KEWARGANEGARAAN SISTEM
MEMBANGUN BANGSA
OLEH
YUSKARTIKA FUNGSIONAL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
C Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui pengertian hakekat pendidikan itu sendiri dan keadaan
pendidikan pada saat ini yang terjadi di Indonesia.
Mengetahui pendidikan budi pekerti dan hubungannya dengan degeredasi moral
yang nyata terjadi di Indonesia.
Mengetahui karakter bangsa indonesia yang sesungguhnya.
Mengetahui fungsi pendidikan terpadu dalam menyelesaikan permasalahan
pendidikan di Indonesia.
Mendeskripsikan peranan mahasiswa sebagai agent of change.
BAB II
PEMBAHASAN
kekurangan dalam perubahan yang terjadi. Pendidikan Indonesia dewasa ini telah
terlempar dari kebudayaan, dan telah menjadi alat dari suatu orde ekonomi, atau
alat sekelompok penguasa untuk mewujudkan cita-citanya yang tidak selalu sesuai
dengan tuntutan masyarakat (Tilaar, 2000).
Jalal dan Supriyadi (2001) mengidentifikasi ada lima kelompok
besar isu strategis yang masing-masing isu tersebut mengandung dimensi-dimensi
ekonomi, politik, budaya, sosial, dan hukum. Isu pertama, lemahnya kemampuan
masyarakat dalam bidang pendidikan. Di samping lemahnya kemampuan
finansial, masyarakat juga belum memiliki prasyarat kemampuan sosial, kultural,
serta kemauan politik yang cukup untuk memprioritaskan pendidikan. Kedua,
lemahnya kemampuan sistem pendidikan nasional. Sebagai suatu sistem,
pendidikan nasional belum memiliki kemampuan cukup untuk memberikan
layanan terbaik bagi masyarakatnya. Struktur dari sistem yang baru belum jelas,
budaya pendukungnya juga belum jelas, inkonsistensi dalam peraturan
perundangan masih mungkin terjadi. Di samping itu, secara ekonomi, masih
banyak hal yang belum baik, pemborosan dan inefisiensi masih banyak ditemui.
Isu ketiga adalah desentralisasi pendidikan. UU No. 22 tahun 1999 sudah mulai
dilaksanakan, namun dalam hal urusan pendidikan belum mencapai tingkat
kesiapan yang memadai. Masalahnya tidak hanya terletak pada identifikasi dan
pemilahan urusan daerah dan urusan pusat, namun juga perlunya penataan sistem
organisasi, manajemen, pengembangan sumber daya manusia, sumber daya
finansial, dan lain sebagainya. Keempat, relevansi pendidikan. Apabila peran
pendidikan itu sendiri masih belum jelas, tentu saja sistem yang relevan dengan
antisipasi perkembangan sosial-budaya masyarakat, perekonomian dan struktur
ketenagakerjaannya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tatanan
politik masyarakat yang demokratis, masih membutuhkan pemikiran yang
mendasar. Kelima, akuntabilitas pendidikan. Pendidikan dituntut dapat
mempertanggung-jawabkan tugas sesuai dengan visi dan misinya kepada
masyarakat. Adalah kewajiban pendidikan untuk menyediakan layanan
pendidikan bermutu sesuai dengan sumber daya yang tersedia dan dipercayakan
kepadanya.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
pengertian budi pekerti hakiki adalah perilaku. Sementara itu menurut draft
kurikukum barbasis kompetesi (2001), budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku
manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma
agama, norma hukum, tata krama dan sopan santun, norma budaya dan adat
istiadat masyarakat. Budi pekerti akan mengidentifikasi perilaku positif yang
diharapkan dapat terwujud dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan,
dan kepribadian peserta didik.
Budi pekerti berinduk pada etika atau filsafat moral. Secara etimologis,
kata etika sangat dekat dengan moral. Etika yaitu studi tentang cara penerapan hal
yang baik bagi hidup manusia, yang menurut Solomon (1984:2) mencakup dua
aspek, yaitu:
Disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai dan pembenarannya,
Nilai-nilai hidup nyata dan hukum tingkah laku manusia yang menopang
nilai- nilai tersebut.
Moral remaja rawan akan mengalami penurunan kualitas atau degradasi.
Dalam segala aspek moral, mulai dari tutur kata, cara berpakaian, dll. Degradasi
moral ini seakan luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.
Oleh karena itu, pendidikan karakter menjadi sangat penting. Pendidikan
karakter menjadi tumpuan harapan bagi terselamatkanya bangsa dan negeri dari
kehancuran yang lebih dalam. Meski hingga saat ini belum ada rumusan tunggal
tentang pendidikan karakter yang efektif, tetapi tidak ada salahnya jika mengikuti
nasihat
dari Character
Education
Partnership bahwa
untuk
dapat
mengimplementasikan program pendidikan karakter yang efektif, setidaknya
memenuhi beberapa prinsip berikut ini:
Komunitas sekolah mengembangkan dan meningkatkan nilai-nilai inti etika
dan kinerja sebagai landasan karakter yang baik.
Sekolah berusaha mendefinisikan karakter secara komprehensif, di
dalamnya mencakup berpikir (thinking), merasa (feeling), dan melakukan
(doing).
Sekolah menggunakan pendekatan yang komprehensif, intensif, dan proaktif
dalam pengembangan karakter.
Sekolah menciptakan sebuah komunitas yang memiliki kepedulian tinggi.
(caring)
Sekolah menyediakan kesempatan yang luas bagi para siswanya untuk
melakukan berbagai tindakan moral (moral action).
Sekolah menyediakan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang,
dapat menghargai dan menghormati seluruh peserta didik, mengembangkan
Pendidikan Terpadu
Bila dikaitkan dengan pembangunan karakter bangsa, pendidikan bisa
diartikan secara lebih sempit sebagai suatu cara membangun dalam berkehidupan
bersama. Dari sudut pandang inilah kemudian timbul berbagai teori tentang
bangsa dan negara. Karakter bangsa muncul dari komunitas-komunitas yang
memiliki ikatan dan aturan yang jelas. Dalam hal ini pendidikan berperan penting
membangun persamaan persepsi antar komunitas sehingga terjalin komunitas
yang memiliki karakter yang jelas dan kuat. Jika pendidikan gagal dalam
membangun persepsi antar komunitas maka yang akan terjadi adalah perpecahan
dan perbedaan serta akan memudarkan nilai-nilai kebangsaan dan akan
berdampak pada hilangnya karakter bangsa.
Menurut Unesco bahwa pendidikan harus mengandung tiga unsur yaitu,
(a) belajar untuk tahu (learn to know), (b) belajar untuk berbuat (learn to do) dan
(c) belajar untuk hidup bersama (learn to live together). Unsur pertama dan kedua
lebih terarah membentukhaving, agar sumberdaya manusia mempunyai kualitas
sebagai proses penindasan dan praktek pemerkosaan terhadap hak-hak hidup yang
manusiawi. Dan akibat lebih lanjut pendidikan akan membawa peserta didik
hanya untuk hidup dan tidak membawa kepada the process of being/ becoming.
E.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Peran pendidikan seharusnya dipahami bukan saja dalam konteks mikro
(kepentingan anak didik yang dilayani melalui proses interaksi pendidikan),
namun juga dalam konteks makro, yaitu kepentingan masayarakat yang dalam hal
ini termasuk masyarakat bangsa, negara dan masyarakat dunia. Hubungan
pendidikan dengan masyarakat mencakup hubungan pendidikan dengan
perubahan sosial, tatanan ekonomi, politik, dan negara. Oleh karena pendidikan
terjadi di masyarakat, dengan sumber daya masyarakat, dan untuk masyarakat,
maka pendidikan dituntut untuk mampu memperhitungkan dan melakukan
antisipasi terhadap perkembangan sosial, ekonomi, politik, dan kenegaraan secara
silmultan.
DAFTAR PUSTAKA
Ainun Najib, Ahmad. Membangun Karakter Bangsa Melalui Dunia Pendidikan,
(online),(http://najibipnu.blogspot.com/2012/07/membangun-karakter-bangsamelalui-dunia.html), diakses 9 April 2015.
Suhartono, Suparlan. 2009. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Zuriah, Nurul. 2008. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan.Jakarta: PT Bumi Aksara.
Diposkan oleh iman nufika ligasari di 22.23
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest