Anda di halaman 1dari 14

1

UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI SISWA


MELALUI KEGIATAN SPIRITUAL CAMP DI MAN BONDOWOSO

Indah Wahyuningtiyas
Mahasiswa STAI At-Taqwa Bondowoso
Ansori
Dosen STAI At-Taqwa Bondowoso

Abstract : The root of all evil and bad actions lies in the loss of character. Strong character is
a fundamental foothold that gives the human population the ability to live together
in peace and shape a world life filled with goodness free from violence and
immoral acts. Data collection techniques used in this study were observation,
interviews, and documentation. To analyze the data in this study using data
analysis techniques for Miles and Huberman models, namely data reduction, data
display and conclusion drawing (verification). The findings in this study are a
series af spiritual camp activities packed with scientific nuances that are thick
with spiritual values and themes chosen in each year very closely with teaching
worship. This is very effective in responding to the dryness of spiritual values,
especially students, so students need to be awakened to their spirit of spirituality
through spiritual camp activities, such activities are camps plus that is camping
while running islamic sharia. Besides education through spiritual camp activities
ia an effective and creative education by combining cognitive, affective and
psychomotoric domains.

Key words : character building, spiritual camp

PENDAHULUAN bangsa. Sehingga pendidikan berperan


Pendidikan bagi kehidupan umat sebagai upaya mendewasakan manusia,
manusia merupakan kebutuhan mutlak memperbaiki tingkah laku dan
yang harus dipenuhi sepanjang hayat. meningkatkan kualitas hidup serta
Tanpa pendidikan sama sekali mustahil meningkatkan harkat dan martabat
suatu kelompok manusia dapat hidup manusia.
berkembang sejalan dengan aspirasi (cita- Pendidikan sebagai usaha membina
cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia dan mengembangkan aspek-aspek rohaniah
menurut konsep pandangan hidup mereka dan jasmaniah juga harus berlangsung
(Ihsan, 2003:2). Oleh karena itu secara bertahap. Akan tetapi, suatu proses
pendidikan sangatlah strategis dalam yang digunakan dalam usaha kependidikan
peningkatan mutu sumber manusia. Sebab adalah proses yang terarah dan bertujuan,
pada hakikatnya pendidikan merupakan yaitu mengarahkan anak didik (manusia)
upaya dan proses peningkatan sumber daya kepada titik optimal kemampuannya.
manusia dalam mencerdaskan kehidupan Sedangkan tujuan yang hendak dicapai
2

adalah terbentuknya kepribadian yang atau semakin memudar yang ditandai


bulat dan utuh sebagai manusia individual, dengan berkembangnya semangat
sosial dan hamba Tuhan yang individualisme, hedonisme, terorisme dan
mengabdikan diri kepada-Nya (Rosyadi, bahkan sparatisme. Tanda-tanda
2004: 15). terkikisnya nasionalisme ini melanda
Selain itu pendidikan memiliki nilai hampir semua komponen bangsa baik
yang strategis dan urgen dalam muda ataupun tua, rakyat biasa maupun
pembentukan suatu bangsa. Pendidikan itu pejabat negara, termasuk kalangan anggota
juga berupaya untuk menjamin dewan.
kelangsungan hidup bangsa tersebut. Sebab Sebagai contoh fenomena
lewat pendidikanlah akan diwariskan nilai- memudarnya nasionalisme adalah untuk
nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa berebut menjadi pejabat publik, anggota
tersebut, karena itu pendidikan tidak hanya dewan, pegawai negeri, polisi bahkan TNI
berfungsi untuk how to know, dan how to dari tingkat rendah sampai pejabat tinggi
do, tetapi yang amat penting adalah how to harus membayar dengan sejumlah uang.
be, bagaimana supaya how to be terwujud Setelah tercapai apa yang diinginkan,
maka diperlukan transfer budaya dan lantas dengan berbagai cara agar uang
kultur (Putra, 2004: 9). yang telah dikeluarkan segera kembali, dan
Keberhasilan suatu bangsa dalam menggunakan fasilitas negara, wewenang,
memperoleh tujuannya tidak hanya dan hak-hak istimewanya (privilege) untuk
ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber memperkaya diri, memperkuat posisi dan
daya alam, tetapi sangat ditentukan oleh menciptakan hegemoni. Mereka bukan
kualitas sumber daya manusianya. Hanya sebagai abdi negara melainkan penghianat
bangsa yang memiliki kualitas karakter negara, bukan pejuang melainkan
kuat yang mampu menjadikan dirinya pecundang (Purwati, 2014: 9).
sebagai bangsa yang bermartabat dan Dalam era globalisasi yang terjadi
disegani oleh bangsa lain. Sebab eksistensi pada saat ini, dimana perkembangan ilmu
bangsa sangat ditentukan oleh karakter pengetahuan, teknologi dan seni
yang dimiliki. Oleh karena itulah berlangsung begitu pesatnya maka
pendidikan karakter merupakan pendidikan diharapkan bangsa Indonesia bisa
yang memiliki peran vital dalam menjawab berbagai tantangan dan
membentuk kepribadian yang luhur permasalahan yang semakin rumit dan
sehingga dapat menciptakan anak bangsa kompleks melalui pendidikan karakter.
yang berkualitas. Pendidikan karakter merupakan proses
Urgensi pendidikan karakter bangsa yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir
diantaranya dilatarbelakangi oleh (never ending process), sehingga
memudarnya nasionalisme dan jati diri menghasilkan perbaikan kualitas yang
bangsa. Nasionalisme secara umum berarti berkesinambungan (continuous quality
cinta tanah air, bangsa dan negara serta improvement) yang ditujukan pada
rela berjuang dan berkorban untuk terwujudnya sosok manusia masa depan
kejayaannya. Dalam kehidupan berbangsa dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa.
dan bernegara akhir-akhir ini, jiwa Pendidikan karakter harus
nasionalisme Indonesia semakin terkikis menumbuhkembangkan nilai-nilai filosofis
3

