DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :
Dari kacamata sejarah, alasan diselenggarakannya Pendidikan Luar Sekolah (PLS), yaitu:
2. Aspek Teoritis
kehidupan bangsa.
3. Dasar Pijakan
Ada 3 dasar pijakan bagi PLS sehingga memperoleh legitimasi yang berkembang di
tengah-tengah masyarakat yaitu UUD 1945, Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun
1989, dan Peraturan Pemerintah RI No. 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar
Sekolah. Berdasarkan dasar pijakan tersebut, dapat dikemukakan bahwa PLS adalah
kumpulan individu yang menghimpun dari dalam kelompok dan memiliki ikatan satu
sama lain untuk mengikuti program pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah
dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin meluas, tidak hanya pada
masyarakat daerah perkotaan, melainkan juga pada masyarakat yang berada di daerah
perdesaan. Kesadaran ini didasari oleh perkembangan ekonomi, IPTEK, politik, sadar
akan kebodohan, dan lain sebagainya sehingga dibentuklah bentuk-bentuk kegiatan
kependidikan baik yang bersifat sekolah maupun luar sekolah.
formal yang dibatasi oleh ruang dan waktu serta kurikulum yang baku dan kaku
Pendidikan nonformal selama ini sudah lama bermunculan dalam masyarakat jauh
sebelum bangsa ini meraih kemerdekaan, disisi lain telah diakui oleh yuridis keberadaanya
yaitu setelah munculnya Undang-undang pada Tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional. Pendidikan nonformal banyak bermunculan di tengah-tengah masyarakat,
bahkan sebelum adanya suatu sekolah pendidikan nonformal telah muncul terlebih dahulu.
Namun dalam bentuk persisteman dan pelaksanaannya pun pendidikan nonformal
berbeda dengan pendidikan sekolah. Selain itu dalam kemajuan perkembangan sekarang
kemajuan pendidikan nonformal telah berubah dalam sebuah aspek kehidupan.
Pendidikan nonformal pada zaman dahulu bercakupan dengan pendidikan Masyarakat
karena pada saat itu pendidikan nonformal berperan dalam pendidikan formal seperti
sebagai pelengkap sebuah subtitusi pendidikan formal, dan mengatasi permasalahan drop
out yang terjadi sebab ketidakmampuan pendidikan formal. Akan tetapi pada saat ini
pendidikan nonformal sangatlah luas dalam mengatasi sebuah permasalahan, sebab di zaman
sekarang banyak program-program yang dapat mengatasi berbagai permasalahan masyarakat
dan pemerintahan seperti permasalahan pendidikan, sosial dan ekonomi (Napitupulu et al.
2021)Pendidikan nonformal pada saat ini sangatlah besar dalam berkontribusi bagi
pengembangan masyarakat, serta dalam persoalan ini dapat dilihat bahwa dalam Masyarakat
antusiasmenya dan kebersamaannya yang sangat begitu erat (Sumirah Silalahi, Risky
Hardiansyah, Wika Wiryanti Siregar 2021). Dalam perkembangannya pendidikan nonformal
mengalami perluasan yang sangat signifikan sehingga berdampak bagi kehidupan
masyarakat (Sri and Nurhayati 2012) disamping itu, pendidikan nonformal bukan hanya
sebagai substitusi pendidikan,suplemen pendidikan, dan bahkan komplemen pendidikan
namun sudah menjadi pilihan kebutuhan masyarakat, hal ini mensejajarkan pendidikan
nonformal dengan pendidikan formal. Dengan adanya kemunculan pendidikan nonformal
bisa dilihat sebagai bentuk cara pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. Dalam rancangan awal dari pendidikan nonformal dapat dikatakan
bermunculan pada akhir tahun 60-an hingga awal 70-an. Selain itu terdapatnya pendidikan
nonformal sekitar awal tahun 1970-an menjadikan pendidikan lebih berkualitas dan lebih
luas dengan adil bagi masyarakat dan berakibatkan tidak lulusnya pendidikan formalnya.
(Abd. Qadir Muslim 2020)
Dapat diketahui bahwa pendidikan nonformal di zaman sekarang terkadang masih belum
mengenal apa itu pendidikan nonformal yang membantu sesuai kebutuhan pada saat
negara meningkatkan sebuah keterampilan.(Sudarto 2017)
Akreditasi
Praktisi
Pendekatan pembangunan
1) Kemiskinan
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
A. Kemiskinan absolut , yaitu seseorang atau sekelompok orang tidak dapat
memenuhi kebutuhan minimum hidupnya. Dalam sosiologi, kemiskinan
merupakan suatu gejala sosial yang sering kita temui dalam kehidupan
sehari-hari. Gejala sosial ini terjadi diberbagai negara di dunia termasuk
Indonesia. Kemiskinan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
B. Kemiskinan relatif , yaitu seseorang atau sekelompok orang dapat
memenuhi kebutuhan minimum hidupnya, namun dirinya masih merasa
miskin bila dibandingkanakan dengan orang lain atau kelompok lain.
Kemiskinan dapat disebabkan tidak mampunyai seseorang dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan primer. Namun secara sosiologis, salah satu faktor
penyebab munculnya maslah tersebut karena lembaga kemasyarakatan tidak
berfungsi dengan baik, yaitu lembaga kemasyarakatan dibidang ekonomi.
Permasalahan tersebut dapat menyebar ke bidang lain, seperti pendidikan,
sosial, dsb.
2) Masalah Remaja
Masa remaja adalah masa pencarian jati diri sehingga banyak remaja yang
meniru perilaku orang lain. Tindakan remaja bila tidak terkontrol dapat
menjadi suatu masalah sosial yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Masalah remaja ini ditandai dengan adanya keinginan untuk melawan ataupun
sikap apatis. Pada masa ini seharusnya mereka mengenal nilai dan norma-
norma yang berlaku dimasyarakat. Dengan mempelajari norma-norma dalam
masyarakat, diharapkan mereka dapat berprilaku dan tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Prilaku menyimpang yang dilakukan
oleh remaja dapat beragam, misalnya membolos, mencontek, pelanggaran lalu
lintas dan lain sebagainya.
3) Masalah Kependudukan
Indonesia adalah negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang
padat. Penduduk merupakan sumber penting bagi pembangunan. Hal ini
disebabkan penduduk menjadi subjek dan obyek pembangunan. Dengan
adanya pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk disuatu
negara. kesejahteraan masyarakat juga mengalami gangguan yang dipengaruhi
oleh perubahan demografi yang sering tidak dirasakan. Masalah
kependudukan dapat berupa kepadatan penduduk, pemerataan penduduk yang
tidak rata, ledakan penduduk dsb.
Permasalahan diatas perlu adanya penanggulangan, karena dapat
mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat terutama dibidang
pendidikan. Adapun beberapa cara untuk mengatasi permasalahan tersebut
secara umum diantaranya:
1. Melalui program keluarga berencana (KB)
2. Transmigrasi
3. Mengatur pertumbuhan jumlah penduduk
Dengan adanya penanggulangan ragam gejala sosial secara terstruktur,
berbagai masalah dalam pendidikan pun akan terkurangi. Dengan begitu
keseteraan dalam dunia pendidikan perlahan akan terealisasikan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Makalah ini bermaksud untuk menambah ilmu dan wawasan tentang asal usul
Pendidikan Luar Sekolah dari berbagai aspek kehidupan dan perkembangannya.
Karena Pendidikan Luar Sekolah merupakan program pendidikan yang sangat
dibutuhkan masyarakat sebelum adanya pendidikan formal hingga kini. Perbedaan
dalam menempuh pendidikan juga tak jarang menjadi alasan mengapa banyak
masyarakat yang kurang berpendidikan. Indonesia merupakan negara dengan
masyarakat yang sangat beragam. Perbedaan agama, ras, bahasa, suku yang tentu
membuat penanganan pendidikannya berbeda-beda. Tak hanya dari segi budaya,
masyarakat indonesia juga pasti memiliki ragam gejala sosial yang berbeda. Dari
fakta tersebut Pendidikan Luar Sekolah menyajikan berbagai macam solusi
mendasar disetiap pembelajarannya. Untuk menciptakan suatu bangunan yang
kokoh maka kita perlu membangun pondasi yang kuat. Maka dari itu, untuk
menemukan semua solusi pendidikan kita harus mempelajari induk pendidikan itu
sendiri. Filsafat merupakan induk dari segala pengetahuan dan ilmu merupakan
perpaduan cara berpikir deduktif dan induktif untuk menciptakan pengetahuan.
Dari filsafat ilmu kita bisa mengerti cara berpikir untuk
memecahkan suatu masalah.