahap persiapan

Tahapan persiapan ini perlu dilakukan dalam proses

pelaksanaan bimbingan agar kegiatan dapat berjalan sesuai

yang telah direncanakan.

2) Tahap operasional

Pada tahap ini bagian pengumpulan informasi atau data tentang

siswa, yang bertujuan untuk memperoleh ketenangan atau data

yang mencakup segala aspek kehidupan siswa yang

mempunyai pengaruh terhadap kegiatan proses belajar-


mengajarnya. Informasi dan data tersebut meliputi jenis-jenis

sebagai berikut:

1) Identitas pribadi siswa

2) Keadaan keluarga dan lingkungan sosial, termasuk

lingkungan keluarga dan sosial yang dapat atau tidak

dapat menunjang kehidupan beragama siswa.

3) Data psikis siswa yang meliputi aspek-aspek intelektual

(kecerdasan), emosional (perasaan), kemauan kuat atau

lemah, kepribadian dan sikap kepemimpinan, raasa

tanggung jawab, hubungan sosial dan minatnya.

4) Pemberian informasi dan orientasi kepada siswa.

5) Penempatan dan penyuluhan siswa dengan tujuan agar

siswa mendapatkan posisi atau kedudukan yang tepat

sesuai dengan kemampuan aspirasinya.

c. Metode Bimbingan

Metode bimbingan adalah suatu cara atau jalan yang digunakan

sebagai acuan dalam melakukan proses bimbingan agar kegiatan

bimbingan dapat mencapai tujuan.

Metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melaui) dan

“hodos” (jalan, cara). Dengan demikian dapat diartikan bahwa “metode

adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”

(Munir, 2009:6).
Dikutip dari Faqih (2004:53-55) mengungkapkan bahwa

metode lazim diartikan sebagai “cara untuk mendekati masalah

sehingga diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik

merupakan penerapan metode tersebut dalam praktek”. Metode dan

bimbingan konseling Islami diklasifikasikan berdasarkan segi

komunikasi tersebut. Pengelompokannya menjadi :

a. Metode Komunikasi Langsung (Metode Langsung)

Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah

metode dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung

(bertatap muka) dengna orang yang dibimbingnya. Metode ini

dapat diperinci lagi menjadi:

1) Metode Individual

2) Metode Kelompok

Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien

dalam kelompok. Hal ini dilakukan dengan teknik-teknik :

a) Diskusi kelompok,

b) Karyawisata,

c) Sosiodrama,

d) Psikodrama,

e) Group teaching.

b. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung)

adalah metode bimbingan atau konseling yang dilakukan


melalui media komunikasi masa. Hal ini dapat dilakukan secara

individual maupun kelompok, bahkan missal.

Metode ini dibagi menjadi :

1) Metode individual

a) Melalui surat menyurat

b) Melalui telepon

2) Metode kelompok atau massal

a) Melalui papan bimbingan

b) Melalui surat kabar atau majalah

c) Melalui brosur

d) Melalui radio (media audio)

e) Melalui televisi

Kesimpulannya bahwa dalam metode bimbingan tidak hanya

menggunakan metode langsung saja tetapi juga menggunakan

metode tidak langsung, seperti metode individu bisa dilakukan

dengan melalui telepon dan surat sedangkan metode kelompok atau

massal bisa melalui papan bimbingan, surat kabar, majalah, brosur,

radio dan televisi.

d. Media Bimbingan
Media merupakan sebuah perantara yang dijadikan untuk mencapai

suatu tujuan tertentu”. Ahmad Subandi (1994: 88), mengemukakan

bahwa media itu dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu :

a. media tradisional,

b. media modern,

c. perpaduan antara media tradisional dan media modern.

e. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam

1) Tujuan Bimbingan Islam

Pada dasarnya tujuan dari bimbingan Islam sama halnya dengan

tujuan bimbingan secara umum. Dalam hal ini penulis akan

kemukakan tujuan-tujuan bimbingan antara lain sebagai berikut :

a) Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku.

b) Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu realita.

c) Meningkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan-

keputusan akhir dari masalah klien harus rnerupakan keputusan

yang ditentukan oleh klien itu sendiri dengan bantuan konselor.

d) Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan.

e) Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan klien.

2) Fungsi Bimbingan Islam

Aunur Rahim secara ringkas fungi dan bimbingan Islam adalah

sebagai berikut :
1) Fungsi preventif atau pencegahan kepada seseorang agar terhindar

dari masalah.

2) Fungsi kuratif atau korektif yakni membantu seseorang

memecahkan masalah yang dihadapi atau dialaminya.

3) Fungsi preservatif yakni membantu seseorang menjaga situasi dan

kondisi agar yang semula tidak baik (mengandung masalah)

menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.

4) Fungsi developmental atau pengembangan yakni membantu

seseorang mernelihara dan rnengembangkan situasi dan kondisi

yang telah baik atau menjadi lebih baik.

2. Tahfidz Al-Quran

a. Pengertian Tahfidz Al-Quran

Tahfidz Al-Qur’an Terdiri dari dua kata, yaitu tahfidz dan Al-

Qur’an. Kata tahfidz berasal dari bahasa arab bentuk dari masdar ghair

mim dari kata haffaẓo yuhaffaẓu tahfiiẓon yang mempunyai arti

“menghafal”.

Menghafal dapat diartikan sebagai proses pengulangan suatu

pelajaran, baik dengan membaca, maupun mendengar. “Yaitu proses

menghafal Al- Qur’an baik dengan cara membaca maupun

mendengarkannya secara berulang-ulang sampai hafal sehingga setiap


ayat mampu dibaca tanpa melihat mushaf”. (Zaki Zamami dan

Muhammad Syukron,2009:20).

Pengertian etimologi lafadz Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab

yaitu qara’a yaqra’u, yang berarti membaca sedangkan Al-Qur’an

sendiri adalah “bentuk masdar yang berarti bacaan sedangkan secara

istilah adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

SAW. Yang diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya adalah

ibadah” (Muhammad Nur Ichwan, 2005:36)

Menurut Farid Wadji, “tahfiz al-Qur’an dapat didefinisikan

sebagai proses menghafal al-Qur’an dalam ingatan sehingga dapat

dilafadzkan atau diucapkan di luar kepala secara benar dengan cara-cara

tertentu secara terus menerus” (Nurul Hidayah, 2016: 66)

b. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

Keutamaan menghafal Al-Qur’an sangat banyak, daiantanya yaitu

selalu didambakan oleh semua orang yang benar, dan seorang yang

bercita-cita tulus, serta berharap pada kenikmatan duniawi dan ukhrawi

agar manusia nanti menjadi warga Allah dan dihormati dengan

penghormatan yang sempurna”. (Sadu’llah, 2008;23).

AI-Qur’an dapat mengangkat derajat seseorang dan dapat

memperbaiki keadaannya jika ia mengamalkannya. Sebaliknya, jika Al-

Qur’an dijadikan bahan tertawaan dan disepelekan. maka akan

menyebabkan ia disiksa dengan azab yang pedih di akhirat kelak.


Rasulullah saw bersabda, ”Sesungguhnya Allah, dengan kitab ini akan

mengangkat banyak kaum dan dengannya pula akan merendahkan kaum

yang lainnya.

Seorang penghafal al-Qur’an kelak di hari kiamat akan mendapat

syafaat dari Al-Qur'an , mendapat karunia kenabian, meskipun tidak

mendapat wahyu, mendapatkan fasilitas khusus dari Allah yaitu

terkabulnya segala harapan dan keinginan, menjadi orang yang berilmu,

orang tua memperoleh pahala dari anak yang menghafal Al-Qur’an,

menjadi keluarga Allah di bumi. (Majdi Ubaid Al-hafidz, 2014:45)

c. Pentingnya Menghafal AI-Qur’an

Beberapa faktor yang menjadikan menghafal Al-Qur’an begitu

penting adalah sebagai berikut. (Zaki Zamami,2009:30)

1) Menjaga keautentikan Al-Qur’an.

2) Sarana syiar dan dakwah.

3) Mempertinggi frekuensi qiro’atul Qur’an.

4) Sebagai dzikir.

5) Mempermudah telaah ilmiah.

d. Metode Menghafal Al-Qur’an

Metode adalah suatu cara tertentu (khusus) yang tepat guna

menyajikan suatu materi pendidikan, sehingga tercapai tujuan

pendidikan tersebut, baik berupa tujuan jangka pendek, di mana para


santri dapat menerima pendidikan dengan mudah serta dapat

menangkap makna yang terkandung di dalamnya dan pada akhirnya

para santri dapat mengamalkan materi pendidikan dengan tanpa unsur

pemaksaan. (Abdullah Sukri,2005:71-72)

Metode dalam bahasa Arab, dikenal dengan istilah thoriqah yang


berarti langkah-langkah strategi yang dipersiapkan untuk
melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan
pendidikan, maka strategi tersebut haruslah diwujudkan dalam
proses pendidikan, dalam rangka sikap mental dan kepribadian
agar pesetra didik menerima materi ajar dengan mudah, efektif
dan dapat dicerna dengan baik (Ramayulis,2010:2).

Sedangkan menurut Aksin Wijaya Al-Hafiz dalam bukunya

bimbingan praktis menghafal al-Qur’an, di dalam metode menghafal

al-Qur’an terbagi menjadi 5 macam:

a. Metode wahdah

Yakni metode menghafal satu persatu terhadap ayat- ayat yang

hendak dihafalkan, untuk mencapai hafalan awal setiap ayat dapat

dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali. Metode ini

merupakan metode yang paling praktis karena tidak banyak

menggunakan alat bantu selain mushaf Al-Qur’an.

b. Metode Khitabah

Ialah metode yang digunakan para penghafal Al- Qur’an dengan

menulis ayat-ayat yang hendak dihafalkan pada secarik kertas.

Kamudian ayat-ayat tersebut dibaca sehingga lancar dan benar

bacaanya, kemudian dihafalkannya. Sehingga sambil menulis dia juga

memperhatikan dalam menghafal dalam hati.


c. Metode Sima’i

Sima’i artinya mendengar, yakni mendengar suatu bacaan yang telah

dihafalkannya. Metode ini tentunya akan sangat efektif bagi penghafal

yang mempunyai daya ekstra.

d. Metode Gabungan

Metode ini merupakan metode gabungan antara metode yang

pertama dan metode yang ke dua, yakni metode wahdah dan metode

kitabah, hanya kitabah (menulis) di sini lebih memiliki fungsional untuk

proses uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalkan.

e. Metode Jama’

Adalah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-

ayat yang dihafalnya dibaca secara bersama-sama dipimpin oleh

seorang instruktur atau salah seorang di antara kawanya sendiri. Setelah

ayat yang akan dihafalkanya telah mampu mereka baca dengan lancar

dan benar, siswa selanjutnya menirukan bacaan instruktur dengan

sedikit demi sedikit mencoba melepas mushaf (tanpa melihat mushaf)

dan seterusnya sehingga ayat yang sedang dihafalnya itu sepenuhnya

masuk kedalaman ingatanya (Ahsin Wijaya,2000:25-28)

Proses menghafal Al-Qur’an dilakukan melalui proses bimbingan

seorang guru tahfidz. Proses bimbingan dilakukan melalui kegiatan-

kegiatan sebagai berikut.

1) Bin-Nazhar

Yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat AI-Qur’an yang akan


dihafal dengan melihat mushaf AI-Qur’an secara berulang-ulang. Proses

bin-nazhar ini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau empat

puluh satu kali seperti yang biasa dilakukan oleh para ulama terdahulu.

Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang

lafazh maupun urutan ayat-ayatnya. Agar lebih mudah dalam

proses menghafalnya maka selama proses bin-nazhar ini diharapkan

calon hafiz juga mempelajari makna dari ayat- ayat tersebut

2) Tahfidz

Yaitu menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al- Qur'an yang

telah dibaca berulang-ulang secara bin-nazhar tersebut. Misalnya

menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong ayat pendek

sampai tidak ada kesalahan. Setelah satu baris atau beberapa kalimat

tersebut sudah dapat dihafal dengan baik, lalu ditambah dengan

merangkaikan baris atau kalimat berikutnya sehingga sempurna.

Kemudian rangkaian ayat tersebut diulang kembali sampai benar-benar

hafal.

3) Talaqqi

Yaitu menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru

dihafal kepada seorang guru atau instruktur. Proses talaqqi ini dilakukan

untuk mengetahui hasil hafalan seorang calon hafiz dan mendapatkan

bimbingan seperIunya.

4) Takrir

Yaitu mengulang hafalan atau men-sima’-kan hafalan yang pernah


dihafalkan/sudah pernah di-sima’-kan kepada guru tahfizh. Takrir

dimaksudkan agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan

baik.

5) Tasmi’

Yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada

perseorangan maupun kepada jamaah. Dengan tasmi’ ini seorang

penghafal Al-Qur’an akan diketahui kekurangan pada dirinya, karena

bisa saja ia lengah dalam mengucapkan huruf atau harakat. Dengan

tasmi’ seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam hafalan

e. Strategi Pembelajaran Tahfidz Al-Quran

Strategi pembelajaran tahfidzul Qur’an adalah gabungan dari dua

kalimat yaitu (strategi pembelajaran dan tahfidzul Qur’an) adalah suatu

rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk di dalamnya

penggunaan metode dan lain sebagainya dalam rangka memelihara,

menjaga dan melestarikan kemurnian Al-Qur’an, serta dapat menjaga

dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun sebagiannya.

Dan untuk dapat menghafal Al-Qur’an dengan baik ada beberapa

strategi yang harus diperhatikan, antara lain:

1) Niat dengan ikhlas


Wajib mengikhlaskan niat dengan memperbaiki tujuan serta

menjadikan hafalan Al-Qur’an dan perhatiannya hanya untuk Allah

Swt.

2) Menentukan batas hafalan setiap minggu.

Memilih satu lembar utuh atau seperempat bagian dari mushaf untuk

dihafalkan.

3) Memahami makna ayat yang dihafalkan.

Orang yang memahami makna dan kandungan ayat-ayat yang akan

dihafal akan lebih mudah untuk menghafalnya.

4) Mengulangi, mendengarkandan menambah hafalan secara rutin

(istiqomah).

5) Tidak beralih pada ayat-ayat berikutnya, sebelum ayatyang sedang

dihafal benar-benar hafal.

6) Menggunakan satu jenis mushaf.

7) Memperhatikan ayat-ayat yang serupa atau hampir sama.

f. Kaidah-Kaidah Menghafal Al-Quran

Menurut As-Sirjani (2010: 55-82) kaidah pokok dalam menghafal Al-

Qur’an merupakan kaidah yang tidak bisa digantikan dengan yang lain.

1) Kaidah pertama ikhlas.

2) Kaidah kedua tekad yang kuat dan bulat.

3) Kaidah ketiga pahamilah besarnya nilai amalan anda.

4) Kaidah keempat amalkan apa yang anda hafalkan.

5) Kaidah kelima membentengi diri dari jerat-jerat dosa.


6) Kaidah keenam berdoalah.

7) Kaidah ketujuh pahamilah makna ayat dengan benar.

8) Kaidah kedelapan menguasai ilmu tajwid .

9) Kaidah kesembilan sering mengulang-ulang bacaan

10) Kaidah kesepuluh melakukan shalat secara khusuk dengan ayat-ayat

atau surat yang dihafal.

g. Hukum dan Hikmah Menghafal Al-Quran

Hukum menghafal Al-Qur’an menurut Ahsin W. Al-Hafidz adalah

fardhu kifayah, yaitu harus ada salah satu dari semua orang muslim yang

menghafal Al-Quran, ketika sudah ada salah satu yang menghafal Al-

quran maka gugurlah kewajiban tersebut dan jika sebaliknya yaitu tidak

terdapat satu orang Islam pun yang menghafalkan Al-Qur’an, maka

semua orang Islam akan menanggung dosanya.

Lebih lanjut Ahsin W. Al-Hafidz dalam Prasetyo (2007)

menyebutkan tentang tujuan-tujuan menghafal Al-Qur’an yaitu:

1) Untuk menjaga kemurnian isi kandungan Al-Qur’an.

2) Untuk menjaga pemalsuan Al-Qur’an oleh orang-orang tertentu.

3) Untuk menjaga dari pengubahan terhadap ayat-ayat suci Al-Qur’an.

4) Untuk membina serta mengembangkan dan meningkatkan pola

penghafal Al-Qur’an baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya dan

mencetak kader-kader muslim yang hafal Al-Qur’an, memahami dan

mendalami isi, berpengetahuan luas serta berakhlakul karimah.


h. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Menghafal Al-Quran

Banyak faktor yang menjadikan seseorang mempunyai alasan untuk

terus bersemangat menghafal Al-Qur’an, baik faktor dari dalam diri

sendiri maupun dari luar. Dalam hal ini,

Wiwi Alawiyah Wahid (2010:139-142) membagi faktor pendukung

dalam menghafal AlQur’an menjadi lima faktor, seperti yang telah

dirangkum di bawah ini:

1) Faktor kesehatan

Kesehatan menjadi faktor yang penting bagi seorang penghafal,

sebab jika tubuh sehat maka proses menghafal akan menjadi lebih

mudah tanpa adanya penghambat dari dalam tubuh.

2) Faktor psikologis

Selain kesehatan tubuh, kesehatan yang tidak kalah penting adalah

kesehatan dari sisi psikologi.

3) Faktor kecerdasan

Kecerdasan setiap orang memang berbeda-beda, sehingga faktor

ini cukup mempengaruhi proses menghafal yang dijalani.

4) Faktor motivasi

Para penghafal Al-Qur’an sangat membutuhkan motivasi dari

orang-orang terdekat, karena dengan adanya motivasi ini, semangat

seseorang dalam menghafal Al-Qur’an akan terjaga.

5) Faktor usia
Selanjutnya, terdapat faktor penghambat dalam menghafal Al-

Qur’an.

Beberapa faktor yang menyebabkan proses menghafal Al-Qur’an

menjadi terhambat antara lain:

a. Terlalu berambisi menambah hafalan baru.

b. Tidak mengulang hafalan secara rutin.

c. Tidak mau memperdengarkan hafalannya kepada orang lain (Al-

Kahil, 2010:90).

3. Kecerdasan Spiritual

a. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Mengungkapkan kecerdasan (intelligence) adalah kemampuan

bertindak dengan menetapkan suatu tujuan, untuk berpikir secara

rasional, dan untuk berhubung dengan lingkungan di sekitarnya secara

memuaskan.

W. Stem mengatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan

untuk mengetahui problem serta kondisi baru, kemampuan berpikir

abstrak, kemampuan bekerja, kemampuan menguasai tingkah laku

instinktif, serta kemampuan menerima hubungan yang kompleks

termasuk apa yang disebut dengan inteligensi.

Sedangkan spiritual adalah kebatinan, kejiwaan atau yang

berhubungan dengan kerohanian seseorang. Jika dua kata (kecerdasan

dan spiritual) digabungkan maka akan membentuk suatu kajian ilmu


yang mempunyai makna sangat mendalam.

Didalam kamus besar bahasa Indonesia, spiritual adalah hal-hal

yang menyangkut nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat non-materi

terdapat dalam bingkaian dan terselubung dalam jiwa dan hati manusia

seperti: kebaikan, kebenaran, keindahaan, kesucian cinta, rohani dan

kejiwaan.

Dalam agama sifat-sifat seperti ini yang menyangkut sisi


kemanusiaan yang bersifat non- materi, seperti konsistensi
(istiqomah), kerendahan hati (tawadlu), berusaha (ikhtiar),
berserah diri (tawakal), ketulusan (keikhlasan), totalitas (kaffah),
keseimbangan (tawazun), dan integritas & penyempurnaan
(ihsan), semua itu dinamakan Akhlakul Karimah (Baharuddin,
2018).

Dalam bukunya SQ Spiritual Intellignce-The Ultimate Intelligence,

Danah Zohar dan Iaan Marshall menjelaskan bahwa yang dimaksud

dengan kecerdasan spiritual adalah “kecerdasan untuk menghadapi dan

memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk

menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang leihh

luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup

seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain” (Desmita,

2013: 174).

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan

spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan

persoalan-persoalan yang berhubungan dengan makna dan nilai untuk

meyakini Tuhan sebagai pencipta-Nya

b. Manfaat Kecerdasan Spiritual


Kecerdasan spiritual mempunyai banyak manfaat yang dirasakan

seperti yang dijelaskan oleh Danah Zohar yang dikutip oleh Monty

menjelaskan beberapa manfaat kecerdasan spiritual diantaranya:

a) Mampu beradaptasi dengan sepontan walaupun dihadapkan

dengan lingkungan yang baru.

b) Mempunyai kesadaran diri yang tinggi

c) Mampu menghadapi dan menyelesaikan penderitaan.

d) Memiliki visi dan prinsip nilai

e) Memiliki komitmen dan bertindak dengan penuh tanggung

jawab.

f) Menumbuhkan iman dan takwa

g) Menurunkan sifat egois pada diri

c. Indikator Kecerdasan Remaja

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual, ketika menghadapi

persoalan dalam hidupnya, tidak hanya dihadapi dan dipecahkan dengan

rasional dan emosional saja, tetapi ia menghubungkannya dengan makna

kehidupan secara spiritual.

Menurut Badie et.al (2010: 29) terdapat 4 indikator yang digunakan

untuk megukur kecerdasan spiritual seseorang, yaitu:

1) Keyakinan, yaitu keyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhan.

2) Kemampuan menghadapi masalah, yaitu bagaimana menyelesaikan

masalah yang berlandaskan kebaikan.


3) Kebijakan moral, yaitu bagaimana seseorang bersikap berdasar nilai-

nilai moral.

4) Kesadaran diri, yaitu kemampuan untuk menilai diri sendiri agar selalu

bersyukur dan bertanggungjawab atas setiap tindakan.

Selain itu kecerdasan spiritual menurut (Tono Tasmara, 2001: 138)

memiliki 6 (enam) indikator yaitu:

1) Merasakan kehadiran Allah

2) Berzikir dan berdoa

3) Memiliki kualitas sabar

4) Cenderung pada kebaikan

5) Memliki empati yang kuat

6) Berjiwa besar memiliki visi

4. Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami

sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan

tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan psikososial.


“Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan

manusia. Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-anak ke

masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis,

dan perubahan sosial” (Sofia & Adiyanti, 2013).

Menurut Piaget secara psikologis masa” remaja merupakan masa

individu tidak lagi merasa berada di bawah tingkat orang-orang yang

lebih tua melainkan masa remaja merupakan masa individu berintegrasi

dengan masyarakat dewasa dan berada pada tingkatan yang sama”

(Hanifah, 2013)

Dari penjelasan diatas dapat diatarik kesimpulan bahwa remaja

adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang telah

meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki

masa dewasa.

b. Tahapan Remaja

Menurut (Sarwono, 2012) ada tiga tahap perkembangan remaja dalam

proses penyesuaian diri menuju dewasa, antara lain:

1. Remaja awal (Early Adolescence)

Masa remaja awal berada pada rentang usia 10-13 tahun ditandai

dengan adanya peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan

pematangan fisik, sehingga intelektual dan emosional pada masa remaja

awal ini sebagian besar pada penilaian kembali dan restrukturisasi dari

jati diri. Pada tahap remaja awal ini penerimaan kelompok sebaya

sangatlah penting (Aryani, 2010).


2. Remaja Madya (Middle Adolescence)

Masa remaja madya berada pada rentang usia 14-16 tahun ditandai

dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, dimana timbulnya

keterampilanketerampilan berpikir yang baru, adanya peningkatan

terhadap persiapan datangnya masa dewasa, serta keinginan untuk

memaksimalkan emosional dan psikologis dengan orang tua (Aryani,

2010).

3. Remaja akhir (Late Adolescence)

Masa remaja akhir berada pada rentang usia 16-19 tahun.

c. Karakteristik Remaja

Menurut Yusuf (2001) karakteristik remaja yaitu:

1) Perkembangan fisik

Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa tantangan

kehidupan individu, di mana terjadi pertumbuhan fisik yang

sangat pesat (Yusuf, 2001).

2) Perkembangan kognitif

Menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasional

formal (operasi kegiatan mental tentang berbagai gagasan).

Remaja secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai

gagasan yang abstrak.

3) Perkembangan emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu

perkembangan emosi yang tinggi pada masa remaja awal,

perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan

reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi

sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah

tersinggung, kecewa, marah, sedih, murung), sedangkan pada

remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya (Yusuf,

2001).

4) Perkembangan moral

Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perubahan-

perubahan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. “Remaja

berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya saja,

tetapi juga psikologisnya (rasa bangga,puas dengan penilaian

positif dari orang lain)” (Yusuf, 2001).

5) Perkembangan kepribadian

Masa remaja merupakan saat berkembangnya jati diri.

Perkembangan jati diri merupakan isu sentral pada masa remaja

yang memberikan dasar bagi masa dewasa (Yusuf, 2001).

6) Perkembangan kesadaran beragama

Kemampuan berpikir abstrak memungkinkannya untuk dapat

memformulasikan keyakinan beragamanya. Dia dapat

mengekspresikan kualitas Tuhan sebagai Yang Maha Adil, Yang

Maha Kuasa, Maha Kasih Sayang (Yusuf, 2001).


BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Yayasan Ar-rahmat merupakan lembaga yang berdiri diatas tanah seluas 2

Hektar yang merupakan tanah wakaf dari seorang yang dermawan yaitu KH

Endang Rahmat dan didirikan untuk kebutuhan dunia pendidikan


kepesantrenan. Yayasan ini berlokasi di Jl. Villa Bandung Indah No. 05

Tanjakan Muncang Desa Cileunyi Wetan Kec Cileunyi Kabupaten Bandung.

Didirikan pada tahun 2014 dengan Akta Pendirian Yayasan Nomor : 11

Tanggal 12 November 2014 dan disahkan dengan SK kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No: AHU-09158.50.10.2014.

Diprakarsai oleh Almarhum KH. Endang Rachmat, didirikan oleh istri

almarhum Hj. Maemunah dibantu Putra-putri beliau dalam pengembangannya.

Yayasan Ar-rahmat ini tidak hanya mengedepankan ilmu pengetahuan

umum saja tetapi dilengkapi dengan ilmu keagamaan yang sangat tinggi

mumpuni. Oleh sebab itu yayasan arrahmat cileunyi dengan mendidirikan 4

lembaga pendidikan yaitu SD Plus, SMP Plus, SMA Plus dan juga Boarding

School Ar-rahmat. Adapun Program unggulan yayasan Ar-Rahmat yaitu

tahfidzh bilingual Arabic and english languange.

Visi : Menjadikan lembaga pendidikan islam yang berkualitas yang

mampu membentuk siswa yang unggul, berprestasi dan mandiri serta

berakhlakul karimah.

Misi :

1. Melaksanakan pendidikan yang berkualitas dan seimbang


2. Menyiapkan tenaga pengajar profesional yang berkualias di

bidangnya

3. Memperatikan dan menyalurkan bakat siswa

4. Menyediakan sarana prasarana yang lengkap aman, dan nyaman

5. Mengimplementasikan syari’at islam dalam kehidupan sehari-

hari.

Jumlah guru pembimbing yang ada di asrama boarding school Ar-

rahmat terdiri dari 4 (empat) orang, terdiri dari 2 (dua) pembimbing

santri putri, yaitu Ibu Hj. Aneng Rohaenah Pujawati, S.Pd.I dan Ibu

Siti Syarah Saoqiah, 2 (dua) pembimbing santri putra, yaitu

Muhammad Aliman, M.Sos dan Mustahal, S.Sy. Dan di setiap asrama

mempunyai pengasuh yaitu Ibu Nenden sebagai pengasuh santri putri

dan Ibu Fatimah sebagai pengasuh santri putra. (Wawancara dengan

Ibu syarah, pembimbing boarding school, tanggal 07 Mei 2021)

Kegiatan harian di SMP Boarding School Ar-rahmat di mulai

dari jam 03.30-05.00 sholat tahajud dan sholat subuh berjamaah

selanjutnya jam 05.00 - 06.00 pengajian dan setoran hafalan Al-qur’an

selanjutnya jam 06.00 - 07.20 mandi dan makan setelah makan di

lanjut pada jam 07.20 - 12.30 belajar formal di sekolah, setelah pulang

sekolah pada jam 12.30-14.00 Sholat duhur dan makan siang

selanjutnya pada jam 14.00-15.00 dilanjutkan pengajian ( kitab kuning,

tahsin, praktik ibadah) sesuai dengan jadwalnya masing-masing,

kemudian persiapan sholat asyar dan istirahat. Dilanjutkan jam 16.00-


17.00 pengajian kitab kuning dilanjutkan jam 17.00-18.00 persiapan

makan dan sholat magrib dilanjut jam 19.00-20.00 murojaah atau

setoran hafalan sesuai kelas dan pengasunya masing-masing, dan jam

20.00-21.00 belajar dan mengerjakan tugas dan dari jam 21.00 istirahat

tidur. (Wawancara dengan Ibu Syarah, guru pembimbing, tanggal 21

April 2021).

Bimbingan tahfidz Al-quran merupakan salah satu kegiatan yang

ada di SMP Boarding School Ar-rahmat, kegiatan tersebut menjadi

salah satu kegiatan unggulan. Bimbingan tahfidz Al-quran merupakan

proses membimbing para siswa dalam menghafal ayat-ayat Al-quran

yang dilakukan oleh para pembimbing tahfidz boarding school Ar-

rahmat.

Adapaun tujuan dari kegiatan bimbingan tahfidz Al-quran ini

yaitu untuk membantu para siswa agar mereka mampu mengahfal al-

quran dan memahani isi al-quran, dengan cara membimbing para santri

secara intensif sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selain itupun

tujuan dari bimbingan tahfudz Al-quran adalah untuk memberikan

bantuan dalam hal ibadah, seperti sholat, puasa, dan mengaplikasikan

hafalannya melalui sholat fardu ataupun sholat sunat lainnya serta

mengaplikasikannya dalam kegiatan sehari-hari.

Tabel 3. 1
Struktur Pembimbing Tahfidz di SMP Boarding School Ar-rahmat

No Pembimbing Santri Putri Pembimbing Santri Putra


1. Hj. Aneng Rohaenah Pujawati, Muhammad Aliman, M.Sos

S.Pd.I

2. Siti Syarah Saoqiah Mustahal, S.Sy

3. 1

Sumber: Wawancara dan Observasi (24 April 2021)

B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari berbagai sumber baik melalui

observasi maupun wawancara yaitu berupa wawancara tertulis (angket) dalam

kegiatan Bimbingan Tahfidz Al-quran Untuk Meningkatkan Kecerdasan

Spiritual di SMP Boarding School Ar-rahmat diperoleh gambaran hasil

penelitian yang disusun berdasarkan tujuan penelitian, yaitu :

1. Program Bimbingan Agama Islam dengan Metode Tahfidz Al-quran

Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di SMP Plus Ar-rahmat

Boarding School.

a. Dasar Pemikiran

Dalam pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990

menegaskan bahwa bimbingan merupakan suatu bantuan yang

diberikan kepada siswa dalam upaya menemukan pribadi, mengenal

lingkungan dan merencanakan masa depan. Dan sebagaimana tertuang

dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun

2003, bimbingan dimaksudkan untuk membantu mengembangkan

potensi peserta didik agar m enjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu,

mandiri, serta bertanggung jawab.

Jenis layanan bimbingan yang dilaksanakan di Boarding School

Ar-rahmat yaitu bimbingan tahfidz Al-Quran. Yang dalam kegiatannya

memfokuskan untuk membimbing siswa untuk memberikan dukungan

dalam menghafal ayat-ayat al-quran memahani isi al-quran, dengan


cara membimbing para santri secara intensif sesuai jadwal yang telah

ditentukan. Dalam pelaksanaan bimbingan tahfidz ini secara

berkelompok sesuai kelasnya dengan pembimbing masing-masing.

Adapun untuk waktu pelaksanaanya dilakukan secara tatap muka

setiap hari. Dan untuk pencapaian atau target program bimbingan

tahfidz di Boarding School Ar-rahmat yakni sebanyak 3 juz.

(Wawancara, Ibu Siti sebagai pembimbing tahfidz, 24 April 2021)

b. Tujuan

Tujuan diadakannya bimbingan tahfidz Al-quran di SMP Boarding

school Ar-rahmat yaitu sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan

nasional yakni untuk membantu mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, mandiri, serta bertanggung

jawab.

Selain itu kegiatan bimbingan tahfidz ini bertujuan untuk upaya

memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi

dirinya dalam hal kemampuan siswa untuk menghafal ayat-ayat Al-

Quran. Agar siswa tidak hanya mendapatkan pendidikan secara formal

tetapi ditambah dengan program tahfidz ini agar seimbang.

Ada harapan ataupun tujuan sekolah mengadakan program

tersebut yaitu agar peserta didik dapat mengimplementasikan syari’at

islam dalam kehidupan sehari-hari, melalui mengahfal Al-Quran

dengan memahami isi-isi kandungan/makna dari Al-Quran. Sesuai


dengan misi sekolah yaitu menjadikan lembaga pendidikan islam yang

berkualitas yang mampu membentuk siswa yang unggul, berprestasi

dan mandiri serta berakhlakul karimah. (Wawancara, Hj Aneng komite

yayasan, 18 april 2021) .

c. Visi Misi

Visi dan misi program bimbingan tahfidz Al-Quran di SMP

Boarding School Ar-rahmat yaitu berdasarkan visi misi yayasan, yang

mengacu kepada kebutuhan siswa akan adanya program bimbingan

tahfidz Al-Quran yaitu untuk meningkatkan kemampuan santri dalam

menghafal Al-Quran yang mampu membentuk siswa yang unggul,

berprestasi dan mandiri serta berakhlakul karimah.

d. Pembimbing

Bimbingan tahfidz al-quran di SMP Boarding School Ar-rahmat

dilaksanakan oleh pembimbing. Jumlah pembimbing tahfidz di SMP

Boarding School Ar-rahmat sebanyak 4 orang. Mereka memiliki latar

belakang pendidikan sarjana yang berbeda-beda. Meskipun latar

belakang pendidikan mereka berbeda tetapi mereka memiliki skill

dalam agama terkhusus dalam memahami al-quran. Dan pihak

yayasan memberikan ketentuan untuk yang bisa menjadi pembimbing

harus memiliki keterampilan dalam memahami al-quran yaitu

memiliki hafalan minimal juz 30 dan memahami ilmu tahsin serta

memiliki kepribadian yang baik. Pembimbing mempunyai peran untuk


membimbing serta memberikan dukungan dalam menghafal ayat-ayat

al-quran memahani isi al-quran, dengan cara membimbing para santri

secara intensif sesuai jadwal yang telah ditentukan.

e. Terbimbing

Siswa yang ada SMP Boarding School Ar-rahmat berjumlah 32

orang. Siswa putri 15 orang dang siswa putra berjumlah 17 orang.

Mereka dari latarbelakang tingkatan kelas yang berbeda-beda dan

keahlian yang berbeda-beda. Dalam pengelompokannya dilihat dari

sejauh mana kemampuan memahami tahsin dan sejauh mana hafalan

al-quran yang telah mereka hafal. Dalam kelompoknya terdiri kelas

VII. VIII dan IX sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Terdapat 2

kelas atau kelompok yaitu kelas pemula dan kelas mahir. Sehingga

dalam proses pelaksanaan bimbingan tahfidz memiliki perbedaan

disetiap kelasnya.

f. Materi

Materi bimbingan tahfidz Al-quran yang diberikan oleh

pembimbing di SMP Boarding School Ar-rahmat kepada santrinya

yaitu secara umum mengenai pembelajaran al-quran, diantara

materinya sebagai berikut:

1) Ilmu Tajwid, adalah ilmu yang mempelajari tentang cara

pengucapan dan pelafalan dalan Al-quran dengan benar dan

tepat. Materi ini dipelajari sebagai panduan untuk santri agar

dapat mengucapkan atau melafalkan al-quran dengan benar


sesuai denga qaidahnya dan akan mempermudah santri dalam

proses menghafal Al-quran.

2) Ilmu Tahsin, yaitu ilmu yang mempelajari tentang upaya

memperbaiki atau membaguskan bacaan Al-quran atau

penyempurnaan semua hal yang berkaitan dengan pengucapan

huruf-huruf Al-quran.

Menurut narasumber “materi tahsin ini harus dikuasai

terlebih dahulu oleh semua siswa sebelum mereka melanjutkan

ke tahap menghafal Al-quran karena materi tahsin ini adalah

ilmu yang yang sanagat penting untuk menguasai dan

melafalkan Al-quran dengan benar” (Wawancara dengan Siti

Syarah, pembimbing tahfidz, tanggal 24 April 2021).

g. Metode

Adapun metode yang dilakukan di SMP Boarding School dalam

proses menghafal Al-quran adalah sebagai berikut:

1) Metode wahdah

Yaitu metode menghafal Al-Quran dengan cara satu-satu terhdap

ayat yang sedang dihafalkan. Untuk mencapai hafalan awal

setiap ayat dapat dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh

kali.

2) Metode Jama’

Adalah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni

ayat-ayat yang dihafalnya dibaca secara bersama-sama dipimpin


oleh. Seorang instruktur.

3) Metode Takrir

Metode menghafal ayat-ayat al-Qur’an dengan cara mengulang-

ngulang hafalan ayat yang telah dihafal. Metode takrir dapat

juga disebut dengan metode muraja’ah (mengulang kembali).

Kemudian anak-anak yang telah mengulang hafalannya, maka

anak tersebut membaca hafalannya di hadapan pembimbing.

4) Metode Tahfidz

Yaitu menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al- Qur'an

yang telah dibaca berulang-ulang secara bin-nazhar tersebut.

Misalnya menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong

ayat pendek sampai tidak ada kesalahan. Setelah materi satu ayat

dapat dihafal dengan lancar kemudian pindah kepada materi ayat

berikutnya. Untuk merangkaikan hafalan urutan kalimat dan

ayat dengan benar, setiap selesai menghafal materi ayat

berikutnya harus selalu diulang-ulang mulai dari ayat pertama

dirangkaikan dengan ayat kedua dan seterusnya.

5) Tallaqi

Yaitu menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru

dihafal kepada seorang guru atau pembimbing.

6) Tasmi’

Yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada

perseorangan maupun kepada jamaah. Dengan tasmi’ ini


seorang penghafal Al-Qur’an akan diketahui kekurangan pada

dirinya, karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkan huruf

atau harakat. Dengan tasmi’ seseorang akan lebih berkonsentrasi

dalam hafalan.

Kegiatan tasmi di SMP Boarding School Ar-rahmat ini

dilaksanakan seminggu satu kali yaitu pada hari Sabtu. Dalam

pelakasaannya yaitu mentasmikan satu juz, diawali dengan juz

30. Semua siswa yang sudah khatam (selesai) hafalannya boleh

mendaftarkan diri untuk melaksanakan tasmi di minngu tersebut

sesuai yang telah dijadwalkan. Dalam kegiatan tasmi ini dihadiri

oleh semua orang tua siswa yang melaksanakan tasmi. Dan

kegiatan ini siswa memperdengarkan hasil hafalannya di depan

orang banyak yaitu orang tuanya dan pembimbing serta teman-

temanya untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki.

h. Media

Adapun media yang digunakan dalam proses bimbingan tahfidz

Al-quran di SMP Boarding School Ar-rahmad adal sebagai berikut:

1) Media Al-quran

Al-Qur’an merupakan media yang paling utama digunakan

dalam proses bimbingan tahfidz Al-qur’an, karena kegiatan

yang sering dilakukan adalah menghafal al-qur’an. Al-Qur’an

yang digunakan bermacam-macam penerbitnya. Akan tetapi,


ketika seseorang sedang menghafal al-Qur’an, maka harus

menggunakan satu mushaf al-Qur’an. Tujuannya untuk

membantu memudahkan dalam menghafal al-Qur’an.

Pada dasarnya bentuk dan letak ayat-ayat al-Qur’an akan

terpatri dalam hati dan terbayang dalam memori otak, jika

seseorang sering membaca dan menghafal Al-quran dalam satu

mushaf al-qur’an saja. Jika seseorang yang sedang menghafal

Al-Quran mengganti mushaf yang sering dipakai menghafal

Al-Quran maka ayat Al-Quran akan sulit tersimpan dalam

memori sehingga mempersulit dalam proses menghafal Al-

Quran.

2) Media Cerita

Media cerita ini merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh

pembimbing. Tujuannnya yaitu untuk menggali kemampuan

mereka dalam memahami hafalan dan makna kandungan isi Al-

quran. Media cerita ini dilakukan juga agar para santri tidak

merasa bosan. Dalam prosesnya pembimbing menceritakan

sebuah cerita atau isi dari Al-quran kemudian santri menebak

dan menjawab surat apa yang dimaksud oleh pembimbing, atau

santri untuk memafarkan makna atau cerita dari salah satu surat

yang disebutkan oleh pembimbing.


2. Proses Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam dengan Metode Tahfidz

Al-Quran Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di SMP Plus

Ar-rahmat Boarding School.

SMP Boarding School Ar-rahmat merupakan salah satu lembaga

pendidikan yang menjadi wadah para siswa untuk belajar memperoleh

ilmu pengetahuan, ilmu agama dan mengembangkan berbagai

kemampuan serta keterampilannya di luar kegiatan sekolah formal di

SMP Plus Ar-rahmat.

a. Bimbingan Tahfidz Al-Quran

Salah satu layanan yang ada di Boarding School Ar-rahmat yaitu

layanan bimbingan tahfidz. Proses bimbingan tahfidz merupakan salah

satu usaha yang tepat agar siswa lebih cinta kepada Al-quran dan bisa

membaca, menghafal Al-quran serta memahami isi dari ayat-ayat Al-

quran. Oleh karena itu dalam pelaksanaan bimbingan tahfidz

memerlukan sebuah motivasi atau dorongan untuk mempermudah dalam

menghafal Al-quran dan kegiatan tersebut dapat berjalan lancar.

(Wawancara Siti Syarah, Pembimbing Tahfidz, tanggal 21 April 2021).

Pelaksanaan bimbingan tahfidz Al-quran di SMP Boarding School Ar-

rahmat dilaksanakan setiap hari sebanyak dua kali yaitu di asrama dan di

sekolah.

Untuk di asrama tahapan bimbingan tahfiz al-qurannya yakni sebagai

berikut :
1) Memasuki kelas masing-masing

2) Membawa atau menyiapkan satu mushaf Al-quran yang akan

digunakan untuk menghafal ayat-ayat Al-Quran

3) Berdoa bersama-sama

4) Belajar ilmu tajwidz serta tahsin oleh pembimbingnya masing-

masing

5) Muroja’ah (mengulang) hafalan surat yang sedang dihafalkan.

6) Menyetorkan hasil hafalan Al-quran yang telah dihafal pada hari

sebelumnya.

Untuk kegiatan bimbingan tahfidz di sekolah tahapannya yakni

sebagai berikut:

1) Melaksanakan sholat dhuha terlebih dahulu

2) Memasuki kelas masing-masing sesuai pembimbingnya

3) Membawa atau menyiapkan satu mushaf Al-quran yang akan

digunakan untuk menghafal ayat-ayat Al-Quran

4) Berdoa bersama-sama

5) Menyetorkan hasil hafalan yang telah dihafal

6) Jika ada siswa yang belum hafal, murojaah terlebih dahulu.

7) Mengevaluasi hasil hafalan siswa dengan metode pengetesan secara

acak dan di tes tahfidz nya.

8) Pembimbing menceritakan kisah-kisah atau isi kandungan pada salah

satu ayat atau surat, hal ini dilakukan untuk memahami isi al-quran

(Hasil wawancara, Hj. Aneng, Pembimbing Tahfidz, 15 April 2021)


b. Bimbingan Tahsin dan Tajwid

Selain mengikuti kegiatan bimbingan tahfidz Al-Quran, siswa

diharuskan terlebih dahulu mengikuti bimbingan tahsin dan tajwid,

bimbingan ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam menghafal

Al-Quran. Yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara pengucapan dan

pelafalan dalan Al-quran dengan benar dan tepat.

Adapun tahapan-tahapan pada pelaksanaan bimbingan tahsin dan

tajwid sebagai berikut:

Tahap awal, siswa di tes oleh pembimbing mengenai pengetahuan

mereka tentang ilmu tajwid dan tahsin, meliputi makharijul huruf

(membahas tentang tempat-tempat keluarnya huruf), shifatul huruf

(membahas tentang sifat-sifat huruf), ahkamul huruf ( membahas

tentang hukum-hukum yang lahir dari hubungan antar huruf). Sampai

ilmu tentang tahsin dan tajwid selesai dijelaskan kepada siswa.

Tahap kedua, setelah pembimbing melakukan tes pengetahuan

siswa kemudian dikelompokan berdasarkan tingkat pengetahuan

tentang tahsin dan tajwid. Dan dibagi kelas beserta pembimbingnya

dan jadwal pelaksanaan bimbingan yang akan dilaksanakan.

Tahap ketiga, pada tahap ini seluruh siswa melaksanakan

bimbingan tahsin dan tajwid sesuai dengan tingkatan kelas dengan

pembimbingnya masing-masing, dan pada tahap ini kegiatan

bimbingan tahsin di mulai dengan pembimbing memberikan materi


mengenai ilmu tajwid dan tahsin, selain itu pembimbing biasanya

setelah memberikan materi bisertai dengan pengetesan secara

langsung kepada siswa. Hal ini dilakukan agar siswa tidak hanya

mengetahui secara teori saja tetapi dengan cara di praktikan siswa

dapat mengetahui cara membaca dan melafalkan nya secara benar.

3. Hasil Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Dengan Metode Tahfidz

Al-Quran Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di SMP Plus

Ar-rahmat Boarding School

Untuk mendapatkan hasil dari peneltian peneliti menyebarkan

wawancara tertulis yaitu berupa angket dengan pilihan jawaban tertutup

Ya/Tidak. Data yang akan dianalisis dan diukur diperoleh langsung dari

responden yang menjawab item pertanyaan. Jawaban yang diharapakan

merupakan keadaan sesungguhnya dari responden sehinnga item

pertanyaan di buat kebanyakan positif untuk jawaban dengan kondisi

responden, namun peneliti juga memberikan beberapa item dengan

alternatif jawaban negatif untuk mengetahui keseriusan responden dalam

menguasai instrumen.

Tabel 3. 2
Pengsekoran Alternatif Jawaban Angket

No Jawaban Skor

1. YA 2
2. TIDAK 1

Kondisi siswa dapat dianalisis dari data-data yang diperoleh

penyebaran angket. Pernyataan yang terdapat dalam angket berjumlah

25 pertanyaan dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3. 3
Kategori Skala Nilai

No Skala Nilai Kategori

1. 1 % - 25 % Sangat Kurang Baik

2. 26 % - 50 % Kurang Baik

3. 51 % - 75 % Baik

4. 76 % - 100 % Sangat Baik

Penyajian data ini adalah hasil dari indikator dari setiap pernyataan

yang dijawab oleh responden untuk mengetahui berapa besar

persentasenya setiap alternatif jawaban dari pertanyaan yang ada. Dan

selanjutnya data tersebut lalu dideskripsikan dan dianalisis untuk


mendapat suatu kesimpulan. Adapun untuk mengetahui beberapa

besar persentasenya tiap alternatif dan jawaban maka data tersebut

diolah dalam tabel tabulasi dan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 3. 4
Meyakini Tuhan Penolong Setiap Kesulitan

NO Alternatif Jawaban F P

1. YA 30 100%

2. TIDAK 0 0%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.4 bahwa seluruh siswa meyakini bahwa Tuhan yang

penolong dalam kesulitan. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang

memiliki jawaban Ya sebesar 100% sedangkan yang memilih jawaban Tidak

sebesar 0%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa seluruh siswa memiliki

keyakinan bahwa Tuhan yang membantunya ketika berada dalam kesulitan,

dibandingkan dengan santri yang tidak meyakini tuhan akan bantuan Tuhan

dalam kesulitan.

Tabel 3. 5
Meyakini Setiap Rencana ditakdirkan Oleh Tuhan

N Alternatif Jawaban F P
O

1. YA 28 93%

2. TIDAK 2 7%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.5 bahwa seluruh siswa yang meyakini bahwa setiap

rencana ditakdirkan oleh Tuhan. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang

memiliki jawaban Ya sebesar 93% sedangkan yang memilih jawaban Tidak

sebesar 7%. dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki keyakinan bahwa

setiap rencana manusia ditakdirkan oleh Tuhan lebih banyak dibandingkan

dengan santri yang tidak meyakini bahwa setiap rencana manusia ditakdirkan

oleh Tuhan.

Tabel 3. 6
Tidak Percaya Bantuan Tuhan

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 1 3%

2. TIDAK 29 97%

Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel 3.6 bahwa seluruh siswa yang tidak percaya bantuan

Tuhan meyakini bahwa setiap rencana ditakdirkan oleh Tuhan. Hal ini

ditunjukan oleh hasil responden yang memiliki jawaban Ya sebesar 93%

sedangkan yang memilih jawaban Tidak sebesar 7%. O leh karena itu dapat

disimpulkan bahwa siswa yang memiliki keyakinan bahwa setiap rencana

manusia ditakdirkan oleh Tuhan lebih banyak dibandingkan dengan santri yang

tidak meyakini bahwa setiap rencana manusia ditakdirkan oleh Tuhan.

Tabel 3. 7
Tidak Senang Mempelajari Ilmu Keislaman

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 2 7%

2. TIDAK 28 93%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.7 bahwa seluruh siswa senang dalam mempelajari

ilmu keislaman. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang memiliki

jawaban Ya sebesar 7% sedangkan yang memilih jawaban Tidak sebesar 93%.

Dapat disimpulkan bahwa siswa yang tidak senang mempelajari keislaman


lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang menyenangi mempelajari ilmu

keislaman.

Tabel 3. 8
Tidak Pernah Meninggalkan Sholat

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 20 67%

2. TIDAK 10 33%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.8 bahwa seluruh siswa tidak pernah meninggalkan

sholat karena hal itu merupakan dosa. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden

yang memiliki jawaban Ya sebesar 67% sedangkan yang memilih jawaban

Tidak sebesar 33%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa siswa yang tidak

pernah melaksanakn sholat lebih banyak daripada siswa yang meninggalkan

sholat.

Tabel 3. 9
Selalu Mengingat Tuhan Ketika Mendapat Musibah

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 29 97%
2. TIDAK 1 3%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.9 bahwa seluruh siswa selalu meningat Tuhan ketika

mendapat musibah. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang memiliki

jawaban Ya sebesar 97% sedangkan yang memilih jawaban Tidak sebesar 3%.

Dapat disimpulkan bahwa siswa selalu mengingat Tuhan ketika mendapatkan

kesulitan lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang tidak mengingat

Tuhan ketika mendapat kesulitan.

Tabel 3. 10
Memiliki Sifat Enggan Menyakiti Orang Lain

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 19 63%

2. TIDAK 11 37%

Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel 3.10 bahwa seluruh siswa memiliki sifat enggan

menyakiti orang lain. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang memilih

jawaban Ya sebesar 67% sedangkan yang memilih jawaban Tidak sebesar

37%. Dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki sifat enggan menyakiti

orang lain lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang selalu menyakiti

orang lain.

Tabel 3. 11
Tidak Suka Melakukan Hal-Hal Yang Tidak Penting

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 15 50%

2. TIDAK 15 50%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.11 bahwa seluruh siswa sebanding antara yang

memiliki sifat senang dalam melakukan hal-hal yang tidak penting dan tidak

senang dalam melakukan hal-hal yang tidak pentin. Hal ini ditunjukan oleh

hasil responden yang memilih jawaban Ya sebesar 50% sedangkan yang

memilih jawaban Tidak sebesar 50%. Dengan itu dapat disimpulkan bahwa

siswa yang memiliki sifat senang dalam melakukan hal-hal yang tidak penting
sebanding dengan siswa yang memiliki sifat tidak senang dalam melakukan

hal-hal yang tidak penting.

Tabel 3. 12
Tidak Senang Bermanfaat Untuk Orang Lain

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 1 3%

2. TIDAK 29 97%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.12 bahwa seluruh siswa memiliki sifat senang ketika

melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk orang lain. Hal ini ditunjukan oleh

hasil responden yang memilih jawaban Ya sebesar 1% sedangkan yang

memilih jawaban Tidak sebesar 97%. Dapat disimpulkan bahwa siswa yang

memiliki sifat tidak senang ketika melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk

orang lain lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang memiliki sifat senang

ketika melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk orang lain.

Tabel 3. 13
Tidak Mempunyai Empati

N Alternatif Jawaban F P
O

1. YA 1 3%

2. TIDAK 29 97%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.13 bahwa seluruh siswa mempunyai sifat empati

kepada orang lain. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang memilih

jawaban Ya sebesar 3% sedangkan yang memilih jawaban Tidak sebesar 97%.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai sifat empati

lebik banyak daripada siswa yang tidak mempunyai sifat empati.

Tabel 3. 14
Senang Membantu Ketika Orang Lain Mendapat Kesusahan

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 30 100%

2. TIDAK 0 0%

Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel 3.14 bahwa seluruh siswa memiliki sifat senang

membantu ketika orang lain mendapatkan kesusahan. Hal ini ditunjukan oleh

hasil responden yang memilih jawaban Ya sebesar 100% sedangkan yang

memilih jawaban Tidak sebesar 0%. Dengan itu dapat disimpulkan bahwa

siswa yang memiliki sifat senang membantu ketika orang lain mendapatkan

kesusahan lebih banyak daripada yang tidak senang membantu ketika orang

lain mendapatkan kesusahan.

Tabel 3. 15
Senang Membantu dalam Kesulitan

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 29 97%

2. TIDAK 1 3%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.15 bahwa seluruh siswa memiliki sifat senang

membantu orang lain. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang memilih

jawaban Ya sebesar 3% sedangkan yang memilih jawaban Tidak sebesar 97%.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki sifat senang

membantu orang lain lebih banyak dibandingkan siswa yang tidak senang

membantu orang lain.


Tabel 3. 16
Mempunyai Semangat Dalam Meraih Cita-Cita

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 29 97%

2. TIDAK 1 3%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.16 bahwa seluruh siswa mempunyai semangat dalam

meraih cita-cita. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang memilih jawaban

Ya sebesar 97% sedangkan yang memilih jawaban Tidak sebesar 3%. Dapat

disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai semangat dalam meraih cita-cita

lebih banyak dibandingkan siswa yang tidak mempunyai semangat dalam

meraih cita-cita.

Tabel 3. 17
Tidak Mampu Mewujudkan Cita-Cita

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 2 7%

2. TIDAK 28 93%
Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.17 bahwa seluruh siswa memiliki keyakinan dalam

mewujudkan cita-cita. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang memilih

jawaban Ya sebesar 7% sedangkan yang memilih jawaban Tidak sebesar 93%.

Dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki keyakinan dalam mewujudkan

cita-cita lebih besar dibandingkansiswa yang tidak memiliki keyakinan dalam

mewujudkan cita-citanya.

Tabel 3. 18
Pesimis Meraih Mimpi

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 4 13%

2. TIDAK 26 87%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.18 bahwa seluruh siswa memiliki sifat tidak pesimis

meraih mimpi. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang memilih jawaban

Ya sebesar 13% sedangkan yang memilih jawaban Tidak sebesar 87%. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki sifat pesimis dalam

meraih mimpi lebih sedikit dibandingkan siswa yang tidak pesimis dalam

meraih mimpi.

Tabel 3. 19
Sulit Berinteraksi Dilingkungan Baru

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 21 70%

2. TIDAK 9 30%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.19 bahwa seluruh siswa memiliki kesulitan dalam

berinteraksi dilingkungan baru. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang

memilih jawaban Ya sebesar 70% sedangkan yang memilih jawaban Tidak

sebesar 30%. Dengan itu dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki

kesulitan dalam berinteraksi dilingkungan baru lebih banyak dibandingkan

siswa yang tidak memiliki kesulitan dalam berinteraksi dilingkungan baru.

Tabel 3. 20
Mampu Bersosialisasi Dengan Baik

N Alternatif Jawaban F P
O

1. YA 19 63%

2. TIDAK 11 37%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.20 bahwa seluruh siswa memiliki kemampuan dalam

bersosialisasi dengan baik. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang

memilih jawaban Ya sebesar 63% sedangkan yang memilih jawaban Tidak

sebesar 37%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki

kemampuan dalam bersosialisasi dengan baik lebih banyak dibandingkan

dengan siswa yang tidak memiliki kemampuan dalam bersosialisasi dengan

baik.

Tabel 3. 21
Memilih Dalam Berteman

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 11 37%

2. TIDAK 19 63%

Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel 3.21 menunjukan bahwa seluruh siswa tidak memilih

dalam berteman. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang memilih

jawaban Ya sebesar 37% sedangkan yang memilih jawaban Tidak sebesar

63%. Dapat disimpulkan bahwa siswa yang memilih dalam berteman lebih

sedikit dibandingkan dengan siswa yang tidak memilih dalam berteman.

Tabel 3. 22
Memahami Tinggi Rendahnya Masalah Yang Dihadapi

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 24 80%

2. TIDAK 6 20%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.22 bahwa seluruh siswa memiliki kemampuan dalam

memahami tinggi rendahnya masalah yang dihadapi. Hal ini ditunjukan oleh

hasil responden yang memilih jawaban Ya sebesar 24% sedangkan yang

memilih jawaban Tidak sebesar 20%. Oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa siswa yang memiliki kemampuan dalam memahami tinggi rendahnya


masalah yang dihadapi lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang tidak

memiliki kemampuan dalam memahami tinggi rendahnya masalah yang

dihadapi

Tabel 3. 23
Memiliki Sifat Putus Asa

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 6 20%

2. TIDAK 24 80%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.23 bahwa seluruh siswa tidak memiliki sifat putus asa.

Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang memilih jawaban Ya sebesar 20%

sedangkan yang memilih jawaban Tidak sebesar 80%. Dengan itu dapat

disimpulkan bahwa siswa yang memiliki sifat putus asa lebih sedikit

dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai sifat mudah putus asa.

Tabel 3. 24
Mampu Menyelesaikan Permasalahan

N Alternatif Jawaban F P

O
1. YA 30 100%

2. TIDAK 0 0%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.24 bahwa seluruh siswa memiliki kemampuan

menyelesaikan permasalahannya. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang

memilih jawaban Ya sebesar 100% sedangkan yang memilih jawaban Tidak

sebesar 0%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki

kemampuan menyelesaikan permasalahannya secara keseluruhan dibandingan

siswa tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan permasalahannya.

Tabel 3. 25
Mampu Mengambil Hikmah Dari Setiap Masalah

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 27 10%

2. TIDAK 5 90%

Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel 3.25 bahwa seluruh siswa tidak memiliki kemampuan

dalam mengambil hikmah dari setiap masalah. Hal ini ditunjukan oleh hasil

responden yang memilih jawaban Ya sebesar 10% sedangkan yang memilih

jawaban Tidak sebesar 90%. Disimpulkan bahwa siswa yang tidak memiliki

kemampuan dalam mengambil hikmah dari setiap masalah lebih banyak

dibandingakan siswa yang memiliki kemampuan dalam mengambil hikmah

dari setiap masalah.

Tabel 3. 26
Tidak Mampu Memahami Diri Sendiri

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 13 43%

2. TIDAK 17 57%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.26 bahwa siswa tidak memiliki kemampuan untuk

memahami diri sendiri. Hal ini ditunjukan oleh hasil responden yang memilih

jawaban Ya sebesar 43% sedangkan yang memilih jawaban Tidak sebesar

57%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki

kemampuan untuk memahami diri sendiri lebih sedikit dibandingkan dengan

siswa yang tidak memiliki kemampuan untuk memahami diri sendiri.


Tabel 3. 27
Memahami Diri Sendiri

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 27 90%

2. TIDAK 3 10%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.27 bahwa seluruh siswa memiliki sifat senang ketika

melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk orang lain. Hal ini ditunjukan oleh

hasil responden yang memilih jawaban Ya sebesar 90% sedangkan yang

memilih jawaban Tidak sebesar 10%. Dapat disimpulkan bahwa siswa yang

memiliki sifat tidak senang ketika melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk

orang lain lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang memiliki sifat senang

ketika melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk orang lain..

Tabel 3. 28
Menyadari Pikiran, Perasaan dan Kelakuan Yang Dilakukan

N Alternatif Jawaban F P

1. YA 30 100%
2. TIDAK 0 0%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 3.28 bahwa seluruh siswa memiliki kemampuan untuk

menyadari pikiran, perasaan dan kelakuan yang telah dilakukan. Hal ini

ditunjukan oleh hasil responden yang memilih jawaban Ya sebesar 100%

sedangkan yang memilih jawaban Tidak sebesar 0%. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan untuk menyadari pikiran,

perasaan dan kelakuan yang telah dilakukan lebih besar dibandingkan siswa

yang tidak memiliki kemampuan untuk menyadari pikiran, perasaan dan

kelakuan yang telah dilakukan.

Hasil perhitungan dari bimbingan agama islam dengan metode tahfidz Al-

quran untuk meningkatkan kecerdasan spiritual remaja di Boarding Dchool Ar-

rahmat dapat dilihat dari frekuensi jawabana siswa dengan indikator yang akan

dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3. 29
Rekapitulasi Kecerdasan Spiritual Remaja

Indikator Alternatif Frekuensi % Tafsiran

jawaban Jawaban Persentase


Merasakan Saya meyakini 30 100% Sangat baik

kehadiran bahwa Tuhan yang

Allah mampu menolong

di setiap kesulitan

yang saya hadapi.

Menurut saya 28 93% Sangat baik

manusia hanya

mampu berusaha

dan hasil akhir ada

di tangan Tuhan.

Saya percaya yang 29 97% Sangat baik

saya lakukan adalah

hasil kerja keras

saya sendiri dengan

ada bantuan Tuhan.

Berzikir dan Saya senang 28 93% Sangat baik

berdoa mendalami nilai-

nilai ajaran Islam

seperti shalat,

puasa, zakat, dzikir

dan lainnya.

Saya tidak pernah 20 67% Baik


meninggalkan

sholat, karena itu

perbuatan dosa.

Saya selalu 29 97% Sangat baik

mengingat Allah

ketika mendapat

musibah.

Cenderung Saya memiliki sifat 19 63% Baik

pada enggan untuk

kebaikan menyakiti orang

lain.

Saya tidak 15 50% Kurang

mempunyai baik

keinginan untuk

melakukan hal-hal

yang tidak perlu

Saya merasa 30 100% Sangat baik

senang saat

melakukan yang

bermanfaat untuk

orang lain.
Memliki Saya merasa kasian 29 97% Sangat baik

empati yang ketika teman saya

kuat mendapat musibah.

Saya berusaha 29 97% Sangat baik

membantu teman

saya ketika

mendapatkan

kesulitan.

Saya selalu ingin 30 100% Sangat baik

membantu teman

ketika sedang

kesusahan.

Berjiwa Saya selalu 29 97% Sangat baik

besar berusaha menjadi

memiliki siswa yang baik

visi dan disiplin untuk

mencapai cita-cita.

Saya mampu untuk 28 93% Sangat baik

mewujudkan cita-

cita yang saya

inginkan.
Saya tidak merasa 26 87% Sangat baik

pesimis dalam

meraih mimpi.

Kemampuan Saya sering merasa 9 30% Kurang

bersikap bingung ketika baik

fleksibel memulai berintraksi

dengan teman dan


( mudah me
lingkungan baru.
nyesuaikan

diri)

Saya mampu 19 63% Baik

beradaptasi di

setiap lingkungan

yang baru.

Saya selalu 19 63% Baik

memilih-milih

siapa saja yang

ingin menjadi

teman saya.

Kemampuan Saya dapat 24 80% Sangat baik

menghadapi memahami tinggi

masalah, rendahnya suatu


permasalahan yang

saya hadapi

Saya memiliki sifat 24 80% Sangat baik

mudah putus asa

terhadap setiap

masalah.

Setiap masalah itu 30 100% Sangat baik

harus dihadapi

dengan solusi.

Saya mampu 27 90% Sangat baik

mengambil hikmah

dari setiap masalah

Kesadaran Saya tidak mampu 17 57% Baik

diri memahami diri

sendiri dibandingan

terhadap orang lain.

Saya mampu 27 90% Sangat baik

menilai diri

sebelum menilai

orang lain.

Saya sadar dengan 30 100% Sangat baik


pikiran, perasaan,

kelakuan dan

perkataan saya

Berdasarkan tabel persentase di atas, maka dapat disimpulkan hasil dari

bimbingan agama islam dengan metode tahfidz al-Quran untuk meningkatkan

kecerdasan spiritual remaja di boarding school Ar-rahmat yang sebelumnya

telah dilaksanakan sudah masuk kategori baik dan memberikan pengaruh untuk

meningkatkan kecerdasan spiritual siswa.

C. Pembahasan

Setelah mengemukakan deskripsi hasil temuan dari penelitian yang

diperoleh melalui observasi, wawancara terulis serta wawancara mendalam

melalui bimbingan tahfidz Al-Quran di SMP Boarding school Ar-rahmat di

Cileunyi, maka pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil penelitian

tersebut berdasarkan fokus penelitian. Analisa dan pembahasan yang akan

dikemukakan di bawah ini adalah sebagai pengembangan terhadap data yang

telah diperoleh di lapangan.

Dari hasil observasi dan analisa data hasil wawancara dengan pembimbing

tahfidz Al-Quran di SMP boarding school Ar-rahmat serta wawancara tertulis

kepada siswa SMP boarding school Ar-Rahmat tentang bimbingan agama

islam dengan metode tahfidz Al-Quran untuk meningkatkan kecerdasan

spieitual remaja yaitu sebagai berikut :


1. Program Bimbingan Tahfidz Al-Quran Untuk Meningkatkan

Kecerdasan Remaja di Boarding School Ar-rahmat

Program bimbingan tahfidz Al-Quran di SMP Boarding School Ar-rahmat

Cileunyi, dapat ditarik kesimpulan secara umum yaitu:

a. Program bimbingan tahfidz di SMP boarding school Ar-rahmat

Ada beberapa program yang telah dilaksanakan di SMP boarding

school Ar-rahmat diantaranya sebagai berikut:

1) Program One Day One Ayat

Metode ODOA adalah strategi pembelajaran hafalan One Day

One Ayat merupakan program menghafal 1 hari 1 ayat yang dimulai

dari surah-surat pendek dari juz 30. Namun untuk ayat-ayat yang

pendek maka bisa satu hari lebih dari satu ayat, dan untuk ayat yang

cukup panjang dihafalkan dalam waktu dua hari hingga benar –

benar hafal. Pembelajaran menghafal model one day one ayat

merupakan pembelajaran yang dapat diartikan sebagai cara yang

tepat dan cepat dalam menghafal,sedangkan menghafal yang berarti

menjaga memelihara dan melindungi.

Tujuan dari program one day one ayat yaitu untuk mempermudah

mengahafal Al-Quran, sehingga siswa setiap harinya mendapatkan

hafalan baru walaupun hanya satu ayat dan proses menghafalnya

agar intensif (istiqomah) setiap harinya. Sehingga ketika siswa

menghafalnya setiap hari satu ayat, maka hafalannya pun semakin


hari semakin bertambah. Metode ODOA ini sangat simple dan

praktis dalam penerapannya, sehingga akan memudahkan

pembimbing dalam melatih dan mengajarkan hafalan kepada siswa

dan akan memudahkan siswa dalam menghafal dan memahami ayat-

ayat Al-quran.

Menurut ibu Siti Syarah selaku pembimbing tahfidz di asrama

perempuan, meskipun program one day one ayat telah di

programakan, tetapi pada pelaksanaan dilapangan tidak selalu

berjalan dengan baik, selalu ada hambatan dalam menjalankan

program, karena menurut beliau setiap harinya setiap siswa memiliki

kemampuan yang berbeda-beda, dan kondisi pikiran siswa juga

mempengaruhi terhadap cepat lambatnya siswa dalam menghafal Al-

Quran. Tapi dari seluruh siswa hanya ada beberapa siswa saja yang

mengalami keterlambatan dalam menghafal Al-Quran, selebihnya

hampir seluruh siswa setiap harinya selalu bertambah dalam hafalan

Al-quran nya.

2) Bimbingan Tahfidz Al-Quran

Tahfidz Al-quran terdiri dari dua kata, yaitu tahfidz dan Al-Quran.

Kata tahfidz berasal dari bahasa arab bentuk dari masdar ghair mim

dari kata haffazo yuhaffazu yang mempunyai arti “mengahafal”.

Menghafal dapat diartikan sebagai proses pengulangan suatu

pelajaran, baik dengan membaca, maupun mendengar. Yaitu proses


menghafal Al-quran baik dengan cara membaca maupun

mendengarkannya secara berulang-ulang sampai hafal sehingga setiap

setiap ayat mampu dibaca tanpa melihat mushaf (Zaki Zamani dan M

Syukron, 2009:20).

Menghafal Al-quran juga merupakan suatu proses, mengingat

materi yang dihafalkan harus sempurna, karena ilmu tersebut

dipelajari untuk dihafalkan, bukan untuk difahami. Selain itu,

menghafal Al-Quran juga merupakan suatu proses mengingat, dimana

seluruh materi ayat (rincian bagian-bagiannya seperti fonetik, waqaf,

dan lain-lain) harus diingat secara sempurna (Wiwi Awaliyah Wahid,

2014:15)

Bimbingan tahfidz Al-Quran merupakan proses kegiatan

membimbing para siswa dalam mengahafal ayat-ayat Al-Quran yang

dilakukan oleh para pembimbing tahfidz di SMP Boarding School Ar-

rahmat sesuai dengan jadwal yang telah diatur dan dengan

pembimbing sesuai tingkatan kemahiran siswa. Adapun tujuan dari

bimbingan tahfidz Al-Quran, yaitu untuk membantu para siswa agar

mereka mampu menghafal ayat-ayat Al-Quran dan memahami isi

kandungan Al-Quran secara intensif. Selain itupun tujuan dari

bimbingan tahfidz yaitu untuk memberikan bantuan untuk

mengembangan kemampuan siswa dalam menghfal al-quran, dan

memberikan bantuan dalam hal ibadah, agar yang telah siswa hafal

dan pahami dapat diaplikasikan dalam kegiatan ibadah sholat, puasa


dan dalam kehidupan sehari-hari siswa agar sesuai dengan petunjuk

Al-Quran..

3) Bimbingan Tajwidz dan Tahsin

Bimbingan ini merupakan bimbingan tunjangan atau tambahan

yang diadakan oleh pembimbing tahfidz untuk mempermudah siswa

dalam menghafal Al-Quran.

Tajwid berasal dari bahasa Arab yaitu jawwada-yujawwidu yang

berarti “membaguskan”. Jadi tahwid bermakna memabguskan bacaan

huruf atau kalimat Al-Quran satu per satu dengan terang, perlahan,

dan tidak teburu buru. Ilmu tajwidz adalah ilmu yang mempelajari

tentang cara pengucapan dan pelafalan dalan Al-quran dengan benar

dan tepat.

Materi ini dipelajari bahkan masuk kedalam program bimbingan

tahfidz di SMP boarding school Ar-rahmat merupakan sebagai

panduan untuk santri agar dapat mengucapkan atau melafalkan al-

quran dengan benar sesuai denga k aidahnya dan akan mempermudah

santri dalam proses menghafal Al-quran. Sedangkan tahsin, yaitu ilmu

yang mempelajari tentang upaya mem perbaiki atau membaguskan

bacaan Al-quran atau penyempurnaan semua hal yang berkaitan

dengan pengucapan huruf-huruf Al-quran.

Menurut Abdur rauf metode tahsin adalah salah satu cara untuk

tilawah AlQur’an yang menitikberatkan pada makhroj (tempat

keluarnya huruf), sifat-sifat huruf dan ilmu tajwid. Metode ini melalui
talaqqi (bertemu langsung) dan musyafahah (pembetulan bibir saat

membaca) berhadapan langsung dengan guru atau syaikh yang

sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah SAW (Rauf, 2014).

Menurut Ahmad Annuri tashin yang artinya memperbaiki,

membaguskan, menghiasi, mempercantik, membuat lebih baik dari

semula. Dan tilawah secara istilah adalah membaca Al-Qur’an dengan

bacaan yang menjelaskan huruf-hurufnya dan berhati-hati dalam

melaksanakan bacaannya, agar lebih mudah memahami makna yang

terkandung di dalamnya, tahsin tilawah adalah upaya memperbaiki

dan membaguskan bacaan A-lQur’an (Ahmad Annuri, 2017).

Merunut definisi bahwa penguasaan ilmu tajwid dan tilawah Al-

Quran tergolong ilmu untuk mengkaji Al-Quran dimana keadaan

keduanya terintegral, ilmu tajwid berorentasi pada cara masalah

pengucapan, 4 yakni: 1. Makhriljul huruf (membahas tentang tempat-

tempat keluarnya huruf); 2. Shifatul huruf ( Membahas tentang sifat-

sifat huruf); 3. Ahkamul huruf ( membahas tentang hukum-hukum

yang lahir dari hubungan antar huruf); 4. Ahkawal maddi qashar

(membahas tentang hukum-hukum memanjangkan dan memendekan

bacaan; dan 5. Ahkamul waqfi wal ibtida ( membahas tentang hukum

– hukum memberhentikan dan memulai bacaan pada ayat-ayat Al-

quran.

Bimbingan tajwid dan tahsin di SMP boarding school Ar-rahmat

merupakan bimbingan tunjangan atau tambahan yang diadakan oleh


pembimbing tahfidz untuk mempermudah siswa dalam menghafal Al-

Quran.

Ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang cara

pengucapan dan pelafalan dalan Al-quran dengan benar dan tepat.

Materi ini dipelajari sebagai panduan untuk santri agar dapat

mengucapkan atau melafalkan al-quran dengan benar sesuai denga

qaidahnya dan akan mempermudah santri dalam proses menghafal Al-

quran. Sedangkan tahsin, yaitu ilmu yang mempelajari tentang upaya

memperbaiki atau membaguskan bacaan Al-quran atau

penyempurnaan semua hal yang berkaitan dengan pengucapan huruf-

huruf Al-quran.

Menurut Siti Syarah selaku pembimbig “materi tahsin dan tadwid

ini harus dikuasai terlebih dahulu oleh semua siswa sebelum mereka

melanjutkan ke tahap menghafal Al-quran karena materi tahsin ini

adalah ilmu yang yang sanagat penting untuk menguasai dan

melafalkan Al-quran dengan benar.

b. Metode bimbingan tahfidz Al-quran di SMP boarding school Ar-

rahmat

Menurut Karim (2019:333) metode adalah cara bertindak menurut

aturan sistem tertentu supaya kegiatan praktisi terlaksana secara terarah

dan rasional, agar mendapat hasil yang optimal. Metode bimbingan adalah

suatu cara atau jalan yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan

proses bimbingan agar kegiatan bimbingan dapat mencapai tujuan.


Adapun metode yang digunakan dalam proses bimbingan tahfidz Al-

quran di SMP Boarding School Ar-rahmad adal sebagai berikut:

1) Metode wahdah

Yakni metode menghafal satu persatu terhadap ayat- ayat yang

hendak dihafalkan, untuk mencapai hafalan awal setiap ayat dapat

dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali. Metode ini

merupakan metode yang paling praktis karena tidak banyak

menggunakan alat bantu selain mushaf Al-Qur’an.

2) Metode Jama’

Adalah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni

ayat-ayat yang dihafalnya dibaca secara bersama-sama dipimpin

oleh. Seorang instruktur. Atau salah seorang di antara kawanya

sendiri. Setelah ayat yang akan dihafalkanya telah mampu mereka

baca dengan lancar dan benar, siswa selanjutnya menirukan bacaan

instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepas mushaf

(tanpa melihat mushaf) dan seterusnya sehingga ayat yang sedang

dihafalnya itu sepenuhnya masuk kedalaman ingatanya (Ahsin

Wijaya,2000:25-28)

3) Metode Takrir

Metode takrir adalah metode menghafal ayat-ayat al-Qur’an

dengan cara mengulang-ngulang hafalan ayat yang telah dihafal.

Metode takrir dapat juga disebut dengan metode muraja’ah

(mengulang kembali). Kemudian anak-anak yang telah mengulang


hafalannya, maka anak tersebut membaca hafalannya di hadapan

pembimbing.

4) Metode Tahfidz

Yaitu menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat Al- Qur'an

yang telah dibaca berulang-ulang secara bin-nazhar tersebut.

Misalnya menghafal satu baris, beberapa kalimat, atau sepotong

ayat pendek sampai tidak ada kesalahan. Setelah satu baris atau

beberapa kalimat tersebut sudah dapat dihafal dengan baik, lalu

ditambah dengan merangkaikan baris atau kalimat berikutnya

sehingga sempurna. Kemudian rangkaian ayat tersebut diulang

kembali sampai benar-benar hafal.

5) Tallaqi

Yaitu menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru

dihafal kepada seorang pembimbing yang mampu menilai serta

membenarkan ketika ada bacaan yang salah.

6) Tasmi’

Yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada

perseorangan maupun kepada jamaah. Dengan tasmi’ ini seorang

penghafal Al-Qur’an akan diketahui kekurangan pada dirinya,

karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkan huruf atau harakat.

Adapun penggolongan metode dalam bimbingan tahfidz bimbingan

pranikah yaitu :
1) Metode individual, yaitu dilakukan melalui pribadi secara langsung

bertatapan muka oleh pembimbing kepada siswa.

2) Metode kelompok, yaitu pembimbingan yang dilakukan oleh

pembimbing secara bersama-sama dalam satu ruangan untuk

melaksanakan proses bimbingan tahfidz.

c. Media dalam bimbingan tahfidz

Menurut Syukir (1983: 163) media adalah “segala sesuatu yang dapat

dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

Adapun metode yang digunakan dalam proses bimbingan tahfidz Al-

quran di SMP Boarding School Ar-rahmad adal sebagai berikut:

1) Media Al-quran, al-Qur’an merupakan media yang paling utama

digunakan dalam proses bimbingan tahfidz Al-qur’an, karena kegiatan

yang sering dilakukan adalah menghafal al-qur’an. Al-Qur’an yang

digunakan bermacam-macam penerbitnya. Akan tetapi, ketika

seseorang sedang menghafal al-Qur’an, maka harus menggunakan

satu mushaf al-Qur’an. Tujuannya untuk membantu memudahkan

dalam menghafal al-Qur’an.

Pada dasarnya bentuk dan letak ayat-ayat al-Qur’an akan terpatri

dalam hati dan terbayang dalam memori otak, jika seseorang sering

membaca dan menghafal Al-quran dalam satu mushaf al-qur’an saja. Jika

seseorang yang sedang menghafal Al-Quran mengganti mushaf yang

sering dipakai menghafal Al-Quran maka ayat Al-Quran akan sulit


tersimpan dalam memori sehingga mempersulit dalam proses menghafal

Al-Quran.

2) Media Cerita, merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh

pembimbing. Tujuannnya yaitu untuk menggali kemampuan mereka

dalam memahami hafalan dan makna kandungan isi Al-quran. Media

cerita ini dilakukan juga agar para santri tidak merasa bosan. Dalam

prosesnya pembimbing menceritakan sebuah cerita atau isi dari Al-

quran kemudian santri menebak dan menjawab surat apa yang

dimaksud oleh pembimbing, atau santri untuk memafarkan makna

atau cerita dari salah satu surat yang disebutkan oleh pembimbing.

2. Proses Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam dengan Metode Tahfidz

Al-Quran Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di SMP Plus

Ar-rahmat Boarding School.

Pelaksanaan Bimbingan Tahfidz Al-Quran di SMP Boarding School

Ar-rahmat Cileunyi dapat memberikan pengalam kepada siswa dan

membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan siswa dakam

mengahafal Al-quran serta membantu dalam proses menghafal A-Quran

agar berjalan lancar.

Sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan nasional yakni untuk

membantu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, berilmu, mandiri, serta bertanggung jawab.


Selain itu kegiatan bimbingan tahfidz ini bertujuan untuk upaya

memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya

dalam hal kemampuan siswa untuk menghafal ayat-ayat Al-Quran. Agar

siswa tidak hanya mendapatkan pendidikan secara formal tetapi ditambah

dengan program tahfidz ini agar seimbang. Sesuai dengan misi sekolah

yaitu menjadikan lembaga pendidikan islam yang berkualitas yang mampu

membentuk siswa yang unggul, berprestasi dan mandiri.

Melalui Bimbingan tahfidz ini siswa dapat melaksanakan serta

mengembangakan kemampuan dalam menghafal A-Quran dengan baik,

dalam pelaksanaan program bimbingan tahfidz Al-Quran ini pembimbing

di boarding school memberikan layanan setiap hari agar memudahkan

santri serta konsisten dalam menghafal Al-Quran. Materi yang di

sampaikan dalam proses tahfid Al-quran ini seperti ilmu tajwid ilmu tahsin

agar memudahkan siswa dalam kelancaran dan memahami Al-quran. Serta

metode-metode yang telah disampaikan oleh pembimbing kepada siswa

nya. Bimbingan ini diberikan agar siswa terhindar dari kesulitan dan

hambatan dalam proses menghafal Al-Quran.

Salah satu layanan yang ada di Boarding School Ar-rahmat yaitu

layanan bimbingan tahfidz. Proses bimbingan tahfidz merupakan salah

satu usaha yang tepat agar siswa lebih cinta kepada Al-quran dan bisa

membaca, menghafal Al-quran serta memahami isi dari ayat-ayat Al-

quran. Oleh karena itu dalam pelaksanaan bimbingan tahfidz


memerlukan sebuah motivasi atau dorongan untuk mempermudah dalam

menghafal Al-quran dan kegiatan tersebut dapat berjalan lancar.

(Wawancara Siti Syarah, Pembimbing Tahfidz, tanggal 21 April 2021)

Proses pelaksanaan bimbingan tahfidz al-quran yang dilaksanakan

di SMP Plus Ar-rahmat Boarding School dilaksanakan setiap hari sesuai

jadwal yang telah diatur, yaitu dari setiap harinya ada 2 (dua) waktu

yakni pagi dan malam hari. Dan dilanjut proses pelaksaannya yaitu di

sekolah formal, dengan demikian dalam pelaksanaanya menjadi dua kali

yaitu di sekolah dan asrama.

Adapun tahapan bimbingan Tahfidz Al-Quran secara kelompok sebagai

berikut:

1) Tahap Awal /Pembukaan

Pembimbing membuka sesi ini dengan mengucapkan salam dan

menyapa anggota kelompok sesuai dengan kelasnya. Kemudian

pembimbing menjelaskan secara singkat maksud dan tujuan

pertemuan kelompok, bentuk kegiatan dan waktu yang akan

dilaksanakan, dengan diawali membaca basmalah bersama-sama

kemudian pembimbing memperkenalkan diri,

Tahap awal dimulai dengan pembimbing membuka

kegiatan dengan menghidupkan suasana. Tahap awal ini diawali

dengan saling mengenal satu sama lain, sesama anggota yang ada

di kelas, bentuk perkenalannya bisa secara manual atau

menggunakan games agar lebih menarik.


2) Tahap Pertengahan /Tahap inti

Tahap ini adalah tahap inti atau tahap pelaksanaan bimbingan

tahfidz dengan cara memberikan arahan serta metode dan teknis

kepada siswa dalam pelaksanaan bimbingan tahfidz yang akan

dilaksanakan. Setelah semuanya pembimbing sampaikan kepada

siswa, pembimbing memberikan kesempatan kepada suswa untuk

menanyakan yang belum dipahami. Setelah semua memahami

pembimbing melaknakan metode yang telah disampaikan dan

dilakykan oleh santri dalam proses menghafal Al-Quran secara

bersama-sama. Kemudian jika siswa telah hafal dapat

menyetorkan hasil hafalannya kepada pembimbing secara

berurutan.

3) Tahap Akhir /Penutup

Tahap terakhir dibimbingan tahfidz Al-Quran ini adalah tahap

evaluasi. Siswa diajak untuk memberikan jawaban tentang

hikmah atau pesan atau isi kandungan apa yang terdapat didalam

ayat-ayat yang telah dihafalkan dan di bahas, serta pembimbing

melakukan pengetesan kepada siswa secara acak untuk

mengetahui sejauh mana siswa memahami dan menghafal ayat-

ayat yang dihafalkan.. Masing-masing siswa diminta

meyimpulkan tentang pengalaman mereka setelah melaksanakan

bimbingan kelompok, kemudian pembimbing menyampaikan

pesan dan kesan tentang kegiatan tersebut. Dan yang terkahir


pembimbing menutup acara dengan membaca Hamdalah

bersama-sama.

3. Hasil Bimbingan Agama Islam dengan Metode Tahfidz Al-Quran

Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di SMP Plus Ar-rahmat

Boarding School.

Adapun hasil yang telah nampak dan dapat dilihat setelah diberikan

bimbingan tahfidz Al-Quran untuk meningkatkan kecerdasaan spiritual

remaja di SMP Boarding school Ar-rahmat Cileunyi Bandung, dari segi

bacaan dan hafalan ayat-ayat al-Qur’an pada siswa banyak sekali

perubahan. Perubahan tersebut dapat terlihat dari bacaan hafalan ayat-ayat

al-Qur’an yang semakin hari semakin baik dan semakin banyak. Selain

dalam hafalan ayat-ayat Al-Quran yang semakin banyak, dalam

membacanya pun sudah benar dan sesuai dengan kaidah karena dalam

proses bimbingan tahfidz siswa diberikan materi menge nai ilmu tajwid

dan tahsin yang mendukung dalam memahami dan melafalman Al-Quran

dengan benar bukan hanya hafal saja tetapi menguasai ilmunya.

