Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Pendidikan Vokasi − 139

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER SISWA


SMK SALAFIYAH PRODI TKJ
KAJEN MARGOYOSO PATI JAWA TENGAH
Abdulloh Hamid
Disdik SMPN1 Sukolilo
doelhamid07@gmail.com
Putu Sudira
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
putupanji@uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: nilai-nilai karakter, proses penanaman, faktor
pendukung dan penghambat dalam penanaman nilai-nilai karakter siswa SMK Salafiyah Kajen.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi. Pengumpulan data menggunakan
teknik interviu, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan menggunakan analisis
interaktif model Miles & Huberman. Hasil penelitian menunjukkan (1) Nilai-nilai yang ditanamkan
di SMK Salafiyah adalah nilai-nilai karakter Islam berbasis pondok pesantren; (2) Proses
penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di SMK Salafiyah melalui konteks mikro dan konteks
makro. Konteks mikro: integrasi nilai karakter dengan setiap mata pelajaran dan muatan lokal,
budaya sekolah, dan kegiatan pengembangan diri. Konteks makro: keluarga, sekolah dan
masyarakat; dan (3) Faktor pendukung dan pengambat: (a) faktor pendukung: SMK Salafiyah
mempunyai SDM yang memadai, siswa SMK Salafiyah mayoritas di pondok pesantren, adanya
sinergitas antara lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. (b) faktor penghambat:
terbatasnya sarana dan prasarana, perbedaan pemahaman, belum adanya satu pondok pesantren,
apatisme masyarakat terhadap SMK berbasis pondok pesantren.
Kata kunci: Pendidikan karakter, Islam, pondok pesantren

INCULCATING THE CHARACTER VALUES OF THE STUDENT


OF SMK SALAFIYAH OF EXPERTISE PROGRAM CTN
KAJEN, MARGOYOSO, PATI, JAWA TENGAH
Abstract
The objectives of this research are to find out: (1) the character education values, (2) the
inculcation process of the character education values, and (3) the obstacles in inculcating the
character education values at SMK Salafiyyah Kajen.This research was conducted used the
fenomenological qualitative approach. The data were collected through interviu, partisipative
observation, and document analysis. The data analysis was conducted by having interactive
analysis of Miles and Huberman model. The results of this research are as folows. First, the
values inculcated at SMK Salafiyyah are the Islamic character education based on the Islamic
boarding school. Second, the inculcation process of character education values at SMK Salafiyyah
is through micro-context and macro-context. The micro-context includes the integration of each
subject and local content, school culture, and self-development activities. The macro-context
includes family, school, and society. Third, the supporting factors and the obstacling factors. The
supporting factors are SMK Salafiyah has the human resource, the student majority live in Islamic
boarding school, and SMK Salafiyah has the synergy between the family, school and society. The
obstacling factors are the shortage of infrastucture, the differences of understanding of character
education, and unavailability of boarding school for the students, the publicapathy of SMK
education based on the Islamic boarding school.
Keywords: character education, Islam, Islamic boarding school.

Penanaman Nilai-Nilai Karakter Siswa SMK Salafiyah


140 − Jurnal Pendidikan Vokasi

PENDAHULUAN juga melanda disetiap lini kehidupan seperti


budaya korupsi, perbuatan asusila, kejahatan
Di dalam kitab suci umat Islam Al-
tindak kriminal, masih tingginya angka ke-
qur’an disebutkan bahwa Nabi Muhammad
miskinan penduduk Indonesia yaitu: 28,07
diutus oleh Allah ke muka bumi sebagai
juta orang (Purwanto, D. Kompas:01/07/13),
uswah hasanah [contoh yang baik], (QS. Al
serta masih tingginya angka pengangguran
Ahzab[33]:21) sejak itu pula Nabi Muham-
terdidik di Indonesia, seperti data badan pusat
mad didaulat sebagai makhluk yang paling
statistik (BPS, 2012) pada bulan agustus ten-
sempurna akhlaknya (QS.al Qalam[68]:4),
tang pengangguran terbuka menurut pendidik-
dan juga di dalam Hadis disebutkan bahwa
an tinggi yang ditamatkan, lulusan SMK:
Nabi Muhammad ditugaskan untuk menyem-
1,041, 265 dan lulusan SMA:1,832,109.
purnakan akhlak (H.R. Baihaqi).
Fenomena-fenomena di atas menunjuk-
Dari ayat-ayat Alqur’an dan Hadis di
kan bahwa karakter dan moral bangsa Indo-
atas, dapat diambil kesimpulan bahwa orang
nesia sudah mengalami dekadensi, sehingga
yang mempunyai akhlak yang baik (karakter
langkah cepat perlu segera diambil untuk
yang baik) dapat dijadikan sebagai teladan
mengantisipasi dampak-dampak negatif. Salah
yang baik, demikian juga bangsa yang maju
satunya yaitu dengan menggaungkan kembali
bukan hanya bangsa yang mempunyai sumber
“pendidikan karakter”. Banyak negara yang
daya alam (SDA) yang melimpah saja tetapi
dalam menghadapi krisis menempatkan pem-
juga didukung dengan kualitas sumber daya
bangunan karakter sebagai fokus untuk me-
manusia (SDM) yang mampu mengelola dan
nemukan solusi. Revitalisasi bangsa Jerman
me-manage SDA tersebut untuk kesejahteraan
oleh kekalahan perang dengan Perancis
dan kemakmuran rakyat, sehingga dibutuhkan
dilakukan dengan pendidikan karakter dan
SDM yang mempunyai kecerdasan yang
spiritualitas. Bangsa Jepang negerinya meng-
cukup. Selain kecerdasan, kualitas SDM juga
hadapi urbanisasi, disertai introduksi pen-
dibutuhkan akhlak yang baik, integritas. Hal
didikan moral. Bangsa Amerika pada akhir
tersebut disetujui oleh Lickona (2004:iv):
abad keduapuluh yang sarat dengan aneka
“Moral are the foundation upon which a
masalah mengintroduksi kembali pendidikan
country rises to great heights. Take away
karakter (Suyata, 2011:4).
morals, and individuals, leaders, and coun-
Sejak ditetapkannya “Pendidikan Ka-
tries fall” (old spiritual wisdom).
rakter” pertama kali oleh Kementerian Pen-
Untuk mencetak SDM berkualitas dan
didikan Nasional pada Hari Pendidikan
berkarakter, maka harus ada sinergitas antara
Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 Mei
keluarga, sekolah dan masyarakat, karena ka-
2011, merupakan upaya perwujudan amanat
rakter adalah berawal dari sebuah kebiasaan.
Pancasila dan pembukaan UUD 1945 dilatar-
Sekolah (pendidikan) adalah salah satu tempat
belakangi oleh realita permasalahan kebangsa-
yang strategis dalam pembentukan karakter
an yang berkembang saat ini, seperti: dis-
selain di keluarga dan masyarakat, melalui
orientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai
sekolah proses penanaman nilai-nilai karakter
Pancasila; bergesernya nilai etika dalam ke-
siswa akan diaplikasikan baik melalui ke-
hidupan berbangsa dan bernegara; memudar-
giatan belajar mengajar, budaya sekolah, dan
nya kesadaran terhadap nilai-nilai kebudayaan
kegiatan pengembangan diri. Menurut Mar-
bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan me-
thin Luther King tujuan pendidikan yang
lemahnya kemandirian bangsa (Buku Induk
benar adalah membentuk peserta didik yang
Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter
cerdas secara intlektual dan berkarakter
Bangsa:2010-2025).
“Intellegence plus character, that is the true
Untuk mendukung perwujudan cita-cita
education” (Lickona, 2004:xi).
pembangunan karakter di atas, maka peme-
Permasalahan yang melanda Bangsa
rintah menjadikan pendidikan karakter seba-
Indonesia sangat banyak sekali, antara lain
gai salah satu program prioritas pembangunan
dekadensi moral pelajar Indonesia seperti free
nasional. Semangat itu secara implisit ditegas-
sex, penyalahgunaan narkoba, meningkatnya
kan dalam Rencana Pembangunan Jangka
penderita HIV-AIDS, tawuran antarpelajar,
Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015,
mencontek ketika ujian, dan lain-lainnya, de-
pendidikan karakter ditempatkan sebagai lan-
mikian pula rusaknya moral bangsa Indonesia
dasan untuk mewujudkan visi pembangunan