dan mengamalkan seluruh karakter bangsa adalah puncak nilai keberagaman seorang
secara utuh dan menyeluruh. muslim. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi
Dalam perspektif Islam, pendidikan Muhammad SAW. yang bersabda bahwa
karakter secara teoritik sebenarnya telah beliau diutus untuk menyempurnakan
ada sejak Islam diturunkan di dunia seiring akhlak agama.
dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW. Dalam konteks keindonesiaan,
untuk memperbaiki atau menyempurnakan menjadi bangsa yang yang demokratis,
akhlak (karakter) manusia. Ajaran Islam bebas KKN, menghargai dan taat hukum
sendiri mengandung sistematika ajaran ialah beberapa karakter bangsa yang
yang tidak hanya menekankan pada aspek diinginkan dalam kehidupan
keimanan, ibadah dan mu’amalah, tetapi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
juga pada akhlak. Pengamalan ajaran Islam Namun yang menjadi sebuah pertanyaan
secara utuh (kaffah) merupakan model besar adalah bagaimana dengan
karakter seorang muslim yang dicontohkan implementasi dan realitas yang terjadi?
dan ditekankan oleh model karakter Nabi Sejalankah usaha-usaha pendidikan yang
Muhammad SAW, yang memiliki sifat terjadi selama ini dengan tujuan yang
Shidiq, Tabligh, Amanah, Fatonah diharapkan? Pertanyaan ini muncul karena
(STAF). Sifat-sifat tersebutlah yang melihat dari fenomena yang menegaskan
menjadi karakter khas Nabi Muhammad adanya kegagalan dalam pencapaian tujuan
SAW. pendidikan. Diantaranya adalah ketika
Zakiyah Darajat mengemukakan masyarakat dan bangsa dilanda krisis
bahwa tujuan pendidikan Islam adalah moral baik dalam tindakannya, ucapannya,
membimbing dan membentuk manusia cara bergaul, cara berpakaian dan dalam
menjadi hamba Allah yang saleh, teguh menghadapi setiap persoalan atau masalah.
imannya, taat beribadah, dan berakhlak Melihat realitas masyarakat yang banyak
terpuji (Roqib, 2009: 31). Dari tujuan melakukan perilaku menyimpang dan
tersebut maka secara umum dapat keluar dari koridor yang ada baik negara,
dikatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adat, maupun agama, disebabkan oleh
adalah pembentukan kepribadian muslim rapuhnya atau lemahnya karakter bangsa.
secara keseluruhan (kaffah). Pribadi yang Dapat kita amati belakangan ini marak
demikian adalah pribadi yang terjadi pergaulan bebas baik dikalangan
menggambarkan terwujudnya keseluruhan pelajar maupun masyarakat umum,
esensi manusia secara kodrati, yaitu penganiayaan bahkan pembunuhan baik
sebagai makhluk individual, makhluk dalam tingkat pelajar maupun mahasiswa,
sosial, makhluk bermoral dan makhluk pencurian remaja, korupsi, kolusi dan
yang ber-Tuhan. nepotisme (KKN) tumbuh subur dari
Kehadiran Islam di muka bumi adalah tingkat desa sampai tingkat pejabat,
sebagai pedoman hidup manusia dan untuk pemerkosaan yang berujung pembunuhan,
memberikan solusi yang tegas terhadap prostitusi, propaganda politik, penghinaan
berbagai persoalan kemanusiaan. Salah pada penguasa, agama maupun tokoh
satu persoalan kemanusiaan yang perlu masyarakat dan lain sebagainya.
mendapat perhatian besar dari umat Islam Akar dari semua tindakan yang jahat
adalah persoalan etika. Etika dan moralitas dan buruk adalah terletak pada hilangnya
4

