Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Pembangunan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Pada umumnya pembangunan dilakuakan dengan penekanan bidang ekonomi dan politik,
terebih pada saat Suatu negara baru memperoleh kemerdekaannya. Pembangunan, kemudian menjadi
suatu gerakan di negara-negara baru berkembang setelah berakhirnya perang dunia kedua. Perang
dunia kedua telah merubah peta politik dan ekonomi benua Asia dan Afrika. Walaupun penekanan
pembangunan pada permulaan kemerdekaan suatu negara dan bangsa ditekankan pada pembangunan
ekonomi dan politik, akan tetapi pembangunan sosial tidak diabaikan, bahkan pada saat tertentu akan
menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi dan politik tersebut. Pendidikan sebagai suatu bagian
pembangunan sosial selalu mendampingi pembangunan ekonomi dan politik. Dalam gerakan
pembangunan yang sampai sekarang dilancarkan di negara-negara sedang berkembang. pasti
pendidikan tidak serta akan menentukan segalanya dalam pembangunan ekonomi dan politik. Namun,
disadari bahwa maju mundurnya pendidikan suatu bangsa akan menentukan watak bangsa tersebut
yang sedang membangun.

Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai pada individu, kelompok dan
masyarakat. Perubahan tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan- kebutuhan
yang semakin bervariasi. dan memberi jalan ke arah pemenuhannya. Itulah sering kali para ahli
mengatakan, bahwa pendidikan mencetuskan harapan. oleh karena harapan itu terletak pada
pendidikan.Pada tahap-tahap awal perjuangan kemerdekaan suatu bangsa dan tahap awal
pembangunan, pendidikan biasanya merupakan gerakan yang mendapat dukunga luas. Pada saat itu
juga tampak, bahwa pendidikan tidak terbatas pada yang diselenggarakan dalam sistem persekolahan,
tetapi juga diselenggarakan dalam bentuk lain di luar sekolah.

4. Uraian Materi

a. Asal-usul pendidikan luar sekolah

Apakah sebelum negara-negara berkembang mencapai kemerdekaanya, bentuk pendidikan yang


disebut pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah itu sudah ada? Adalah suatu pertanyaan
yang amat sering muncul. Sesungguhnya Jawaban atas pertanyaan tersebut tidaklah sukar, sebab
pendidikan luar sekolah atau nonformal itu telah ada sebelum Negara-negara berkembang mencapai
kemerdekaannya. Pendidikan luar sekolah dalam bentuk yang paling asal (indigenous) telah ada sejak
dulu. Kehadirannya lebih dulu dari perkembangan pendidikan formal atau pendidikan persekolahan.
Pendidikan luar sekolah atau nonformal dari pendidikan tradisional yang biasanya berakar dalam agama
dan tradisi yang dianut oleh suatu komunitas masyarakat. Kegiatan-kegiatannya berupa pelestarian dan
pewarisan kebudayaan secara turun temurun. Kegiatan-kegiatan tersebut berawal dari yang paling
sederhana (dari individu diturnkan kepada individu) dari yang berbentuk sederhana sampai dengan yang
kompleks (seperti upacara tradisional atau upacara adat yang dilakukan dalanm kelompok besar).

Pada permulaannya pendidikan formal seperti itu mendapat pengaruh dari pendidikan informal, yang
pertama dilakukan dalam lingkungan keluarga. Pola-pola transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap,
nilai, kebiasaan dilakukan dalam keluarga oleh orang tua kepada anaknya. Selanjutnya keluarga-keluarga
yang membentuk satu kesatuan (dalam wilayah atau keturunan) mengadopsi pola-pola tersebut untuk
dipergunakan dalam kesatuan lingkungan yang lebih luas dari keluarga. Contohnya keterampilan
bercocok tanam diperoleh anak dari orang tuanya. Pola penyampaian keterampilan bercocok tanam
seperti dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, dipergunakan oleh kepala adat, misalnya, kepada
warganya atau oleh ketua kelompok tani kepada para anggota. Pendidikan luar sekolah atau nonformal
yang ndigenous berakar pula pada kebiasaan menyampaikan ajaran agama. Ajaran agama sebagai
materi pendidikan itu juga sekaligus merupakan unsur motivasi untuk belajar. misalnya alam ajaran
agama Islam, membaca Al-Qur'an itu adalah suatu kewajiban untuk mendalami ajaran agama Islam.
Kemudian diperluas, bahwa membaca merupakan alat untuk mendalami ilmu pengetahuan. Motivasi
belajar juga ditemukan dalam petatah-petitih secara tradisional.

Pendidikan luar sekolah dengan menggunakan cara-cara tersebut berkembang dengan sendirinya,
kemudian berkembang dalam lingkugan yang lebih luas. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan
praktis dan meneruskan warisan sosial budaya. kemampuan-kemampuan dan cara-cara kerja dan
teknologi masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam perkembangan yang lebih lanjut,
ide-ide dan cara-cara dari negara lain diperkenalkan. Ini dimulai dari negara kolonialis dimana mereka
menguasai negara terjajah, atau oleh bangsa pribumi yang telah mendapatkan pendidikan barat.
Kegiatan-kegiatan dengan pembentukkan perkumpulan pemuda pedesaan, perkumpulan pemuda tani,
kepramukaan, pelayanan remaja, program pendidikan oleh pusat-pusat kesehatan (diantaranya yang
dibantu oleh Palang Merah) adalah berasal dari luar.

b. Makna Pendidikan Luar Sekolah dalam Gerakan Pembangunan

Gerakan pembangunan di negara-negarasedang berkembang dimulai sejak awal kemerdekaannya, telah


melibatkan pembangunan daerah pedesaan. Hal ini adalah wajar oleh karena sebagian penduduk
negara-negara tersebut tinggal di pedesaan. Gerakan pembangunan di negara-negara sedang
berkembang ditekankan pada kondisi-kondisi untuk meningkatkan kualitas hidup warga masyarakat
desa. Implikasinya adalah bahwa titik pusat perhatian pembangunan pedesaan adalah manusianya,
yakni anggota-anggota masyarakat itu sendiri. Di samping sebagai obyek. mereka juga dipandang
sebagai subyek pembangunan. Sebagai: obyek berarti pembangunan dilakukan terhadap mereka untuk
mereka. Sebagai: subyek berarti mereka harus berpartisipasi. berperan aktif dalam pembangunan.

Pembangunan masyarakat pedesaan diintegrasikan dengan mobilisasi sumberdava manusia-


sumberdaya manusia. Berkaitan dengan itu, ada dua hal yang sangat ditekankan dalam gerakan
pembangunan masyarakat pedesaan tersebut. Pertama, perbaikan kondisi-kondisi ekonomi, ssial dan
kultural. Kedua, pengintegrasian masyarakat pedesaan dalam kehidupan bangsa secara keseluruhan
agar mereka dapat memberikan kontribusi terhadap program-progam nasional. Untuk mencapai tujuan
itu diperlukan dua hal. Pertama, partisipasi masyarakat desa untuk memperbaiki taraf kehidupannya
dengan kepercayaan sepenuh mungkin pada kemampuan dan prakarsa sendiri. Kedua. tersedianya
pelayanan dan bantuan teknik dari pihak pemerintah sehingga prakarsa dan swadaya warga masyarakat
dapat diperkuat.
Bagaimana kaitan antara pembangunan masyarakat pedesaan dengan pendidikan luar sekolah? Apa
makna pendidikan luar sekolah bagi pembangunan masy arakat pedesaan tersebut? Kaitannya adalah
prakarsa, aktifitas partisipasi, swadaya masyarakat tidak akan tumbuh subur. terarah dan meningkat
untuk pelaksanaan pembangunan, jika mereka adalah orang-orang yang bodoh. terbelakang dalam
pengetahuan, keterampılan dan tidak memiliki sikap-sikapvang positif. Denean kata lain, hanya pada
warga masyarakat yang taral pendidikannya memadai prakarsa dan swadaya akan banyak memberikan
makna bagi pembangunan. Dalam makna yang lebih luas, dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan, Jika dikehendaki tercipla dinanmicosi modernisasi dan demokratisasi, harus didahului
oleh landasan pemahaman pengetahuan, keterampilan, sikap-sikap yang memadai yang diperoleh dari
proses pendidikan. Dengan demikian maka pendidikan bagi masyarakat tidak sekedar pendidikan
formal, tetapi juga pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah.

c. Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia

Seperti telah dibahas di atas, sebenarnya pendidikan luar sekolah di Indonesia telah berkembang sejak
dulu dalam bentuk magang. belajar secara individual, belajar berkelompok, yang dilakukan secara
tradisional yang berkaitan dengan keyakinan beragama, misalnya dalam agama Islam pendidikan luar
sekolah itu dikembangkan di langgar atau pesantren. Langgar adalah tempat beribadah orang desa yang
beragama Islam. yang boleh disebut mesjid kecil. Langgar dikelola oleh seorang petugas (disebut amil,
modin tau lebai). Di samping sebagai tempat ibadah, langgar juga dipergunakan untuk memberikan
pelajaran membaca Al Qur' an, dan pelajaran lainnya tentang agama Islam.

