Adapun ciri-ciri pendidikan formal adalah : Pendidikan berlangsung dalam ruang kelas yang sengaja dibuat oleh lembaga pendidikan formal. Guru adalah orang yang ditetapkan secara resmi oleh lembaga. Memiliki administrasi dan manajemen yang jelas. Adanya batasan usia sesuai dengan jenjang pendidikan. Memiliki kurikulum formal. Adanya perencanaan, metode, media, serta evaluasi pembelajaran. Adanya batasan lama studi. Kepada peserta yang lulus diberikan ijazah. Dapat meneruskan pada jenjang yang lebih tinggi
II. Contoh pendidikan non formal
Upaya peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan kualifikasi dan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal (PTK-PNF). Antara lain dengan melalui pendidikan dan pelatihan (Diklat), atau Balai latihan kerja (BLK) agar mereka memiliki kompetensiyang dapat mendukung Keberhasilan Warga Belajarnya. Dengan memperhatikan jenis, fungsi dan peranan yang diemban jalur pendidikan non formal yang sangat banyak dan beragam, maka sudah saatnya semua pihak baik pemerintah, pengusaha, maupun masyarakat umum untuk memperhatikan dan memberdayakan keberadaan jalur pendidikan non formal dan kemudian mendukungnya pada posisi dan tempat yang setara dengan jalur pendidikan formal sesuai dengan amanat dari UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dilihat dari sasarannya pendidikan non formal mencakup segala lapisan masyarakat yang tidak terbatas pada usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan tingkat pendidikaan sebeumnya. Sasaran tersebut tidak hanya mengutamakan kepada mereka yang belum pernah sekolah, putus sekolah, atau mereka yang tamat sekolah serta ingin mendapatkan pekerjaan, tetapi pendidikan non formal juga melayani semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali termasuk mereka yang telah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi ataupun pekerjaan tetap sekalipun. Dengan kata lain sasaran pendidikan non formal adalah mereka yang membutuhkan tambahan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan dirinya sendiri yang mengarah kepada prinsip pendidikan seumur hidup (life long education).
III. Perbedaan pendidikan formal, non formal dan informal
(UU No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1 disebutkan bahwa pelaksanaan sistem pendidikan nasional Indonesia dikenal 3 jalur yakni jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan formal pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dalam perkembangannya, pendidikan formal tidak hanya dilaksanakan secara konvensional, tetapi dapat dilakukan dengan sistem jarak jauh, atau mendayagunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Manfaat mendayagunakan TIK dalam pendidikan formal ini memberikan banyak alternatif sumber belajar, mengatasi berbagai kendala komunikasi dalam sistem konvensional,serta dapat menciptakan peserta didik lebih aktif dan gairah untuk belajar. Pendidikan non formal Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara berstruktur dan berjenjang. Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pendidikan informal pendidikan informal utamanya dilaksanakan di keluarga. Livingstone (1998) mendefinisikan pendidikan informal adalah setiap aktifitas yang melibatkan pursuit pemahaman, pengetahuan, atau kecakapan yang terjadi diluar kurikulum lembaga yang disediakan oleh program pendidikan, kursus atau lokakarya. Pembelajaran informal bisa terjadi di setiap konteks diluar kurikulum lembaga. Hal mendasar dari pendidikan informal (tujuan, isi, cara dan proses pemerolehan, lamanya, evaluasi hasil dan aplikasi) ditentukan oleh individu dan kelompok yang memilih terlibat didalamnya, tanpa kehadiran seorang instruktur yang memiliki otoritas secara melembaga. Pendidikan informal biasa juga disebut pendidikan keluarga, dimana pendidikan dimulai dari keluarga. Menurut Tarakiawan (2001), pendidikan yang mungkin terjadi dalam keluarga, yaitu: 1) pendidikan iman, 2) pendidikan moral, 3) pendidikan fisik, 4) pendidikan intelektual, 5) pendidikan psikis, 6) pendidikan sosial, dan 7) pendidikan seksual. Secara umum perbedaan dari 3 jenis pendidikan ini adalah pendidikan formal adalah pendidikan yang terjadi di sekolah(SD,SMP,SMA dan Perguruan Tinggi), pendidikan nonformal sendiri adalah pendidikan yang lebih mengarah kepada masyarakat salah satu contohnya yaitu Balai Latihan Kerja (BLK), dan pendidikan informal ini adalah pendidikan yang terjadi dalam keluarga. IV. Peran pendidikan non formal dalam pembangunan bangsa Kebutuhan masyarakat akan pendidikan nonformal (PNF) sekarang ini semakin bertambah meningkat. Banyak faktor yang mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan PNF dalam kehidupan masyarakat. Perubahan masyarakat yang terjadi sangat cepat sekarang ini menyebabkan hasil pendidikan yang diperoleh di sekolah (pendidikan formal) menjadi tidak sesuai atau tertinggal dari tuntutan baru dalam dunia kerja. Ilmu pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh dari sekolah seolah-olah semakin cepat menjadi usang dan kurang dapat digunakan untuk memecahkan tantangan baru yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi semacam ini menuntut adanya layanan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah yang berfungsi sebagai penambah atau pelengkap pendidikan formal. Di samping itu terdapat fenomena banyaknya angka putus sekolah atau tidak dapat menyelesaikan satu jenjang pendidikan sekolah disebabkan karena beberapa alasan seperti keadaan ekonomi orang tua, ketidakcocokan siswa dengan kehidupan sekolah yang bersifat elitis, formalisme yang kaku dalam pola hubungan antara guru dan murid, kurikulum yang terasing dari kehidupan masyarakat. Pendidikan nonformal sekarang ini, dalam rangka membantu menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, dilibatkan dalam layanan pendidikan program wajib belajar tersebut. Kemunculan program pendidikan kesetaraan dalam pendidikan nonformal yaitu program Paket A setara SD, Paket B setara SMP, paket C setara SMA lebih dipicu oleh kebutuhan penuntasan program wajib belajar pendidikandasar 9 tahun (Paket A dan Paket B) di samping memberi akses pendidikan yang lebih tinggi yaitu Paket C. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat 1 menyebutkan sebagai berikut: Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidik formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Dalam pengertian undang-undang ini program kesetaraan yang dilakukan oleh bidang pendidikan nonformal, dapat dimasukkan dalam fungsinya sebagai pengganti pendidikan formal, seolah- olah mereka yang tidak dapat mengikuti atau tidak menyelesaikan satu jenjang pendidikan formal dapat digantikan melalui program kesetaraan. Program pendidikan nonformal adalah bermacam-macam. Peran pendidikan nonformal juga terdapat pada pendidikan keterampilan teknikal dengan tujuan peningkatan ekonomi atau pendapatan warga masyarakat. Seolah-olah orientasi pendidikan nonformal ditujukan peningkatan kualitas sumberdaya manusia bagi peningkatan pendapatan peserta belajar. Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, atau program kursus keterampilan lebih banyak berkembang dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Bahkan program keaksaraan fungsional, program Paket A,Paket B, dan Paket C memberikan keterampilan fungsional yang terkait dengan tujuan untukpeningkatan pendapatan warga belajarnya. Program keaksaraan fungsional memberikan kemampuan membaca dan menulis yang dikaitkan dengan keterampilan ekonomis untuk peningkatan pendapatan. DAFTAR PUSTAKA
Anwas, O. M. (2013). Pengaruh pendidikan formal, pelatihan, dan intensitas pertemuan
terhadap kompetensi penyuluh pertanian. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 19(1), 50- 62.
Bafadhol, I. (2017). Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam, 6(11), 14.
Kuntoro, S. A. (2006). Pendidikan nonformal (PNF) bagi pengembangan Sosial. Jurnal
Ilmiah Visi, 1(2), 14-18.
Raharjo, T. J., Suminar, T., & Muarifuddin, M. (2016). Peran pusat kegiatan belajar masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan melalui pendidikan nonformal di Jawa Tengah. Journal of Nonformal Education, 2(1).
Sudiapermana, E. (2009). Pendidikan Informal. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 4(2).
Susanti, S. (2014). Meningkatkan efektivitas pendidikan nonformal dalam
pengembangan kualitas sumber daya manusia. Jurnal Handayani Pgsd Fip Unimed, 1(2).