karakter. Karakter yang kuat adalah Melalui pendidikan karakter ini diharapkan
pijakan fundamental yang memberikan terjadi transformasi yang dapat
kemampuan kepada populasi manusia menumbuhkembangkan karakter positif
untuk hidup bersama dalam kedamaian serta mengubah watak tidak baik menjadi
serta membentuk kehidupan dunia yang baik.
dipenuhi dengan kebaikan yang terbebas
dari kekerasan dan tindakan-tindakan tidak KAJIAN TEORI
bermoral. Dalam menanggulangi krisis Pembentukan Karakter Islami
moral tersebut, penguatan pendidikan Menurut Kamus Besar Bahasa
karakter sekarang sangat relevan untuk Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-
mengatasi krisis moral yang sedang terjadi sifat kejiwaan, etika atau budi pekerti yang
di negara kita, hal tersebut sesuai dengan membedakan seseorang dengan orang lain.
pemikiran Presiden pertama Indonesia Karakter dapat berarti tabiat, perangai atau
Soekarno, beliau memiliki pemikiran perbuatan yang selalu dilakukan
bahwa bangsa Indonesia ini harus (kebiasaan). Karakter juga bisa diartikan
dibangun dengan mendahulukan sebagai watak atau sifat batin manusia
pendidikan karakter (character building) yang mempengaruhi segenap pikiran dan
karena character building inilah yang akan tingkah laku (Mahbubi, 2012: 39).
membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa Wynne mengemukakan bahwa
yang besar, maju dan jaya serta karakter berasal dari bahasa Yunani yang
bermartabat, kalau character building ini berarti “to mark” (menandai) dan
tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia memfokuskan pada bagaimana
akan menjadi bangsa kuli. menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam
Demikian betapa pentingnya tindakan nyata atau perilaku sehari-hari
pendidikan karakter dengan menanamkan (Mulyasa, 2013: 3). Oleh sebab itu orang
akhlak mulia yang diharapkan dapat yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam
mencetak manusia yang memiliki pribadi dan rakus dikatakan sebagai orang yang
muslim dengan menanamkan nilai-nilai memiliki karakter jelek, begitu juga
Islam yang tercermin dalam cara berpikir, sebaliknya. Sedangkan Kertajaya,
bertindak, berucap, yang selalu terkontrol mendefinisikan karakter adalah “ciri khas”
oleh nilai-nilai Islam. yang dimiliki oleh suatu benda atau
Menyadari pentingnya kedudukan individu. Ciri khas tersebut adalah “asli”
pendidikan karakter dalam membantu dan mengakar pada kepribadian benda atau
keberhasilan pendidikan terutama dalam individu tersebut dan merupakan mesin
menyikapi berbagai krisis moral yang pendorong bagaimana seorang bertindak,
tengah melanda di negara kita ini, maka bersikap, berujar dan merespons sesuatu
perlu diadakan suatu upaya untuk (Majid dan Andayani, 2013: 11).
mengantisipasi dan meminimalisir Menurut Hamzah, pendidikan karakter
degradasi atau krisis moral yang banyak juga dapat didefinisikan sebagai metode
dihadapi saat ini diantaranya dengan mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan
membentuk peserta didik melalui perilaku yang membantu individu untuk
revitalisasi dan penekanan karakter dalam hidup dan bekerjasama sebagai anggota
seluruh jenis dan jenjang pendidikan. keluarga, masyarakat dan bernegara serta
5

membantu mereka untuk mampu membuat mencela dan mencari kesalahan siapa pun
keputusan yang dapat serta tidak berbuat sesuatu yang
dipertanggungjawabkan. memalukan dan banyak lagi akhlak mulia
Berdasarkan beberapa definisi karakter yang ada pada diri Rasulullah sehingga
tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter beliau sangat patut untuk kita jadikan idola
adalah watak, sifat, budi pekerti, akhlak (Al-Maliky, 2007: 266-268).
atau hal-hal yang memang sangat Karakter atau akhlak Islam dapat
mendasar pada diri seseorang yang dikatakan sebagai akhlak yang Islami yaitu
merupakan keadaan asli yang ada dalam akhlak yang bersumber pada ajaran Allah
diri individu seseorang yang membedakan dan Rasul-Nya. Akhlak Islami ini
antara dirinya dengan orang lain serta merupakan amal perbuatan yang sifatnya
membantu mereka untuk mampu membuat terbuka sehingga dapat menjadi indikator
keputusan yang dapat seseorang apakah seorang muslim yang
dipertanggungjawabkan. baik atau buruk. Akhlak ini merupakan
Sedangkan pengertian dari Islami buah dari akidah dan syariah yang benar.
adalah sikap dan perilaku yang patuh Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya
dalam melaksanakan syari’at Islam yang dengan terjadinya manusia yaitu Khalik
berhaluan pada Ahl al-Sunnah Wa al- (pencipta) dan makhluq (yang diciptakan).
Jama’ah (2013: 106). Karakter islami Rasulullah SAW. diutus untuk
adalah sifat, budi pekerti, akhlak, etika atau menyempurnakan akhlak yaitu untuk
tingkah laku yang bersifat keislaman. memperbaiki hubungan makhluq (manusia)
Karakter Islami dapat dipahami sebagai dengan Khaliq (Allah SWT.) dan
upaya penanaman kecerdasan kepada anak hubungan baik antara makhluq dengan
didik dalam berpikir, bersikap dan makhluq.
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai luhur Kata “menyempurnakan” berarti
yang menjadi jati dirinya, diwujudkan karakter atau akhlak itu bertingkat,
dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sehingga perlu disempurnakan. Hal ini
sendiri, antar sesama dan lingkungannya menunjukkan bahwa akhlak bermacam-
(Purwati, 2014: 5). bermacam, dari akhlak sangat buruk,
Karakter Islami dalam Islam tersimpul buruk, sedang, baik, baik sekali hingga
dalam karakter pribadi Rasulullah SAW. sempurna. Rasulullah sebelum bertugas
dalam pribadi Rasul bersemai nilai-nilai menyempurnakan akhlak, beliau sendiri
akhlak yang mulia dan agung oleh karena sudah berakhlak sempurna.
itu Rasulullah adalah suri tauladan yang
baik yang patut kita teladani. Rasulullah Tahapan Terbentuknya Karakter Islami
SAW. selalu menjaga lisannya, tidak Majid dan Andayani menjelaskan
berbicara kecuali dalam hal yang penting. bahwasannya dalam pendidikan karakter
Sikapnya lemah lembut, sopan santun, menuju terbentuknya akhlak mulia dalam
tidak keras dan tidak kaku, sehingga selalu diri setiap siswa ada tiga tahapan strategi
didekati dan dikerumuni orang banyak. yang harus dilalui, diantaranya (Majid dan
Jika duduk atau bangun, Nabi SAW. selalu Andayani, 2013: 112):
menyebut nama Allah. Selain itu yang a. Moral Knowing
menjadi kebiasaan beliau, tidak suka
6

William Klipatrick menyebutkan salah fathanah mampu menangkap gejala dan


satu penyebab ketidakmampuan seseorang hakikat dibalik semua peristiwa. Mereka
berlaku baik meskipun ia telah memiliki mampu belajar dan menangkap peristiwa
pengetahuan tentang kebaikan itu (moral yang ada di sekitarnya, kemudian
knowing) adalah karena ia tidak terlatih menyimpulkannya sebagai pengalaman
untuk melakukan kebaikan (moral doing) berharga dan pelajaran yang memperkaya
(2013: 31). Berangkat dari pemikiran ini khazanah. Mereka tidak segan untuk
maka kesuksesan pendidikan karakter belajar dan mengajar karena hidup hanya
sangat bergantung pada ada tidaknya semakin berbinar ketika seseorang mampu
knowing, loving, dan doing atau acting mengambil pelajaran dari peristiwa-
dalam penyelenggaraan pendidikan peristiwa tersebut. Mereka yang memiliki
karakter. sifat fathanah, sangat besar kerinduannya
Sebagai tahapan pertama dalam untuk melaksanakan ibadah.
pembentukan karakter Islami, moral Tahapan ini merupakan langkah
knowing memiliki enam unsur, adapun pertama dalam pendidikan karakter. Dalam
unsur-unsur tersebut adalah sebagai tahapan ini tujuan diorientasikan pada
berikut: penguasaan pengetahuan tentang nilai-
1) Kesadaran moral (moral nilai. Siswa harus mampu:
awareness); 1) Membedakan nilai-nilai akhlak
2) Pengetahuan tentang nilai-nilai mulia dan akhlak tercela serta nilai-
moral (knowing moral values); nilai universal;
3) Penentuan sudut pandang 2) Memahami secara logis dan
(perspective taking); rasional (bukan secara dogmatis
4) Logika moral (moral reasoning); dan doktriner) pentingnya akhlak
5) Keberanian mengambil mulia dan bahaya akhlak tercela
menentukan sikap (decision dalam kehidupan;
making); 3) Mengenal sosok Nabi Muhammad
6) Dan pengenalan diri (self SAW. sebagai figur akhlak mulia
knowledge). melalui hadits-hadits dan
Keenam unsur ini adalah komponen- sunnahnya (2013: 112).
komponen yang harus diajarkan kepada
siswa untuk mengisi ranah pengetahuan b. Moral Loving atau Moral Feeling
mereka sehingga mereka memiliki unsur Seorang yang memiliki kemampuan
dasar dalam konteks pembentukan karakter moral kognitif yang baik, tidak saja
yang terarah dan terbimbing. menguasai bidangnya tetapi memiliki
Pembinaan pola pikir/kognitif, yakni dimensi rohani yang kuat. Keputusan-
pembinaan kecerdasan dan ilmu keputusannya menunjukkan warna
pengetahuan yang luas dan mendalam kemahiran seorang profesional yang
sebagai penjabaran dari sifat fathanah didasarkan pada sikap moral atau akhlak
Rasulullah. seorang yang fathanah itu tidak yang luhur.
saja cerdas, tetapi juga memiliki Afektif, yakni pembinaan sikap
kebijaksanaan atau kearifan dalam berpikir mental (mental attitude) yang mantap dan
dan bertindak. Mereka yang memiliki sifat matang sebagai penjabaran dari sikap
7

amanah Rasulullah. Indikator dari mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia itu


seseorang yang mempunyai kecerdasan dalam perilakunya sehari-hari. Siswa
rohaniah adalah sikapnya yang selalu ingin menjadi semakin sopan, ramah, hormat,
menampilkan sikap yang ingin dipercaya penyayang, jujur, disiplin, cinta, kasih dan
(credible), menghormati dan dihormati. sayang, adil serta murah hati dan
Sikap hormat dan dipercaya hanya dapat seterusnya. Selama perubahan akhlak
tumbuh apabila kita meyakini sesuatu yang belum terlihat dalam perilaku anak
kita anggap benar sebagai prinsip-prinsip walaupun sedikit, selama itu pula kita
yang tidak dapat diganggu gugat. memiliki setumpuk pertanyaan yang harus
Moral Loving merupakan penguatan dicari jawabannya. Contoh atau teladan
aspek emosi siswa untuk menjadi manusia adalah guru yang paling baik dalam
berkarakter. Penguatan ini berkaitan menanamkan nilai (2013: 113).
dengan bentuk-bentuk sikap yang harus
dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran akan Spiritual Camp
jati diri, antara lain: Dalam membentuk karakter Islami
1) Percaya diri (self esteem); peserta didik dibutuhkan kecerdasan
2) Kepekaan terhadap derita orang spiritual yaitu kecerdasan untuk
lain (emphaty); menghadapi persoalan makna dan nilai,
3) Cinta kebenaran (loving the dengan menempatkan perilaku dan hidup
good); kita dalam konteks makna yang lebih luas
4) Pengendalian diri (self control); dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
5) Kerendahan hati (humility). tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
c. Moral Doing atau Learning to do bermakna dibandingkan dengan yang lain
Fitrah manusia sejak kelahirannya (Ginanjar, 2001: 14).
adalah kebutuhan dirinya kepada orang Membangun spiritualisme
lain. Kita tidak mungkin dapat berkembang merupakan usaha untuk melakukan
dan survive kecuali ada kehadiran orang penyegaran mental atau rohani berupa
lain. Bila seorang filsuf Barat berkata keyakinan, iman, ideologi, etika dan
“cogito ergo sum” aku ada karena aku pedoman atau tuntunan. Membangun
berpikir, kita dapat mengatakan “aku ada spiritualisme dapat dilakukan dengan
karena aku memberikan makna bagi orang berbagai media, salah satunya adalah
lain” sebagaimana sabda Rasulullah: dengan membangun spiritualitas yang
Engkau belum disebut sebagai orang yang bersumber dari agama (religi) yang
beriman kecuali engkau mencintai orang dinamakan spiritualisme religious, adalah
lain sebagaimana mencintai dirimu kewajiban bagi umat beragama untuk
sendiri”. Sabda Rasulullah tersebut mengembangkan, menguatkan atau
menunjukkan bahwa seseorang tidak membangun kembali peran spiritualitas-
mungkin berkembang dan mempunyai religius. Spiritualitas-religius yang pada
kualitas unggul, kecuali dalam dasarnya merupakan bentuk spiritualitas
kebersamaan. yang bersumber dari ajaran Tuhan diyakini
Dalam tahap Moral Doing atau memiliki kekuatan spiritual yang lebih
Learning to do ini merupakan puncak kuat, murni, suci, terarah dan abadi
keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa dibandingkan spiritualitas sekular dengan
8

berbagai coraknya. Membangun lain sebagainya. Aktivitas-aktivitas


spiritualitas religius dengan demikian tersebut adalah dalam rangka
merupakan kebutuhan untuk diwujudkan di manusia mengobati hatinya.
tengah kehidupan masyarakat (Wahab, d) Setelah mengingat Sang Khalik,
2016: 45). kita akan menemukan
Menurut Sukidi, langkah-langkah keharmonisan dan ketenangan
untuk mengasah atau membentuk SQ hidup. Kita tidak lagi menjadi
menjadi lebih cerdas dalam bukunya manusia yang rakus akan materi,
Kecerdasan Spiritual: Mengapa SQ Lebih tetapi dapat merasakan kepuasan
Penting dari pada IQ dan EQ sebagai tertinggi berupa kedamaian dalam
berikut: hati dan jiwa, hingga kita mencapai
a) Kenalilah diri anda, karena orang keseimbangan dalam hidup dan
yang sudah tidak bisa mengenal merasakan kebahagiaan spiritual
dirinya sendiri akan mengalami (2016: 75-76).
krisis makna hidup maupun krisis
spiritual. Karenanya, mengenali diri Efek Kegiata Spiritual Camp Terhadap
sendiri adalah syarat pertama untuk Pembentukan Karakter
meningkatkan SQ. Berdasarkan rangkaian kegiatan
b) Lakukan introspeksi diri, yang spiritual camp tersebut, diharapkan dapat
dalam istilah keagamaan dikenal memberikan efek dalam pembentukan
sebagai upaya pertaubatan. Ajukan karakter siswa diantaranya adalah
pertanyaan pada diri sendiri, menumbuhkan nilai-nilai sebagai berikut:
“Sudahkah perjalanan hidup dan a. Syukur
karier saya berjalan atau berada di Menurut An-Nawawi dalam
rel yang benar?” Barangkali saat syukur adalah menyanjung atas
kita melakukan introspeksi, kita nikmat yang telah diberikan oleh
menemukan bahwa selama ini kita Allah SWT. baik dengan hati, lisan
telah melakukan kesalahan, maupun anggota badan (Hafidz,
kecurangan atau kemunafikan 2015: 334).
terhadap orang lain. b. Sabar
c) Aktifkan hati secara rutin, yang Sabar adalah menahan diri dari hal
dalam konteks orang beragama yang sulit untuk dipenuhi. Seperti
adalah mengingat Tuhan karena sabar dalam menjalankan syariat,
Dia adalah sumber kebenaran sabar dalam meninggalkan maksiat
tertinggi dan kepada Dia-lah kita dan sabar ketika mendapatkan
kembali. Dengan mengingat Tuhan, ujian. Dalam kegiatan spiritual
hati kita menjadi damai. Hal ini camp diharapkan siswa terus
membuktikan kenapa banyak orang menerus memiliki kesabaran dalam
yang mencoba mengingat Tuhan beribadah kepada Allah terutama
melalui cara berdzikir, bertafakur, dalam beribadah di waktu malam
shalat tahajud di tengah malam, (2015: 333-334).
kontemplasi di tempat sunyi, c. Tafakur adalah merenungkan
mengikuti tasawuf, bermeditasi dan kebesaran dan kekuasaan Allah
9

SWT. waktu yang terbaik unttuk menyandarkan diri kepada selain


bertafakur adalah di tengah malam, Allah yang kemudian hanya
karena saat itulah saat yang kosong mengendalikan dan menyandarkan
dan bebas dari aktivitas dan mampu serta memasrahkan diri atas segala
membawa dampak positif bagi kita urusannya kepada Allah SWT
(Sayyid, 2007: 61). (Hafidz, 2015: 334).
d. Muhasabah
Muhasabah adalah upaya evaluasi METODE PENELITIAN
diri atau menilai diri sendiri Penelitian ini menggunakan
terhadap kebaikan dan keburukan penelitian kualitatif, dengan sumber data
dalam semua aspeknya. Sehingga yakni primer dan sekunder. Teknik
diharapkan siswa dapat saling pengumpulan data dalam penelitian ini
introspeksi diri serta memperbaiki yakni observasi, wawancara, dan
kesalahan dan kekurangan yang ada dokumentasi. Untuk menganalisis data
pada diri anak atau siswa, dan terus dalam penelitian ini menggunakan teknik
menerus memperbaiki diri menjadi analisis data model Miles dan Huberman
pribadi yang pandai belajar dari yaitu reduksi data (Data Reduction),
setiap kesalahan dan menuju ke penyajian data (Data Display) dan
arah yang lebih baik lagi. penarikan kesimpulan (Conclution
e. Munajat Drawing/ verification). (Sugiyono, 2014:
Munajat adalah doa sepenuh hati 246)
kepada Tuhan untuk mengharapkan
keridhoan, ampunan, bantuan, DISKUSI DAN INTERPRETASI
hidayah dan sebagainya. Munajat Berdasarkan hasil penelitian melalui
dalam kegiatan spiritual camp metode observasi, wawancara dan
terutama dalam waktu malam. dokumentasi yang telah dianalisis dengan
f. Istiqomah menyesuaikan antara teori dan fenomena di
Istiqomah adalah suatu sikap lapangan, maka penelitia akan menjelaskan
dimana kita harus terus menjaga lebih lanjut hasil penelitian yang sesuai
agar diri kita dalam melakukan dengan sistematika uraian pembahasan.
segala sesuatu ada suatu ikatan Peneliti dapat menemukan temuan-temuan
untuk melakukannya karena Allah sebagai berikut:
SWT. sehingga dengan ikatan
tersebut akan melaksanakan segala Pembentukan Karakter Islami dalam
perintah Allah dan menjauhi segala Kegiatan Spiritual Camp di MAN
larangannya. Bondowoso
g. Tawakal a. Tahapan terbentuknya karakter islami
Tawakal adalah berpasrah diri Terbentuknya karakter islami melalui
kepada Allah SWT. Setelah kegiatan spiritual camp ini harus
berikhtiar seorang yang beriman melalui beberapa tahapan,
senantiasa bertawakal kepada Allah diantaranya:
SWT (Mujtaba, 2007: 140). 1) Moral Knowing
Tawakal merupakan tidak
10

Moral Knowing dalam hal ini in juga dituntut agar dapat


adalah memberikan pemahaman mengaplikasikan secara langsung
kepada siswa melalui kegiatan pengetahuan yang sudah
ceramah agama tentang materi- diperolehnya, seperti halnya
materi keagamaan yang berkaitan melaksanakan sholat malam,
dengan spiritual camp. khotmil qur’an secara
Materi-materi keagamaan tetang berkelompok, kemudian istighosah
spiritual camp ini biasanya bersama.
disampaikan langsung oleh KH. b. Nilai dasar dalam karakter Islam
Imam Barmawi Burhan. Beliau Selain melalui beberapa tahapan
merupakan mantan kepala MAN tersebut diatas, siswa juga perlu
Bondowoso yang menggagas diberikan pemahaman tentang nilai-nilai
kegiatan spiritual camp ini tentu dasar karakter islami, diantaranya:
lebih banyak memahami maksud 1) Nilai ilahiyah
dan tujuan spiritual camp. Nilai ilahiyah merupakan nilai
2) Moral Loving ketuhanan yang ditanamkan kepada
Moral Loving ini merupakan siswa / peserta spiritual camp:
penguat aspek emosi siswa untuk a) Iman
menjadi manusia berkarakter. Integrasi nilai-nilai iman dalam
Terbentuknya karakter itu tidak kegiatan ini adalah dengan cara
cukup hanya denga memberikan mengajak siswa untuk
pemahaman tentang materi karakter taqarruban ilallah melalui
atau materi-materi keagamaan kegiatan sholat malam seperti
lainnya, melaikan juga perlu halnya sholah hajad, tahajud,
seorang public figur yang dan sholat witir. Kemudian
ditampilkan sebagai uswah/ setelah itu dijelaskan keutamaan
tauladan bagi para siswa. sholat tersebut oleh pemandu
Sehingga dalam dalam kegiatan ini atau imam yang bertanggung
MAN Bondowoso selalu jawab dalam kegiatan tersebut.
menampilan seorang figur yang Melalui kegiatan ini diharapkan
dapat memberikan uswah seperti para siswa dapat merasakan
halnya KH. Imam Barmawi Burhan secara langsung betapa indahnya
dan beberapa tokoh figur lainnya berinteraksi langsung dengan
yang mengisi materi dalam Allah di malam hari pada saat
kegiatan spiritual camp ini. semua orang terlelap dalam
3) Moral Doing tidurnya. Sehingga para siswa
Moral Doing merupakan tahapan dapat tertanam kuat rasa imam
tahapan terakhir proses dalam dirinya.
pembentukan karakter islami. b) Islam
Dalam kegiatan ini siswa tidak Semua rangkaian acara dalam
hanya cukup memahami materi- kegiatan spiritual camp tersebut
materi keagamaan tentang spiritual dikemas dengan kegiatan-
camp, melainkan siswa dalam hal kegiatan yang bernuansa islami
11