Seorang guru (ustadz) akan mengajar sejumlah anak secara berkelompok. Di samping berkelompok.
guru juga biasanya akan melayani anak secara individual dalam mempermudah proses belajarnya.Selain
dalamlanggar pendidikan agama itu diajarkan pula di pesantren- pesantren. Para santri, yaitu murid
dipesantren, diasramakan dalam suatu komplek yang dinamakan pondok. Di samping pondok, pesantren
tersebut dapat pula memiliki tanah untuk diusahakan bersama-sama. Para santri belajar berkelompok
dan pada saat tertentu belajar sendiri- sendiri. Seorang untuk dapat menyelesaikan pelajarannya di
pesantren ditentukan oleh kemampuannya. Jadi pendidikan di pesantren benar-benar mengikuti tingkat
kemampuan seorang santri belajar.Di samping di langgar dan pesantren, sebelum merdeka bangsa
Indonesia telah pula mengenal berbagai kursus-kursus kewanitaan, kursus pengetahuan umum atau
politik, kepanduan (sekarang kepramukaan) dan pendidikan olah raga bagi para pemuda. Kegiatan-
kegiatan tersebut diprakarsai oleh pemimpin-pemimpin pergerakan kemerdekaan. Bentuk kegiatan
pendidikan luar sekolah yang dikembangkan oleh pemimpin pergerakan kemerdekaan tersebut
sesungguhnya merupakan embrio dan kegiatan pendidikan masyarakat yang dikembangkan pada masa
kemerdekaan. Pada masa pendudukan Jepang,pendidikan itu disebut pendidikan rakyat. Tujuannya
pada masa itu adalah untuk menanamkan semnagat kemerdekaan dan anti terhadap penjajah. Bentuk-
bentuk pendidikan rakyat antara lain (a) latihan keprajuritan untuk pemuda pemudi, (b) pendidikan yang
ditujukan kepada orang dewasa, (c) pendidikan khusus untuk kaum ibu, dan (d) memperbanyak bacaan
dengan memajukan perpustakaan, penerbitan surat kabar dan majalah.

Pada masa revolusi fisik, yaitu setelah bangsa lndonesia merdeka. pendidikan luar sekolah berkembang
lebih luas lagi. Bentuk-bentuk kegiatannya meliputi kursus pemberantasan buta huruf. kursus
pengetahuan umum, taman bacaan, penyuluhan dan penerangan. Kegiatan-kegiatan tersebuttidak
dilakukan oleh pemerintah tetapi oleh mereka yang merasa memerlukan pendidikan luar sekolah untuk
memajukan kehidupan bangsa. Kemudian pada tahun 1946 pendidikan luar sekolah di Indonesia resmi
ditangani oleh pemerintah dibawah pimpinan kementerian pendidikan nasyarakat. Isi pendidikan
meliputi pendidikan agama dan budi pekerti. pendidikan kecerdasan dan keterampilan, pendidikan
kewarganegaraan, pendidikan berorganisasi, dan pendidikan hidup mandiri.Kegiatan-kegiatannya
dilaksanakan dalam berbagai bentuk, seperti kursus. latihan, diskusi kelompok. penyuluhan, latihan
berorganisasi, perpustakaan masyarakat.

Pada masa orde baru pendidikan luar sekolah mendapat perhatian vang cukup besar. Sejak
pembangunan lima tahun yang kedua istilah pendidikan luar sekolah dan pendidikan seumur hidup
menjadi topik pembahasan yang luas. Dalam pelita Il dinyatakan bahwa pendidikan tidak terb
pelaksanaannya hanya di sekolah, dimasyarakat dan lingkungan keluarga saja, tetapi berlangsung
seumur hidup (ife long education). Perhatian yang besar terhadap pendidikan luar sekolah itu
berlangsung terus hingga sekarang ini.

Mengapa pendidikan luar sekolah mendapat perhatian yang lebih besarjustru pada saat pelaksanaan
pembangunan sedang ditingkatkan di Indonesia? Alasannya karena peranan pendidikan luar sekolah
dianggap cukup besar dalam menunjang pembangunan. Secara lebih khusus dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Pertama. pembangunan yang lebih meluas dan penemuan-penemuan di bidang ilmu dan teknologi akan
membuka kesempatan yang lebih luas bagi permasalahan pendidikan yang penyelesaiannya tidak dapat
dikerjakan sendiri oleh pendidikan di sekolah formal. Kedu, perkembangan ilmu dan teknologi yang
pesat menuntut kita untuk selalu mengadakan penataran dan penyegaran yang terus menerus untuk
menjaga agar pengetahuan yang telah kita miliki melalui pendidikan di sekolah tidak beku dan tanpa
fungsi. Ketiga, kebutuhan-kebutuhan pribadi yang makin meningkat sesuai dengan modernisasi, agar
masyarakat dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan dan kemajuan masyarakat. Pengetahuan
dan keterampilan menjadi mutlak harus dimiliki sehingga tidak ketinggalan jaman, perolehan
pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan luar sekolah.

Berikut ini dikemukakan secara singkat beberapa kegiatan yang bertemakan pendidikan luar sekolah
yang diselenggarakan oleh pemerintah.

a. Kementerian Pertanian menyelenggarakan kegiatan penyuluhan pertanian (termasuk kursus dan


berbagai demonstrasi lapangan) untuk para petani, dalam rangka meningkatkan usaha taninya dan
menmperbaiki kualitas kehidupannya.

b. Kementerian Dalam Negeri memberikan bimbingan dalam rangka meningkatkan swadaya dan
swasembada masyarakat desa, misalnya melalui Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) di tingkat
desa. Di samping itu khusus bagi kaum wanita di kota ataupun desa. diprakarsai dan diberi bimbingan
dalam penyelenggaraan pembinaan kesejahteraan keluarga.
c. Kementerian Kesehatan melalui pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) selain memberikan
pengobatan kuratif juga menyelenggarakan berbagai bimbingan, penyuluhan dan kursus-kursus yang
berkaitan dengan kesehatan lingkungan. peningkatan gizi, dan pencegahan penyakit menular.

d. Kementerian Sosial menyelenggarakan pembinaan dan peny uluhan serta kursus-kursus keterampilan
untuk para bekas wanita tuna susila agar dapat hidup kembali di dalam masyarakat sebagaimana
layaknya manusia yang bersusila.

e. Kemeneterian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mendirikan sejumlah Pusat Latihan Kerja (PKL) tempat
iselenggarakan latihan-latihan di bidang otomotif-diesel, eletron ika-radio. las. pertukangan kayu, dan
sebagainya.

f. Kementerian Koperasi mengadakan penyuluhan dan kursus-kursus koperasi untuk warga masy arakat.
Bagi petani, Koperasi Unit Desa (KUD), merupakan sarana untuk membiasakan diri berkoperasi dalam
rangka meningkatkan produksi dan pemasaran hasil pertanian.

g. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membentuk satu Direktorat Jenderal yang khusus
menangani pendidikan luar sekolah yaitu Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan
Informal di bawah pembinaan Direktorat Pendidikan Masyarakat). diselenggarakan kegiatan-kegiatan
kelompok belajar, kursus, latihan dan sebagainya bagi warga masyarakat. seperti Kelompok Belajar
Usaha (KBU) bagi para pemuda putus sekolah. masyarakat desa.

d. Faktor Pendorong Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah

Seiring dengan berjalannya waktu, berkembangnya pendidikan luar sekolah didorong oleh beberapa
factor:

1) Para praktisi di masyarakat yang pada umumnya terdiri atas para pemuda terdidik, pemuka
masyarakat, pimpinan organisasi, guru-guru sekolah. dan tenaga sukarela lainnya, berusahan untuk
memberikan pendidikan yang merata kepada seluruh laposan masyarakat, menumbuhkan dan
meningkatkan kesadaran masyarakat. menumbuhkan hasrat dan partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan taraf hidup masvarakat dan bangsa.

2) Berkembangnya kritik terhadap Pendidikan Formal. Hal ini dapat dilihat dari gejala yang menunjukan
adanya krisis pada pendidikan formal yaitu ketidakcocokan antara kurikulum dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan kebutuhan nyata peserta didik, ketidaksesuaian antara pendidikan dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat, ketidakseimbangan yang terus menerus antara pendidikan dan
dunia kerja, ketidakmampuan lembaga pendidikan formal untuk memberi kesempatan pemerataan
pendidikan bagi semua kelompok di masyarakat, dan meningkatnya biaya penyelenggaraan pendidikan
formal yang tidak diimbangi oleh kemampuar negara terutama negara sedang berkembang untuk
membiayainya. Dengan demikian, pendidikan nonformal menderita kelemahan dalam mengimbangi
kecepatan perubahan yang terjadi di luar pendidikan.

3) Masalah Pendidikan di Negara Berkembang. Masalah pendidikan yang berkaitan dengan


kependudukan, yaitu: Anak usia prasekolah yang banyak jumlahnya, banyak usia anak sekolah dasar
yang tidak tertampung oleh lembaga pendidikan formal yang ada, besarnya jumlah orang dewasa yang
tidak mempuny ai kesempatan mengikuti pendidikan formal, besarnya angka putus sekolah, besarnya
jumlah lulusan suatu jenjang pendidikan yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

1. Rangkuman

PENUTUP

Pada negara-negara berkembang. pendidikan yang merupakan satu bagian dari instrumen
pembangunan sosial selalu mendanpingi pembangunan ekonomi dan politik, bahkan pada saat tertentu
akan menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi dan politik tersebut. Pada tahap awal
kemerdekaan suatu bangsa, pendidikan merupakan gerakan yang mendapat dukungan luas, tidak
sekedar pendidikan persekolahan tetapi juga pendidikan dalam bentuk lain di luar sistem pendidikan
formal.

Pendidikan nonformal dalam bentuk yang paling asli (indigenous) telah ada sejak dulu. Kehadirannya
lebih dulu dari perkembangan pendidikan formal (persekolahan). Pendidikan nonformal berkembang
dari pendidikan tradisional yang biasanya berakar dalam agama dan tradisi vang dianut oleh warga
masyarakat. Kegiatan tersebut merentang dari yang sederhana sampaı dengan yang kompleks (seperti
upacara tradisional atau pun upacara adat yang dilakukan dalam kelompok besar).

Bagi negara-negara berkembang.pendidikan luar sekolah ditekankan pada "makna" dalam gerakan
pembangunan. Karena di negara-negara berkembang sebagian besar penduduknya ada di daerah
pedesaan, maka ada dua hal yang sangat ditekankan dalam gerakan pembangunan masvarakat
pedesaan tersebut.Pertama, perbaikan kondisi-kondisi ekonomi sosial dan kultural.Kedua,
pengintegrasian masyarakat pedesaan kedalam kehidupan bangsa secara keseluruhan agar mereka
dapat memberikan kontribusi terhadap program-program nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan dua hal. Pertama, partisipasi warga masy arakat desa untuk memperbaiki taraf kehidupannya
melalui kemampuan dan prakarsannya sendiri. Kedua, tersedianya pelayanan dan bantuan teknik dan
pihak pemerintahan sehingga prakarsa dan swadaya masyarakat dapat diperkuat.

Pendidikan luar sekolah di Indonesia sudah berkembang sejak dulu dalam bentuk magang, belajar
individual, belajar berkelompok, yang dilakukan secara tradisional yang berkaitan dengan keyakinan
agama. Di samping itu, pendidikan luar sekolah di masyarakat sebelum bangsa Indonesia merdeka telah
mengenal berbagai kursus: kursus kewanitaan, kursus pengetahuan umum atau politik, kepanduan
(sekarang kepramukaan) dan pendidikan olah raga bagi para pemuda. Kegiatan-kegiatan tersebut
diprakarsai oleh pemimpin-pemimpin pergerakan kemerdekaan.

Mulai tahun 1946 pendidikan luar sekolah di Indonesia resmi ditangani oleh pemerintah. Kemudian
pada masa orde baru pendidikan luar sekolah mendapat perhatian yang cukup besar. Hal ini terlihat
dalam Pelita II tentang pembangunan bidang pendidikan. Terlihat bahwa pendidikan luar sekolah
mampunyai peranan yang cukup besar dalam menunjang pembangunan. Perkembangan ilmu dan
teknologi yang pesat menuntut masyarakat untuk selalu mengadakan penataran dan penyegaran karena
kebutuhan-kebutuhan pribadi yang semakin meningkat sesuai dengan kemajuan abad modern yang agar
dapat selalu ditunjang oleh pengetahuan dan keterampilan yang sesuai. Ini semua memberi arti, bahwa
pendidikan luar sekolah memiliki peran yang aktif di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai