Anda di halaman 1dari 18

OPINI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

M.Kuliah : PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Dosen Pengampu :
MARFUZI IRWAN M.Pd

Disusun Oleh :

VionaLita L Tobing
( 1193311079 )
PGSD KELAS I

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

2019 / 2020
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Pendidikan luar sekolah yang dicanangkan pemerintah sebagai subsistem dari pendidikan
nasional, hingga saat ini diperlakukan tak lebih sebagai ‘anak tiri’ yang kurang diperhatikan.
Selain itu, program pendidikan luar sekolah memang belum bisa dilaksanakan secara optimal.
Padahal melihat tujuan pokok dari pendidikan luar sekolah sebetulnya mampu memberikan
pelayanan khusus bagi masyarakat berdasarkan kebutuhannya, juga berperan dalam
mendukung dan melengkapi pendidikan sekolah.
Banyak mahasiswa yang belum mengetahui apa sebenarnya pendidikan luar sekolah . Banyak
juga yang belum mengetahui apa fungsi dan tujuan pendidikan luar sekolah . Banyak juga
yang bertanya bagaimana asal-usul adanya pendidikan luar sekolah ? . Di sini , kita akan
membahas semuanya . Sebenarnya , pendidikan luar sekolah itu sudah ada sebelum Negara-
negara berkembang mencapai kemerdekaannya . Berarti pendidikan luar sekolah ini telah ada
sejak dahulu kala . Pendidikan luar sekolah dalam bentuk yang paling asal (indegenus)telah
ada sejak dulu . Kehadirannya lebih dulu dari pendidikan formal atau pendidikan
persekolahan biasanya . Pendidikan luar sekolah atau nonformal berkembang dari pendidikan
tradisional yang biasanya berakar dalam agama dan tradisi yang dianut oleh suatu komunitas
masyarakat . Kegiatan-kegiatan berupa pelestarian dan pewarisan kebudayaan secara turun-
temurun . Kegiatan-kegiatan tersebut berawal dari yang paling sederhana smapai dengan
yang kompleks ( seperti upacara tradisional atau upacara adat yang dilakukan dalam
kelompok besr ) .
Pada permulaannya pendidikan formal seperti itu mendapat pengaruh dari pendidikan
informal , yang pertama dilakukan dalam lingkungan keluarga . Pendidikan luar sekolah atau
nonformal yang indigenous berakar pula pada kebiasaan menyampaikan ajaran agama
.Ajaran agama seperti materi pendidikan itu juga sekaligus merupakan unsur motivasi untuk
belajar . Kemudian diperluas , bahwa membaca merupakan alat untuk mendalami ilmu
pengetahuan . Motivasi belajar juga ditemukan dalam pepatah-petitih secara tradisional .
Pendidikan luar sekolah dengan menggunakan cara tersebut berkembang dengan sendirinya ,
kemudian berkembang dalam lingkungan yang lebih luas . Tujuannya adalah untuk
memenuhi kebutuhan praktis dan meneruskan warisan social budaya , kemampuan-
kemampuan dan cara-cara kerja dan teknolog masyarakat dari satu generasi ke generasi
berikutnya . Dalam perkemabngan yang lebih lanjut , ide-ide dan cara-cara dari Negara lain
diperkenalkan . Ini dimulai dari Negara kolonialis dimana mereka menguasai Negara
terjajah , atau oleh bangsa pribumi yang telah mendapatkan pendidikan barat . Kegiatan-
kegiatan dengan pembentukan perkumpulan pemuda tani , kepramukaan , pelayanan remaja ,
program pendidikan oleh pusat-pusat kesehatan ( diantaranya yang dibantu oleh palang
merah ) adalah berasal dari luar .
Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia

Seperti tekah dibahas di atas , sebenarnya pendidikan luar sekolah di Indonesia telah
berkembang sejak dulu dalam bentuk magang , belajar secara individual , belajar
berkelompok , yang dilakukan secara tradisional yang berkaitan tentang keyakinan bergma ,
misaldalam agama islam pendidikan luar sekolah itu dikembangkan di sanggar atau
pesantren. Di sampimg sanggar dan pesantren , sebelum merdeka bangsa Indonesia telah pula
mengenal berbagai kursus-kursus kewanitaan , kursus pengetahuan umum atau politik ,
kepaduan ( sekarang pramuka ) dan pendidikan olah raga bagi para pemuda . Kegiatan-
kegiatan tersebut diprakarsai oleh pemimpin-pemimpin pergerakan kemerdekaan . Bentuk
kemerdekaan pendidikan luar sekolah yang dikembangakan oleh pemimpin pergerakan
kemerdekaan tersebut sesungguhnya merupakan embrio dan kegiatan masyarakat yang
dikembangkan pada masa kemerdekaan . Pada masa pendudukan jepang , pendidikan itu
disebut pendidikan rakyat . Tujuan pada masa itu adalah untuk menanamkan semangat
kemerdekaan dan anti terhadap penjajah .
Pada masa revolusi fisik , yaitu setelah bangsa Indonesia merdeka , pendidikan luar sekolah
berkembang lebih luas lagi . Bentuk-bentuk kegiatannya meliputi kursus pemberantasan buta
huruf , kursus pengetahuan umum , taman bacaan , penyuluhan dan penerangan . Kegiatan-
kegiatan tersebut tidak dilakukan oleh pemerintah tetapi oleh mereka yang merasa
memerlukan pendidikan luar sekolah untuk memajukan kehidupan bangsa . Kemudian pada
tahun 1946 pendidikan luar sekolah di Indonesia resmi ditandatangani oleh pemerintah di
bawah pimpinan kementrian pendidikan masyarakat . Isi pendidikan meliputi pendidikan
gama dan budi pekerti , pendidikan kecerdasan dan keterampilan , pendidikan
kewarganegaraan , pendidikan berorganisasi , dan pendidikan hidup mandiri . Kegiatan-
kegiatan dilaksanakan dalam berbagai bentuk , seperti kursus , latihan , diskusi kelompok ,
penyuluhan , latihan berorganisasi , perpustakaan masyarakat .
Pada masa orde baru pendidikan luar sekolah mendapat perhatian yang cukup besar . Sejak
perkembangan lima tahun yang kedua , istilah pendidikan luar sekolah dan pendidikan
seumur hidup menjadi topic pembahasannya yang luas . Dalam pelita II dinyatakan bahwa
pendidikan tidak terbatas pelaksaannya hanya disekolah , dimasyarakat , dan lingkungan
seluarga saja , tetapi berlangsung seumur hidup . Perhatian yang besar terhadap pendidikan
luar sekolah itu berlangsung terus hingga sekarang ini .
Alasan peranan pendidikan luar sekolah dianggap cukup besar dalam menunjang
pembangunan . secara lebih khusus dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pembangunan yang lebih meluas dan penemuan-penemuan di bidang ilmu dan
teknologi akan membuka kesmpatan yang lebih luas bagi permasalahan pendidikan
yang penyelelasian tidak dapat dikerjakan sendiri oleh pendidikan di sekolah formal .
2. Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat menuntut kita untuk selalu mengadakan
penataran dan penyegaran yag terus menerus untuk menjaga agar pengetahuan yang
kita miliki melalui pendidikan di sekolah tidak beku dan tanpa fungsi .
3. Kebutuhan-kebutuhan pribadi yang makin meningkat sesuai dengan modernsisasi ,
agar masyarakat dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan dan kemajuan
masyarakat . Pengetahuan dan keterampilan mejadi mutlak harus dimiliki sehingga
tidak ketinggalan zaman , perolehan pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat
dilakukan melalui pendidikan luar sekolah .

Penyelenggraan pendidikan luar sekolah di Indonesia dalam kenyataanya tidak hanya


dilakukan pemerintah saja , akan tetapi juga oleh lembaga-lembaga swasta , organisasi-
organisasi kemasyarakatan , dan perorangan . Pemerintah memiliki proram yang walaupun
tidak bisa disebut program pendidikan luar sekolah , namun pada hakikatnya mengandung
inti pendidikan luar sekolah . Hal ini Nampak pada tujuannya yang mengarah kepada
perubahan pengetahuan , keterampilan , sikap dan nilai-nilai pada sasaran populasi , yaitu
warga masyarakat , yang mengikuti kegiatan pendidikan luar sekolah tersebut
Pengertian pendidikan luar sekolah di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Luar
Sekolah adalah segala upaya pendidikan yang sistematis dan terorganisir, dilaksanakan di
luar sistem persekolahan, dengan maksud untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
peserta didik sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Selain itu, berdasarkan beberapa batasan
tentang pengertian Pendidikan Luar Sekolah, maka dapat diambil kesimpulan pula bahwa
Pendidikan Luar Sekolah merupakan setiap kegiatan yang dilakukan di luar jalur pendidikan
formal dimana terdapat proses belajar sehingga seseorang yang menjadi peserta belajar akan
mendapatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan bimbingan sehingga dapat tercapai
tujuan belajarnya.
Pendidikan luar sekolah (bahasa Inggris: Out of school education) adalah pendidikan yang
dirancang untuk membelajarkan warga belajar agar mempunyai jenis keterampilan dan atau
pengetahuan serta pengalaman yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal
(persekolahan). (sumber wikipedia).

Kita semua mengetahui bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap
kemajuan suatu bangsa. Oleh sebab itu, kemajuan metode pembelajaran dalam dunia
pendidikan harus memberikan inovasi agar efek dari pendidikan itu terasa hingga semua
lapisan. Disinilah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) masuk.

Sebelumnya harus kita ketahui adalah bahwa ranah pendidikan luar sekolah itu sangat luas.
Intinya adalah bahwa program studi PLS merupakan program studi dengan segala macam
bentuk pendidikan diluar kaidah pendidikan formal. Program studi PLS memberikan
sentuhan yang cukup luwes untuk merangkul anak-anak secara menyeluruh yang memang
tidak bisa mengikuti pendidikan secara formal. Oleh sebab itu, inovasi metode pembelajaran
dalam program studi ini akan berpengaruh besar terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia.

Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah

 Pendidikan Luar Sekolah sebagai Subtitute dari pendidikan sekolah. Artinya,


bahwa pendidikan luar sekolah dapat menggantikan pendidikan jalur sekolah yang
karena beberapa hal masyarakat tidak dapat mengikuti pendidikan di jalur
persekolahan (formal). Contohnya: Kejar Paket A, B dan C
 Pendidikan Luar Sekolah sebagai Supplement pendidikan sekolah. Artinya, bahwa
pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk menambah pengetahuan, keterampilan
yang kurang didapatkan dari pendidikan sekolah. Contohnya: private, les, training
 Pendidikan Luar Sekolah sebagai Complement dari pendidikan sekolah. Artinya,
bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk melengkapi pengetahuan dan
keterampilan yang kurang atau tidak dapat diperoleh di dalam pendidikan sekolah.
Contohnya: Kursus, try out, pelatihan dll

TUJUAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Pada dasarnya tujuan Pendidikan Luar Sekolah tidak menyimpang dari tujuan Pendidikan
Nasional, yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berpendidikan, berdisiplin, bekerja
keras, tangguh bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan
rohani. Untuk mencapai ke arah tujuan tersebut, tidak bisa tercapai bila hanya mengandalkan
pendidikan formal saja, maka Pendidikan Luar Sekolah dan pendidikan keluarga saling
melengkapi dalam upaya pencapaian tujuan Pendidikan Nasional tersebut. Dengan kata lain
Pendidikan Luar Sekolah membantu tercapainya tujuan Pendidikan Nasional.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional pasal 26 ayat 1 dan 2 menjelaskan bahwa:
1.Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/ atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
2.Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.

Selanjutnya dalam peraturan tersebut dijabarkan tujuan pendididkan luar sekolah, yaitu:
1.Melayani warga belajar agar dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang
hayat guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya.
2.Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang
diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang tinggi.
3.Memenuhi kebutuhan belajar yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah
Berdasarkan pendapat di atas jelas bahwa tujuan Pendidikan Luar Sekolah adalah
memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat untuk mengembangkan potensi peserta
didik serta kuantitas lulusan yang disertai kualitas perubahan tingkah laku yang didapat dari
hasil belajar. Dengan demikian tujuan Pendidikan Luar Sekolah lebih menekankan kepada
perubahan tingkah laku fungsional anak didik dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang diperlukan

Untuk memahami konsep pendidikan luar sekolah lebih lanjut perlu dikemukakan dua sudut
pandang yang berbeda , tetapi dapat memperkaya pengembangan konsep tersebut . Kedua
sudut pandang tersebut adalah (1) konsep konvensional berdasarkan kebiasaan dan proses
pendidikan (2) . dinamika kesdaran tujuan dan proses pendidikan .
Sudut pandang yang pertama , pendidikan luar sekolah dapat dipahami secara berdampingan
dengan pendidikan persekolahan . Keduanya dibandingkan kemudian dilihat berbedaan dan
persamaannya . Klasifikasi pendidikan luar sekolah yang dibedakan dari pendidikan sekolah
ditinjau dari segi : tujuan , system penyampaian , hirarki , dan struktur program .
Selanjutnya berlandaskan pandangan pertama ini pula ditinjau suatu taksonomi untuk
menggambarkan kegiatan-kegiatan perkembangan pendidikan luar sekolah yang mencakup
unsur legtimisi terhadap kegiatan tersebut (seperti lembaga pendidikan , industry ,
perdagangan , koperasi , keagamaan , dll ) . Kemudian unsur misi yang mengacu pada
pernytaan filosofi , nilai-nilai tujuan program seperti peningkatan produksi perkembangan
masyarakat . Unsur perubahan perilakau yang mengacu pada perubahan perilaku sebagai
hasil dari pengalaman yang diperoleh dari mengikuti kegiatan pendidikan luar sekolah .
Unsur proses yang mengacu pada jenis-jenis media komunikasi yang digunakan seperti
media cetak , media personal .

Ruang Lingkup Pendidikan Luar Sekolah

Ruang lingkup pendidikan luar sekolah menyangkut berbagai aspek kehidupan dari berbagai
usia, tempat dan kebutuhan. Ruang lingkup pelayanan pendidikan luar sekolah menjangkau
keseluruhan kegiatan pelayanan pendidikan di luar sekolah pelayanan diselenggarakan oleh
pendidikan di luar persekolah. Pendidikan luar sekolah tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah/ departemen, tapi juga dilaksanakan oleh seluruh masyarakat yang mampu
membimbing dan melaksanakannya.

Ruang lingkup pendidikan luar sekolah dapat ditinjau dari beberapa segi seperti : Pelayanan,
pranata, Pelambangan Program. Ketiga segi itu sebagai berikut :

Dari segi pelayanan


a. Berdasarkan usia

Usia Persekolahan

Upaya peralatan pendidikan yang berhubungan dengan anak usia berhubunga antara lain
adalah: tempat penitipan anak, dan kelompok sepermainan. Lembaga-lembaga pendidikan
semacam ini juga termasuk lembaga pendidikan luar sekolah. Fungsi lembaga tersebut
berbeda dengan fungsi taman kanak-kanak yang merupakan persiapan untuk memasuki
sekolah dasar.

Usia Pendidikan Dasar

Pada saat sekarang ini wajib belajar 9 tahun bagi anak-anak usia 7-12 tahun, walau demikian
masih banyak anak-anak usia sekolah yang belum tertampung di sekolah Dasar. Oleh karena
itu pendidikan luar sekolah mempunyai peranan yang penting untuk merealisasikan tujuan
pendidikan yang belum dapat tercapai sepenuhnya melalui pendidikan persekolahan. Oleh
karena itu pendidikan luar sekolah mengadakan pelaksanaan wajib belajar 9 tahun, dengan
cara program paket A.
Usia Pendidikan Menengah

Tidak semua kelompok usia 13-18 tahun telah mengenyam pendidikan sekolah menengah
tingkat pertama (SMTP) maupun sekolah menengah atas (SMTA). Seperti diketahui sistem
pendidikan persekolahan tidak selalu dirancang untuk menghasilkan lulusan yang yan siap
kerja.

Dalam hubungan ini, pendidikan luar sekolah dapat berperan sebagai pengganti, pelengkap
atau penambah program pendidikan persekolahan. Dengan cara mendidik keterampilan dan
paket B yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

b. Berdasarkan jenis kelamin

Menurut daftar statistik, ternyata jumlah wanita lebih banyak dari pada pria. Meskipun
demikian, partisipasi wanita masih kurang dalam peningkatan produksi atau pendidikan
sosial, ekonomi yang dilaksanakan bersama dengan pria. Mengingat bahwa wanita lebih
berperan dalam kegiatan kesejahteraan keluarga, partisipasi wanita dalam hal ini perlu
ditingkatkan lagi. Program pendidikan luar sekolah yang sangat menonjol dalam kegiatan itu
ialah : program PKK, KB dan sebagainya.
Sistem penyampaian dapat dilakukan dengan menggunakan:

1) Kelompok, organisasi clan lembaga yang ada dalam masyarakat,


2) Mekanisme sosial, budaya seperti perlombaan clan pertandingan,
3) Kesenian tradisional seperti wayang, ludruk, dagelan, maupun teknologi modern seperti :
TV, film majalah, dan surat kabar.
4) Prasarana dan sarana seperti : balai desa, masjid, gereja sekolah, alat perlengkapan belajar,
dan alat perlengkapan kerja.

Dari segi kelembagaan

Yang dimaksud dengan pelambangan program ialah keseluruhan proses mengintegrasikan


antara pendidikan luar sekolah dan pembangunan masyarakat lainnya seperti :

a. Program antar sekolah dan swadaya masyarakat, misalnya program pembinaan


kesejahteraan keluarga (PKK), program keterampilan wanita (PKW).
b. Koordinasi pelaksanaan dan perencanaan proram pembangunan.
c. Tenaga penggerak di tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kotamadya, kecamatan dan desa
(pemerintah dan swasta).

Peran Pendidikan Luar Sekolah


Pendidikan luar sekolah sebagai sub sistem dalam sistem pendidikan nasional Indonesia
harus memainkan peran ganda baik mendidik maupun mengajar dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Untuk dapat berperan dengan baik sebagai pengajar dan pendidik
diperlukan kesiapan sikap mental dan pengetahuan yang luas di bidang kemasyarakatan. Pada
kenyataannya pendidikan luar sekolah tidak hanya melakukan aspek pengajaran. Namun,
lebih dari itu yaitu dapat dicapai jika pemerintah memiliki perhatian yang sama, baik pada
pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Kurangnya perhatian pada pendidikan
luar sekolah terjadi karena beberapa hal, antara lain karena orang-orang yang merancang
strategi pendidikan kurang melihat kenyataan di lapangan bagaimana masalah putus sekolah
terjadi. Putus sekolah terjadi bukan hanya karena faktor ekonomi tetapi juga dihadapkan oleh
kenyataan bahwa setelah selesai sekolah banyak siswa yang menjadi pengangguran. Faktor
lemahnya ekonomi keluarga memilih peran yang kuat yang menyebabkan orang tua memilih
menyuruh anak untuk mencari nafkah daripada sekolah. Sekolah ternyata tidak menyiapkan
anak untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan hidup di masyarakat. Hal ini dapat
ditanggulangi melalui pendidikan luar sekolah.
Peran pendidikan luar sekolah di dalam sistem pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa memerlukan kemauan dari para penentu untuk memberi
perhatian kepada mereka yang tidak beruntung pendidikannya. Pendidikan luar sekolah
membelajarkan mereka yang tidak dibelajarkan oleh sistem persekolahan. Karena itulah
pendidikan luar sekolah bukan diciptakan untuk menyaingi tetapi untuk mendukung sistem
persekolahan. Pendidikan luar sekolah membuka berbagai jenis dan pola pendidikan dan
pengajaran bagi siapapun yamg tidak mendapatkan kesempatan pada jalur pendidikan
sekolah, serta bagi mereka yang sudah ikut program persekolahan tetapi masih memerlukan
tambahan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang tidak diperoleh pada jalur sekolah.

C. Upaya-Upaya Pendidikan Luar Sekolah dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa


Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa bukan mencerdaskan
bangsa. Mencerdaskan kehidupan bangsa membawa konsekuensi dan tuntutan yang sangat
luas bagi para perencana, pengelola pendidikan dan pengajaran, karena kata-kata
“kehidupan” membawa makna cakupan seluruh aspek kehidupan, tidak hanya cerdas dalam
ilmu tertentu tetapi juga cerdas dalam menerapkan dan memanfaatkannya dalam kehidupan
dan lingkungan sehingga dapat membawa perbaikan dalam kehidupan pribadi dan bangsa
secara keseluruhan. Pendidikan luar sekolah sebagai salah satu jalur pendidikan yang
ditetapkan oleh pemerintah, seharusnya mencari strategi yang menjamin pendidikan dan
pengajaran berjalan seimbang agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki
intelektual, moral dan emosional yang seimbang.
Pendidikan luar sekolah merupakan suatu instrumen untuk mewujudkan masyarakat dan
bangsa yang cerdas. Salah satu upaya untuk mewujudkan kecerdasan bangsa dan pendidikan
yang maju adalah dengan menciptakan budaya baca di masyarakat. Disamping upaya
tersebut, pendidikan luar sekolah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa membuat
beberapa program-program pendidikan yang meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan fungsional, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, serta pendidikan lain
yang ditunjukkan untuk mengembangkan dan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Pendidikan luar sekolah yang berkiprah dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa telah
memperkenalkan visi dan misi yang jelas. Dalam mengembangkan visi dan misi, pendidikan
luar sekolah tentu harus menggali dari kerangka dasar pendidikan nasional secara
menyeluruh. Visi yang ingin dijadikan acuan adalah terwujudnya masyarakat yang cerdas,
terampil, mandiri, berdaya saing dan gemar belajar. Visi tersebut dijabarkan menjadi misi
yaitu melaksanakan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan berkelanjutan
dan pendidikan perempuan. Dengan demikian visi dan misi pendidikan luar sekolah
merupakan suatu kesatuan yang utuh dan saling terkait dalam rangka mencapai tujuan utama
pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.

D. Sasaran Pendidikan Luar Sekolah


Adapun sasaran pendidikan luar sekolah dapat dibagi menjadi 2 sasaran pokok yaitu:
1. Pendidikan Luar Sekolah untuk Pemuda
a. Sebab-sebab timbulnya
1) Banyak anak-anak usia sekolah tidak memperoleh pendidikan sekolah yang cukup
2) Mereka memperoleh pendidikan yang tradisional
3) Mereka memperoleh latihan kecakapan khusus melalui pola-pola pergaulan
4) Mereka dituntut mempelajari norma-norma dan tanggung jawab sebagai sangsi dari
masyarakat.
b. Kelompok-kelompok kegiatan pendidikan luar sekolah antara lain
1) Klub Pemuda
2) Klub-klub Pemuda tani
3) Kelompok Pergaulan

2. Pendidikan Luar Sekolah untuk orang Dewasa


Pendidikan ini timbul oleh karena:
a. Orang-orang dewasa tertarik terhadap profesi kerja.
b. Orang dewasa tertarik terhadap keahlian.
Dalam rangka memperoleh pendidikan di atas dapat ditempuh melalui:
1) Khursus-khursus Pendek
2) In Service-training
3) Surat-menyurat

Sesuai dengan rancangan Peraturan Pemerintah maka sasaran pendidikan luar sekolah dapat
meliputi:
a. Ditinjau dari Segi Sasaran Pelayan, berupa:
1) Usia Pra-Sekolah (0-6 tahun) Fungsi lembaga ini mempersiapkan anak-anak menjelang
mereka pergi sekolah (Pendidikan Formal) sehingga mereka telah terbiasa untuk hidup dalam
situasi yang berbeda dengan lingkungan keluarga.
2) Usia Pendidikan Dasar (7-12 tahun), Usia ini dilaksanakan dengan penyelenggaraan
program kejar paket A dan kepramukaan yang diselenggarakan secara sesame dan terpadu
3) Usia Pendidikan Menengah (13-18 tahun), Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah
untuk usia semacam ini diarahkan untuk pengganti pendidikan, sebagai pelengkap dan
penambah program pendidikan bagi mereka
4) Usia Pendidikan Tinggi (19-24 ntahun), Pendidikan luar sekolah menyiapkan mereka
untuk siap bekerja melalui pemberian berbagai keterampilan sehingga mereka menjadi tenaga
yang produktif, siap kerja dan siap untuk usaha mandiri
b. Ditinjau dari Jenis Kelamin
Program ini secara tugas diarahkan pada kaum wanita oleh karena jumlah mereka yang besar
dan partisipasinya kurang dalam rangka produktivitas dan efisiensi kerja maka pendidikan
luar sekolah membantu mereka melalui program-program PKK, Program KB dan lain-
lainnya
c. Berdasarkan Lingkungan Sosial Budaya
Sasaran pendidikan luar sekolah dapat berupa:
1) Masyarakat Pendesaan, Masyarakat ini meliputi sebagian besar masyarakat Indonesia
dan program diarahkan pada program-program mata pencarian dan program pendayagunaan
sumber-sumber alam
2) Masyarakat Perkotaan, Masyarakat perkotaan yang cepat terkena perkembangan ilmu
dan teknologi, sehingga masyarakat perlu memperoleh tambahan tersebut melalui pemberian
informasi dan kursus-kursus kilat
3) Masyarakat Terpencil, Untuk itu masyarakat terpencil ini perlu ditolong melalui
pendidikan luar sekolah yang mereka dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan nasional
d. Berdasarkan kekhususan Sasaran Pelajar
1) Peserta didik yang dapat digolongkan terlantar, seperti anak yatim piatu
2) Peserta didik yang karena berbagai sebab sosial, tidak dapat mengikuti program
pendidikan persekolahan
e. Berdasarkan Sistem Pengajaran
Sistem Pengajaran dalam proses penyelenggaraan dan pelaksanaan program pendidikan luar
sekolah meliputi:
1) Kelompok, organisasi dan lembaga
2) Mekanisme sosial budaya seperti perlombaan dan pertandingan
3) Kesenian tradisional, seperti wayang, ludruk, ataupun teknologi modern seperti
televisi, radio, film, dan sebagaimana
4) Prasarana dan sarana seperti balai desa, masjid, gereja, sekolah dan alat-alat
pelengkapan kerja.
f. Berdasarkan Segi Pelembangan Program
Pelembagaan program yang dimaksud keseluruhan proses pengintegrasian antara program
pendidikan luar sekolah dan perkembangan masyarakat
1) Program antara sektoral dan swadaya masyarakat seperti PKK, PKN, dan P2WKSS.
2) Koordinasi perencanaan dan atau pelaksana program pembangunan
3) Tenaga pengarahan di tingkat pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa

E. Wadah Kegiatan Pendidikan Luar Sekolah


1. Kursus. Kursus tetap memenuhi unsur belajar mengajar seperti warga belajar, sumber
belajar, program belajar, tempat belajar dan fasilitas. Sistem pengajaran dapat berupa
ceramah, diskusi, latihan, praktek dan penugasan. Dan pada akhirnya kursus ada evaluasi
untuk menentukan keberhasilan dalam Bentuk STTB
2. Kelompok Belajar. Kelompok belajar adalah lembaga kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu tergantung pada kebutuhan warga belajar. Program
belajar dapat berupa paket-paket belajar dan dapat disusun bersama antara sumber belajar dan
warga belajar
3. Pusat Pemagangan. Pusat pemagangan adalah suatu lembaga kegiatan belajar mengajar
yang merupakan pusat kegiatan kerja atau bengkel sehingga peserta didik dapat belajar dan
bekerja
4. Pusat Kegiatan Belajar. PKB terdapat di dalam masyarakat luas seperti pesantren,
perpustakaan, gedung kesenian, toko, rumah ibadat, kebun percobaan dan lain-lain lembaga-
lembaga tersebut para peserta dapat memperoleh proses belajar mengajar sesuai yang mereka
inginkan.
5. Keluarga. Keluarga adalah lembaga pertama dan utama yang dialami oleh seseorang
dimana proses belajar yang terjadi tidak berstruktur dan pelaksanaannya tidak terikat oleh
waktu. Program ini meliputi: nilai-nilai sosial budaya, sosial politik, agama, ideologi, dan
pertahanan keamanan.
6. Belajar Sendiri. Di pihak lain setiap individu dapat belajar sendiri di manapun dan
kapan pun melalui buku-buku bacaan ilmiah, modul, buku paket belajar dan sebagainya
7. Kegiatan-kegiatan Lain. Kegiatan ini dapat meliputi penyuluhan, seminar, dakwah,
lokakarya, diskusi panel dan sebaginya

Jenis jenis Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah kegiatan terorganisasi dan sistematis, diluar sistem
persekolahan, yang dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan
yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu didalam
mencapai tujuan belajarnya.
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional.

Pendidikan nonformal meliputi:

Pendidikan kecakapan hidup,


Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan
yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan. Tujuan pendidikan kecakapan
hidup adalah menyiapkan peserta didik agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan
terampil menjaga kelangsungan hidup, dan perkembangannya di masa datang

Pendidikan anak usia dini,


Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan
anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau
informal

Pendidikan kepemudaan,
Pendidikan ini untuk memenuhi kebutuhan para remaja/pemuda, dengan adanya pelatihan
kepemudaan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dalam rangka meningkatkan kualitas
dan pengembangan potensi diri.

Pendidikan pemberdayaan perempuan,


Pendidikan ini bisa dilaksanakan dalam berbagai bentuk. Pada dasarnya ialah untuk
meningkatkan kualitas perempuan, baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Pendidikan keaksaraan,
Jenis program pendidikan keaksaraan berhubungan dengan populasi sasaran yang belum
dapat membaca dan menulis. Dulu program ini dikenal istilah pemberantasan buta huruf
( PBA ).
Sekarang program keaksaraan terkenal dengan istilah kursus pengetahuan dasar ( KPD).
Targetnya ialah terbebasnya populasi sasaran dari buta baca, buta tulis, buta pengetahuan
umum dan buta bahasa indonesia .

Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,


Pendidikan ini lebih cenderung kepada program-program yang sifatnya aplikatif, untuk
menambah atau memperdalam keterampilan-keterampilan baik didalam lingkungan keluarga,
masyarakat, maupun di lingkungan kerja.

Pendidikan kesetaraan,
Program ini diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin menyetarakan pendidikannya seperti
pendidikan formal, biasanya dalam hal ini adanya paket A untuk SD, paket B untuk SLTP,
dan paket C untuk SLTA.

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas:

Lembaga kursus,
Kursus tetap memenuhi unsur belajar-mengajar seperti warga belajar, sumber belajar,
program belajar, tempat belajar dan pasilitas. Sistem pengajaran dapat berupa ceramah,
diskusi, latihan, praktek dan penugasan. Dan pada akhirnya kursus ada evaluasi untuk
menentukan keberhasilan dalam Bentuk STTB

Lembaga pelatihan,
Pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap mengembangkan diri, mengembangkan profesi,
bekerja, usaha mandiri, dan/untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Kelompok belajar,
Kelompok belajar adalah lembaga kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam jangka
waktu tertentu tergantung pada kebutuhan warga belajar. Program belajar dapat berupa paket-
paket belajar dan dapat disusun bersama antara sumber belajar dan warga belajar

Pusat kegiatan belajar masyarakat,


PKB terdapat di dalam masyarakat luas seperti pesantren, perpustakaan, gedung kesenian,
rumah ibadat, kebun percobaan dan lain-lain lembaga-lembaga tersebut para peserta dapat
memperoleh proses belajar-mengajar sesuai yang mereka inginkan.
Majelis taklim,
Majelis Taklim merupakan lembaga pendidikan Islam Non formal. Dan merupakan fenomena
budaya religius yang tumbuh dan berkembang di tengah komunitas muslim Indonesia.
Majelis Taklim ini merupakan institusi pendidikan Islam non Formal, dan sekaligus lembaga
dakwah yang memiliki peran strategis dan penting dalam pengembangan kehidupan
beragama bagi masyarakat. Majlis Taklim sebagai institusi pendidikan Islam yang berbasis
masyarakat peran strategisnya terutama terletak dalam mewujudkan learning society, suatu
masyarakat yang memiliki tradisi belajar tanpa di batasi oleh usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan dapat menjadi wahana belajar, serta menyampaikan pesan-pesan keagamaan,
wadah mengembangkan silaturrahmi dan berbagai kegiatan kegamaan lainnya, bagi semua
lapisan masyarakat.

Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga setiap orang
memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman
hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan, pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan
tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa.
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri.

Pendidikan Anak Usia Dini


Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan
anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau
informal. Pendidikan anak usia dini berbentuk:
taman Kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA)

Taman Kanak-Kanak adalah pelayanan pendidikan anak usia dini terutama disediakan untuk
anak usia 4+ – 6+ Tahun. Demikian pula Raudathul Athfal tetapi Raudathul Athfal
menekankan pada pengajaran agama Islam.

Kelompok Bermain (KB)


Kelompok Bermain menyediakan pendidikan untuk anak usia 2+ – 6+ tahun.Tetapi didaerah
perkotaan Kelompok Bermain cenderung untuk kelas junior yaitu untuk anak usia 2+ dan 4 +
tahun, sedangkan usia 4 – 6 tahun di TK atau RA, penekanannya pada kegiatan bermain. Bagi
daerah yang tidak ada TK atau RA, Kelompok Bermain semata-mata nama dari pelayanan
pendidikan setengah hari untuk anak 2+ – 6+ tahun.
Taman Penitipan Anak (TPA)
Taman Penitipan Anak menyediakan pendidikan untuk anak usia 3 bulan sampai 6 tahun
sementara orang tua mereka (terutama Ibu) bekerja. Taman Penitipan Anak dibangun dekat
tempat kerja orang tua. Tetapi didaerah perkotaan lama-lama menjadi kegiatan pendidikan
menyediakan kebutuhan mendidik dan merawat untuk ibu-ibu pekerja yang berpenghasilan
tinggi, sementara di pedesaan fungsi kekeluargaan anak masih dominan.

Posyandu
Posyandu pada dasarnya Pos Pelayanan Terpadu yang merupakan pusat kesehatan
masyarakat dimana ibu-ibu hamil dan menyusui datang untuk menerima perawatan kesehatan
(misalnya gizi tambahan, imunisasi dan lain-lain) untuk diri mereka dan juga anak mereka.
Sekarang mulai berubah menjadi pusat pelayanan yang lebih luas untuk ibu-ibu dimana
mereka datang 2 kali sebulan bukan saja untuk menerima perawatan kesehatan tetapi juga
untuk belajar tentang orang tua yang memberikan pelayanan pada anak-anaknya khususnya
anak usia dini. Baru-baru ini, ada usaha pelayanan kerjasama untuk anak-anak yang
menemani ibu mereka ke pusatpusat pelayanan.

Bina Keluarga Balita (BKB)


Tujuan utama dari BKB adalah untuk menyediakan pada ibu-ibu informasi mengenai
keterampilan orang tua – bagaimana membesarkan dan mengawasi perkembangan fisik,
emosi, intelektual anak usia dini. BKB sekarang disatukan dengan Posyandu yang
menekankan kembali fungsi menjadi orang tua nantinya yang bisa melayani anaknya yang
masih usia dini. Baik Posyandu maupun BKB dilakukan oleh kader yang terlatih.

Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen
atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan
kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon
pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan
kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.

Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran
agama yang bersangkutan.
Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari
pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendidikan keagamaan dapat
diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan Jarak Jauh


Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok
masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.
Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang
didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan
sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus


Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau
terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana
sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.
Setiap peserta didik yang lulus ujian kesetaraan Paket A, Paket B atau Paket C mempunyai
hak eglibitas yang sama dengan lulusan pendidikan formal untuk dapat mendaftar pada
satuan pendidikan yang lebih tinggi dan dalam memasuki lapangan kerja.

Program Paket A
Program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SD/MI bagi siapapun yang
terkendala ke pendidikan formal atau yang berminat dan memilih Pendidikan Kesetaraan
untuk ketuntasan pendidikan.

Program Paket B
Program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SMP/MTs bagi siapapun
yang terkendala ke pendidikan formal atau yang berminat dan memilih Pendidikan
Kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan dasar.

Program Paket C
Program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SMA/MA bagi siapapun
yang terkendala ke pendidikan formal atau yang berminat dan memilih Pendidikan
Kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah.

A. Kesimpulan
Pendidikan luar sekolah disebut juga suatu sistem pendidikan yang didalamnya terdapat
kumpulan komponen (unsur-unsur) yang saling berhubungan dan diorganisir untuk mencapai
tujuan. Jadi dengan pendidikan luar sekolah telah terkandung semua unsur yang disyaratkan
oleh suatu sistem seperti anak didik, pendidik, waktu, materi dan tujuan
Dengan sistem pendidikan luar sekolah berarti adanya suatu pola tertentu untuk melakukan
pekerjaan/fungsi yakni mendidik, pekerjaan/fungsi mana berbeda dengan perjalanan/fungsi
sistem pendidikan formal. Misalnya, sekolah tidak lagi bertugas utama memberikan pelajaran
yang berupa faktor-faktor dan pengetahuan hafalan kepada murid dan sekolah tidak lagi
merupakan sistem tertutup. Artinya sekolah hendaknya selalu memberi kesempatan pada
anak setiap saat untuk memperoleh pendidikan, sehingga: sekolah harus merupakan sistem
yang terbuka bagi anak-anak

B. Saran
Sebagai suatu proses yang dinamis, pendidikan akan senantiasa berkembang dari waktu ke
waktu sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan umumnya. Salah satu ciri dari
perkembangan pendidikan adalah adanya perubahan-perubahan dalam berbagai komponen
sistem pendidikan seperti kurikulum strategi belajarmengajar, alat bantu mengajar, sara dan
prasarana, sumber-sumber dan sebagainya. Perkembangan ini sudah tentu akan
mempengaruhi kehidupan para siswa baik dalam bidang akademik, sosial maupun pribadi
Oleh karena itu para siswa diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan setiap
perkembangan pendidikan yang terjadi untuk mencapai sukses yang berarti dalam
keseluruhan proses belajar.

Anda mungkin juga menyukai