Slamet Suyanto
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (e-mail: slametsuyanto@yahoo.com;
HP: 08164267848)
97
98
Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
99
ter yang dahulu pernah ada. Sejak dek- values. The task of character education theref-
larasi itu, pengertian pendidikan karak- ore is to help students and all other members
ter terus berkembang dan lebih dari em- of the learning community know "the good,"
value it, and act upon it.” (Lickona, 2005:1).
pat puluh program pendidikan karkater
dilaksanakan di USA. Berikut beberapa “Character is a complex system of habits that
kutipan pengertian pendidikan karak- support or impede the development of a
ter. person’s unique potential for excellence.“
“According to the Declaration, effective cha- (Cunningham, 2007:5)
racter education is based on core ethical val- “Character education seeks to develop vir-
ues rooted in democratic society, in particu- tue—human excellence—as the foundation of
lar, respect, responsibility, trustworthiness, a purposeful, productive, and fulfilling life
justice and fairness, caring, and civic virtue and a just, compassionate, and flourishing
and citizenship.” (Murphy, 1998:22). society.” (Center of 4th & 5th RS, 2009:1).
“Character education is an umbrella term
loosely used to describe the teaching of child- Berdasarkan kutipan di atas, karak-
ren in a manner that will help them develop ter yang dibangun melalui pendidikan
variously as moral, civic, good, mannered, be- karakter antara lain diambil dari ideo-
haved, non-bullying, healthy, critical, success- logi negara (seperti Pancasila), nilai-ni-
ful, traditional, compliant and/ or socially- lai budaya bangsa, agama, dan etnik
acceptable beings. Concepts that now and in yang diterima oleh masyarakat sehing-
the past have fallen under this term include
ga tidak menimbulkan konlfik. Karakter
social and emotional learning, moral reason-
yang diajarkan di sekolah adalah ke-
ing/cognitive development, life skills educat-
ion, health education, violence prevention, panjangan dari karakter, moral atau ni-
critical thinking, ethical reasoning, and con- lai ideal yang ada dan dihargai di ma-
flict resolution and mediation. Many of these syarakat, seperti kemerdekaan, kemanu-
are now considered failed programs i.e., siaan, keadilan, demokratis, hormat, ber-
"religious education", "moral education", tanggungjawab, dapat dipercaya, kepe-
"values clarification." (D’Alessandro & dulian, nilai-nilai kemasyarakatan dan
Power, 2005: 110-115). kewarganegaraan. Pendidikan karakter
“Character includes the emotional, intellec- memiliki peran membantu siswa dan
tual and moral qualities of a person or group komunitas sekolah untuk memahami
as the demonstration of these qualities in pro- nilai-nilai yang baik dan berperilaku ber-
social behavior. Character education is an in- dasarkan nilai-nilai tersebut. Melalui
clusive term encompassing all aspects of how
pendidikan karakter diharapkan diper-
schools, related social institutions and parents
oleh insan yang baik yang mampu me-
can support the positive character develop-
ment of children and adults. Character edu- ngembangkan potensi dirinya, bangsa,
cation teaches the habits ofthought and deed dan negaranya.
that help people live and work together as
families, friends, neighbors, communities and PENTINGNYA PENDIDIKAN KA-
nations.” (US Department of Education, RAKTER BAGI BANGSA
2008:1). Pentingnya pendidikan dalam pem-
“Good character consists of understanding, bangunan bangsa ditegaskan UNESCO
caring about, and acting upon core ethical
(Delors. et al. 1996:13) yang menyatakan kolah, yaitu (1) teori fungsionalisme; (2)
bahwa “...education has a fundamental role teori konflik; (3) teori reproduksi; dan
to play in personal and social develop- (4) teori interpretatif-kritis. Menurut teo-
ment…to foster a deeper and more harmo- ri fungsionalisme, sekolah dapat dike-
nious form of human development and the- lompokkan ke dalam empat kategori
reby to reduce poverty, exclusion, igno- fungsi,, yaitu sebagai agen intelektual, po-
rance, oppression and war.” Jadi, pendi- litik, ekonomik, dan sosial. Sebagai agen
dikan memiliki peran fundamental di intelektual, fungsi dan tujuan sekolah
dalam pengembangan personal dan so- meliputi (1) membantu siswa dalam me-
sial untuk mempercepat laju pemba- ngembangkan kecakapan kognitif (mem-
ngunan manusia yang harmonis sehing- baca, berhitung, menulis, dan sebagai-
ga dapat mengentaskan manusia dari nya); (2) membantu siswa dalam meme-
kemiskinan, ketertinggalan, kebodohan, roleh pengetahuan; dan (3) membantu
kekerasan, dan peperangan. Pentingnya siswa dalam menguasai kemampuan in-
pendidikan di dalam memajukan kese- kuiri. Tujuan sekolah sebagai agen poli-
jahteraan bangsa juga dikemukakan tis adalah (1) mendidik calon warga ne-
Kotler (1997:55-56) dalam buku The gara masa depan; (2) memupuk jiwa pa-
Marketing of Nations. Hasil penelitian- triotism; dan (3) menegakkan aturan, ke-
nya di negara-negara Asia Timur me- santunan, dan hukum. Sebagai agen eko-
nunjukkan bahwa investasi di bidang nomik, fungsi sekolah adalah (1) me-
pendidikan ternyata memberi hasil yang nyiapkan siswa agar nantinya dapat be-
baik bagi pertumbuhan ekonomi dan kerja; dan (2) melatih keterampilan ca-
kesejahteraan bangsa. Dengan demiki- lon tenaga kerja.
an, tujuan pendidikan karakter adalah Sebagai agen sosial, fungsi sekolah
mengembangkan karakter bangsa agar adalah (1) menumbuhkan jiwa sosial
bangsa Indonesia memiliki jati diri, de- dan tanggung jawab moral; (2) sebagai
rajat, dan nilai universal yang sederjat tempat latihan memecahkan persoalan-
dengan bangsa-bangsa lain. Untuk itu, persoalan social; dan (3) mendukung
bangsa Indonesia harus cerdas, maju, fungsi agen sosial lain seperti institusi
sejahtera, dan bermartabat, jauh dari keagamaan dan keluarga. Selain itu, se-
kebodohan, ketertinggalan, dan kemis- kolah mendidik sikap, keterampilan, dan
kinan yang dibangun melalui pendidik- perilaku sosial yang diperlukan siswa
an karakter bangsa. di tempat kerja. Pendidikan karakter me-
muat semua fungsi tersebut di atas de-
PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKO- ngan menekankan pada pengembangan
LAH karakter bangsa. Dengan kata lain, pen-
Sekolah merupakan institusi paling didikan karakter merupakan salah satu
strategis untuk menerapkan pendidikan bagian dari tujuan pendidikan yang se-
karakter. Bennett dan LeCompte (1995: cara khusus mengembangkan karakter
1-25) mengatakan bahwa dari sudut bangsa. Dari sudut pandang teori sosial
pandang sosiologi, terdapat empat teori tersebut, pendidikan karakter tercakup
yang menjelaskan fungsi dan tujuan se- sebagai agen politis dan agen sosial,
Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
101
tetapi esensinya adalah membangun ma- Akhir-akhir ini banyak persoalan rema-
nusia Indonesia agar memiliki nilai-ni- ja, narkoba dan penyakit menular yang
lai universal, seperti ketuhanan, kemanu- juga menjadi fokus pengembangan ka-
siaan, keadilan, demokrasi, dan sosial. rakter di sekolah (Bagan 1).
Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
103
sekolah dalam diri anak didik harus di- universal (global), karakter yang telah
rancang, disetujui, dan dilaksanakan ber- diidentifikasi oleh direktorat, kepenting-
sama oleh seluruh komponen sekolah; an siswa, dan kepentingan sekolah. Se-
(2) ada pembagian peran guru mata pe- cara global, ada sepuluh nilai universal,
lajaran terhadap pengembangan karak- yaitu trustworthiness, respect, responsibi-
ter tertentu. lity, fairness, caring, citizenship, honesty,
Terdapat lima tahapan pola pengem- courage, diligence, integrity (Sichel, 1988:
bangan pendidikan karakter melalui mo- 3, www.goodcharacter.com). Sekjen PBB
del pembelajaran terpadu, yaitu (1) iden- Koffi Annan (2003:3) menyampaikan
tifikasi; (2) perencanaan; (3) pelaksana- pidato atas penghargaan Nobel yang ia
an; (4) pembiasaan; dan (5) evaluasi. Be- terima di Tubigen University mengenai
rikut uraian dari masing-masing tahap- global ethics dan menyatakan adanya
an. lima nilai universal yaitu: peace, freedom,
social progress, equal rights, and human dignity.
Tahap Identifikasi Direktorat Pendidikan Tinggi konon
Pada tahap ini sekolah mengidenti- telah mengidentifikasi 400 nilai yang
fikasi karakter yang akan dikembang- baik. Tentu akan sulit jika semua karak-
kan sekolah. Sebaiknya, sekolah dan ter tersebut harus dikembangkan oleh
guru memperoleh wawasan tentang guru di sekolah. Oleh karena itu, Direk-
pendidikan karakter dan tatacara im- torat PSMP (2010:5) mengidentifikasi 49
plementasinya terlebih dahulu sebelum sembilan karakter utama yang penting
melakukan identifikasi. Proses identifi- untuk dikembangkan di sekolah. Dua-
kasi karakter dilakukan bersama oleh puluh dua di antaranya adalah sebagai
seluruh civitas sekolah. Dasar pemilih- berikut.
an karakter antara lain adalah nilai
Tabel 1. Karakter Utama
1. Religius 12. Bertanggung jawab
2. Berperikemanusiaan 13. Percaya diri
3. Demokratis 14. Santun
4. Nasionalis 15. Mandiri
5. Adil 16. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
6. Menghargai keberagaman 17. Menghargai karya dan prestasi orang lain
7. Patuh pada hukum 18. Bergaya hidup sehat
8. Jujur 19. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
9. Disiplin 20. Peduli sosial dan lingkungan
10. Kerja keras 21. Cinta ilmu
11. Ingin tahu 22. Berjiwa wirausaha
Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
105
dapat dilakukan oleh guru mata pe- tah melalui Kementerian Pendidikan Na-
lajaran melalui mata pelajaran yang sional merencanakan, mengorganisasi-
bersangkutan. Guru dapat mengguna- kan, menyusun panduan dan aturan,
kan teknik nontes seperti lembar obser- kebijakan dan dasar hukum, serta pem-
vasi, daftar cek, anecdotal record, event biayaan pelaksanaan pendidikan karak-
sampling, penilaian antarteman dan se- ter. Kedua, pemerintah menciptakan se-
bagainya. Penilaian nontes penting ka- kolah yang mengembangkan pendidik-
rena karakter siswa dapat diamati da- an karakter. Cara ini dapat dilakukan
lam perilaku sehari-hari. Selain itu, gu- melalui ujicoba terlebih dahulu seperti
ru dapat juga menggunakan tes per- pilot proyek, hibah bersaing, sekolah
buatan dan tes wawancara. Pada teknik model, dan penelitian. Best practice dan
ini, guru perlu menyusun rubrik peni- hasil penelitian pendidikan karakter ter-
laian karakter. sebut kemudian dikemas menjadi buku
Evaluasi program dilakukan oleh se- panduan pendidikan karakter yang ke-
kolah dan oleh rumpun mata pelajaran mudian disosialisasikan ke berbagai se-
di tempat karakter tersebut dikembang- kolah. Model pendidikan karakter ter-
kan. Evaluasi program oleh sekolah di- sebut harus memberi ruang kepada se-
tujukan untuk mengetahui seberapa jauh kolah untuk menentukan karakter se-
karakter yang dikembangkan dicapai, kolah sesuai dengan jiwa KTSP dan
apa kelebihan dan kekurangan program, MPMBS.
dan bagaimana cara memperbaikinya. Lickona dan Davidson (2005:1-5)
Kegiatan ini dapat dilakukan setiap tri- mendiskripsikan bahwa karakter memi-
wulan, semester, dan satu tahunan. Eva- liki dua unsur utama: performance cha-
luasi program oleh rumpun mata pe- racter (disiplin diri, kerja keras, dan pan-
lajaran dilakukan oleh guru mata pe- tang menyerah yang dibutuhkan untuk
lajaran yang bersangkutan dan dapat pencapaian keberhasilan), dan "moral cha-
dilakukan setelah karakter yang dikem- racter" (jujur, hormat, can peduli yang
bangkan bersama telah dilakukan (Na- diperlukan dalam etika pergaulan). Se-
tional Education Association. 1934:15). kolah harus mengembangkan keduanya
secara seimbang dan membantu siswa
KIAT PENYUKSESAN DAN PENG- agar sukses.
HINDARAN KEGAGALAN PENDI- Menurut Davis (2003:5), terdapat
DIKAN KARAKTER tiga faktor penghambat keberhasilan
CEP (2005:3) menyatakan bahwa pendidikan karakter, yaitu ketidakjelas-
“Character education is a national move- an konsep, kekurangan data empiris, dan
ment creating schools that foster ethical, kelemahan proses pembelajaran. Konsep
responsible and caring young people by pendidikan karakter yang dikembang-
modeling and teaching good character kan di suatu sekolah dan bentuk perila-
through emphasis on universal values...” ku nyata dari karakter tersebut kadang
Menurut kutipan di atas, agar pendidik- tidak jelas. Hal itu menyulitkan guru
an karakter berhasil dengan baik, ia ha- dalam proses pengembangan dan peng-
rus menjadi gerakan nasional. Pemerin- amatan hasil belajarnya. Oleh karena
Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
107
itu, setiap jenis karakter harus didefi- tahap identifikasi, perencanaan, pe-
nisikan dengan jelas, termasuk indikator laksanaan, pembiasaan, dan evaluasi.
pencapaiannya. Proses pengembangan Agar pendidikan karakter berhasil
karakter juga sering dibebankan kepada dengan baik di sekolah maka harus
beberapa mata pelajaran, seperti Aga- ada: kejelasan konsep, jenis karakter
ma, Pancasila, PKn; padahal mata pe- yang dikembangkan, indikator, dan
lajaran lain seharusnya ikut bertang- cara penilaian yang dapat dijadikan
gung jawab. Sering guru menilai karak- acuan bagi semua komponen seko-
ter siswa dengan nilai Amat Baik atau lah.
Baik berdasarkan satu-dua pengamatan
yang tidak tercatat dengan baik. Hal itu UCAPAN TERIMA KASIH
terjadi karena tidak mudah mengamati Ucapan terima kasih yang tak ter-
500-900 siswa dalam satu sekolah dan hingga, saya ucapkan kepada para
mencatat data karakter setiap anak de- Guru MAN3 Yogyakarta dan MAN 1
ngan baik. Oleh karena itu, perlu ada Sabdodadi Bantul atas sharing pengem-
pembagian tanggung jawab tiap guru bangan dan penilaian pendidikan ka-
terhadap siswa dan karakter yang di- rakter yang telah dilakukannya. Selain
amati. Thomas, Ronald S. (1991:3) me- itu, penulis juga mengucapkan terima
nambahkan sulitnya melakukan ases- kasih kepada Tim Pengembangang Pen-
men pendidikan karakter karena setiap didikan Karakter Direktorat Pendidikan
anak menganut sistem nilai yang ber- Menengah atas sharing wawasan dan
beda. Selain itu, jika anak mengetahui konsep mengenai grand desain Pendi-
kalau ia berbuat sesuatu nilainya tinggi, dikan Karakter. Penulis juga mengucap-
ia akan melakukannya, meskipun dalam kan terima kasih kepada para kepala
dirinya sebenarnya tidak menyukai hal sekolah, guru, dan staf SMP RSBI yang
itu. telah membantu penelitian ini.
in Schools Resource Guide. San Fran- DeRoche, E. and Williams, M. 2009. The
cisco: Jossey-Bass. What, Why, and How of Character
Education. http://www.csee.org/-
BPS, Bappenas dan UNDP. 2004. The products/108.
Economics of Democracy: Financing
Human Development in Indonesia. Elias, Maurice J. et al. (Eds). 1997. Pro-
Jakarta: Indonesian Human De- moting Social and Emotional Learn-
velopment Report. ing: Guidelines for Educator. ASCD,
Gaithersburg, Md.: Aspen Publi-
BPS. 2009. Human Development Index cations 45-57.
(HDI) by Province and National
1996 – 2009.http://dds.bps.go.id. Fogarty, Robin. 1991. The Mindful School:
How to Integrate the Curricula. Pa-
Center for the 4th and 5th Rs (Respect latine, Illinois: Skylight Publish-
and Responsibility). 2009. What Is ing, Inc.
Character Education? http://www-
2.cortland.edu/centers/character/. Higgins, A. De-Alessandro. 2006. Moral
Functioning, Moral Identity, and
Character Education Partnership (CEP). Moral Self-Concepts. http://cee.-
2010. Eleven Principles of Effective nd.edu/news/documents/Higgin-
Character Education. http://www.- sDASummary.pdf.
character.org/elevenprinciples.
Higgins-D’Alessandro, A. & Power, F.C.
Cunningham, Craig A. 2007. Character 2005. “Character, Responsibility,
Education in Public Schools: The and the Moral Self”. In D.K. Lap-
Quest for a Suitable Ontology. Na- sley and F.C. Power (Eds.) Cha-
tional-Louis University. http://c- racter Psychology and Character
uip.uchicago.edu/~cac/pubs.htm. Education. Notre Dame, IN: Uni-
Davis, Michael. 2003. “What's Wrong versity of Notre Dame Press, pp.
with Character Education?” Ame- 101-120.
rican Journal of Education, volume Koffi Annan. 2003. Global Ethics: "Do We
110.http://www.journals.uchicago Still Have Universal Values?". 3rd
.edu/cgi-bin/resolve? Global Ethic Lecture of the Global
Delors, Jacques. et al. 1996. Learning: The Ethic Foundation, given by Kofi
Treasure Within. Report to UNES- Annan Secretary General of the
CO of the International Commis- United Nations (1997–2007) No-
sion on Education for the Twen- bel Peace Prize Laureate 2001, at
ty-first century. Australia: UNES- the University of Tübingen, 12
CO Publishing. December 2003.
Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
109
keting of Nations. New York, NY.: Power, F. C.; Higgins, A., & Kohlberg,
The Free Press. L. 1989. Lawrence Kohlberg's Ap-
proach to Moral Education. New
Lickona, Thomas & Matthew Davidson. York: Columbia University Press.
2005. Smart & Good High Schools:
Integrating Excellence and Ethics for Richard A Fabes. et al. 1989. Effects of
Success in School, Work, and Be- Rewards on Children's Prosocial
yond. Cortland, NY: The Character Motivation: Socialization Study,
Education Partnership. www.cor- Developmental Psychology, vol. 25,
tland.edu/character/highschool. 1989.
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Cha- Ronald, S. Thomas. 1991. “Assessing
racter. New York: Bantam Books. Character Education: Paradigms,
Problems, and Potentials”. Eric
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Clearing House 65(1), 1991: 51-55.
Character: How Our Schools can
Teach Respect and Responsibility. Ryan, K. and Bohlin, K.1999. Building
New York: Bantam Books. Character in Schools. San Fran-
cisco, CA: Jossey-Bass.
Lickona, Tom, Eric Schaps, and Cathe-
rine Lewis. 1994. Eleven Principles Sichel, Betty A. 1988. Moral Education:
of Effective Character Education. Character, Community, and Ideals.
Washington, DC: Character Edu- Philadelphia: Temple University
cation Partnership. Press.
Madison, James, 2003. Character Educa- Stoll, Sharon Kay & Jennifer M. Beller.
tion. http://www.freedomforum.- 1998. Can Character be Measur-
org/publications/first/findingcom ed?” JOPERD The Journal of Physi-
monground/B13.CharacterEd.pdf cal Education, Recreation & Dance.
January 01, 1998. http://www.ac-
Murphy, M. 1998. Character Education in cessmylibrary.com.
America’s Blue Ribbon Schools Lan-
caster, PA: Technomic Publishing. Sunarto, Kamanto dkk. (eds). 2001. “Mul-
ticultural Education in Indonesia
National Education Association. 1934. and South Asia”. Jakarta: Jurnal
Education for Character; Part II: Antropologi Indonesia.
Improving the School Program, NEA
Research Bulletin 12(3). Washing- US Department of Education. 2008.
ton: Research Division of the NEA. Partnerships in Character Educat-
ion: State Pilot Projects, 1995–2001
Piaget, Jean. 1965. The Moral Judgment of Lessons Learned. http://www.ed.-
The Child. New York: The Free gov/programs/charactered/lesson
Press. s.html.