Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN PLS DI INDONESIA

Makalah ini Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

DI SUSUN OLEH :

AZKAL AZKIA NIM ( 18................... )

INA SARI NIM (18.................)

RITA MANDARITA NIM (18.01.01.0026)

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan


pendidikan yang baik. Hal ini disebabkan pendidikan luar sekolah
melakukan pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat dan
berkelanjutan sehingga potensi yang dimiliki seseorang dapat
dikembangkan secara maksimal. Pendidikan Non Formal (PNF) adalah
setiap usaha pelayanan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem
sekolah, berlangsung seumur hidup, dijalankan dengan sengaja, teratur dan
berencana yang bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia (sikap,
tindak dan karya) sehingga dapat terwujud manusia seutuhnya yang gemar
belajar-mengajar dan mampu meningkatkan taraf hidupnya. 1

Setiap pendidikan tentu memiliki program yang tersusun dan


terencana secara mandiri ataupun bagian dari pendidikan yang lebih luas.
Oleh karenanya terdapat sejarah untuk melalui proses atau tahap- tahap
program yang terencana tersebut. Dalam pembahasan makalah ini maka
akan menjelaskan berbagai macam hal yang bersangkutan mengenai
“Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah”

1
Djudju Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah; Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falasafah,
Teori Pendukung, Asas (Bandung: Penerbit Falah Production, 2001) hal: 53
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan pendidikan luar sekolah

Pendidikan luar sekolah adalah terjemahan dari kata social education.


Kegiatan pendidikan luar sekolah atau nonformal telah hadir didunia ini
sama satunya dengan kehadiran manusia yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Setelah jumlah manusia makin berkembang, situasi
pendidikan ini muncul dalam kehidupan kelompok dan masyarakat.
Kegiatan pendidikan dalam kelompok dan masyarakat telah dilakukan
oleh umat manusia jauh sebelum pendidikan formal lahir didalam
kehidupan masyarakat. Adapun yang mempengaruhi perkembangan
pendidikan luar sekolah, diantaranya ialah2:

a. Pengaruh pendidikan informal

Pada waktu kehadirannnya, pendidikan luar sekolah dipengaruhi


oleh pendidikan informal, yaitu kegiatan yang terutama berlangsung
dalam keluarga. Dalam kehidupan keluarga terjadi interaksi antara
orang tua dengan anak atau sebaliknya. Pada dasarnya kegiatan
tersebut menjadi akar tumbuhnya perbuatan mendidik yang dikenal
dewasa ini.

b. Pengaruh tradisi masyarakat

Dalam masyarakat terdapat tradisi dan adat istiadat yang


mendorong penduduk untuk belajar, berusaha, dan bekerja sama.
Kegiatan pembelajaran dilakukan untuk melestarikan dan mewariskan
kebudayaan secara turun temurun. Kegiatan pembelajaran yang asli
2
Yapandi, Pendidikan Luar Sekolah (Pls)Mendidik Untuk Membangun Karakter Bangsa,
(Pontianak, IAIN Pontianak Press, 2015) hal: 8
4

inilah yang termasuk kedalam kategori pendidikan tradisional yang


kemudian menjadi akar pertumbuhan pendidikan nonformal.

c. Pengaruh agama

Agama dapat memberikan motivasi kepada masyarakat bahwa


belajar merupakan kewajiban yang ditetapkan Allah SWT untuk
dilakukan oleh setiap orang .Syarat utama yang perlu dimiliki oleh
setiap individu untuk melakukan kegiatan belajar adalah kemampuan
membaca, oleh sebab itulah, wahyu pertama yang diturunkan allah
SWT Kepada Rasul-Nya, untuk disampaikan kepada manusia, adalah
perintah untuk membaca. “Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah
menjadikan?” Qs.Al-Alaq, ayat 1).

Adapun beberapa alasan timbulnya pendidikan luar sekolah menurut


Soeleiman Joesoep (2004:71) ada lima, yaitu kesejahteraan, kebutuhan
pendidikan, keterbatasan sistem persekolahan, potensi sumber belajar dan
keterlantaran pendidikan luar sekolah.3 Terbentuknya pendidikan luar
sekolah ditentukan oleh beberapa aspek diantaranya:4

a. Aspek pelestarian budaya

Pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan yang


terjadi dan berlangsung di lingkungan keluarga dimana (melalui
berbagai perintah, tindakan dan perkataan) ayah dan ibunya bertindak
sebagai pendidik. Dengan demikian pendidikan luar sekolah pada
permulaan kehadirannya sangat dipengaruhi oleh pendidikan atau
kegiatan yang berlangsung di dalam keluarga. Di dalam keluarga
terjadi interaksi antara orang tua dengan anak, atau antar anak dengan
anak. Pola-pola transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai dan

3
Ibid, hal: 5
4
Ibid, hal: 6-8
5

kebiasaan melalui asuhan, suruhan, larangan dan pembimbinganPada


dasarnya semua bentuk kegiatan ini menjadi akar untuk tumbuhnya
perbuatan mendidik. Semua bentuk kegiatan yang berlangsung di
lingkungan keluarga dilakukan untuk melestarikan dan mewariskan
kebudayaan secara turun temurun.