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 2, Juni 2013


Jurnal Pendidikan Vokasi − 141

nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat ber- suatu generasi baru masa depan yang ber-
akhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya langsung di sekolah, keluarga, industri, dunia
dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.” usaha, dan masyarakat terbuka yang porous
Hal tersebut di atas senada dengan tuju- (Putu Sudira, 2011:1), sehingga implementasi
an pendidikan nasional yaitu “Pendidikan na- pendidikan karakter di SMK dapat meng-
sional berfungsi mengembangkan dan mem- upayakan terciptanya keselarasan antara
bentuk watak serta peradaban bangsa yang karakter yang dikembangkan di sekolah de-
bermartabat dalam rangka mencerdaskan ngan pembiasaan di rumah dan masyarakat.
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkem- Agar pendidikan karakter dapat dilaksanakan
bangnya potensi peserta didik agar menjadi secara optimal, pendidikan karakter bisa
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada dilaksanakan melalui integrasi dengan mata
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, pelajaran yang ada, mata pelajaran dalam
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan muatan lokal (mulok) serta kegiatan pengem-
menjadi warga Negara yang demokratis serta bangan diri, namun realita di lapangan untuk
bertanggung jawab” (Undang-Undang Repub- mengimplementasikan pendidikan karakter di
lik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang masing-masing sekolah mengalami kesulitan,
Sistem Pendidikan Nasional-UUSPN pasal 3). karena tidak adanya standar yang jelas
Dengan demikian RPJPN dan UUSPN sehingga pendidikan karakter masih belum
merupakan landasan yang kokoh untuk me- menemukan bentuknya, dan masih dalam
laksanakan secara operasional pendidikan batas trial and eror, namun disisi lain tidak
karakter. Pendidikan karakter bukan sekedar adanya draf standar yang jelas tentang
aspek “pengetahuan yang baik (moral know- pendidikan karakter, memberikan ruang untuk
ing), akan tetapi juga “merasakan dengan baik mengembangkan pendidikan karakter di
atau loving good (moral feeling), dan perilaku masing-masing satuan pendidikannya. Maka
yang baik (moral action). Pendidikan karakter atas dasar alasan yang kedualah, penelitian
menekankan pada habit atau kebiasaan yang tentang “Penanaman nilai-nilai karakter siswa
terus menerus dipraktikan dan dilakukan. SMK Salafiyah program keahlian Teknik
Pokok-pokok sistem pendidikan di Komputer dan Jaringan (TKJ) Pati Jawa
Indonesia adalah sebagai berikut: sekolah Tengah” penting untuk dilakukan.
dasar 6 tahun yang dilanjutkan dengan 3 tahun SMK mempunyai ciri khas yang mem-
pendidikan lanjutan pertama; sekarang dikenal bedakan dengan sekolah menengah atas
dengan pendidikan dasar 9 tahun yang dica- lainnya (SMA dan MA) yaitu hubungan erat
nangkan sebagai wajib belajar pendidikan dengan dunia kerja, pada awal berdirinya
dasar 9 tahun sejak bulan Mei 1994. Pada SMK didesain demikian rupa untuk bekerja,
tingkat lanjutan atas pendidikan dibagi men- melanjutkan atau wiraswasta (BMW), serta
jadi dua jenis jalur pendidikan. Jalur pertama dalam pembelajarannya banyak menggunakan
adalah pendidikan umum yang dilaksanakan learning by doing. Sehingga karakteristik dan
melalui Sekolah Menengah Umum (SMU) kompetensi siswa SMK harus sesuai dengan
atau Sekolah Menengah Atas (SMA). Jalur kebutuhan dunia kerja, seperti: berkarakter
yang lain adalah pendidikan kejuruan yang personal baik, berkarakter kerja kuat dan lain-
dilaksanakan melalui sekolah kejuruan yang lain. SMK Salafiyah yang berada di Desa
secara umum disebut Sekolah Menengah Ke- Kajen Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati
juruan (SMK), SMK juga dituntut meng- Provinsi Jawa Tengah, merupakan SMK yang
implementasikan dan mengembangkan pen- unik dan menarik untuk dijadikan obyek
didikan karakter di satuan pendidikannya. penelitian, salah satunya karena SMK Salafi-
Tujuan pengembangan pendidikan ke- yah dibangun dengan basis karakter pondok
juruan dan vokasi secara holistik semestinya pesantren. Dan salah satu keunikan lainnya
tidak tereduksi hanya pada proses pembentuk- yaitu SMK Salafiyah berada di sebuah Desa
kan keterampilan teknis semata untuk peme- Kajen, Desa Kajen terletak di Kecamatan
nuhan kebutuhan ekonomi. Pendidikan keju- Margoyoso, 18 km dari kota Pati ke arah
ruan dan vokasi bukan pula sebatas schooling. utara, luas desa Kajen hanya 63 hektar. Kajen
Pendidikan kejuruan dan vokasi adalah pendi- mempunyai sebutan “Desa Santri” karena di
dikan yang menuju pada proses inkulturisasi dalam satu desa tersebut terdapat banyak
dan akulturasi yaitu proses memperadabkan sekali pondok pesantren (20 Pondok Pesan-

Penanaman Nilai-Nilai Karakter Siswa SMK Salafiyah


142 − Jurnal Pendidikan Vokasi

tren) yang juga merupakan pusat per- yang lain. Dari beberapa definisi tersebut di
kembangan Islam di Kabupaten Pati. Selain atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa,
itu di desa tersebut ada makam waliyullah pendidikan karakter menanamkan kebiasaan
yaitu KH. Ahmad Mutamakkin. (habituation) tentang hal mana yang baik se-
SMK Salafiyah secara geografis berdiri hingga peserta didik menjadi faham (kognitif)
di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso Kabu- tentang mana yang benar dan yang salah,
paten Pati, di Desa Kajen tersebutlah menurut mampu merasakan (afektif) nilai yang baik
data Kementrian Agama Kabupaten Pati ter- dan biasa melakukannya (psikomotor). De-
dapat 126 Pondok Pesantren. (Kemenag Pati, ngan kata lain, pendidikan karakter yang baik
2012:12) dan sering disebut dengan “Desa bukan hanya melibatkan aspek pengetahuan
Santri” di desa tersebut ada pondok pesantren yang baik (moral knowing), akan tetapi juga
yang usianya sudah mencapai 1 Abad “Pon- merasakan yang baik (moral feeling) dan
dok Kulon Banon” di desa tersebut selain perilaku yang baik(moral action).
Yayasan Salafiyah juga ada pendidikan yang Pendidikan karakter pada intinya ber-
berbasis Pondok Pesantren lain yaitu Per- tujuan membentuk bangsa yang tangguh,
guruan Islam Mathali’ul Falah Kajen (PIM). kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, berto-
Kalau dilihat dari awal mula berdiri leran, bergotong royong, berjiwa patriotik,
SMK Salafiyah ini dimulai dari induk yaya- berkembang dinamis, berorientasi ilmu penge-
sannya yaitu Yayasan Salafiyah Kajen, tahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai
yayasan ini mempunyai satuan pendidikan oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang
antara lain, Pondok Pesantren Salafiyah (dulu Maha Esa berdasarkan Pancasila (Balitbang
namanya Pondok Wetan Banon), Madrasah Kemendiknas, 2011: 2)
Ibtidaiyah Salafiyah, Madrasah Tsanawiyah Proses penanaman nilai-nilai karakter
Salafiyah, dan Madrasah Aliyah Salafiyah, siswa menurut Krathwohl, Bloom & Masia
selain itu mayoritas siswanya adalah santri (1964) ada 5 tahap, yaitu:(1) Receiving (me-
pondok pesantren, walau dari segi kurikulum nyimak); (2) Responding (menanggapi); (3)
SMK Salafiyah sudah menggunakan kuriku- Valuating (member nilai); (4) Organizing
lum resmi Dinas Pendidikan Kabupaten Pati, (mengorganisasikan nilai); (5) Characteri-
namun juga ditambahkan dengan nilai-nilai zation (karakteristik nilai), seperti gambar
karakter yang ditanamkan pada peserta berikut:
didiknya secara khas. Atas dasar tersebut di
atas, penelitian ini sangat menarik untuk
dilakukan untuk mendapatkan bentuk pen-
didikan karakter SMK pada program keahliah
TKJ yang berbasis pondok pesantren.

Pendidikan Karakter
Secara etimologis, kata karakter ber-
asal dari bahasa Yunani Charrassein yang
berarti membuat tajam, membuat dalam.
Sedang dalam kamus Ingris-Indonesia karak-
ter berasal dari kata character yang berarti Gambar 1. Affective domain Krathworl
watak, karakter atau sifat (Echols dan Shadily, (1964:27)
1995:5). Muchlas Samani & Hariyanto (2012:
43) memaknai karakter sebagai nilai-nilai Kementerian Pendidikan dan Kebu-
dasar yang membangun pribadi seseorang, dayaan (2009:9-10) mengidentifikasi ada 18
terbentuk baik karena pengaruh hereditas nilai yang bersumber dari Agama, Pancasila,
maupun pengaruh lingkungan, yang mem- budaya, yang sesuai dengan tujuan pendidikan
bedakannya dengan orang lain, serta di- nasional yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) tole-
wujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam ransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif,
kehidupan sehari-hari. Dalam Kamus Bahasa (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin
Indonesia kata “karakter” diartikan dengan tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta
tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) ber-
pekerti yang membedakan seseorang dengan sahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15)

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 2, Juni 2013


Jurnal Pendidikan Vokasi − 143

gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) Kualitas intrapersonal adalah kualitas batiniah
peduli sosial, dan (18) tanggung jawab. (kualitas rohaniah) manusia yang bersumber
Ta’limul Muta’allim (As’ad, 2007:35- dari lubuk hati manusia yang dimensi-dimen-
51) menjelaskan nilai-nilai karakter seorang sinya meliputi antara lain, etika kerja, rasa
peserta didik yaitu: (a) menghargai ilmu; (b) keingintahuan tinggi, disiplin diri, kejujuran,
menghormati guru; (c) memuliakan kitab/ tanggung jawab, respek diri, kerja keras, inte-
buku; (d) menghormati teman; (e) sikap khid- gritas, ketekunan, motivasi kerja, inisiatif,
mat; (f) pemilihan bidang studi; (g) posisi keberanian moral, kerajinan, pengendalian
tempat duduk; (h) menghindari akhlak tercela. diri, pembelajar cepat, kemauan mempelajari
SMK mempunyai ciri khas tentang pen- hal-hal baru, tahu cara belajar, keluwesan, ke-
didikan karakter yaitu: pendidikan karakter rendahan hati, dapat dipercaya, dan berjiwa
kerja, sebagai pendidikan yang mempersiap- kewirausahaan.
kan lulusannya memiliki daya hati (heart set) Keterampilan interpersonal adalah ke-
kerja, baik sebagai pekerja (pegawai), bekerja terampilan yang terkait dengan hubungan
sendiri (sebagai pengusaha kecil), maupun manusia yang dimensi-dimensinya meliputi
sebagai orang yang memperkerjakan orang antara lain: bertanggung jawab, sekap hormat
lain. Definisi ini jelas menuntut dilakukannya kepada orang lain, kerja sama, penyesuaian
restrukturalisasi, rekulturasi dan refigurisasi diri, perdamaian, kecintaan pada sesame, ko-
pembelajaran pada institusi-institusi pendidik- munikasi yang baik, kepeminpinan, kehalusan
an yang khususnya memang dirancang untuk berbudi, solidaritas, toleransi, bijaksana, ber-
menyiapkan lulusannya memasuki lapangan adab, berani berbuat benar meskipun tidak
kerja, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan popular, demokratis, sikap adil sikap tertib,
(SMK). berkelakuan baik, kasih sayang (cinta sesama)
dan lain-lain. Dengan demikian, pendidikan
Pendidikan Karakter SMK karakter kerja dapat disarikan artinya sebagai
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk pendidikan yang mempersiapkan lulusannya
menghasilkan manusia yang produktif, yakni memiliki daya hati (heart set) kerja, baik se-
manusia kerja, bukan manusia beban bagi bagai pekerja (pegawai), bekerja sendiri (se-
keluarga, masyarakat dan bangsanya. Manusia bagai pengusaha kecil), maupun sebagai orang
menjadi manusia karena bekerja. Bekerja yang memperkerjakan orang lain. Definisi ini
adalah sebuah tindakan, sebuah actus, untuk jelas menuntut dilakukannya restrukturalisasi,
menyatakan kemandirian. rekulturasi dan refigurisasi pembelajaran pada
Slamet PH (2011) membagi pekerjaan institusi-institusi pendidikan yang khususnya
dikategorikan menurut sektor primer (per- memang dirancang untuk menyiapkan lulus-
tanian, kehutanan, kelautan, perikanan, peter- annya memasuki lapangan kerja, yaitu Seko-
nakan, pertambangan, dan sebagainya), sektor lah Menengah Kejuruan (SMK).
sekunder (perusahaan mobil, perusahaan se- Menurut spektrum keahlian pendidikan
patu, perusahaan makanan dan sebagainya), menengah kejuruan tahun 2008 teknik kom-
sektor tersier atau jasa langsung misalnya puter dan jaringan (TKJ) merupakan bagian
transportasi, bank, perhotelan, dan sebagai- dari kompetensi keahlian dari program studi
nya, dan sektor kuarter atau jasa tidak lang- keahlian teknik komputer dan informatika,
sung misalnya penasihat, konsultan, dan seba- yang merupakan bidang studi keahlian tekno-
gainya. Pekerjaan dapat juga diklasifikasikan logi informasi dan komunikasi (TIK). TIK
menjadi sektor publik (pemerintahan) dan adalah teknologi yang digunakan untuk berko-
sektor swasta (perusahaan), sektor profit dan munikasi dan untuk membuat, mengelola, dan
non profit, sektor riil dan keuangan, dan sek- mendistribusikan informasi seperti komputer,
tor formal dan informal. Tiap pekerjaan terse- internet, telepon, televise, radio dan peralatan
but menuntut karakter kerja yang berbeda- audiovisual lainnya (UNESCO, 2008:11).
beda meski secara umum ada yang berlaku Suroso dan Adi Winanto (2009:3-4)
sama untuk semua jenis pekerjaan. menyatakan bahwa cakupan kompetensi pe-
Karakter kerja adalah nilai-nilai dasar nguasaan dan pemanfaatan TIK untuk pem-
kerja yang merupakan saripati kualitas rohani- belajaran dibagi dalam dua kategori, yaitu:
ah kerja seseorang yang dimensi-dimensinya dasar dan mahir. Kategori dasar meliputi: (a)
meliputi intrapersonal dan interpersonal kerja. presentasi multimedia; (b) penyusunan doku-

Penanaman Nilai-Nilai Karakter Siswa SMK Salafiyah


144 − Jurnal Pendidikan Vokasi

men; (c) kalkulasi tabulasi; (d) manajemen yaitu kata pondok dan kata pesantren. Menu-
berkas elektronik; (e) komunikasi efektif; (f) rut Mujamil Qomar (2006:1) dalam pemakai-
kolaborasi kelompok; (g) cari refrensi; (h) an sehari-hari, istilah pesantren biasa disebut
manajemen data; (i) kelola kebutuhan publi- dengan pondok saja atau kedua kata ini di-
kasi, dan (j) catatan personal. Adapun kategori gabung menjadi pondok pesantren. Secara
mahir meliputi: (a) animasi multimedia; (b) esensial, semua istilah ini mengandung makna
pengembangan aplikasi sederhana; (c) pe- yang sama.
ngembangan situs internet; (d) manipulasi da- Dalam bahsa Arab “ma‟had” atau pe-
ta dan informasi; (e) ragam kolaborasi kelom- santren adalah bangunan tempat tinggal bagi
pok terpadu; (f) kolaborasi, komunikasi dan kelompok orang untuk sementara waktu yang
koperasi terpadu; (g) pengembangan jarring terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh
antar institusi; (h) analisa data; (i) manajemen seorang kepala ma‟had. (Kamus Besar Indo-
akses jaringan; (j) kelola program; (k) pe- nesia, 2005:72). Definisi lain diungkapkan
nyelenggara kelas maya; dan (l) aplikasi oleh Dhofier (1982:18) pesantren berasal dari
permodelan. kata santri yang diimbuhi awalan Pe- dan
akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat
Pondok Pesantren para santri. Dalam perkembangan selanjutnya,
Pada dasarnya pendidikan pondok pe- pesantren adalah lembaga pendidikan dan
santren disebut sistem pendidikan produk pengajaran Agama Islam, yang pada umum-
Indonesia. Atau dengan istilah Indigenious nya pendidikan dan pengajaran tersebut ter-
(pendidikan asli Indonesia). Pondok Pesantren implementasikan dengan cara nonklasikal. Di-
adalah lembaga Pendidikan Islam yang tertua mana seorang kiai mengajarkan santri berda-
di Indonesia (Madjid, 2002:5). sarkan kitab-kitab bahasa arab dari ulama’-
Dalam peraturan pemerintah republik ulama’ besar sejak abad pertengahan, sedang-
Indonesia No.55 tahun 2007 tentang pendi- kan para santrinya tinggal dalam asrama.
dikan agama dan keagamaan dijelaskan dalam Menurut para ahli, pondok pesantren
pasal 26 ayat (1), yaitu: baru dapat disebut pondok pesantren bila
memenuhi 5 syarat, yaitu: (1) ada kiai, (2) ada
Pesantren menyelenggarakan pendidikan pondok, (3) ada masjid, (4) ada santri, dan (5)
dengan tujuan menanamkan keimanan ada pengajian kitab kuning ( Tafsir,2001:197).
dan ketakwaan kepada Allah SWT, akh- Azizi membagi pondok pesantren atas
lak mulia, serta tradisi pesantren untuk dasar kelembagaannya yang dikaitkan dengan
mengembangkan kemampuan, pengeta- system pengajarannya menjadi lima ketegori:
huan, dan keterampilan peserta didik (1) pondok pesantren yang menyelenggarakan
untuk menjadi ahli ilmu Agama Islam pendidikan formaldengan menerapkan kuri-
(mutafaqqih fiddin) dan/atau menjadi kulum nasional, baik yang hanya memiliki se-
muslim yang memiliki keterampilan/ kolah keagamaan maupun yang juga memiliki
keahlian untuk membangun kehidupan sekolah umum; (2) pondok pesantren yang
yang Islami di masyarakat. menyelenggarakan pendidikan keagamaan
Steenbrink (1986) dalam bukunya Pe- dalam bentuk madrasah dan mengajarkan
santren Madrasah Sekolah menjelaskan seca- ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan
ra detail bagaimana metamorfosis pesantren kurikulum nasional; (3) pondok pesantren
yang bermula dari pengajaran Alqur’an (Pen- yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama
didikan Islam yang paling sederhana), kemu- dalam bentuk madrasah diniyah; (4) pondok
dian pengajian kitab (Pendidikan lanjutan), pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat
sampai menjadi sebuah institusi formal yang pengajian (majlis ta'lim); (5) pondok pesan-
disebut “Madrasah” dan bahkan kemudian tren untuk ma’had anak-anak belajar sekolah
menjadi institusi modern yang bernama umum dan mahasiswa (Mujammil Qomar,
“Sekolah”, untuk itu sebelum membahas pan- 2003:18).
jang lebar tentang pondok pesantren, maka Di bawah ini disebutkan metode-me-
ada baiknya saya mengulas tentang pengertian tode pembelajaran yang bersifat tradisional
pondok pesantren. menjadi trade mark pondok pesantren, yaitu:
Istilah pondok pesantren terdiri dari dua (1) metode sorogan; (2) metode bandongan/
kata yang menunjukkan pada suatu pengertian wetonan; (3) metode musyawarah atau (bah-

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 2, Juni 2013


Jurnal Pendidikan Vokasi − 145

tsul masa‟il); (4) metode pengajian pasanan; pada kedalaman deskripsi struktur peng-
(5) metode hafalan (muhafadzah); (6) metode alaman invariant yang esensial).
demonstrasi/praktek ibadah; (7) metode rihla-
hilmiyah (studitour); (8) metode muhawarah Waktu dan tempat penelitian
/muhadatsah; (9) metode mudzarakah; ( 1 0)
Penelitian ini bertempat di SMK Salafi-
metode riyadhah. (Depag: detpeka-pontren
yah (Yayasan Salafiyah) terletak di Desa
ditjen kelembagaan Agama Islam, 2003 : 73-
Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten
144). Fuad Nashori (2011) tentang “Kekuatan
Pati, Provinsi Jawa Tengah. SMK Salafiyah
karakter santri” menerangkan bahwa ada 5
dipilih menjadi tempat penelitian karena SMK
karakter yang menonjol pada santri yaitu: (1)
tersebut terletak di Desa Kajen yang merup-
Kebersyukuran (gratitude);(2) Keadilan (fair-
akan pusat pengajaran dan perkembangan
ness); (3) Kebaikan hati (kind-ness); (4)
agama Islam dan pusat pondok pesantren di
Kewargaan (citizenship); (5) Harapan (hope).
Kabupaten Pati. Waktu pelaksanaan penelitian
ini yaitu mulai bulan Desember 2012 sampai
METODE dengan bulan April 2013 (lima bulan).

Jenis penelitian
Subjek dan objek penelitian
Metode yang digunakan dalam peneliti-
an ini menggunakan jenis penelitian kualitatif Objek dalam penelitian ini adalah SMK
dengan“Pendekatan Fenomenologi”. Dalam Salafiyah Pati yang difokuskan pada kegiatan
penelitian kualitatif, peneliti sebagai instru- rutinitas dan proses kegiatan belajar mengajar
dan kegiatan pengembangan diri di SMK
men kunci (key instrument). Kekuatan metode
riset terletak pada kemampuan periset me- Salafiyah Pati. Sebagai subjek (responden)
masuki bidang persepsi orang lain, guna me- dalam penelitian ini adalah orang yang mem-
mandang kehidupan sebagaimana dilihatnya. punyai kapasitas sebagai sumber informasi
Metode penelitian kualitatif fenomenologi, penelitian yang dipilih secara purposif, ada-
teori dengan sendirinya lahir atau dilahirkan pun subjek penelitian dalam penelitian ini
yaitu Bapak H. UW, SH. selaku kepala SMK
oleh fenomena yang memberitakan dirinya
sendiri. Fenomenologi mendeskripsikan peng- Salafiyah, Bapak HS, S.Kom., selaku kepala
alaman, bukan menjelaskan atau menganalis- program studi Teknik Komputer dan Jaringan
isnya (Mudjiyanto & Kenda, Jurnal Peneliti- (TKJ), Ibu TM, S.Pd.I., selaku waka kuriku-
lum, Bapak IH, S.H.I., S.Kom., selaku guru
an Komunikasi dan Opini Publik, 2009:1).
Moustakas (1994:118; lihat juga Cres- produktif TKJ, Ibu IB, S.Pd.I., selaku guru
muatan lokal, Bapak KH. UA, S.Ag., selaku
well, 1998: 176-178) menjelaskan tentang ba-
gaimana studi fenomenologi mengorganisir sekretaris pengurus Yayasan Salafiyah, pe-
dan menganalisis data, “pengorganisasian data serta didik SMK Salafiyah, FW, HM, AR dan
di mulai sejak peneliti mentranskrip wawan- NA, selaku alumni SMK Salafiyah.
caranya“ menurut Moustakas. Creswell yang
Teknik pengumpulan data
meringkas penjelasan Moustakas yakni:
Creating meaning units (pengkreasian Dalam penelitian ini menggunakan tek-
unit-unit pemaknaan), nik: (1) observasi partisipatif (pengamatan);
Clustering themes (pengelompokan te- (2) interviu (wawancara); (3) dokumentasi;
ma-tema), (4) gabungan (Sugiyono, 2012:63) serta de-
Advancing textual and structural di- ngan (5) Materi audio dan visual (Creswell,
scriptions (pengembangan deskripsi tekstual 2010:270). Dalam penelitian kualitatif, obser-
dan structural), vasi partisipatif, interviu kualitatif, rekam
audio, dan pengambilan potografi dilakukan
And presenting an integration of textual
secara alami (nature) sebagai bagian dari
and structural descriptions into an ax-
realitas sosial pendidikan menengah kejuruan
haustive description of essential inva-
di SMK Salafiyah.
riant structure (or essence) of the experi-
Interviu kualitatif dilakukan terhadap
ence (dan pengintegrasian penyajian
sumber data yaitu orang-orang yang dipilih
pelbagai deskripsi tekstual dan structural
yang mampu memberikan informasi yang