seperti halnya ceramah agama, menambahkan rasa iman dan


khotmil qur’an, sholat taqwa kita kepada Allah SWT
berjama’ah, renungan malam, sekaligus akan memperkuat tali
dan diakhir acara kemudian silaturrahmi kita antar sesama
ditutup dengan ziarah ke makam muslim.
Kironggo. b) At-Tawadlu’
Melalui kegiatan ini para siswa Sikap rendah hati yang tumbuh
diharapkan dapat memantapkan karena keinsafan bahwa segala
nilai-nilai keislam dalam kemulyaan hanya milik Allah.
kehidupan sehari-hari. Bahwasannya dalam renungan
c) Ihsan malam, point yang disampaikan
Ihsan itu berarti kita merasa diantaranya adalah dengan
bahwa Allah senantiasa hadir mensyukuri kehadiran guru yang
bersama kita. Tentu hal ini akan telah mendidik kita melalui ilmu-
dapat dirasakan dengan baik ilmunya yang insya Allah barokah
apabila kita melaksanakan dan manfaat. Sehingga kita patut
rangkaian ibadah tidak setengah- memiliki akhlak yang baik
setengah, artinya melaksanakan terhadap guru seperti
ibadah dengan penuh rasa menghormati dan bertutur kata
tanggung jawab. yang baik. Meskipun hal tersebut
2) Nilai Insaniyah merupakan hal yang sederhana
Nilai insaniyah merupakan salah satu namun tidak semua murid dapat
rangkaian nilai kemanusiaan, menerapkannya. Hal ini secara
sebagaimana berikut: tidak langsung dapat menanamkan
a) Silaturrahmi karakter dengan mengajarkan
Dalam kegiatan ini ditanamkan kepada siswa karakter Islami
kepada siswa melalui kegiatan melalui sifat tawadlu kepada guru.
dengan berkumpul bersama-sama c) Al-Amanah
untuk ziarah kemakam kironggo Yaitu dapat dipercaya, sebagai
menggunakan kendaraan salah satu konsekuensi iman ialah
bermotor, sesampainya ditempat amanah atau penampilan diri yang
tujuan kemudian menyampaikan dapat dipercaya. Amanah sebagai
maksud dan tujuan kepada juru budi luhur adalah lawan dari
kunci. Kemudian silaturrahmi khiyanah yang amat tercela.
kepada sesepuh atau dalam hal ini Bahwasannya beberapa
adalah abah KH. Imam Barmawi diantaranya dari rangkaian
Burhan untuk diberikan hikmah- kegiatan spiritual camp adalah
hikmah atau makna kehidupan dengan mempraktekkan langsung
yang hakiki agar menjadi lebih sholat tahajud dan sholat hajat
baik. dengan bangun di tengah malam
Dengan kegiatan silaturrahmi untuk mendekatkan diri kepada
kepada yang masih hidup maupun Allah dan kemudian bermunajat
yang sudah meninggal tentu akan kepada Allah. Selain itu juga
12

mendapatkan pencerahan tentang (hanya singgah saja) serta dapat


keutamaan dari sholat malam memperbaiki akhlak kita untuk
tersebut serta berpesan kepada menjadi insan yang lebih baik lagi
siswa MAN Bondowoso supaya kedepannya. Hal ini sangatlah baik
terus membiasakannya di rumah. dalam memperbaiki dan
Hal ini sangatlah baik dalam mengembangkan karakter siswa
pembentukan karakter Islami sehingga dapat menjadi insan yang
siswa dan merupakan amanah lebih baik lagi.
kepada siswa MAN Bondowoso c. Aktifkan hati secara rutin
yang mengikuti spiritual camp Yang dalam konteks orang beragama
untuk terus mengamalkan ilmu adalah mengingat Tuhan karena Dia
yang didapat dalam kehidupan adalah sumber kebenaran tertinggi
sehari-harinya. dan kepada Dia-lah kita kembali.
Dengan mengingat Tuhan, hati kita
Pelaksanaan Kegiatan Spiritual Camp menjadi damai. Hal ini membuktikan
Siswa kenapa banyak orang yang mencoba
Dalam pelaksanaannya, kegiatan mengingat Tuhan melalui cara
spiritual camp membentuk kecerdasan berdzikir, bertafakur, shalat tahajud
spiritual para siswa agar menjadi lebih di tengah malam, kontemplasi di
baik. Beberapa langkah-langkah yang tempat sunyi, mengikuti tasawuf,
dilaksanakan dalam kegiatan tersebut bermeditasi dan lain sebagainya.
adalah: Aktivitas-aktivitas tersebut adalah
a. Mengenali diri sendiri dalam rangka manusia mengobati
Implementasi kegiatan ini adalah hatinya.
dengan mensyukuri nikmat yang d. Mengingat sang khaliq
Allah berikan kepada kita maka kita Kegiatan tersebut merupakan
akan mengenal Sang Pemberi kegiatan yang menanamkan dan
Nikmat. Dalam hal diharapkan ini mengajarkan ajaran Islam terutama
siswa akan sadar bahwa dirinya dalam hal peribadatan serta mendidik
adalah makhluq dan Allah adalah siswa supaya terus melaksanakannya
sang Khaliq. di rumah dan di masyarakat. Dalam
hal ini kegiatan spiritual camp
b. Lakukan introspeksi diri memberikan efek terhadap nilai
Salah satu efek dari kegiatan Islami yaitu istiqomah, siswa
spiritual camp dalam pembentukan diberikan amanah supaya istiqomah
karakter Islami siswa adalah dalam menjalankan syariat Islam
muhasabah, dengan muhasabah sebagaimana yang diajarkan dalam
mengajarkan kita untuk lebih dekat kegiatan spiritual camp tersebut. Hal
kepada Rabb (Tuhan) kita, selain itu ini sangat baik karena merupakan
juga mengingatkan kita akan dosa- proses pembentukan karakter Islami
dosa yang pernah kita lakukan, yang diharapkan dapat
mengajarkan kita bahwasannya kita menghantarkan siswa agar senantiasa
hidup di dunia ini hanya sementara mengingat Allah dimanapun berada
13

serta melaksanakan perintah Allah Spiritual. Yogyakarta: Ar-Ruzz


dan menjauhi larangan-Nya. Media.
Alwy Al-Maliky, Muhammad. 2007. Insan
KESIMPULAN Kamil Sosok Teladan Muhammad
Upaya pembentukan karakter Islami SAW. Surabaya: PT.Bina Ilmu.
melalui kegiatan spiritual camp dapat Bungin, Burhan. 2011. Metodologi
dikemas dengan nuansa keilmuan yang Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.
kental dengan nilai-nilai spiritual dan tema Raja Grafindo Persada.
yang dipilih sangat erat dengan peribadatan Depag RI. 2005. Al-Qur’an dan
mengajar (murobbi al ruh). Hal ini sangat Terjemahnya. Surabaya: Duta Ilmu.
efektif sekali dalam menyikapi keringnya E. Mulyasa. 2009. Standart Kompetensi
nilai-nilai spiritual khususnya peserta dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT.
didik, sehingga peserta didik perlu Remaja Rosdakarya.
dibangkitkan semangat spiritualitasnya __________. 2013. Manajemen
melaui kegiatan spiritual camp, dimana Pendidikan Karakter. Jakarta: PT
kegiatan tersebut merupakan perkemahan Bumi Aksara.
plus yakni berkemah sambil menjalankan Ginanjar, Ary. 2001. ESQ Emitional
syariah-syariah Islam. Spriritual Quotient The ESQ Way
Selain itu pendidikan melalui 165 Jilid 1. Jakarta: PT. Arga
kegiatan spiritual camp merupakan Tilanta.
pendidikan yang efektif dan kreatif dengan Hafidz, Abdul. 2015. Panca Keilmuan
menggabungkan domain kognitif, afektif Kado dari Pesantren untuk
dan psikomorik. Selain itu terdapat efek Masyarakat. Probolinggo: Ma’had
dari kegiatan spiritual camp terhadap Ali Nurul Jadid.
pembentukan karakter Islami siswa Ihsan, Fuad. 2003. Dasar-dasar
diantaranya adalah menanamkan pada Kependidikan. Jakarta: PT. Asdi
siswa arti syukur, sabar, tafakur, Mahasatya.
muhasabah, munajat, istiqomah dan Lexy. J. Moleong. 2011. Metodologi
tawakal. Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Mujtaba, Saifuddin. 2007. Muhammad’s
Love Messages. Yogyakarta: Pustaka
DAFTAR PUSTAKA Marwa
Furqona, Rama. 2001. Pendidikan Agama
Abdullah, Sayyid. 2007. Menggapai Esensi dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja.
Menuju Makrifatullah. Surabaya: Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.
Mutiara Ilmu. Makbuloh, Deden. 2011. Pendidikan
Abdul Majid dan Dian Andayani. 2013. Agama Islam. Jakarta: PT.
Pendidikan Karakter Perspektif Rajagrafindo Persada.
Islam. Bandung: PT. Remaja M. Mahbubi. 2012. Pendidikan Karakter.
Rosdakarya. Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Abd. Wahab. 2016. Kepemimpinan Yogyakarta.
Pendidikan dan Kecerdasan
14

Purwati, Eni (Eds). 2014. Pendidikan Sugiyono. 2011. Metode Penelitian


Karakter. Surabaya: Kopertais IV Kombinasi (Mixed Methods).
Press. Bandung: CV. Alfabeta.
Putra, Haidar. 2004. Pendidikan Islam Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian
dalam Sistem Pendidikan Nasional di Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Indonesia. Jakarta: Kencana. Gabungan. Jakarta: PT. Fajar
Rosyadi, Khoiron. 2004. Pendidikan Interpratama Mandiri.
Profetik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam.
Yogyakarta: LKiS.
Suheri. 2015. Desainer Madrasah Badean.
Surabaya: Imtiyaz.

Anda mungkin juga menyukai