Anda di halaman 1dari 13

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU

Slamet Suyanto
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (e-mail: slametsuyanto@yahoo.com;
HP: 08164267848)

Abstract: The Implementation of Character Education through Integrated Learning.


The government’s plan to develop character education must be supported by all
institutions in this country, including schools and higher educational institutions.
Character education is necessary and required to prevent moral and social
degradations that have multiple impacts. Many current issues of demoralization,
such as corruption, judicial mafia, injustice, and tax abuse, have become people’s
concern. Ironically such immoral behaviors are carried out by educated people who
have good positions in the government. The questions are as follows. (1) Does
education build nation character? (2) What does character education look like? (3)
What characters should be developed through education? How can character
develop through education? This article tries to answer these questions.

Keywords: character education, integrated learning

PENDAHULUAN budaya yang tak ternilai, lebih 14 grup


Kewibawaan Sistem Pendidikan Na- etnik besar dengan 300 grup bahasa et-
sional di dalam mengentaskan bangsa nis dan 6 agama besar (Kamanto, 2001).
Indonesia dari kemiskinan dan keter- Ironisnya, wilayah yang begitu luas,
purukan masih dipertanyakan. Meng- subur, penuh kekayaan alam dengan ke-
apa Indonesia yang luas dan subur ter- anekaragaman hayati yang tinggi, dan
masuk negara yang miskin dan terting- jumlah penduduk yang besar, memiliki
gal? Indonesia merupakan negara kepu- banyak masyarakat yang miskin, buta
lauan terbesar di dunia dengan lebih huruf, dan tertinggal. Indeks Kemiskin-
dari 17.000 pulau yang terbentang se- an Indonesia (HPI) mencapai 25% tahun
panjang 5.110 kilometer dengan lebar 1999 dan turun menjadi 22.7% pada ta-
sekitar 1.600 kilometer atau sebesar 9.8 hun 2000 atau sekitar 55 juta orang mis-
juta kilometer persegi di sepanjang ka- kin (BPS, Bappenas dan UNDP, 2004:7-
tulistiwa. Sebagian besar wilayah itu ada- 15; BPS, 2009:1). Sebanyak 15% pendu-
lah tanah yang subur dengan hutan hu- duk meninggal dunia di bawah usia 40
jan tropis terbesar kedua setelah Brasil. tahun, 10% orang dewasa buta huruf,
Selain itu, Indonesia juga memiliki sum- 45% penduduk tidak memperoleh air
berdaya manusia yang terbesar keem- bersih, 22% penduduk tidak memper-
pat di dunia dengan jumlah penduduk oleh layanan kesehatan, dan 25% anak-
mencapai 226 juta jiwa, dengan kekayaan anak salah makan. Wajar jika HDI atau

97
98

indeks pembangunan sumber daya ma- “… mengembangkan kemampuan dan


nusia Indonesia hanya memiliki skor re- membentuk watak serta peradaban bang-
rata 71, berada di bawah Thailand dan sa … mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang ber-
Vietnam, dengan skor tertinggi DKI Ja-
iman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
karta (77.38) dan terendah Papua dan
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, ber-
NTT (64.53) (BPS, Bappenas dan UNDP, ilmu, cakap, kreatif, mandiri dan men-
2009). jadi warga negara yang demokratis dan
Kondisi kehidupan bangsa juga sa- bertanggungjawab.” (Bab II, Pasal 3)
rat dengan tindak kriminal. Indonesia
Jadi, tujuan utama pendidikan ada-
menempati ranking kedua negara ter-
lah membentuk watak dan peradaban
korup di dunia, dan turun menjadi ran-
bangsa, aklak mulia, dan keimanan ser-
king keempat, bukan karena korupsinya
ta ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
turun tetapi karena jumlah negara yang
Esa. Namun demikian, sistem pendidik-
dikaji bertambah. Perselisihan antaret-
an nasional belum mampu mengentas-
nis, ras, dan agama yang menyebabkan
kan bangsa dari kemiskinan, kebodoh-
kematian masih sering terjadi. Demiki-
an, dan persoalan moral. Sistem pendi-
an pula kasus pembunuhan, bunuh diri,
dikan belum mampu membangun bang-
bencana alam dan kriminalitas lainnya
sa Indonesia menjadi bangsa yang jaya
menyebabkan sekitar 1.4 juta orang ter-
dengan keimanan, kemanusiaan, demo-
bunuh pada tahun 2001. Berbagai per-
krasi, kemakmuran, dan keadilan sosial
soalan yang mengemuka akhir-akhir ini,
yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan
seperti kasus Bank Century, makelar
pendidikan karakter untuk membangun
kasus (markus), penggelapan pajak, dan
karakter bangsa.
korupsi membuktikan adanya kebobrok-
an moral.
PENDIDIKAN KARAKTER
Mengapa Indonesia yang subur mak-
Pendidikan karakter adalah esensi
mur termasuk negara yang miskin dan
pendidikan, sejak zaman dulu pendidik-
tertinggal? Pertanyaan tersebut perlu di-
an mengembangambangkan karakter
jawab oleh seluruh sistem negara, baik
yang baik. Pada tahun 1993, Josephson
politik, ekonomi, pemerintahan, dan pen-
Institute of Ethics mensponsori pertemu-
didikan. Bagi sistem pendidikan, jawab-
an di Aspen, Colorado, USA untuk men-
an dari persoalan tersebut adalah ren-
diskusikan penurunan moral dan cara
dahnya kualitas dari sistem pendidikan
mengatasinya. Sebanyak dua puluh de-
nasional sehingga belum mampu me-
lapan orang pemimpin merumuskan
wujudkan tujuan pendidikan nasional,
nilai-nilai universal yang diturunkan
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
dari nilai-nilai kultural, ekonomik, po-
dan memajukan bangsa Indonesia. Un-
litik, dan agama. Hasil pertemuan itu
dang-Undang No. 20 Tahun 2003, ten-
kemudian dikenal dengan Aspen Decla-
tang Sistem Pendidikan Nasional me-
ration on Character Education (DeRoche,
nyatakan bahwa tujuan pendidikan ada-
2009:1). Momentum itu dikenal sebagai
lah:
kebangkitan kembali pendidikan karak-

Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
99

ter yang dahulu pernah ada. Sejak dek- values. The task of character education theref-
larasi itu, pengertian pendidikan karak- ore is to help students and all other members
ter terus berkembang dan lebih dari em- of the learning community know "the good,"
value it, and act upon it.” (Lickona, 2005:1).
pat puluh program pendidikan karkater
dilaksanakan di USA. Berikut beberapa  “Character is a complex system of habits that
kutipan pengertian pendidikan karak- support or impede the development of a
ter. person’s unique potential for excellence.“
 “According to the Declaration, effective cha- (Cunningham, 2007:5)
racter education is based on core ethical val-  “Character education seeks to develop vir-
ues rooted in democratic society, in particu- tue—human excellence—as the foundation of
lar, respect, responsibility, trustworthiness, a purposeful, productive, and fulfilling life
justice and fairness, caring, and civic virtue and a just, compassionate, and flourishing
and citizenship.” (Murphy, 1998:22). society.” (Center of 4th & 5th RS, 2009:1).
 “Character education is an umbrella term
loosely used to describe the teaching of child- Berdasarkan kutipan di atas, karak-
ren in a manner that will help them develop ter yang dibangun melalui pendidikan
variously as moral, civic, good, mannered, be- karakter antara lain diambil dari ideo-
haved, non-bullying, healthy, critical, success- logi negara (seperti Pancasila), nilai-ni-
ful, traditional, compliant and/ or socially- lai budaya bangsa, agama, dan etnik
acceptable beings. Concepts that now and in yang diterima oleh masyarakat sehing-
the past have fallen under this term include
ga tidak menimbulkan konlfik. Karakter
social and emotional learning, moral reason-
yang diajarkan di sekolah adalah ke-
ing/cognitive development, life skills educat-
ion, health education, violence prevention, panjangan dari karakter, moral atau ni-
critical thinking, ethical reasoning, and con- lai ideal yang ada dan dihargai di ma-
flict resolution and mediation. Many of these syarakat, seperti kemerdekaan, kemanu-
are now considered failed programs i.e., siaan, keadilan, demokratis, hormat, ber-
"religious education", "moral education", tanggungjawab, dapat dipercaya, kepe-
"values clarification." (D’Alessandro & dulian, nilai-nilai kemasyarakatan dan
Power, 2005: 110-115). kewarganegaraan. Pendidikan karakter
 “Character includes the emotional, intellec- memiliki peran membantu siswa dan
tual and moral qualities of a person or group komunitas sekolah untuk memahami
as the demonstration of these qualities in pro- nilai-nilai yang baik dan berperilaku ber-
social behavior. Character education is an in- dasarkan nilai-nilai tersebut. Melalui
clusive term encompassing all aspects of how
pendidikan karakter diharapkan diper-
schools, related social institutions and parents
oleh insan yang baik yang mampu me-
can support the positive character develop-
ment of children and adults. Character edu- ngembangkan potensi dirinya, bangsa,
cation teaches the habits ofthought and deed dan negaranya.
that help people live and work together as
families, friends, neighbors, communities and PENTINGNYA PENDIDIKAN KA-
nations.” (US Department of Education, RAKTER BAGI BANGSA
2008:1). Pentingnya pendidikan dalam pem-
 “Good character consists of understanding, bangunan bangsa ditegaskan UNESCO
caring about, and acting upon core ethical

Implementasi Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Terpadu


100

(Delors. et al. 1996:13) yang menyatakan kolah, yaitu (1) teori fungsionalisme; (2)
bahwa “...education has a fundamental role teori konflik; (3) teori reproduksi; dan
to play in personal and social develop- (4) teori interpretatif-kritis. Menurut teo-
ment…to foster a deeper and more harmo- ri fungsionalisme, sekolah dapat dike-
nious form of human development and the- lompokkan ke dalam empat kategori
reby to reduce poverty, exclusion, igno- fungsi,, yaitu sebagai agen intelektual, po-
rance, oppression and war.” Jadi, pendi- litik, ekonomik, dan sosial. Sebagai agen
dikan memiliki peran fundamental di intelektual, fungsi dan tujuan sekolah
dalam pengembangan personal dan so- meliputi (1) membantu siswa dalam me-
sial untuk mempercepat laju pemba- ngembangkan kecakapan kognitif (mem-
ngunan manusia yang harmonis sehing- baca, berhitung, menulis, dan sebagai-
ga dapat mengentaskan manusia dari nya); (2) membantu siswa dalam meme-
kemiskinan, ketertinggalan, kebodohan, roleh pengetahuan; dan (3) membantu
kekerasan, dan peperangan. Pentingnya siswa dalam menguasai kemampuan in-
pendidikan di dalam memajukan kese- kuiri. Tujuan sekolah sebagai agen poli-
jahteraan bangsa juga dikemukakan tis adalah (1) mendidik calon warga ne-
Kotler (1997:55-56) dalam buku The gara masa depan; (2) memupuk jiwa pa-
Marketing of Nations. Hasil penelitian- triotism; dan (3) menegakkan aturan, ke-
nya di negara-negara Asia Timur me- santunan, dan hukum. Sebagai agen eko-
nunjukkan bahwa investasi di bidang nomik, fungsi sekolah adalah (1) me-
pendidikan ternyata memberi hasil yang nyiapkan siswa agar nantinya dapat be-
baik bagi pertumbuhan ekonomi dan kerja; dan (2) melatih keterampilan ca-
kesejahteraan bangsa. Dengan demiki- lon tenaga kerja.
an, tujuan pendidikan karakter adalah Sebagai agen sosial, fungsi sekolah
mengembangkan karakter bangsa agar adalah (1) menumbuhkan jiwa sosial
bangsa Indonesia memiliki jati diri, de- dan tanggung jawab moral; (2) sebagai
rajat, dan nilai universal yang sederjat tempat latihan memecahkan persoalan-
dengan bangsa-bangsa lain. Untuk itu, persoalan social; dan (3) mendukung
bangsa Indonesia harus cerdas, maju, fungsi agen sosial lain seperti institusi
sejahtera, dan bermartabat, jauh dari keagamaan dan keluarga. Selain itu, se-
kebodohan, ketertinggalan, dan kemis- kolah mendidik sikap, keterampilan, dan
kinan yang dibangun melalui pendidik- perilaku sosial yang diperlukan siswa
an karakter bangsa. di tempat kerja. Pendidikan karakter me-
muat semua fungsi tersebut di atas de-
PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKO- ngan menekankan pada pengembangan
LAH karakter bangsa. Dengan kata lain, pen-
Sekolah merupakan institusi paling didikan karakter merupakan salah satu
strategis untuk menerapkan pendidikan bagian dari tujuan pendidikan yang se-
karakter. Bennett dan LeCompte (1995: cara khusus mengembangkan karakter
1-25) mengatakan bahwa dari sudut bangsa. Dari sudut pandang teori sosial
pandang sosiologi, terdapat empat teori tersebut, pendidikan karakter tercakup
yang menjelaskan fungsi dan tujuan se- sebagai agen politis dan agen sosial,

Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
101

tetapi esensinya adalah membangun ma- Akhir-akhir ini banyak persoalan rema-
nusia Indonesia agar memiliki nilai-ni- ja, narkoba dan penyakit menular yang
lai universal, seperti ketuhanan, kemanu- juga menjadi fokus pengembangan ka-
siaan, keadilan, demokrasi, dan sosial. rakter di sekolah (Bagan 1).

Bagan 1. Sekolah yang Mengembangkan Karakter secara Terpadu

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KA- setiap anak. Perilaku ditentukan oleh


RAKTER DI SEKOLAH pertimbangan moral dalam dirinya, bu-
Piaget dan Kohlberg mengemukakan kan oleh aturan atau oleh keberadaan
teori perkembangan moral yang dapat orang lain; meskipun tidak ada orang
menjadi acuan pendidikan karakter. Me- lain ia malu melakukan hal-hal yang ti-
nurut Piaget (1965:401-411), perkem- dak etis, asusila, dan amoral.
bangan moral meliputi tiga tahap, yaitu
(1) premoral; (2) moral realism; dan (3) PRINSIP IMPLEMENTASI PENDI-
moral relativism. Sementara, Kolhberg DIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
(Power, Higgins, & Kohlberg, 1989:1-5) Character Education Partnership
menyatakan bahwa perkembangan mo- (CEP) (2010:1-3) mengadaptasikan teori
ral mencakup (1) preconventional (pre- Likona tentang implementasi pendidik-
moral); (2) conventional; dan (3) postcon- an karakter yang efektif di sekolah. Ada
ventional. Esensi kedua teori tersebut sa- sebelas prinsip pendidikan karakter
ma, yaitu pada tahap awal anak belum yang efektif, yaitu sebagai berikut.
mengenal aturan, moral, etika, dan su-  Sekolah dengan segenap komunitas-
sila. Kemudian, berkembang menjadi in- nya mengembangkan nilai etika dasar
dividu yang mengenal aturan, moral, dan perilaku yang diyakini sebagai
etika, dan susila dan bertindak sesuai karakter yang baik.
aturan tersebut. Pada akhirnya, moral,
aturan, etika dan susila ada dalam diri

Implementasi Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Terpadu


102

 Sekolah mendefinisikan karakter se- negaraan, dan Pendidikan Budi Pekerti.


cara komprehensif meliputi cara ber- Akhir-akhir ini, muncul “Kantin Keju-
pikir, bersikap, dan berperilaku. juran” yang dimaksudkan untuk mena-
 Sekolah menggunakan pendekatan namkan nilai-nilai kejujuran pada diri
yang komprehensif, mendalam dan siswa. Model ekslusif ini memiliki bebe-
proaktif untuk mengembangkan ka- rapa kelebihan, yaitu mudah dilakukan,
rakter. baik dari segi pengadaan guru, buku pe-
 Sekolah mengembangkan komunitas lajaran, dan penilaian. Kelemahannya
yang peduli. adalah tidak ada integrasi nilai-nilai
 Sekolah memberi kesempatan kepa- yang dikembangkan antarmata pelajar-
da siswa untuk mengekspresikan ni- an. Kemungkinan saling tindih (overlap)
lai-nilai moral. nilai-nilai yang dikembangkan tinggi dan
 Sekolah mengembangkan kurikulum di sisi lain banyak karakter yang tidak
yang bermakna dan menantang yang dikembangkan. Selain itu, karena tidak
menghormati semua siswa, mengem- ada kesepakatan nilai-nilai (karakter)
bangkan nilai, dan membantu siswa yang dikembangkan sekolah, sulit bagi
untuk sukses. sekolah untuk mengukur sejauh mana
 Sekolah membantu siswa dalam me- karakter yang dikembangkan sekolah te-
ngembangkan motivasi diri. lah tumbuh di dalam diri siswa.
 Staf sekolah merupakan komunitas Implementasi pendidikan karakter
belajar etika yang dapat menjadi con- secara inklusif merupakan alternatif
toh dan tauladan bagi siswa. yang patut dicoba. Pada model inklusif,
 Sekolah mengembangkan kepemim- karakter yang dikembangkan sekolah
pinan bersama dan berbagai pendu- dirumuskan bersama oleh semua civitas
kung pendidikan karakter. sekolah dan dilaksanakan bersama oleh
 Sekolah melibatkan orangtua dan ko- semua mata pelajaran yang ada melalui
munitas sekolah sebagai patner pe- model pembelajaran terpadu (integrated
ngembangan karakter. learning). Fogarty (1991:75-85) dalam bu-
 Sekolah secara reguler melakukan kunya The mindful school: How to Inte-
asesmen terhadap kultur dan iklim grate the Curricula mengidentifikasi sem-
sekolah dan staf dalam pendidikan bilan model pembelajaran terpadu dan
karakter di mana siswa memanifes- satu model pembelajaran terpisah. Sa-
tasikan karakter yang baik. lah satu model pembelajaran terpadu
Implementasi pendidikan karakter adalah Integrated Model (model pembe-
di sekolah secara garis besar dilakukan lajaran terpadu). Model ini menginte-
melalui tiga cara, yaitu (1) ekslusif; (2) grasikan semua mata pelajaran dalam
inklusif (terpadu); dan (3) campuran. mengembangkan aspek kognitif, psiko-
Penerapan pendidikan karakter secara motor, dan afektif. Model ini tampak-
ekslusif selama ini sudah dilakukan, nya sesuai untuk mengembangkan ka-
yaitu melalui mata pelajaran tersendiri, rakter di sekolah. Hal ini didasarkan
seperti Pendidikan Agama, Pendidikan atas pertimbangan bahwa: (1) nilai-nilai
Moral Pancasila, Pendidikan Kewarga- atau karakter yang akan dikembangkan

Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
103

sekolah dalam diri anak didik harus di- universal (global), karakter yang telah
rancang, disetujui, dan dilaksanakan ber- diidentifikasi oleh direktorat, kepenting-
sama oleh seluruh komponen sekolah; an siswa, dan kepentingan sekolah. Se-
(2) ada pembagian peran guru mata pe- cara global, ada sepuluh nilai universal,
lajaran terhadap pengembangan karak- yaitu trustworthiness, respect, responsibi-
ter tertentu. lity, fairness, caring, citizenship, honesty,
Terdapat lima tahapan pola pengem- courage, diligence, integrity (Sichel, 1988:
bangan pendidikan karakter melalui mo- 3, www.goodcharacter.com). Sekjen PBB
del pembelajaran terpadu, yaitu (1) iden- Koffi Annan (2003:3) menyampaikan
tifikasi; (2) perencanaan; (3) pelaksana- pidato atas penghargaan Nobel yang ia
an; (4) pembiasaan; dan (5) evaluasi. Be- terima di Tubigen University mengenai
rikut uraian dari masing-masing tahap- global ethics dan menyatakan adanya
an. lima nilai universal yaitu: peace, freedom,
social progress, equal rights, and human dignity.
Tahap Identifikasi Direktorat Pendidikan Tinggi konon
Pada tahap ini sekolah mengidenti- telah mengidentifikasi 400 nilai yang
fikasi karakter yang akan dikembang- baik. Tentu akan sulit jika semua karak-
kan sekolah. Sebaiknya, sekolah dan ter tersebut harus dikembangkan oleh
guru memperoleh wawasan tentang guru di sekolah. Oleh karena itu, Direk-
pendidikan karakter dan tatacara im- torat PSMP (2010:5) mengidentifikasi 49
plementasinya terlebih dahulu sebelum sembilan karakter utama yang penting
melakukan identifikasi. Proses identifi- untuk dikembangkan di sekolah. Dua-
kasi karakter dilakukan bersama oleh puluh dua di antaranya adalah sebagai
seluruh civitas sekolah. Dasar pemilih- berikut.
an karakter antara lain adalah nilai
Tabel 1. Karakter Utama
1. Religius 12. Bertanggung jawab
2. Berperikemanusiaan 13. Percaya diri
3. Demokratis 14. Santun
4. Nasionalis 15. Mandiri
5. Adil 16. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
6. Menghargai keberagaman 17. Menghargai karya dan prestasi orang lain
7. Patuh pada hukum 18. Bergaya hidup sehat
8. Jujur 19. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
9. Disiplin 20. Peduli sosial dan lingkungan
10. Kerja keras 21. Cinta ilmu
11. Ingin tahu 22. Berjiwa wirausaha

Implementasi Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Terpadu


104

Tahap Perencanaan salnya IPA dan IPS bersama-sama me-


Berdasarkan hasil identifikasi, diper- ngembang karakter nomor 16. Karakter
oleh sejumlah karakter atau nilai yang mata pelajaran adalah karakter yang
akan dikembangkan di sekolah. Misal- akan dikembangkan oleh mata pelajar-
nya, dari duapuluh dua karakter terse- an tertentu. Mata pelajaran IPA akan
but, sekolah pada tahap awal mengem- mengembangkan karakter tertentu yang
bangkan 16 karakter. Kemudian, didefi- berbeda dengan mata pelajaran IPS, mi-
niskan dan disusun indikator perilaku salnya karakter nomor 11, 8, dan 9. Se-
yang dapat diamati dari karakter terse- mua karakter tersebut dipetakan dalam
but. Di antara 16 karakter tersebut se- matriks pembelajaran terpadu mengacu
lanjutnya ditetapkan sejumlah karakter pada Fogarty (1991:80) (Bagan 2). Ka-
utama, karakter penting, dan karakter rakter yang berada di tengah (nomor 1-
mata pelajaran. Karakter utama adalah 5) adalah karakter utama, yang dikem-
karakter yang merupakan unggulan se- bangkan bersama oleh semua mata pe-
kolah dan akan dikembangkan bersama lajaran di sekolah. Di luar itu (area abu-
oleh semua mata plajaran, misalnya ka- abu tua) adalah karakter penting yang
rakter nomor 1,2,3,4, dan 5. Karakter dikembangkan bersama oleh dua atau
penting adalah karakter yang di bawah lebih mata pelajaran. Area terluar ada-
karakter utama yang dipandang pen- lah karakter yang dikembangkan oleh
ting. Karakter penting dikembangkan masing-masing pelajaran.
oleh dua atau tiga mata pelajaran, mi-

Bagan 2. Matriks Pengembangan Karakter secara Terpadu Mengacu pada Fogarty


(1991, p.80)

Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
105

Langkah selanjutnya adalah menyu- nalisasi nilai-nilai atau karakter yang


sun program tahunan dan program se- dikembangkan. Guru biologi, misalnya,
mester pengembangan karakter. Untuk tidak hanya membahas apa itu kloning
karakter yang dikembangkan oleh dua dan bagaimana teknik kloning, tetapi
atau lebih mata pelajaran, guru mata nilai-nilai kerja keras dan pantang me-
pelajaran yang terkait harus mengem- nyerah para peneliti kloning; karena ke-
bangkan program semester dan tahun- berhasilan kloning pada sel soma dewa-
an bersama. Secara bersama-sama, guru sa dicapai setelah percobaan yang ke
menentukan kapan karakter tersebut 277. Biasanya orang sudah putus asa
akan dikembangkan, berapa lama wak- dan menyerah setelah mencoba 3-5 kali
tunya, dan apa bentuk kegiatannya. dan tidak berhasil. Sifat kerja keras dan
Langkah selanjutnya tahap perenca- pantang menyerah inilah yang ditanam-
naan, yaitu menyusun perangkat pem- kan ke dalam diri siswa.
belajaran, seperti silabi. RPP, media, dan
penilaian mata pelajaran dengan mem- Tahap Pembiasaan
perhatikan Standar Isi dan matriks pen- Setelah siswa memahami nilai-nilai
didikan karakter di atas. Direktorat PSMP atau karakter yang dikembangkan di se-
(2010) telah menyusun contoh format kolah, langkah selanjutnya adalah mem-
silabi dan RPP pendidikan karakter biasakan siswa agar menerapkan nilai-
yang dapat menjadi salah satu acuan nilai/karakter tersebut. Guru memiliki
bagi guru. Guru mata pelajaran menyi- peran ganda di dalam pendidikan ka-
sipkan karakter yang harus dikembang- rakter. Pertama, ia menjadi model atau
kan ke dalam silabi, dan menjabarkan- contoh perilaku yang sesuai dengan ka-
nya di dalam RPP, dan memasukkan- rakter yang dikembangkan. Kedua, gu-
nya di dalam skenario pembelajaran. ru mengontrol perilaku siswa agar se-
Guru perlu memilih materi yang sesuai suai dengan karakter yang diinginkan.
dengan karakter yang akan dikembang- Teguran, sapaan, dan peringatan mung-
kan, menyusun kegiatan pembelajaran, kin diperlukan terhadap siswa yang pe-
media pembelajaran, dan instrumen eva- rilakunya tidak sesuai dengan karakter
luasi. yang dikembangkan sekolah. Demikian
pula pujian, nilai plus, dan hadiah perlu
Tahap Pelaksanaan diberikan agar member motivasi siswa
Pelaksanaan pembelajaran untuk berbuat baik, tetapi tidak boleh menjadi
pendidikan karakter terintegrasi di da- tujuan (tidak boleh siswa berperilaku
lam pembelajaran mata pelajaran. Ke- baik agar mendapat hadiah).
giatan pembelajaran berlangsung seba-
gaimana jadwal pelajaran. Hal yang sa- Tahap Evaluasi
ngat penting dan harus senantiasa disa- Evaluasi pendidikan karakter meli-
dari guru adalah bahwa pembelajaran puti dua hal yaitu evaluasi hasil dan
tidak berhenti pada pengetahuan dan evaluasi program (Stoll & Jennifer, 1998:
keterampilan, tetapi sampai pada inter- 73). Evaluasi hasil pendidikan karakter

Implementasi Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Terpadu


106

dapat dilakukan oleh guru mata pe- tah melalui Kementerian Pendidikan Na-
lajaran melalui mata pelajaran yang sional merencanakan, mengorganisasi-
bersangkutan. Guru dapat mengguna- kan, menyusun panduan dan aturan,
kan teknik nontes seperti lembar obser- kebijakan dan dasar hukum, serta pem-
vasi, daftar cek, anecdotal record, event biayaan pelaksanaan pendidikan karak-
sampling, penilaian antarteman dan se- ter. Kedua, pemerintah menciptakan se-
bagainya. Penilaian nontes penting ka- kolah yang mengembangkan pendidik-
rena karakter siswa dapat diamati da- an karakter. Cara ini dapat dilakukan
lam perilaku sehari-hari. Selain itu, gu- melalui ujicoba terlebih dahulu seperti
ru dapat juga menggunakan tes per- pilot proyek, hibah bersaing, sekolah
buatan dan tes wawancara. Pada teknik model, dan penelitian. Best practice dan
ini, guru perlu menyusun rubrik peni- hasil penelitian pendidikan karakter ter-
laian karakter. sebut kemudian dikemas menjadi buku
Evaluasi program dilakukan oleh se- panduan pendidikan karakter yang ke-
kolah dan oleh rumpun mata pelajaran mudian disosialisasikan ke berbagai se-
di tempat karakter tersebut dikembang- kolah. Model pendidikan karakter ter-
kan. Evaluasi program oleh sekolah di- sebut harus memberi ruang kepada se-
tujukan untuk mengetahui seberapa jauh kolah untuk menentukan karakter se-
karakter yang dikembangkan dicapai, kolah sesuai dengan jiwa KTSP dan
apa kelebihan dan kekurangan program, MPMBS.
dan bagaimana cara memperbaikinya. Lickona dan Davidson (2005:1-5)
Kegiatan ini dapat dilakukan setiap tri- mendiskripsikan bahwa karakter memi-
wulan, semester, dan satu tahunan. Eva- liki dua unsur utama: performance cha-
luasi program oleh rumpun mata pe- racter (disiplin diri, kerja keras, dan pan-
lajaran dilakukan oleh guru mata pe- tang menyerah yang dibutuhkan untuk
lajaran yang bersangkutan dan dapat pencapaian keberhasilan), dan "moral cha-
dilakukan setelah karakter yang dikem- racter" (jujur, hormat, can peduli yang
bangkan bersama telah dilakukan (Na- diperlukan dalam etika pergaulan). Se-
tional Education Association. 1934:15). kolah harus mengembangkan keduanya
secara seimbang dan membantu siswa
KIAT PENYUKSESAN DAN PENG- agar sukses.
HINDARAN KEGAGALAN PENDI- Menurut Davis (2003:5), terdapat
DIKAN KARAKTER tiga faktor penghambat keberhasilan
CEP (2005:3) menyatakan bahwa pendidikan karakter, yaitu ketidakjelas-
“Character education is a national move- an konsep, kekurangan data empiris, dan
ment creating schools that foster ethical, kelemahan proses pembelajaran. Konsep
responsible and caring young people by pendidikan karakter yang dikembang-
modeling and teaching good character kan di suatu sekolah dan bentuk perila-
through emphasis on universal values...” ku nyata dari karakter tersebut kadang
Menurut kutipan di atas, agar pendidik- tidak jelas. Hal itu menyulitkan guru
an karakter berhasil dengan baik, ia ha- dalam proses pengembangan dan peng-
rus menjadi gerakan nasional. Pemerin- amatan hasil belajarnya. Oleh karena

Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
107

itu, setiap jenis karakter harus didefi- tahap identifikasi, perencanaan, pe-
nisikan dengan jelas, termasuk indikator laksanaan, pembiasaan, dan evaluasi.
pencapaiannya. Proses pengembangan  Agar pendidikan karakter berhasil
karakter juga sering dibebankan kepada dengan baik di sekolah maka harus
beberapa mata pelajaran, seperti Aga- ada: kejelasan konsep, jenis karakter
ma, Pancasila, PKn; padahal mata pe- yang dikembangkan, indikator, dan
lajaran lain seharusnya ikut bertang- cara penilaian yang dapat dijadikan
gung jawab. Sering guru menilai karak- acuan bagi semua komponen seko-
ter siswa dengan nilai Amat Baik atau lah.
Baik berdasarkan satu-dua pengamatan
yang tidak tercatat dengan baik. Hal itu UCAPAN TERIMA KASIH
terjadi karena tidak mudah mengamati Ucapan terima kasih yang tak ter-
500-900 siswa dalam satu sekolah dan hingga, saya ucapkan kepada para
mencatat data karakter setiap anak de- Guru MAN3 Yogyakarta dan MAN 1
ngan baik. Oleh karena itu, perlu ada Sabdodadi Bantul atas sharing pengem-
pembagian tanggung jawab tiap guru bangan dan penilaian pendidikan ka-
terhadap siswa dan karakter yang di- rakter yang telah dilakukannya. Selain
amati. Thomas, Ronald S. (1991:3) me- itu, penulis juga mengucapkan terima
nambahkan sulitnya melakukan ases- kasih kepada Tim Pengembangang Pen-
men pendidikan karakter karena setiap didikan Karakter Direktorat Pendidikan
anak menganut sistem nilai yang ber- Menengah atas sharing wawasan dan
beda. Selain itu, jika anak mengetahui konsep mengenai grand desain Pendi-
kalau ia berbuat sesuatu nilainya tinggi, dikan Karakter. Penulis juga mengucap-
ia akan melakukannya, meskipun dalam kan terima kasih kepada para kepala
dirinya sebenarnya tidak menyukai hal sekolah, guru, dan staf SMP RSBI yang
itu. telah membantu penelitian ini.

PENUTUP DAFTAR PUSTAKA


 Implementasi pendidikan karakter da-
Bennett, Katleen P. & Margaret D. Le
pat dilakukan secara terpisah, semi
Compte. 1995. The Way Schools
terpadu, dan terpadu.
Work. New York: Longman.
 Implementasi pendidikan karakter se-
cara terpadu dipandang lebih men- Berkowitz, Marvin & Melinda C. Bier.
janjikan daripada model yang lain What Works in Character Education:
mengingat nilai-nilai atau karakter A Research-Driven Guide for Edu-
yang akan dikembangkan sekolah di- cators. http://www.characterand-
rancang, disetujui, dan dilaksanakan citizenship.org/research/wwcefor
bersama oleh seluruh komponen se- practitioners.pdf.
kolah.
 Ada lima tahapan implementasi pen- Bohlin, Karen, Deborah Farmer, & Ke-
didikan karakter secara terpadu yaitu vin Ryan. 2001. Building character

Implementasi Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Terpadu


108

in Schools Resource Guide. San Fran- DeRoche, E. and Williams, M. 2009. The
cisco: Jossey-Bass. What, Why, and How of Character
Education. http://www.csee.org/-
BPS, Bappenas dan UNDP. 2004. The products/108.
Economics of Democracy: Financing
Human Development in Indonesia. Elias, Maurice J. et al. (Eds). 1997. Pro-
Jakarta: Indonesian Human De- moting Social and Emotional Learn-
velopment Report. ing: Guidelines for Educator. ASCD,
Gaithersburg, Md.: Aspen Publi-
BPS. 2009. Human Development Index cations 45-57.
(HDI) by Province and National
1996 – 2009.http://dds.bps.go.id. Fogarty, Robin. 1991. The Mindful School:
How to Integrate the Curricula. Pa-
Center for the 4th and 5th Rs (Respect latine, Illinois: Skylight Publish-
and Responsibility). 2009. What Is ing, Inc.
Character Education? http://www-
2.cortland.edu/centers/character/. Higgins, A. De-Alessandro. 2006. Moral
Functioning, Moral Identity, and
Character Education Partnership (CEP). Moral Self-Concepts. http://cee.-
2010. Eleven Principles of Effective nd.edu/news/documents/Higgin-
Character Education. http://www.- sDASummary.pdf.
character.org/elevenprinciples.
Higgins-D’Alessandro, A. & Power, F.C.
Cunningham, Craig A. 2007. Character 2005. “Character, Responsibility,
Education in Public Schools: The and the Moral Self”. In D.K. Lap-
Quest for a Suitable Ontology. Na- sley and F.C. Power (Eds.) Cha-
tional-Louis University. http://c- racter Psychology and Character
uip.uchicago.edu/~cac/pubs.htm. Education. Notre Dame, IN: Uni-
Davis, Michael. 2003. “What's Wrong versity of Notre Dame Press, pp.
with Character Education?” Ame- 101-120.
rican Journal of Education, volume Koffi Annan. 2003. Global Ethics: "Do We
110.http://www.journals.uchicago Still Have Universal Values?". 3rd
.edu/cgi-bin/resolve? Global Ethic Lecture of the Global
Delors, Jacques. et al. 1996. Learning: The Ethic Foundation, given by Kofi
Treasure Within. Report to UNES- Annan Secretary General of the
CO of the International Commis- United Nations (1997–2007) No-
sion on Education for the Twen- bel Peace Prize Laureate 2001, at
ty-first century. Australia: UNES- the University of Tübingen, 12
CO Publishing. December 2003.

Kotler, Philip, Somkid Jatusripitak &


Suvit Maesincee 1997. The Mar-

Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
109

keting of Nations. New York, NY.: Power, F. C.; Higgins, A., & Kohlberg,
The Free Press. L. 1989. Lawrence Kohlberg's Ap-
proach to Moral Education. New
Lickona, Thomas & Matthew Davidson. York: Columbia University Press.
2005. Smart & Good High Schools:
Integrating Excellence and Ethics for Richard A Fabes. et al. 1989. Effects of
Success in School, Work, and Be- Rewards on Children's Prosocial
yond. Cortland, NY: The Character Motivation: Socialization Study,
Education Partnership. www.cor- Developmental Psychology, vol. 25,
tland.edu/character/highschool. 1989.

Lickona, Thomas. 1991. Educating for Cha- Ronald, S. Thomas. 1991. “Assessing
racter. New York: Bantam Books. Character Education: Paradigms,
Problems, and Potentials”. Eric
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Clearing House 65(1), 1991: 51-55.
Character: How Our Schools can
Teach Respect and Responsibility. Ryan, K. and Bohlin, K.1999. Building
New York: Bantam Books. Character in Schools. San Fran-
cisco, CA: Jossey-Bass.
Lickona, Tom, Eric Schaps, and Cathe-
rine Lewis. 1994. Eleven Principles Sichel, Betty A. 1988. Moral Education:
of Effective Character Education. Character, Community, and Ideals.
Washington, DC: Character Edu- Philadelphia: Temple University
cation Partnership. Press.

Madison, James, 2003. Character Educa- Stoll, Sharon Kay & Jennifer M. Beller.
tion. http://www.freedomforum.- 1998. Can Character be Measur-
org/publications/first/findingcom ed?” JOPERD The Journal of Physi-
monground/B13.CharacterEd.pdf cal Education, Recreation & Dance.
January 01, 1998. http://www.ac-
Murphy, M. 1998. Character Education in cessmylibrary.com.
America’s Blue Ribbon Schools Lan-
caster, PA: Technomic Publishing. Sunarto, Kamanto dkk. (eds). 2001. “Mul-
ticultural Education in Indonesia
National Education Association. 1934. and South Asia”. Jakarta: Jurnal
Education for Character; Part II: Antropologi Indonesia.
Improving the School Program, NEA
Research Bulletin 12(3). Washing- US Department of Education. 2008.
ton: Research Division of the NEA. Partnerships in Character Educat-
ion: State Pilot Projects, 1995–2001
Piaget, Jean. 1965. The Moral Judgment of Lessons Learned. http://www.ed.-
The Child. New York: The Free gov/programs/charactered/lesson
Press. s.html.

Implementasi Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Terpadu

Anda mungkin juga menyukai