Selain dilihat dari bacaan serta hafalan ayat-ayat Al-Quran yang telah

siswa kuasai dan hafal, hasil dari bimbingan tahfidz ini dapat terlihat dari

segi kecerdasan spiritual siswa di SMP boarding school Ar-rahmat yang

terlihat semakin meningkat dan ada perubahan yang semakin membaik,

selain bimbingan tahfidz Al-Quran ini bertujuan untuk menambah hafalan

siswa dan memahami isinya, tetapi dilihat dari kecerdasan spiritual yang

dimiliki siswa juga mengalami peningkatan, apalagi hafalan ayat Al-Quran


ini oleh pembimbing diajarkan untuk bisa mengaplikasikan dalam kegiatan

ibadah, serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari siwa.

Kecerdasan spiritual merupakan suatu kecerdasan tertinggi yang

dimiliki oleh manusia, yang memfungsikan kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosiaonal secara efektif. Kecerdasan spiritual dapat diartikan

sebagai kemampuan manusia untuk menghadapi dan memecahkan

masalah yang berhubungan dengan nilai, batin dan jiwa.

Kecerdasan spiritual sangat berfungsi bagi kehidupan manusia, yaitu

manusia akan menerima pada keadaan yang dihadapi sekarang, dan

memberi potensi untuk berkembang, mengajarkan manusia menjadi lebih

kreatif, mengatasi masalah dengan baik, mengontrol emosi dan

menuntunnya pada jalan yang benar, memberikan kemampuan beragama

yang benar.

Untuk melihat seberapa jauh dan banyaknya siswa SMP boarding

school Ar-rahmat menghafal ayat-ayat al-Qur’an serta sejauhmana

kecerdasan spiritual meningkat dari kegiatan tahfidz Al-Quran yang telah

dilaksanakan, maka untuk memperoleh hasil dari proses bimbingan tahfidz

tersebut penulis melakukan wawancara dengan berbagai pihak yakni

dengan kepala boarding school dan pembimbing tahfidz.

Pada tahap pertama penulis melalukan wawancara dengan pak

Muhammad Aliman, M.Sos selaku kepala asrama di SMP Boarding

School Ar-rahmat, beliau mengatakan bahwa para siswa setelah

mendapatkan bimbingan tahfidz secara intensif dilembaga tersebut para


siswa banyak sekali perubahan, diantaranya perubahan-perubahan tersebut

yaitu pertama, semangat dalam menghafal, kedua bisa lancar dalam

membaca al-Qur’an, ketiga dalam segi hafalan sudah terlatih, dan ke

empat dalam dalam kecerdasan spiritual mereka sudah mengalami

peningkatan, dapat terlihat dari sikap dan perilaku keseharian mereka yang

mengalami peningkatan dan semakin baik.

Tahap kedua penulis melakukan wawancara kepada ibu Siti Syarah

selaku pembimbing tahfidz untuk mengetahui sejauhmana peningkatan

siswa dalam hal kecerdasan spiritualnya, beliau mengatakan sejauhini

kecerdasan siswa yang ada di boarding school sudah terlihat meningkat

dan baik, hal ini diliht dari perilaku dan kemampuan siswa, seperti rajin

dalam melakukan ibadah (sholat dhuha dan tahajud, puasa senin kamis)

yang mengalami peningkatan, kemudian sikap saling menghargai dan

empati sesama teman, mempunyai cita-cita dalam menggapai impian

mereka, dapat dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi

serta tolong menolong sesama siswa walaupun beda kelas atau angkatan,

serta keakraban mereka semakin smeningkat.

Tahap ketiga penulis melakukan observasi langsung dengan

sengaja mengikuti kegiatan tasmi yang dilaksanakan seminggu sekali

untuk melihat kemampuanpara siswa dalam menghafal Al-Quran. Adapun

hasil yang diperoleh dari para siswa termasuk pada kategori yang baik.

Tahap keempat yaitu penulis membagikan kuisioner atau

wawancara secara tertulir yang disebar kepada siswa untuk mengetahui


sejauh mana peningkatan kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh siswa

SMP Boarding School Ar-rahmat, hasil yang diperoleh dari data yang

didapatkan dari lapangan menunjukan kecerdasan spiritual yang dimiliki

siswa termasuk keadalam kategori baik, yang bisa disimpulkan bahwa

siswa mengalami peningkatan dalam hal kecerdasan spiritual.

Dari uraian diatas daoat diatarik kesimpulan bahwa dari kegiatan

bimbingan tahfidz Al-Quran yang telah dilaksanak di SMP Boarding

School Ar-rahmat Cileunyi dapat meningkatkan kecerdasan spiritual siswa

dengan ditunjukan oleh hasil angket (wawancara tertulis) yang telah

dianalisis dan dihitung dengan masuk kategori baik.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang bimbingan agama islam dengan

metode tahfidz Al-Quran untuk meningkatkan kecerdasan spiritual remaja di

SMP Boarding school Ar-rahmat Cileunyi Bandung, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Program bimbingan tahfidz Al-Quran di SMP Boarding School Ar-

rahmat Cileunyi dilakukan melalui tiga jenis layanan, yaitu:

a. Bimbingan tahfidz Al-Quran, merupakan proses kegiatan

membimbing para siswa dalam mengahafal ayat-ayat Al-Quran yang

dilakukan oleh para pembimbing tahfidz di SMP Boarding School

Ar-rahmat sesuai dengan jadwal yang telah diatur dan dengan

pembimbing sesuai tingkatan kemahiran siswa.


b. Bimbingan tajwid dan tahsin, merupakan bimbingan tunjangan atau

tambahan yang diadakan oleh pembimbing tahfidz untuk

mempermudah siswa dalam menghafal Al-Quran. serta sebagai

panduan untuk santri agar dapat mengucapkan atau melafalkan al-

quran dengan benar sesuai denga kaidahnya ilmu Al-Quran.

Adapun metode yang digunakan dalam proses bimbingan tahfidz

Al-quran di SMP Boarding School Ar-rahmat ada 6 (enam) metode

dan penggolongan metode dalam bimbingan tahfidz bimbingan

tahfidz Al-Quran yaitu metode individual dan metode kelompok.

Media yang digunakan dalam proses bimbingan tahfidz Al-

quran di SMP Boarding School Ar-rahmad adal sebagai berikut:

a. Media Al-quran

b. Media cerita

2. Proses pelaksanaan bimbingan tahfidz Al-Quran yang dilaksanakan di

SMP Boarding School Ar-rahmat Cileunyi sudah dilaksanakan cukup

baik. Dengan dilaksanakan bimbingan tahfidz Al-Quran ini sudah

berjalan dengan baik sesuai dengan program bimbingan yang ada di

Boarding. Salah satu layanan yang ada di Boarding School Ar-rahmat

yaitu layanan bimbingan tahfidz. Proses bimbingan tahfidz merupakan

salah satu usaha yang tepat agar siswa lebih cinta kepada Al-quran dan

bisa membaca, menghafal Al-quran serta memahami isi dari ayat-ayat

Al-quran.
Proses pelaksanaan bimbingan tahfidz al-quran yang dilaksanakan

di SMP Plus Ar-rahmat Boarding School dilaksanakan setiap hari

sesuai jadwal yang telah diatur, yaitu dari setiap harinya ada 2 (dua)

waktu yakni pagi dan malam hari. Dan dilanjut proses pelaksaannya

yaitu di sekolah formal, dengan demikian dalam pelaksanaanya

menjadi dua kali yaitu di sekolah dan asrama.

Adapun tahapan bimbingan Tahfidz Al-Quran secara sebagai

berikut:

a. Tahap awal /pembukaan

b. Tahap pertengahan/ tahap inti

c. Tahap akhir /penutup

3. Hasil pelaksanaan bimbingan tahfidz Al-Quran untuk meningkatkan

kecerdasan spiritual remaja di SMP Boarding School Ar-rahmat

Cileunyi. Hasil tersebut disesuaikan dengan indikator atau aspek-aspek

seseorang yang mempunyai kecerdasan spiritual remaja yang

meningkat sehingga dapat diukur dan dapat dilihat dari beberapa

indikator yaitu: 1) Merasakan kehadiran Allah; 2) berdzikir dan

berdoa; 3) cenderung pada kebaikan; 4) memiliki empati yang kuat; 5)

berjiwa besar memiliki visi; 6) mudah menyesuaikan diri; 7)

kemampuan menghadapi masalah; 8) kesadaran diri.

Hasil yang didapat dari penyebaran angket kepada siswa, dari

hasil skala perhitungan angket yang telah di sebar, santri mengalami

peningkatan yang baik pada kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa,


meskipun perubahan tersebut belum terlihat sepenuhnya dan

menyeluruh kepada setiap siswa. Dengan adanya bimbingan tahfidz

Al-Quran yang telah dilaksanakan dan di tunjang dengan kegiatan

keagamaan yang ada di SMP Boarding School Ar-rahmat

mempengaruhi peningkatan kecerdasan spiritual siswa. dan hasil dari

penelitian yang telah dilaksanakan penulis menunjukan bahwa siswa

mengalami peningkatan yang baik dalam hal kecerdasan spiritualnya.

B. Saran

Berdasrkan hasil temuan yang telah didapat di lapangan dalam metode

yang digunakan belum terlaksana semua oleh pembimbing, dan jumlah

pembimbing masih kurang tidak sesuai dengan jumlah siswa yang ada.

Beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan masukan kepada pihak SMP

Boarding School Ar-rahmat Cileunyi Bandung antara lain, sebagai berikut:

1. Untuk SMP Boarding School Ar-rahmat

a. Berdasarkan hasil temuan di lapangan, bimbingan tahfidz di SMP

boarding school Ar-rahmat tersebut memiliki kekurangan dalam

penyajian materi dan penggunaan metode dalam proses pelaksanaan

bimbingan tahfidz, terkadang dalam metode tidak setiap dilaksanakan

menggunakan metode yang seharusnya, pembimbing menyerahkan

metode apapun yang penting siswa bisa menghafal ayat Al-Quran dan

mampu menyetorkan nya. Sehingga disarankan kepada pihak boarding


school untuk lebih meningkatkan metode yang sudah ada agar proses

bimbingan tahfidz Al-Quran dapat berjalan dengan baik.

b. Berdasarkan hasil temuan dilapangan, dalam proses bimbingan tahfidz

Al-Quran ini memiliki kekurangan dari segi tenaga kerja atau jumlah

pembimbing yakni hanya 3 orang yang aktif dari jumlah siswa.

Dengan demikian, antara pembimbing dengan siswa itu tidak

sebanding jumlahnya, sehingga akan mengganggu terhadap

pelaksanaan bimbingan tahfidz. Sehingga pihak yayasan dapat

menambah jumla pembimbing yang bersedia tinggal diasrama,

disesuaikan dengan jumlah siswa sehingga bimbingan tahfidz dapat

berjalan dengan lancar dengan efektif.

2. Untuk Jurusan Bimbingan Konseling Islam

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, masih ada pembimbing

yang belum bisa mempraktekan secara benar mengenai teori-teori

bimbingan yang dipelajari, teori memang diperlukan sebagai khasanah

keilmuan, akan tetapi pada dasarnya di lapangan memerlukan teori beserta

praktek nyata. Observasi yang selalu ditugaskan di bangku kuliah ternyata

tidak cukup membantu tanpa adanya praktek. Sehingga disarankan pada

pihak akademik terutama kepada jurusan Bimbingan dan Konseling Islam

( BKI ) supaya memfasilitasi mahasiswanya untuk memperbanyak praktek

lapangan termasuk mengenal dan memahami instrumen-intrumen BK

sehingga dapat tetap sasaran.

3. Untuk Peneliti Berikutnya


Sesuai dengan skripsi yang peneliti sajikan, peneliti hanya melakukan

penelitian bimbingan agama islam dengan metode tahfidz Al-quran untuk

meningkatkan kecerdasan spiritual remaja di SMP Boarding School Ar-

rahmat. Maka peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk

melakukan penelitian dengan metode yang berbeda, karena pada penelitian

ini hanya berfokus kepada metode tahfidz Al-quran saja. Serta bisa mengkaji

penelitian secara lebih mendalam mengenai masalah yang berhubungan

dengan penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai