Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERKEMBANGAN SEJARAH DAN FILSAFAT PNFI


Dosen Pengampu : Dr. Dra. Hj. Umi Dayati, M.Pd

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :

1. Nia Puspitasari 230141605899


2. Putri Evi Rahayu 230141602269
3. Radzwainah Rub’a 230141605152
4. Rahma Nova Aulia 230141606200

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebanyakan orang mengenal Pendidikan Luar Sekolah merupakan sebuah cabang
pendidikan baru namun faktanya Pendidikan Luar Sekolah telah ada sejak belum
berkembangnya pendidikan formal di Indonesia. Pendidikan Luar Sekolah telah ada sejak
adanya manusia itu sendiri. Karena hakikat dari Pendidikan Luar Sekolah itu sendiri adalah
Pendidikan yang dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat dan dapat dilakukan
dimanasaja.P embahasan makalah kali ini akan berfokus pada sejarah Pendidikan Luar
Sekolah yang dijelaskan secara runtut. Tak hanya sejarah, namun juga filsafat ilmu yang akan
dijabarkan dari para ahli. Diharapkan dari makalah ini banyak pembaca lebih paham dan
teredukasi mengenai pendidikan secara luas.
1.2 Tujuan
1. Memenuhi tugas kelompok mata kuliah konsep dasar dan filsafat PNFI
2. Mengetahui perkembangan Pendidikan Luar Sekolah dari masa ke masa
3. Mengetahui sejarah Pendidikan Luar Sekolah
4. Mengetahui peran Pendidikan Luar Sekolah dikehidupan
5. Mengetahui hubungan antara ragam sosial masyarakat dan Pendidikan
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan Pendidikan luar sekolah di Indonesia
2. Pendidikan apa yang ditempuh sebelum adanya Pendidikan formal di Indonesia
3. Kapan awal berkembangnya Pendidikan Luar Sekolah
4. Siapa sasaran Pendidikan Luar Sekolah
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pendidikan Luar Sekolah
Dasar Pemikiran Pendidikan Luar Sekolah, Pendidikan luar sekolah sudah hadir di Indonesia
sejak sebelum masa kemerdekaan, dalam arti bahwa pendidikan luar sekolah telah hidup dan
menyatu di dalam kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum muncul sistem persekolahan.
Hanya saja pengakuan Yuridis baru didapatkan pada tahun 1989, yaitu setelah adanya
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di dalam
Undang-Undang ini terkandung memberi pelayanan Pendidikan sepanjang hayat bagi seluruh
warga masyarakat tanpa membedakan usia, kelamin, suku, agama, budaya, dan lingkungan.
Pendidikan luar sekolah dalam Peraturan Pemerintah No. 73/1991 bertujuan untuk melayani
warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya
guna meningkatkan martabat dan mutu pendidikannya memenuhi kebutuhan belajar
masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.

Dari kacamata sejarah, alasan diselenggarakannya Pendidikan Luar Sekolah (PLS), yaitu:

1. Aspek Pelestarian Budaya

Pendidikan yang pertama terjadi dan berlangsung adalah pendidikan di lingkungan


keluarga. Sehingga pendidikan luar sekolah pada permulaan kehadirannya sangat
dipengaruhi oleh pendidikan atau kegiatan yang berlangsung di dalam keluarga.
Bentuk kegiatan yang berlangsung di lingkungan keluarga dilakukan untuk
melestarikan dan mewariskan kebudayaan secara turun- temurun yang melipuuti
kemampuan, cara kerja, dan teknologi yang dimiliki oleh masyarakat dari satu
generasi ke generasi selanjutnya. Walaupun system pendidikan yang berlaku di dalam
keluarga berbeda dengan sistem pendidikan yang ada di sekolah, namun kegiatan
belajar inilah yang mendasari lahirnya pendidikan luar sekolah.

2. Aspek Teoritis

Mengacu kepada teori yang diketengahkan Philip H. Cooms (1973:10), tidak


satupun lembaga pendidikan formal, informal, maupun nonformal yang mampu
secara sendiri-sendiri memenuhi semua kebutuhan belajar minimum yang esensial.
Atas dasar teori tersebut, dapat dikatakan bahwa keberadaan pendidikan tidak hanya
penting bagi segelintir masyarakat, tetapi mutlak diperlukan keberadaannya
bagi masyarakat dalam upaya pemerataan kesempatan belajar, meningkatka kualitas
hasil belajar, dan mencapai tujuan pembelajaran yaitu mencerdaskan.

kehidupan bangsa.

3. Dasar Pijakan

Ada 3 dasar pijakan bagi PLS sehingga memperoleh legitimasi yang berkembang di
tengah-tengah masyarakat yaitu UUD 1945, Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun
1989, dan Peraturan Pemerintah RI No. 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar
Sekolah. Berdasarkan dasar pijakan tersebut, dapat dikemukakan bahwa PLS adalah
kumpulan individu yang menghimpun dari dalam kelompok dan memiliki ikatan satu
sama lain untuk mengikuti program pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah
dalam rangka mencapai tujuan belajar.

4. Aspek Kebutuhan Terhadap Pendidikan

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin meluas, tidak hanya pada
masyarakat daerah perkotaan, melainkan juga pada masyarakat yang berada di daerah
perdesaan. Kesadaran ini didasari oleh perkembangan ekonomi, IPTEK, politik, sadar
akan kebodohan, dan lain sebagainya sehingga dibentuklah bentuk-bentuk kegiatan
kependidikan baik yang bersifat sekolah maupun luar sekolah.

5. Keterbatasan Lembaga Pendidikan Sekolah

Lembaga pendidikan sekolah yang jumlahnya semakin banyak bersifat

formal yang dibatasi oleh ruang dan waktu serta kurikulum yang baku dan kaku

serta berbagai keterbatasan lainnya. Akibat dari kekurangan maupun keterbatasan

tersebut memungkinkan suatu kegiatan kependidikan yang bersifat informal atau

nonformal diselenggarakan, dengan harapan pendidikan masyarakat


tersebut dapet terpenuhi.

2.2 Perkembangan PNFI Dari Masa Ke Masa


Pada masa kerajaan Hindu-Budha, ciri pendidikan bersifat informal karena
tidak melalui institusi dan lebih berfokus pada religi. Pada masa penyebaran agama islam,
menurut catatan sejarah pendidikan di Indonesia, keberadaan pendidikan islam ialah salah
satu lembaga yang sudah berusia tua dalam menyediakan fasilitas untuk pembangunan
bangsa (Siti Romlah 2020). Hal itu dibuktikan dengan lahirnya Pendidikan Masjid,
Surau, Langgar, hingga Pesantren untuk proses belajar mengajar Al-Qur’an ataupun sebagai
tempat dakwah (Nasution et al. 2021).Setelah terjadinya revolusi kemerdekaan Indonesia
yang terjadi di tahun 1945, banyak kegiatan pendidikan nonformal diselenggarakan.
Seperti pemberantasan buta huruf, kursus kewarganegaraan, school broadcasting, kursus
kewanitaan, kursus kepanduan dan kursus orang dewasa yang dilakukan di pendidikan
kecakapan. Dengan adanya peningkatan yang terjadi pada tahun 1970-an dengan
keterbatasan, pendidikan formal menjadikan pentingnya peran pendidikan nonformal
dan banyak program yang dilaksanakan untuk meningkatkan suatu kualitas sumber
daya manusia.(Bhakti and Maryani 2016)

Pendidikan nonformal selama ini sudah lama bermunculan dalam masyarakat jauh
sebelum bangsa ini meraih kemerdekaan, disisi lain telah diakui oleh yuridis keberadaanya
yaitu setelah munculnya Undang-undang pada Tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional. Pendidikan nonformal banyak bermunculan di tengah-tengah masyarakat,
bahkan sebelum adanya suatu sekolah pendidikan nonformal telah muncul terlebih dahulu.
Namun dalam bentuk persisteman dan pelaksanaannya pun pendidikan nonformal
berbeda dengan pendidikan sekolah. Selain itu dalam kemajuan perkembangan sekarang
kemajuan pendidikan nonformal telah berubah dalam sebuah aspek kehidupan.
Pendidikan nonformal pada zaman dahulu bercakupan dengan pendidikan Masyarakat
karena pada saat itu pendidikan nonformal berperan dalam pendidikan formal seperti
sebagai pelengkap sebuah subtitusi pendidikan formal, dan mengatasi permasalahan drop
out yang terjadi sebab ketidakmampuan pendidikan formal. Akan tetapi pada saat ini
pendidikan nonformal sangatlah luas dalam mengatasi sebuah permasalahan, sebab di zaman
sekarang banyak program-program yang dapat mengatasi berbagai permasalahan masyarakat
dan pemerintahan seperti permasalahan pendidikan, sosial dan ekonomi (Napitupulu et al.
2021)Pendidikan nonformal pada saat ini sangatlah besar dalam berkontribusi bagi
pengembangan masyarakat, serta dalam persoalan ini dapat dilihat bahwa dalam Masyarakat
antusiasmenya dan kebersamaannya yang sangat begitu erat (Sumirah Silalahi, Risky
Hardiansyah, Wika Wiryanti Siregar 2021). Dalam perkembangannya pendidikan nonformal
mengalami perluasan yang sangat signifikan sehingga berdampak bagi kehidupan
masyarakat (Sri and Nurhayati 2012) disamping itu, pendidikan nonformal bukan hanya
sebagai substitusi pendidikan,suplemen pendidikan, dan bahkan komplemen pendidikan
namun sudah menjadi pilihan kebutuhan masyarakat, hal ini mensejajarkan pendidikan
nonformal dengan pendidikan formal. Dengan adanya kemunculan pendidikan nonformal
bisa dilihat sebagai bentuk cara pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. Dalam rancangan awal dari pendidikan nonformal dapat dikatakan
bermunculan pada akhir tahun 60-an hingga awal 70-an. Selain itu terdapatnya pendidikan
nonformal sekitar awal tahun 1970-an menjadikan pendidikan lebih berkualitas dan lebih
luas dengan adil bagi masyarakat dan berakibatkan tidak lulusnya pendidikan formalnya.
(Abd. Qadir Muslim 2020)

Dapat diketahui bahwa pendidikan nonformal di zaman sekarang terkadang masih belum
mengenal apa itu pendidikan nonformal yang membantu sesuai kebutuhan pada saat
negara meningkatkan sebuah keterampilan.(Sudarto 2017)

Di era saat ini dapat dilihat bahwaperkembangan Pendidikan nonformal sangatlah


berpengaruh untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana hasil kajian
yang menyimpulkan bahwa perkembangan pendidikan nonformal sangatlah membantu
pengembangan diri dan meningkatkan kualitas warga belajar serta dapat meningkatkan
kualitas martabat dan mutu dalam hidupnya (Susanti 2014). Adapun dalam konteks
pembelajaran, proses belajar non formal adalah metode belajar paling efektif dan
paling cocok untuk orang dewasa (Aulia and Arpannudin 2019) Dengan adanya pendidikan
non formal pada zaman sekarang membantu pendidikan lebih berkualitas untuk
meningkatkan kecerdasan kehidupan pada bangsa ini, karena dengan program-programnya
dapat memberikan perkembangan pada individu. Selain itu dengan Program Pendidikan
nonformal pada saat ini sudahlah berkembang pesat karena pada setiap kegiatan program
yang dilaksanakan terdapat manajerial dan organisasional yang membantu
masyarakat agar masyarakat lebih mudah dalam melakukan kegiatannya serta dapat
meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya (Prasetyo 2017).

 Faktor Pendukung Perkembangan PNFI

 Apirasi masyarakat terhadap pendidikan

Keinginan masyarakat untuk belajar dan meningkatkan pengetahuan dan


keterampilannya merupakan faktor kunci dalam pengembangan pendidikan
nonformal

 Hambatan dalam pendidikan formal


Ketika pendidikan formal tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat,
pendidikan non-formal dapat mengisi kesenjangan tersebut

 Akreditasi

Akreditasi lembaga dan program oleh BAN-PNFI dapat membantu


meningkatkan mutu pendidikan nonformal

 Praktisi

Keterlibatan generasi muda terpelajar, tokoh masyarakat, pimpinan organisasi,


guru sekolah, dan relawan dapat mendukung pengembangan pendidikan non-
formal

 Pendekatan pembangunan

Pendidikan nonformal dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar


pembangunan, karena dapat membantu mengembangkan sumber daya
manusia yang menjadi pelaku utama dalam berbagai sektor pembangunan

 Kebijakan dan progam

Pendidikan non-formal sering kali dimasukkan dalam kebijakan dan program


pembangunan lokal, regional, dan nasional yang terkait dengan sektor
pembangunan lainnya
2.3 Ragam Sosial dalam Masyarakat Indonesia
Keragamanagam sosial merupakan salah satu ciri khas dari kehidupan manusia di
dunia yang memiliki berbagai macam latar belakang, dan identitas budaya yang berbeda.
Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman sosial budaya. Keragaman ini memiliki
berbagai aspek seperti suku, bahasa, agama, adat istiadat, kesenian. Keragaman ini
merupakan anugerah yang harus di syukuri dan dijaga sebagai aset bangsa. Dari sekian
banyak keberagaman yang ada, ragam sosial tentunya akan memunculkan gejala sosial,
gejala sosial ini menyangkut nilai-nilai sosial dan moral, antara lain seperti gejala ekonomi,
gejala politik, gejala budaya, dan gejala moral. Sehingga hubungan antara ragam sosial
dengan pendidikan adalah terjadinya perubahan pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial
dan termasuk di dalamnya adalah pendidikan, sebab karena pendidikan ada dalam
masyarakat, baik itu pendidikan formal, informal maupun non formal. Terdapat 2 macam
ragam sosial dalam masyarakat, yaitu ragam sosial budaya dan ragam gejala sosial. Berikut
adalah ragam sosial budaya yang ada di Indonesia.

1. Ragam Sosial Budaya


Keragaman sosial budaya dalam masyarakat merupakan sebuah keadaaan yang
menunjukkan perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam
masyarakat. Indonesia mempunyai keragaman sosial budaya yang sangat tinggi.
Berikut ini rangkuman tentang jenis-jenis keragaman sosial budaya yang perlu
diketahui.
 Keberagaman Suku Bangsa, Indonesia memiliki lebih dari 1.000 suku bangsa
yang tersebar di seluruh wilayahnya. Suku bangsa atau etnik sendiri adalah
pengelompokan orang-orang berdasarkan garis keturunan yang dipandang
sama, dengan adanya kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, atau ciri-ciri
biologis yang dimiliki. Setiap suku memiliki ciri khas seperti nama,
penampilan fisik, bahasa daerah, adat istiadat, sistem sosial, dan kepercayaan.
Contoh suku bangsa di Indonesia adalah Jawa, Sunda, Batak, Betawi, Bugis,
Bali, Papua, dan lainnya.
 Keragaman Bahasa, Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah yang
digunakan oleh berbagai suku bangsa. Keberagaman Bahasa ini merupakan
kekayaan budaya yang harus dilestarikan. Keberagaman Bahasa ini
disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya, Sejarah serta letak
geografis suatu wilayah. Bahasa daerah merupakan sarana komunikasi, dan
alat control sosial, sekaligus identitas budaya masyarakat setempat. Contoh
bahasa daerah di Indonesia adalah Bahasa Jawa, Sunda, Batak Toba, dan
lainnya.
 Keragaman Agama, agama merupakan salah satu unsur penting dalam
kehidupan masyarakat karena berkaitan dengan keyakinan, nilai-nilai, norma-
norma, dan tata cara ibadah. Hal ini tentu saja dapat menjadikan Masyarakat
yang lebih beragam, mulai dari cara hidup, bersosialisasi, bahkan budaya yang
berbeda. Ada enam agama yang diakui oleh pemerintah di Indonesia, antara
lain Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Keenam agama ini
diatur dalam TAP MPR Nomor 1 Tahun 1965 dan UU Nomor 5 Tahun 1969.
 Keberagaman Kesenian, Indonesia memiliki berbagai macam seni yang
merupakan ungkapan kreativitas dan estetika masyarakat. Seni merupakan
salah satu cara untuk melestarikan dan mengembangkan budaya lokal.
Keragaman seni budaya Indonesia terdiri dari seni, seni rupa, seni musik, seni
teater, dan seni kriya. Masing-masing ragam budaya ini memiliki ciri khas dan
menjadi kebanggaan Indonesia di mata dunia.
Pendidikan merupakan proses membudayakan manusia, jadi dari ke empat jenis
ragam budaya yang telah disebutkan, hubungan timbal balik antara Pendidikan dan
sosial budaya, yaitu Pendidikan dapat membentuk kebudayaan manusia atau
membuat manusia berbudaya dan Kebudayaan dapat membuat manusia hidup
menurut aturan atau norma yang di jadikan pedoman budaya dalam menjalani
kehidupan. Keduanya berkenaan dengan satu hal yang sama, yaitu mengenai nilai-
nilai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sosial budaya sangat penting dalam
Pendidikan, karena budaya dapat mengembangkan potensi anak didik agar tidak
cerdas secara intelektual tetapi juga mempunyai bakat, akhlak, dan moral yang baik.

2. Ragam Gejala Sosial


Gejala sosial yang ada dalam masyarakat berawal dari adanya perubahan sosial.
Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan di lingkungannya. Perubahan sosial
merupakan segala perubahan yang ada pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
dan mempengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, serta pola prilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial dalam masyarakat dapat
berdampak positif maupun negatif. Bagi masyarakat yang tidak dapat menerima
perubahan sosial maka akan terjadi masalah sosial. Demikian contoh gejala sosial
yang ada pada masyarakat.

1) Kemiskinan
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
A. Kemiskinan absolut , yaitu seseorang atau sekelompok orang tidak dapat
memenuhi kebutuhan minimum hidupnya. Dalam sosiologi, kemiskinan
merupakan suatu gejala sosial yang sering kita temui dalam kehidupan
sehari-hari. Gejala sosial ini terjadi diberbagai negara di dunia termasuk
Indonesia. Kemiskinan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
B. Kemiskinan relatif , yaitu seseorang atau sekelompok orang dapat
memenuhi kebutuhan minimum hidupnya, namun dirinya masih merasa
miskin bila dibandingkanakan dengan orang lain atau kelompok lain.
Kemiskinan dapat disebabkan tidak mampunyai seseorang dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan primer. Namun secara sosiologis, salah satu faktor
penyebab munculnya maslah tersebut karena lembaga kemasyarakatan tidak
berfungsi dengan baik, yaitu lembaga kemasyarakatan dibidang ekonomi.
Permasalahan tersebut dapat menyebar ke bidang lain, seperti pendidikan,
sosial, dsb.
2) Masalah Remaja
Masa remaja adalah masa pencarian jati diri sehingga banyak remaja yang
meniru perilaku orang lain. Tindakan remaja bila tidak terkontrol dapat
menjadi suatu masalah sosial yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Masalah remaja ini ditandai dengan adanya keinginan untuk melawan ataupun
sikap apatis. Pada masa ini seharusnya mereka mengenal nilai dan norma-
norma yang berlaku dimasyarakat. Dengan mempelajari norma-norma dalam
masyarakat, diharapkan mereka dapat berprilaku dan tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Prilaku menyimpang yang dilakukan
oleh remaja dapat beragam, misalnya membolos, mencontek, pelanggaran lalu
lintas dan lain sebagainya.
3) Masalah Kependudukan
Indonesia adalah negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang
padat. Penduduk merupakan sumber penting bagi pembangunan. Hal ini
disebabkan penduduk menjadi subjek dan obyek pembangunan. Dengan
adanya pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk disuatu
negara. kesejahteraan masyarakat juga mengalami gangguan yang dipengaruhi
oleh perubahan demografi yang sering tidak dirasakan. Masalah
kependudukan dapat berupa kepadatan penduduk, pemerataan penduduk yang
tidak rata, ledakan penduduk dsb.
Permasalahan diatas perlu adanya penanggulangan, karena dapat
mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat terutama dibidang
pendidikan. Adapun beberapa cara untuk mengatasi permasalahan tersebut
secara umum diantaranya:
1. Melalui program keluarga berencana (KB)
2. Transmigrasi
3. Mengatur pertumbuhan jumlah penduduk
Dengan adanya penanggulangan ragam gejala sosial secara terstruktur,
berbagai masalah dalam pendidikan pun akan terkurangi. Dengan begitu
keseteraan dalam dunia pendidikan perlahan akan terealisasikan.

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Makalah ini bermaksud untuk menambah ilmu dan wawasan tentang asal usul
Pendidikan Luar Sekolah dari berbagai aspek kehidupan dan perkembangannya.
Karena Pendidikan Luar Sekolah merupakan program pendidikan yang sangat
dibutuhkan masyarakat sebelum adanya pendidikan formal hingga kini. Perbedaan
dalam menempuh pendidikan juga tak jarang menjadi alasan mengapa banyak
masyarakat yang kurang berpendidikan. Indonesia merupakan negara dengan
masyarakat yang sangat beragam. Perbedaan agama, ras, bahasa, suku yang tentu
membuat penanganan pendidikannya berbeda-beda. Tak hanya dari segi budaya,
masyarakat indonesia juga pasti memiliki ragam gejala sosial yang berbeda. Dari
fakta tersebut Pendidikan Luar Sekolah menyajikan berbagai macam solusi
mendasar disetiap pembelajarannya. Untuk menciptakan suatu bangunan yang
kokoh maka kita perlu membangun pondasi yang kuat. Maka dari itu, untuk
menemukan semua solusi pendidikan kita harus mempelajari induk pendidikan itu
sendiri. Filsafat merupakan induk dari segala pengetahuan dan ilmu merupakan
perpaduan cara berpikir deduktif dan induktif untuk menciptakan pengetahuan.
Dari filsafat ilmu kita bisa mengerti cara berpikir untuk
memecahkan suatu masalah.

Anda mungkin juga menyukai