Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita patut bangga karena tidak sedikit anak-anak Indonesia yang


meraih beberapa prestasi di dunia Internasional. Segudang prestasi mereka
raih di bidang akademik seperti;Biologi, Fisika, Matematika dan non
akademik seperti di bidang musik. Anak-anak Indonesia mampu
mengalahkan peserta dari negara maju lain. Namun, dibalik kesuksesan
tersebut banyak pelajar dan lulusan yang menunjukkan sikap yang tidak
terpuji. Banyak pelajar yang terlibat tawuran, melakukan tindakan
kriminal, pencurian penodongan, penyimpangan seksual, menyalah-
gunakan obat-obatan terlarang dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah

dari latar belakang diatas dapat dirumuskan sebuah masalah yaitu sebagai
berikut:

1. Bagaimana Potret Pendidikan Indonesia?


2. Bagaimana Penerapan Sistem Pendidikan Indonesia?
3. Dimana letak Kelemahan Sistem Pendidikan di Indonesia ?
4. Apa Solusi Kelemahan Sistem Pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan Masalah
Tujuan dari pembahasan makalah ini diharapkan:
1. Mendapatkan Potret Pendidikan Indonesia
2. Mengetahui Penerapan Sistem Pendidikan Indonesia
3. Mengetahui Kelemahan Sistem Pendidikan di Indonesia
4. Mengetahui bahwa Pendidikan Islam merupakan solusi kelemahan
sistem pendidikan di Indonesia
BAB II
KELEMAHAN SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

A. POTRET PENDIDIKAN INDONESIA

Dunia pendidikan saat ini sering dikritik oleh masyarakat yang


disebabkan karena adanya sejumlah pelajar dan lulusan pendidikan
tersebut yang menunjukkan sikap kurang terpuji. Banyak pelajar yang
terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal, pencurian penodongan,
penyimpangan seksual, menyalah-gunakan obat-obatan terlarang dan
sebagainya. Perbuatan tidak terpuji yang dilakukan para pelajar tersebut
benar-benar telah meresahkan masyarakat dan merepotkan pihak aparat
keamanan. Hal tersebut masih ditambah lagi dengan adanya peningkatan
jumlah pengangguran yang pada umumnya adalah tamatan pendidikan.
Keadaan ini semakin menambah potret pendidikan kita makin tak
menarik dan tak sedap dipandang makin menurunkan kepercayaan
masyarakat terhadap wibawa dunia pendidikan kita. Jika keadaan yang
demikian tidak segera dicari solusinya, maka akan sulit mencari alternatif
yang lain yang paling efektif untuk membina moralitas
masyarakat.Berbagai solusi untuk memperbaiki dunia pendidikan dan
mencari sebab-sebabnya merupakan hal yang tidak dapat ditunda lagi.

B. PENERAPAN SISTEM PENDIDIKAN DI LEMBAGA


PENDIDIKAN

Sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia pada saat ini


adalah sistem pendidikan yang sekular-materialistik.. Sistem
pendidikan semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia shaleh
yang sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan melalui
penguasaan sains dan teknologi. Secara kelembagaan, sekularisasi
pendidikan menghasilkan dikotomi pendidikan yang sudah berjalan
puluhan tahun, yakni antara pendidikan agama di satu sisi dengan
pendidikan umum di sisi lain. Pendidikan agama melalui madrasah,
institut agama, dan pesantren dikelola oleh Departemen Agama,
sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah,
dan kejuruan serta perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen
Pendidikan Nasional. . Sistem pendidikan yang material-sekuleristik
tersebut sebenarnya hanyalah merupakan bagian belaka dari sistem
kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang juga sekuler. Dalam
sistem sekuler, aturan-aturan, pandangan dan nilai-nilai Islam memang
tidak pernah secara sengaja digunakan untuk menata berbagai bidang,
termasuk bidang pendidikan. Agama Islam, sebagaimana agama dalam
pengertian Barat, hanya ditempatkan dalam urusan individu dengan
tuhannya saja. Maka, di tengah-tengah sistem sekuleristik tadi lahirlah
berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai agama. Yakni tatanan
ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya
hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap
beragama yang sinkretistik, serta paradigma pendidikan yang
materialistik.

C. KELEMAHAN SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Sistem pendidikan adalah keseluruhan komponen pendidikan


yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan.Secara konseptual, sistem pendidikan di Indonesia tlah
diatur dalam undang –undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam undang-undang ini telah diatur mengenai: dasar, fungsi, dan
tujuan pendidikan, hak warga negara untuk memperoleh pendidikan,
satuan, jalur dan jenis pendidikan, jenjang pendidikan, peserta didik,
tenaga kependidikan, sumber daya pendidikan, pengelolaan,
pengawasan, ketentuan lain-lain, ketentuan pidana dan ketentuan
peralihan. Jika substansi yang terdapat dalam batang tubuh Undang-
undang tersebut ditelaah secara seksama, tampak bahwa secara
keseluruhan cukup ideal. Namun ideal ini belum tampak dalam
realitas. Hal ini dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut. Pertama,
dilihat dari segi dasarnya, pendidikan Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. Dasar ini mengandung nilai-nilai
yang tidak diragukan lagi amat ideal dn luhur. Namun, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dan Undang-undang dasar tersebut
sekarang ini tidak lagi efektif, bahkan masyarakat enggan untuk
menyebutnya. Hal ini ini antara lain disebabkan trauma masa lalu,
dimana Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 ditempatkan pada
doktrin politik yang hanya ditafsirkan mennurut versi dan kemauan
penguasa. Hak bicara masyarakat tersumbat, dan nyaris tidak memiliki
kebebasan, sampai kemudian datang gelombang reformasi yang
memberikan kebebasan hampir tanpa batas kepada masyarakat untuk
berbicara apa saja. Masyarakat ternyata semakin tidak beradab, yang
terlihat dalam berbagai fenomena perilaku yang menyimpang dan tidak
manusiawi, seperti penjarahan, penganiayaan, pembunuhan,
pemerkosaan, dan lain sebagainya. Masyarakat kini tengah mencari
dasar pendidikan alternatif yang dapat diterima dan terasa pengaruhnya
secara efektif. Dasar tersebut antara lain melalui penerapan konsep
masyarakat madani. Konsep masyarakat madani sudah masuk ke
dalam salah satu butir konsideran dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri
sebagai Badan Hukum. Pemantapan konsep madani dalam pendidikan
lebih diperkuat pula melalui Mata Kuliah Pendidikan Kewargaan
(Civic Education). Berhasilkah konsep masyarakat madani ini
diterapkan sebagai dasar pendidikan Islam? Tampak belum terjawab.
Kedua, dilihat dari segi fungsinya pendidikan di Indonesia diharapkan
dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya
mewujudkan tujuan nasional. Fungsi pendidikan yang demikian itu
masih belum terlihat hasilnya secara aktual.Keadaan menunjukkan
bahwa mutu kehidupan dan martabat manusia di Indonesia didunia
internasional terpuruk. Daya saing kualitas sumber daya manusia d
negara di kawasan Asia Tenggara. Demikian pula citra bangsa
Indonesia di mata dunia internasional tampil dalam sosoknya sebagai
bangsa yang kejam, sadis, bengis dan menakutkan. Ketiga, dilihat dari
segi tujuannya, pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi luhur, memilki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri
serta tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Namun
demikian, dalam kenyataan masih terdapat kesenjangan antara tujuan
pendidikan yang diharapkan dengan realitas lulusan pendidikan.
Lulusan pendidikan saat ini cenderung bersikap sekuler, materialistik,
rasionalistik, hedonistik, yaitu manusia yang cerdas intelektualnya dan
terampil fisiknya, namun kurang terbina mental spiritualnya, dan
kurang memiliki kecerdasan emosional. Akibatnya, kini banyak sekali
pelajar yang terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal, pencurian
penodongan, penyimpangan seksual, menyalah-gunakan obat-obatan
terlarang dan sebagainya. Keempat, dilihat dari kesempatan yang
diberikan, dalam Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan. Namun dalam kenyataan masih banyak warga negara
Indonesia yang belum mengenyam pendidikan sebagai akibat dari
ketidakmampuan dalam bidang ekonomi. Pendidikan saat ini,
khususnya pendidikan yang bermutu hanya dapat dimonopoli oleh
segelintir orang yang mampu saja. Sedangkan masyarakat pada
umumnya hany mendapatkan pendidikan yang kurang menjanjikan
masa depannya. Kelima, dilihat dari segi penyelenggaraannya,
pendidikan dilaksanakan melalui 2 ( dua jalur), yaitu jalur pendidikan
sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah
melalui kegiatan belajar secara berjenjang dan berkesinambungan.
Sedang pendidikan di luar sekolah tidak secara berjenjang dan
berkesinambungan. Keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan
luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang memberikan
keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan. Namun
prakteknya perhatian pemerintah selama ini hanya diberikan terhadap
jalur pendidikan sekolah. Sedangkan pendidikan luar sekolah kurang
diperhatikan, sehingga kurang berperan sebagaimana diharapkan.Hal
ini semakin diperparah lagi adanya pengaruh global yang menerpa
kehidupan keluarga yang selanjutnya merubah orintasi dan pola hidup.
Yaitu pola hidup yang lebih mengutamakan material tanpa diimbangi
dengan dimensi spiritual. Akhirnya rumah tangga sebagai benteng
pertahanan moral dan akhlak keluarga terbawa hanyut arus global
tersebut. Keenam, dilihat dari segi tenaga pendidikan, Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa tenaga kependidikan
meliputi tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, pemilik,
pengawas, peneliti dan pengembangan di bidang pendidikan,
pustakawan, laboran dan teknisi belajar. Tenaga pengajar adalah
tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar,
yang pada jenjang pendidikan dasar menengah disebut guru dan pada
jenjang perguruan disebut dosen. Secara kuantitatif dan kualitatif
tenaga-tenaga kependidikan tersebut di atas, tampak belum memadai
untuk keperluan berbagai lembaga pendidikan yang ada. Hal ini
disebabkan karena keterbatan kemampuan pemerintahan untuk
mengadakan tenaga –tenaga kependidikan tersebut. Keadaan tersebut
diperparah lagi dengan tutupnya tenaga-tenaga pendidikan yang secara
khusus menyelenggarakan pendidikan keguruan untuk tingkat dasar,
menengah dan tinggi. Sekolah Pendidikan Keguruan(SPG), Pendidikan
Guru Agama (PGA), Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
dan semacamnya kini tidak ada lagi. Akibatnya tugas mendidik
dilakukan oleh tenaga pendidikan yang tidak profesional. Ketujuh,
dilihat dari segi kurikulum, Sistem Pendidikan Nasional mengatakan,
bahwa kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan
kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai
dengan jenis dan jenjang masing –masing satuan pendidikan.
Kenyataannya menunjukkan masih terdapat sejumlah pengetahuan
yang diberikan diperguruan tinggi yang tidak ada lagi relevansinya
dengan kebutuhan masyarakat, sehingga lembaga pendidikan ikut andil
memperbanyak jumlah pengangguran intelektual. Selain itu masalah
dikhotomi antara ilmu agama dengan ilmu umum masih mewarnai
kurikulum pendidikan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah ini
perlu segera dilakukan integrasi antara ilmu agama dengan ilmu
umum, Islamisai atau spiritualisasi ilmu pengetahuan umum.

D. PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI SOLUSI KELEMAHAN


SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Islam memberi metode pendidikan yang sempurna kepada umat


manusia Seperti diungkapkan di atas, bahwa sistem pendidikan Islam
merupakan alternatif solusi mendasar untuk menggantikan sistem
pendidikan sekuler saat ini. Bagaimanakah gambaran sistem
pendidikan Islam tersebut? Berikut uraiannya secara sekilas.

1. Dasar Pendidikan Islam Dasar sturuktur ajaran Islam, tauhid


merupakan hal yang amat fundamental dan mendasari segala aspek
para penganutnya, tak terkecuali pendidikan. Dalam kaitan ini
seleruh pakar berpendapat bahwa dasar pendidikan Islam adalah
tauhid.

2. Kurikulum Pendidikam Islam Kurikulum Pendidikan Islam harus


dirancang berdasarkan konsep tauhid dalam hubungannya dengan
pengembangan ilmu pengetahuan.
3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Islam Sejalan dengan dasar
pendidikan sebagaimana tersebut diatas, maka fungsi pendidikan
Islam harus berfungsi sebagai penyiapan kader-kader khalifah
dalam rangka membangun kerajaan dunia yang makmur, dinamis,
harmonis dan lestari sebagaimana diisyaratkan oleh Allah
Pendidikan Islam merupakan upaya sadar, terstruktur, terprogram,
dan sistematis yang bertujuan untuk membentuk manusia yang
berkarakter (khas) islami. Antara lain:

a. Membentuk kepribadian Islam (syakhshiyyah


Islamiyyah) Siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh dan berkata:
"Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri?" (Fushshilat:33) Ini sebetulnya merupakan
konsekuensi keimanan seorang Muslim. Intinya, seorang
Muslim harus memiliki dua aspek yang fundamental,
yaitu pola pikir ('aqliyyah) dan pola jiwa (nafsiyyah)
yang berpijak pada akidah Islam. Ada tiga langkah
metode pembentukan pengembangan Islam, yaitu: 1)
Menanamkan aqidah Islam dengan metode yang
menggungat akal, menggetarkan jiwa dan menyentuh
perasaan. 2) Mendorong untuk senantiasa menegakkan
bangunan cara berpikir dan perilakunya di atas aqidah
dan syariah Islam yang telah menghujam kuat dalam
hatinya. 3) Mengembangkankepribadian dengan cara
sungguh-sungguh mengisi pikiran dengan tsaqofah
Islamiyyah dan mengamalkannya dalam seluruh aspek
kehidupannya dalam rangka melaksanakan ketaatan
kepada Allah SWT.
b. Menguasai Tsaqofah Islam (ilmu-ilmu yang
dikembangkan berdasarkan aqidah Islam) Islam telah
mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu.
Berdasarkan takaran kewajibannya, menurut al-Ghazali,
ilmu dibagi dalam dua kategori, yaitu: 1) Ilmu yang
termasuk fardhu 'ain (kewajiban individual), artinya
wajib dipelajari setiap Muslim, yaitu tsaqâfah Islam yang
terdiri dari konsepsi, ide, dan hukum-hukum Islam;
bahasa Arab; sirah Nabi saw., Ulumul Quran, Tahfizh al-
Quran, ulumul hadis, ushul fikih, dll. 2) Ilmu yang
dikategorikan fadhu kifayah (kewajiban kolektif);
biasanya ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi
serta ilmu terapan-keterampilan, seperti biologi, fisika,
kedokteran, pertanian, teknik, dll. (Apakah kamu hai
orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Azzumar:9)

c. Menguasai ilmu kehidupan (sains teknologi dan


keahlian) Menguasai ilmu kehidupan (iptek) diperlukan
agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material
sehingga dapat menjalankan misi sebagai khalifah Allah
SWT dengan baik di muka bumi ini. Dan carilah pada
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(AlQashash:77) Rasulullah pernah memerintahkan Asy-
syifa binti Abdullah agar mengajarkan kepada Hafshah
Ummu Mukminin tentang menulis dan pengobatan
dengan doa dan jampi. Beliau juga pernah menganjurkan
kaum muslimah agar mempelajari ilmu menulis dan
merawat orang sakit (pengobatan) 4. Sifat dan syarat
seorang pendidik Ada beberapa sifat dan syarat seorang
pendidik diantaranya: a. Setiap pendidik harus memiliki
sifat rabbani. Artinya, kita harus mengaitkan diri kita
kepada Tuhan Yang Maha Agung melalui ketaatan kita
kepada syariat-Nya serta melalui pemahan kita akan
sifat-sifat-Nya. b. Seorang guru hendaknya
menyempurnakan sifat rabaniahnya dengan keikhlasan.
Artinya, aktivitas sebagai pendidik bukan semata-mata
untuk menambah wawasan keilmuannya, lebih jauh dari
itu harus ditujukan dengan keridhaan Allah serta
mewujudkan kebenaran. c. Ketka menyampaikan
ilmunya kepada anak didik, seorang pendidik harus
memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang dia
ajarkan dalam kehidupan pribadinya. d. Seorang guru
harus senantiasa meingkatkan wawasan, pengetahuan,
dan kajiannya. e. Seorang pendidik hendaknya
mengajarkan ilmunya dengan sabar. f. Seorang pendidik
harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode
pengajaran yang variatif serta sesuai dengan situasi dan
materi pelajaran. g. Seorang guru harus mampu bersikap
tegas dan meletakkan sesuatu sesuai proposinya sehingga
dia mampu mengontrol dan menguasai siswa. h. Seorang
guru dituntut untuk memahami psikologi anak, psikologi
perkembangan, dan psikologi pendidikan i. Seorang guru
dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN

Lulusan pendidikan saat ini cenderung bersikap sekuler,


materialistik, rasionalistik, hedonistik, yaitu manusia yang cerdas
intelektualnya dan terampil fisiknya, namun kurang terbina mental
spiritualnya, dan kurang memiliki kecerdasan emosional. Akibatnya, kini
banyak sekali pelajar yang terlibat tawuran, melakukan tindakan
kriminal, pencurian penodongan, penyimpangan seksual, menyalah-
gunakan obat-obatan terlarang dan sebagainya. Sistem pendidikan yang
diterapkan di Indonesia pada saat ini adalah sistem pendidikan yang
sekular-materialistik. Secara konseptual, sistem pendidikan di Indonesia
tlah diatur dalam undang –undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam undang-undang ini telah diatur mengenai: dasar, fungsi, dan
tujuan pendidikan, hak warga negara untuk memperoleh pendidikan,
satuan, jalur dan jenis pendidikan, jenjang pendidikan, peserta didik,
tenaga kependidikan, sumber daya pendidikan, pengelolaan, pengawasan,
ketentuan lain-lain, ketentuan pidana dan ketentuan peralihan. Jika
substansi yang terdapat dalam batang tubuh Undang-undang tersebut
ditelaah secara seksama, tampak bahwa secara keseluruhan cukup ideal.
Namun ideal ini belum tampak dalam realitas. Seluruh pakar berpendapat
bahwa dasar pendidikan Islam adalah tauhid. Kurikulum Pendidikan
Islam harus dirancang berdasarkan konsep tauhid dalam hubungannya
dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Fungsi pendidikan Islam harus
berfungsi sebagai penyiapan kader-kader khalifah. Sifat dan syarat
seorang pendidik Ada beberapa sifat dan syarat seorang pendidik
diantaranya:

a. Setiap pendidik harus memiliki sifat rabbani. Seorang guru


hendaknya menyempurnakan sifat rabaniahnya dengan
keikhlasan. Ketka menyampaikan ilmunya kepada anak
didik, seorang pendidik harus memiliki kejujuran dengan
menerapkan apa yang dia ajarkan dalam kehidupan
pribadinya

b. Seorang guru harus senantiasa meingkatkan wawasan,


pengetahuan, dan kajiannya.

c. Seorang pendidik hendaknya mengajarkan ilmunya dengan


sabar.

d. Seorang pendidik harus cerdik dan terampil dalam


menciptakan metode pengajaran yang variatif serta sesuai
dengan situasi dan materi pelajaran.

e. Seorang guru harus mampu bersikap tegas dan meletakkan


sesuatu sesuai proposinya sehingga dia mampu mengontrol
dan menguasai siswa.

f. Seorang guru dituntut untuk memahami psikologi anak,


psikologi perkembangan, dan psikologi pendidikan

g. Seorang guru dituntut untuk peka terhadap fenomena


kehidupan

B. SARAN

Sebaiknya Indonesia menggunakan sistem pendidikan Islam yang tidak


hanya mendidik secara akademis.
DAFTAR PUSTAKA

Nata, dr.H abuddin.2001.Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media


Yusanto, Muhammad Ismail.2004. Menggagas pendidikan Islami. Jakarta:
Al Azhar Press An Nahlawi, Abdurrahman. 1995.Pendidikan Islam Di
rumah sekolah dan masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press
http://id.acehinstitute.org http://syabab.com/

Anda mungkin juga menyukai