Penanaman Nilai-Nilai Karakter Siswa SMK Salafiyah


146 − Jurnal Pendidikan Vokasi

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: orang Pondok pesantren, nilai nilai Islam berbasis
yang telah mengalami fenomena yang men- Pondok pesantren yaitu: (1) keimanan; (2) ke-
jadi fokus penelitian, bersedia berpartisipasi takwaan;(3) kemampuan baik pada siswa; (4)
dalam proses interviu, dan memperbolehkan kemampuan baik dalam kinerja; (5) disiplin;
merekam ketika pelaksanaan interviu. Da-lam (6) sopan; (7) kepatuhan; (8) kemandirian; (9)
penelitian ini menggunakan semistructure cinta pada ilmu pengetahuan; (10) menghor-
interviu (wawancara semi terstruktur) yang mati guru; (11) memuliakan kitab; (12) me-
masuk dalam jenis kategori in-dept interviu nyayangi teman; (13) berkah; (14) uswah
dengan tujuan untuk menemukan permasalah- hasanah.
an secara lebih terbuka, di mana pihak yang di Para founding father Yayasan Salafiyah
ajak wawancara diminta pendapat dan ide- mempunyai idealisme yaitu mengamalkan
idenya. Interviu kualitatif digunakan untuk ajaran Islam ala Ahlusunnah Wal Jama‟ah
menggali data-data yang tidak diobservasi yakni Islam yang rahmatan lil „alamin (men-
secara langsung (Creswell, 1994). Data di- jadi rahmat bagi seluruh alam) Islam yang
konstruksi melalui interaksi dialog yang mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad
komunikatif dan direkam menggunakan HP SAW. Dan para sahabat-sabatnya. Islam Ahlu-
Blackberry 8310. sunnah Waljama‟ah yaitu Islam yang mem-
punyai karakteristik: Tawassut (moderat),
Teknik keabsahan data Tawazun(seimbang), Tasamuh (toleran), dan
Teknik pemeriksaan keabsahan data I’tidal (Adil). Tawassut artinya moderat, si-
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kap jalan tengah yang mengintegrasikan an-
dengan triangulasi sumber, triangulasi data tara ikhtiar (berusaha) dan tawakkal (pasrah).
dan triangulasi waktuyang merupakan bagian Sebagai jalan tengah antara aliran Kaum
dari kriteria derajat kepercayaan (credibility). Jabariyah yang mengandalkan penuh tawakkal
kepada Allah dan Kaum Mu’tazilah yang
Teknik analisis data mengandalkan sepenuhnya kepada akal,
sebagai manusia yang telah dianugrahi akal
Dalam penelitian ini, teknik analisis manusia punya kewajiban untuk berusaha
data yang digunakan adalah analisis model (ikhtiar), namun manusia sebagai makhluk
Miles dan Huberman (1994:10) “we define mempunyai keterbatasan dalam segala hal
anaysis as consisting of three concurent flows sehingga setelah melakukan ikhtiar maksimal
of activity: data reduction, data display and kemudian dipasrahkan (tawakkal) kepada
conclution drawing/verification.” Berdasarkan Allah. Tawasutjuga diartikan sikap tengah-
pernyataan di atas, terdapat tiga kegiatan uta- tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri
ma yang saling berkaitan dan terjadi secara ataupun ekstrim kanan.
bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data Karakteristik selanjutnya Tawazun arti-
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. nya seimbang (balance) atau seimbang dalam
Dalam penelitian ini, reduksi data berlang- segala hal. Seimbang dalam penggunaan dalil
sung terus-menerus selama proses penelitian aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran
berlangsung di SMK Salafiyah, kemudian rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-
data yang tersaji selama di lapangan maupun Qur’an dan Hadits). Seimbang juga dalam hati
sesudah meninggalkan lapangan dimaknai. (heart), fikiran (head), dan gerak (hand) se-
hingga membentuk karakter yang jujur,
HASIL PENELITIAN DAN selaras antara hati, pikiran dan perbuatan.
PEMBAHASAN Tasamuh atau toleransi yakni menghargai
perbedaan serta menghormati orang yang
Nilai-nilai karakter siswa SMK Salafiyah memiliki prinsip hidup yang tidak sama.
Namun bukan berarti mengakui atau mem-
SMK Salafiyah yang lahir dari rahim benarkan keyakinan yang berbeda tersebut
Yayasan Salafiyah tidak bisa terlepas dari dalam meneguhkan apa yang diyakini. I‟tidal
karakteristik Yayasan Salafiyah itu sendiri, berarti bersikap adil dalam segala hal, adil
sehingga nilai-nilai karakter yang ditanamkan berarti tidak pilih kasih, sama berat, tidak
kepada peserta didik SMK Salafiyah adalah: berat sebelah, tidak memihak kepada salah
Pertama nilai-nilai karakter Islam berbasis satu.

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 2, Juni 2013


Jurnal Pendidikan Vokasi − 147

Ajaran yang dipesankan oleh KH. Ba- dalam lambang NU berbintang 4 di bawah.
edlowi Siroj (founding father) kepada anak Sementara dalam bidang tasawuf, mengem-
cucu beliau yaitu: “nek isih ono santri sing bangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-
kepingin ngaji/sekolah yo terimoho” kalau Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasa-
memang masih ada siswa yang ingin sekolah wuf dengan syariat (Ilahi, A, 2012).
maka diterima, Yayasan Salafiyah mengguna- Selain hal tersebut di atas hidden curri-
kan sistem menerima semua siswa yang men- culum di SMK Salafiyah yang lain yaitu: (a)
daftar dan wali murid peserta didik Salafiyah berkah: bertambahnya kebaikan (ziyadatul
juga dari berbagai macam latar belakang khoir), ada faktor x yang tidak kasat oleh mata
status sosial dan level keagamaannya, dan ini yang bisa membuat orang berhasil (tidak ha-
sebuah salah satu misida’wah. Konsep found- nya faktor intlektualsaja tapi faktor keber-
ing father Yayasan Salafiyah tersebut di atas kahan juga; (b)ikhlas: selalu tulus dalam
sesuai dengan misi pendidikan yang telah membantu orang lain (tanpa pamrih); (c) ta-
dinyatakan oleh UNESCO (badan PBB untuk wadlu‟: rasa rendah hati; (d) do’a guru: do’a
pendidikan dan urusan anak-anak) yaitu Edu- guru kepada siswa bagaikan do’a orang tua
cation For All (EFA) atau pendidikan untuk kepada anaknya dan juga bagaikan do’a Nabi
semua, dalam kongresnya di Dacca (Bangla- kepada ummatnya yaitu mustajab (terkabul),
desh) tahun 2008. Pencanangan program ini seorang guru hendaknya selalu mendo’akan
dimaksudkan sebagai ketetapan sekaligus siswa-siswinya agar mendapat ilmu yang ber-
seruan terhadap bangsa-bangsa di dunia untuk manfaat; (e)menutup aurat: memakai baju
memberikan akses pendidikan seluas-luasnya muslim-muslimah dan menutup anggota ba-
terhadap semua warga negara, dan meningkat- dan yang pribadi agar tidak menyebabkan sa-
kan kerja sama unilateral secara lebih intensif lah pandangan yang akhirnya menimbulkan
dalam bidang pendidikan. syahwat; (f)pisah antara laki-laki dan perem-
Untuk mengetahui nilai-nilai pendidik- puan: memisahkan tempat duduk antara siswa
an karaker di SMK Salafiyah juga harus me- laki-laki dan perempuan agar supaya menjaga
ngetahui tentang hidden curriculum, hidden tercampurnya (ikhtilat) laki-laki dan perempu-
curriculum adalah kurikulum yang tidak an adan agar terhindar dari fitnah.
tertulis dan tidak tercantum di SMK Salafiyah
secara langsung secara eksplisit namun secara Tabel 1. Nilai-nilai karakter SMK
implisit diaplikasikan di lembaga SMK Salafi- Salafiyah
yah. Islam ahlusunnah waljama‟ah yang di-
aplikasikan melalui oganisasi sosial Nahdlatul Nilai Nilai Nilai Sosial
Ulama’ (NU). Nahdlatul Ulama’ (kebangkitan Dasar Personal
ulama atau kebangkitan cendekiawan Islam) Moderat Keimanan Kemampuan baik
adalah organisasi sosial masyarakat yang dalam kinerja
bergerak di bidang pendidikan, sosial dan
ekonomi yang berdiri pada tanggal 31 Januari Seimbang Ketakwaan Sopan-santun
1926M./16 Rajab 1344H. Dalam faham ke- Toleran Kemampuan Menghormati
agamaan, NU menganut paham Ahlussunah baik guru
waljama'ah, sebuah pola pikir yang mengam-
bil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasio- Adil Disiplin Memuliakan kitab
nalis) dengan kaum ekstrem naqli (skriptu- kepatuhan Menyayangi
ralis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU teman
tidak hanya Alqur’an, sunnah, tetapi juga
menggunakan kemampuan akal ditambah de- Kemandirian Uswah hasanah
ngan realitas empirik. Cara berpikir semacam Cinta ilmu Tawadhu’
itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu
Ihlas Do’a guru
Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Matu-
ridi dalam bidang teologi. Kemudian dalam Menutup aurat Berkah
bidang fiqih lebih cenderung mengikuti maz-
Pisah antara
hab: imam Syafi'i dan mengakui tiga madzhab
siswa-siswi
yang lain: imam Hanafi, imam Maliki,dan
imam Hanbali sebagaimana yang tergambar

Penanaman Nilai-Nilai Karakter Siswa SMK Salafiyah


148 − Jurnal Pendidikan Vokasi

Proses penanaman nilai-nilai karakter kan kedua orang tua; (3) Akhlak kepada para
siswa pendidik: peserta didik tidak akan mendapat
ilmu dan memetik ilmu tanpa menghormati
Konsep penanaman nilai-nilai karakter
dan memuliakan ahli ilmu (para guru) seperti
siswa SMK Salafiyah Kompetensi Keahlian
tidak menempati tempat duduknya, tidak ber-
TKJ Kajen, Margoyoso, Pati. Diimplemen-
jalan mendahuluinya dan lain-lainnya; (4)
tasikan melalui dua konteks yaitu konteks
Akhlak kepada teman: bagaimana memilih
mikro dan makro. Konteks mikro di imple-
dan bergaul dengan teman, teman atau sahabat
mentasikan ke dalam: (a) integrasi dalam mata
adalah orang yang selalu menemani dalam
pelajaran dan muatan lokal; (b) budaya seko-
suka maupun duka; (5) Akhlak kepada diri
lah; (c) kegiatan pengembangan diri.
sendiri: peserta didik harus memenuhi kewa-
jiban-kewajiban kepada diri sendiri diantara-
nya tidak membuat diri sendiri merasa kele-
lahan sehingga mengakibatkan lemah dan ti-
dak berdaya, member kebutuhan jasmani se-
cara cukup seperti makan, minum dan istira-
hat yang cukup.
Menghafal surat-surat pendek (juz am-
ma) tiap semester, merupakan salah satu mu-
atan lokal SMK Salafiyah, hal ini dilakukan
dengan tujuan bahwa peserta didik SMK Sala-
Gambar 2. Konteks mikro pendidikan
fiyah agar cinta kepada kitab suci umat Islam
karakter (Sumber: Kemdiknas,2011)
yaitu Alqur’an yang merupakan sumber dari
segala sumber agama Islam.
Integrasi dalam Mata Pelajaran dan Muatan
Lokal (Mulok) Budaya Sekolah
Integrasi dalam mata pelajaran dan Budaya sekolah merupakan tradisi yang
pengembangan diri melalui kurikulum, kuri- dilakukan sehari-hari (pembiasaan) karena
kulum yang digunakan SMK Salafiyah adalah nilai-nilai karakter tidak akan pernah terukir
mengacu kurikulum yang ditetapkan oleh tanpa adanya pembiasaan (habbit) sesuai de-
Dirjen Pendidikan Menengah Kejuruan De- ngan apa yang dikatakan oleh Lickona bahwa
partemen Nasional Indonesia untuk Sekolah budaya moral sekolah akan berpengaruh pada
Kejuruan Teknik Komputer dan Jaringan de- fungsi moral siswa (the school moral culture
ngan pendekatan KTSP (Kurikulum Tingkat affect students moral functioning). Oleh kare-
Satuan Pendidikan), ditambah dengan prog- nanya untuk menerapkan dalam pelaksanaan
ram keahlian khusus pendidikan agama Islam pendidikan karakter siswa, SMK Salafiyah
berbasis pondok pesantren berlandaskan nilai- dengan sadar berupaya menciptakan sebuah
nilai “Ahlu sunnah wal jama‟ah”. lingkungan serta budaya yang positif dan Isla-
Di SMK Salafiyah terdapat muatan lo- mi bagi seluruh warga sekolah (peserta didik,
kal tentang pendidikan akhlak dengan tujuan pendidik dan tenaga kependidikan). Budaya
peserta didik SMK Salafiyah menjadi peserta pendidik dan kependidikan SMK Salafiyah
didik yang memiliki budi pekerti yang baik yang peneliti temukan adalah sebagai berikut:
(akhlakul karimah). Pendidikan akhlak di (a) budaya Islami: hal ini dapat ditunjukkan
SMK Salafiyah menggunakan kitab Ta‟limul pada aspek, ucapan, sikap dan perilaku sehari-
Mutaallim, dalam kitab Ta‟limul Mutaallim hari, tenaga pendidik sebagai teladan yang
dijelaskan tentang beberapa poin diantaranya: baik (uswah hasanah),dan juga dapat dilihat
(1) Akhlak kepada Allah, yaitu sebagai pe- dari cara berbusana, seluruh pendidik dan
serta didik dalam mencari ilmu haruslah tenaga kependidikan menggunakan busana
mengharap ridlo Allah; (2) Akhlak kepada muslim-muslimah. (b) budaya disiplin kerja:
orang tua: orang tua merupakan orang yang disiplin kerja ditunjukkan dengan cara datang
telah melahirkan, merawat dan menjaga kita, dan pulang tepat waktu serta melaksanakan
sehingga Ridlo Allah terdapat di dalam ridlo tugas dengan maksimal, budaya disiplin kerja
kedua orang tua, sehingga sebagai pencari ini memberikan teladan yang baik (uswah
ilmu harus selalu menghormati dan memulia- hasanah) kepada peserta didik untuk selalu

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 2, Juni 2013


Jurnal Pendidikan Vokasi − 149

bersikap disiplin dan tepat waktu dalam segala naga kependidikan lainnya yang dapat dilaku-
hal; (c) budaya malu, ada 10 budaya malu kan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler,
yang diterapkan di SMK Salafiyah yaitu: malu adapun program pengembangan diri di SMK
terlambat masuk, malu tidak ikut apel, malu Salafiyah adalah: (a) Marching Band: salah
tidak suka masuk kantor tanpa alasan, malu satu kegiatan pengembangan diri favorit di
sering ijin tidak masuk kerja, malu bekerja Salafiyah namanya “Bahana Suara” Marching
tanpa program, malu pulang sebelum waktu- Band. Marching band ini tiga kali dalam satu
nya, malu sering meninggalkan kerjaan, malu minggu mengadakan latihan, yaitu hari selasa,
bekerja tanpa tanggung jawab, malu berpakai- rabu dan ahad. Marching Band Salafiyah ini
an seragam tidak rapi dan tanpa atribut. beranggotakan 125 orang siswa-siswi Salafi-
Salah satu langkah SMK Salafiyah da- yah, dan marching band ini sudah berpeng-
lam melaksanakan pendidikan karakter siswa alaman di Kabupaten Pati.(b) Pencak Silat,
adalah melalui budaya dan kultur yang dicip- Salafiyah juga mempunyai pengembangan diri
takan dilingkungan siswa, adapun budaya Pencak Silat “Pagar Nusa”. Ikatan Pencak
siswa SMK Salafiyah adalah sebagai berikut: Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa disingkat
(a) datang ke sekolah sebelum jam pelajaran (IPS-NU Pagar Nusa) tujuannya siswa-siswi
dimulai; (b) senyum, kemudian mengucapkan SMK Salafiyah mempunyai bekal dasar untuk
Salam serta menyapa dan mencium tangan membela dirinya kapan saja dan dimana saj,
bapak/ibu guru yang sudah hadir di sekolahan; pengembangan diri ini dilakukan di halaman
(c) menuntun kendaraan ketika memasuki sekolah dan pelaksanaannya setiap hari jum’at
gerbang sekolah, dan parkir secara rapi; (d) pukul 13.00 s/d. 16.00 Wib. (c) Pramuka (Pra-
berdo’a sebelum dan setelah selesai kegiatan ja Muda Karana) di Salafiyah sudah ada mulai
belajar mengajar; (e) menjaga ketertiban, ke- dari tingakat Madrasah Ibtidaiyyah (Siaga),
amanan dan kebersihan ruang belajar dan Madrasah Tsanawiyah (Penggalang) dan
lingkungan sekolah; (f) mentaati aturan-aturan Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuru-
agama Islam dan menjahui larangan-larangan; an (Penegak). Nama ambalan di SMK Salafi-
(g) berpakain rapi dan menutup aurat (h) tertib yah adalah ambalan Ki Cibolang untuk putra
memasuki ruang belajar dan dalam proses dan ambalan RA Kartini untuk putri, prestasi
belajar mengajar; (i) minta izin jika ingin ke- ambalan-ambalan tersebut sudah diakui di
luar pada saat belajar mengajar; (j) menjaga dunia kepramukaan di Kabupaten Pati.(d)
kebersihan di lingkungan sekolah dengan Bola Voli adalah olah raga permainan yang
membuang sampah di tempat yang telah dimainkan oleh dua grup berlawanan. Masing-
disediakan; (k) jama’ah Sholat Dzuhur: setiap masing grup memiliki enam orang pemain,
hari para siswa SMK Salafiyah diwajibkan salah satu pengembangan diri di MA dan
untuk sholat berjama’ah Dzuhur setiap hari di SMK Salafiyah adalah bola voli, yang secara
aula SMK Salafiyah, (l) tidak memakai per- rutin dilakukan latihan setiap hari sabtu pukul
hiasan yang berlebihan; (m) mentaati perintah 14.00 s/d. 16.00 Wib. (e) Teater: merupakan
bapak/ibu guru; (n) mentaati tata tertib se- salah satu ekstrakurikuler SMK Salafiyah.
kolah. “Teasa” adalah nama dari teater Salafiyah,
sudah malang melintang tampil baik di ling-
Pengembangan Diri kungan Salafiyah, di wilayah Kajen, Kabu-
Implementasi pendidikan karakter di paten Pati bahkan sampai ke Semarang.
SMK Salafiyah juga melalui program pe- Konteks Makro dalam penanaman ni-
ngembangan diri. Program pengembangan diri lai-nilai karakter siswa SMK Salafiyah meli-
adalah berbagai macam program tambahan puti, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
yang diselenggarakan oleh pihak sekolah guna dan lingkungan masyarakat. Peran lingkungan
menunjang terwujudnya karakter dan kepri- keluarga dan masyarkat adalah sebagai beri-
badian siswa, serta kegiatan yang bertujuan kut: (a) peran keluarga: ikut proaktif membina
memberikan kesempatan kepada peserta didik dan mengawasi putra-putrinya di luar jam se-
untuk mengembangkan dan mengekspresikan kolah, ikut dalam penyusunan tata tertib seko-
diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, lah, menghadiri undangan wali murid dalam
setiap peserta didik dan kondisi sekolah. menerima raport setiap semester atau ijazah
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi pada waktu kelulusan dan selalu koordinasi,
dan dibimbing oleh konselor, guru, atau te- komunikasi dan konsultasi dengan pihak

Penanaman Nilai-Nilai Karakter Siswa SMK Salafiyah


150 − Jurnal Pendidikan Vokasi

sekolah terhadap putra-putrinya dan sebalik- (h) menutup aurat. (3) Nilai sosial: (a) ke-
nya sehingga sinergitas keluarga dan sekolah mampuan baik dalam kinerja; (b) sopan san-
bisa terwujud untuk mencapai terbentuknya tun; (c) menghormati guru; (d) memuliakan
siswa yang berkarakter; (b) peran lingkungan kitab; (e) menyayangi teman; (f) uswah hasa-
masyarakat: ikut mengawasi peserta didik nah; (g) tawadzu‟; (h) do’a guru; (i) berkah;
yang melakukan hal-hal yang tidak baik se- (j) pisah antara siswa dan siswi.
perti siswa bolos sekolah dan lain-lain, ikut Proses penanaman nilai-nilai karakter
dalam membangun gedung sekolah SMK di SMK Salafiyah melalui konteks mikro dan
Salafiyah, dilibatkan kegiatan sekolah yang konteks makro, (1) konteks mikro meliputi:
bersifat terbuka, seperti pengajian umum, (a) integrasi dengan setiap mata pelajaran dan
bakti sosial dll. muatan lokal; (b) budaya sekolah; (c) kegiatan
Faktor pendukung dan faktor peng- pengembangan diri. (2) konteks makro meli-
hambat dalam penanaman nilai-nilai karakter puti: (a) Keluarga; (b) sekolah; (c) masyara-
di SMK Salafiyah meliputi: Faktor Pendu- kat. Dalam konteks makro sinergitas antara
kung a) Faktor Pendukung: (1) SMK Salafi- keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan
yah mempunyai SDM tenaga pengajar yang faktor penting dalam penanaman nilai-nilai
memadai; (2) siswa SMK Salafiyah mayoritas pendidikan karakter.
mondok di pondok pesantren di bawah naung- Faktor pendukung dan faktor pengham-
an Yayasan Salafiyah; (3) memiliki sarana batan dalam penanaman nilai-nilai karakter di
dan prasarana yang memadai. (4) SMK Salafi- SMK Salafiyah meliputi: Faktor Pendukung
yah terletak di Desa Kajen yang mempunyai a) Faktor Pendukung Internal: (1) SMK Sala-
karakteristik Islam berbasis pondok pesantren; fiyah mempunyai SDM tenaga pengajar yang
(5) adanya program-program sekolah yang memadai; (2) siswa SMK Salafiyah mayoritas
mendukung penanaman nilai-nilai karakter mondok di pondok pesantren di bawah naung-
siswa SMK Salafiyah; (6) adanya sinergitas an Yayasan Salafiyah; (3) memiliki sarana
antara lingkungan keluarga, sekolah, dan dan prasarana yang memadai. b) faktor pendu-
masyarakat. b) Faktor penghambat dalam pe- kung eksternal: (1) SMK Salafiyah terletak di
nanaman nilai-nilai karakter siswa SMK Sala- Desa Kajen yang mempunyai karakteristik
fiyah: a) faktor penghambat: (1) terbatasnya Islam berbasis pondok pesantren; (2) adanya
sarana dan prasarana; (2) perbedaan latar program-program sekolah yang mendukung
belakang; (3) terbatasnya keuangan sekolah; penanaman nilai-nilai karakter siswa SMK
(4) perbedaan pemahaman dan penafsiran Salafiyah; (3) adanya sinergitas antara ling-
tentang pendidikan karakter itu sendiri; (5) kungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
belum adanya satu asrama/pondok pesantren Faktor penghambat dalam penanaman
bagi siswa-siswi SMK Salafiyah. (6) kurang nilai-nilai karakter siswa SMK Salafiyah, a)
optimalnya koordinasi antar sekolah, wali faktor penghambat internal: (1) terbatasnya
murid lingkungan dan masyarakat; (7) apatis- sarana dan prasarana; (2) perbedaan latar be-
me masyarakat terhadap pendidikan SMK lakang; (3) terbatasnya keuangan sekolah; (4)
berbasis pondok pesantren; (8) paradigma perbedaan pemahaman dan penafsiran tentang
masyarakat bahwa pondok pesantren sudah pendidikan karakter itu sendiri; (5) belum
ketinggalan dengan zaman sekarang; (9) adanya satu asrama/pondok pesantren bagi
pengaruh globalisasi. siswa-siswi SMK Salafiyah. b) faktor peng-
hambat eksternal: (1) kurang optimalnya ko-
ordinasi antar sekolah, wali murid lingkungan
SIMPULAN DAN SARAN
dan masyarakat; (2) apatisme masyarakat ter-
Simpulan hadap pendidikan SMK berbasis pondok
pesantren; (3) paradigma masyarakat bahwa
Nilai-nilai yang ditanamkan di SMK pondok pesantren sudah ketinggalan dengan
Salafiyah adalah sebagai berikut: (1) Nilai zaman sekarang; (4) pengaruh arus deras
dasar: (a) tawassuth (Moderat); (b) tawazun globalisasi.
(seimbang); (c) tasamuh (toleran); (d) I‟tidal
(adil). (2) Nilai Personal: (a) keimanan;(b) Saran
ketaqwaan; (c) kemampuan baik; (d) disiplin;
(e) kepatuhan; (f) kemandirian; (g) cinta ilmu; Temuan-temuan sebagai pemaknaan
dari penelitian ini sangat perlu untuk di tindak

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 2, Juni 2013


Jurnal Pendidikan Vokasi − 151

lanjuti, Pertama kepada pihak SMK Salafiyah ___________. (1998). Qualitative inquiry and
untuk lebih fokus terhadap nilai-nilai yang research design: choosing among five
ditanamkan kepada peserta didiknya dan tradition. London: Sage Publication.
kalau perlu dibuatkan satu asrama/pondok
__________.(2010). Research design
pesantren sehingga proses penanaman nilai-
“pendekatan kualitatif,kuantitatif, dan
nilai pendidikan karakter bisa di biasakan dan
mixed”. (Terjemahan Achmad Fawaid).
di fokuskan selama 24 jam. Kemudian koor-
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. 1.
dinasi, komunikasi secara kontinyu kepada
(Buku Asli diterbitkan 2009).
keluarga peserta didik dan masyarakat diting-
katkan kembali untuk mendapatkan hasil yang Depag RI. (1984). Al-Qur‟an dan terjemah-
lebih optimal. Kedua,kepada pihak keluarga annya. Jakarta: Departemen Agama RI.
wali murid siswa SMK Salafiyah ikut aktif Depdiknas. (2002). Kamus besar bahasa In-
dalam komunikasi dengan SMK Salafiyah donesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.
serta mengawasi putra-putrinya diluar jam
sekolah. Sehingga terjadi sinergitas antara Dhofier, Z. (1982), The pesantren tradition,
sekolah dan keluarga untuk mencapai tujuan the role of the kyai in the maintenance
penanaman nilai-nilai Islam berbasis pondok of tranition islam in java. Arizona State
pesantren. Ketiga, kepada pihak lingkungan University: Program for Southeast Asi-
SMK Salafiyah untuk ikut pro-aktif dalam an Studies Uniten Stated of America.
kegiatan-kegiatan SMK Salafiyah yang di bu- Echols, J.M. & Shadily, H. (1996). Kamus
ka untuk umum serta ikut mengawasi siswa Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Grame-
SMK Salafiyah di luar jam pelajaran. Ke- dia
empat, kepada Dinas Pendidikan Kabupaten
Pati untuk ikut mendukung upaya penanaman Ilahi, A. (24 Maret 2013). Paham keagamaan
nilai-nilai karakter siswa SMK Salafiyah serta menurut Nahdhatul Ulama‟. Diambil
ikut mensupport baik berupa materi atau non- pada 27 Maret 2013, dari http://www.
materi demi terwujudnya SMK berkarakter nu.or.id/a,public-m,static-s,detail-
Islam berbasis pondok pesantren. Kelima, lang,id-ids,1-id,7-t,paham+keagamaan-
kepada Kementerian Pendidikan dan Kebu- .phpx.
dayaan Republik Indonesia untuk terus men- Kemdiknas. (2011). Pedoman pelaksanaan
dukung di bukanya SMK di seluruh Indonesia pendidikan karakter (berdasarkan pe-
yang berkarakter Islam berbasis Pondok ngalaman di satuan pendidikan rintis-
pesantren sehingga mencetak tenaga kerja an). Jakarta: Balitbang Puskurbuk.
yang Islami, yang mandiri, professional dan
berakhlak mulia. Kemenag Pati. (2012). Data pondok pesan-
tren Kabupaten Pati tahun 2012. Pati:
Kemenag Pati.
Daftar Pustaka
Krathwohl, D.R., Bloom, B.S., and Masia,
As’ad, A. (2007). Terjemah ta’limul B.B. (1964). Taxonomy of educational
muta’allim; bimbingan bagi penuntut objectives: handbookII: affective do-
ilmu pengetahuan. Kudus: Menara main. New York: David McKay Co.
Kudus.
Lickona, T. (2004). Character matters: how
Badan Pusat Statistik. (2012). Pengangguran to help our childen develop good
terbuka menurut pendidikan tertinggi judgment, integrity and other essential
yang ditamatkan 2004-2013. Diakses virtues. New York: Toughstone.
pada tanggal 3 Juli 2013, dari http://
bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabe Madjid, N. (2002). Modernisasi pesantren
l=1&daftar=1&id_subyek=06&notab=4. (kritik nurcholis terhadap pendidikan
Islam tradisional). Jakarta: Ciputat
Creswell, J.W. (1994). Reserach design quali- Press.
tative & quantitative approaches. Cali-
fornia: Sage Publications. Matthew, B., Miles, A. & Huberman, M.
(1994). Qualitative data analysis.
London: Sage Publication, Inc.

Penanaman Nilai-Nilai Karakter Siswa SMK Salafiyah


152 − Jurnal Pendidikan Vokasi

Moustakas, C. (1994). Phenomenological re- Steenbrink, K.A. (1986). Pesantren, madra-


search methods. London: Sage Publi- sah, sekolah; pendidikan Islam dalam
cations. kurun modern. Jakarta: LP3ES.
Mudjiyanto, B & Kenda, N. (2010). Metode Sudira, P. (2011). Pendidikan kejuruan dan
fenomenologi sebagai salah satu vokasi berbasis tri hita karana. dalam
metodologi penelitian kualitatfif dalam (Prosiding Kongres Pendidikan, Peng-
komunikologi. Jurnal penelitian komu- ajaran dan Kebudayaan), Yogyakarta:
nikasi dan opini publik, volume no.11. Pusat Studi Pancasila Universitas Gajah
Manado: Balai Pengkajian dan Pe- Mada.
ngembangan Informasi dan Komunikasi
Sugiyono. (2012). Memahami penelitian kua-
Indonesia.
litatif. Bandung: Alfabeta.
Nashori, F. (2011). Kekuatan karakter santri.
Supriadi, D. (Ed). (2002). Sejarah pendidikan
(jurnal studi agama millah, vol. xi no. 1
teknik dan kejuruan di Indonesia. Ja-
Agustus 2011). Yogyakarta: Pascasar-
karta: Depdiknas Dirjen Pendasmen
jana Universitas Islam Indonesia.
Dirpenmenjur, cet. 1.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 55, Tahun
Suroso, & Adiwinanto. (2009). Pemanfaatan
2007, tentang Pendidikan Agama dan
ICT dalam pembelajaran dan pening-
Keagamaan, Pasal 26 ayat (1).
katan profesionalisme guru. Diambil
Diunduh pada tanggal 2 September
pada tanggal 10 Juli 2013, dari http://
2012. dari www.ditjenpum.co.cchu-
www.pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repos
kum20072007pppp55_2007.pdf.
itory/dikti/BA_DIPBJJ_BATCH_1/man
Purwanto, D. (2013, Juli 1). BPS: Jumlah ajemen%20berbasis%20sekolah/unit%2
penduduk miskin turun. Kompas. 009.pdf.
Diakses pada tanggal 3 Juli 2013, dari
Suyata. (2011). Pendidikan karakter: dimensi
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/
filosofis dalam Pendidikan Karakter:
2013/07/01/1339226/BPS.jumlah.pendu
dalam perspektif teori dan praktik.
duk.miskin.turun.
Zuchdi, D. (Ed.).Yogyakarta: UNY
Qomar, M. (2003). Pesantren dari transfor- Press, Cet.1.
masi metodologi menuju demokratisasi
Tafsir, A. (2001). Ilmu pendidikan dalam
institusi. Surabaya: Erlangga.
prespektif Islam. Bandung: Rosda.
Samani, M. & Hariyanto. (2012). Konsep dan
Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003,
model pendidikan karakter. Bandung :
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
PT. Remaja Rosyda Karya.
UNESCO. (2008). Strategy framework for
Slamet PH. (2011). Implementasi pendidikan
promoting ICT literacy in the Asia
karakter kerja dalam pendidikan keju-
Pasivic region. Bangkok: Asia and
ruan dalam Pendidikan Karakter:
Pasific Regional Bureau for Education.
dalam perspektif teori dan praktik.
Zuchdi, D. (Ed.).Yogyakarta: UNY
Press, Cet.1.

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 2, Juni 2013

Anda mungkin juga menyukai