b. Aspek teoritis

Salah satu dasar pijakan teoritis keberadaan PLS adalah teori yang
diketengahkan Philip H. Cooms (1973:10), tidak satupun lembaga
pendidikan: formal, informal maupun nonformal yang mampu secara
sendiri-sendiri memenuhi semua kebutuhan belajar minimum yang
esensial. Atas dasar teori di atas dapat dikemukakan bahwa,
keberadaan pendidikan tidak hanya penting bagi segelintir masyarakat
tapi mutlak diperlukan keberadaannya bagi masyarakat lemah (yang
tidak mampu memasukan anak-anaknya ke lembaga pendidikan
sekolah) dalam upaya pemerataan kesempatan belajar, meningkatkan
kualitas hasil belajar dan mencapai tujuan pembelajaran yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.

c. Aspek dasar pijakan

Ada tiga dasar pijakan bagi PLS sehingga memperoleh legitimasi


dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yaitu: UUD 1945,
Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintah RI
No.73 tahun 1991 tentang pendidikan luar sekolah. Undang-undang
Sisdikans no 20 tahun 2003 pasal 26 tentang Pendidikan nonformal.
Melalui ketiga dasar di atas dapat dikemukakan bahwa, Pendidikan
nonformal adalah kumpulan individu yang menghimpun dari dalam
kelompok dan memiliki ikatan satu sama lain untuk mengikuti
program pendidikan yang diselenggarkan di luar sekolah dalam rangka
mencapai tujuan belajar.
6

Adapun bentuk-bentuk satuan Pendidikan Nonformal, sebagaimana


diundangkan di dalam UUSPN (Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional) tahun 2003 pasal 26 ayat 1 menyatakan bahwa : Pendidikan
nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan Pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambahdan
atau pelengkap Pendidikan nonformal dalam rangka mendukung
Pendidikan sepanjang hayat.

d. Aspek kebutuhan terhadap pendidikan

Kesadaran masyarakat terhadap pendidikan tidak hanya pada


masyarakat daerah perkotaan, melainkan masyarakat daerah pedesaan
juga semakin meluas. Kesadaran ini timbul terutama karena
perkembangan ekonomi, kemajuan iptek dan perkembangan politik.
Kesadaran juga tumbuh pada seseorang yang merasa tertekan akibat
kebodohan, keterbelakangan atau kekalahan dari kompetisi pergaulan
dunia yang menghendaki suatu keterampilan dan keahlian tertentu.
Atas dasar kesadaran dan kebutuhan inilah sehingga terwujudlah
bentuk-bentuk kegiatan kependidikan baik yang bersifat persekolahan
ataupun di luar persekolahan.

e. Aspek keterbatasan lembaga pendidikan sekolah

Lembaga pendidikan sekolah yang jumlahnya semakin banyak


bersifat formal atau resmi yang dibatasi oleh ruang dan waktu serta
kurikulum yang baku dan kaku serta berbagai keterbatasan lainnya.
Sehingga tidak semua lembaga pendidikan sekolah yang ada di daerah
terpencilpun yang mampu memenuhi semua harapan masyarakat
setempat, apalagi memenuhi semua harapan masyarakat daerah lain.
Akibat dari kekurangan atau keterbatasan itulah yang memungkinkan
suatu kegiatan kependidikan yang bersifat informal atau nonformal
diselenggarakan, sehingga melalui kedua bentuk pendidikan itu
kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
7

B. Faktor pendukung perkembangan pendidikan luar sekolah

Dalam dunia pendidikan terjadi beberapa perkembangan yang


disebabkan oleh era globalisasi dan teknologi, banyak sekolah era
sekarang ini yang berbasis teknologi. Namun dengan demikian masih
banyak ditemukan beberapa daerah yang masih belum mendapatkan
pendidikan yang mencukupi seperti daerah terpencil atau dari masyarakat
kalangan bawah.5 Maka Pendidikan nonformal sangatlah penting adanya
untuk solusi terhadap anak-anak yang kurang mampu, putus sekolah,
ataupun yang harus bekerja membantu orang tuanya. Pendidikan
Nonformal ditopang oleh tiga faktor yaitu6:

1. Para praktisi masyarakat

Penyelenggaraan pendidikan di masyarakat yang dilakukan oleh


para praktisi di dorong oleh hasrat dan rasa pengabdian mereka untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan bangsa terhadap pendidikan.
Para praktisi dalam masyarakat adalah para pemuda terdidik, pemuka
masyarakat, pemimpin organisasi, guru-guru sekolah dan tenaga
sukarela lainnya. Pendekatan yang dilakukan oleh para praktisi
didasarkan atas suatu pandangan bahwa pendidikan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat itu merupakan bagian penting dan sebagai
pendekatan dasar dalam pembangunan, PLS mempunyai fungsi untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang jadi pelaku utama dalam
berbagai sektor pembangunan.

PLS mempunyai peranan untuk membantu sekolah dan masyarakat


dalam upaya pemecahan masalah, PLS adalah sebagai pelengkap,
penambah, dan pengganti pendidikan sekolah.

2. Berkembangnya kritik terhadap pendidikan sekolah

5
Prof. H.M. Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal dimensi dalam keaksaraan
fungsional, pelatihan, dan andragogi, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2010) hal: 23
6
Djudju Sudjana, Op.Cit, hal: 82-84
8

Faktor kedua yang mendorong perkembangan pendidikan luar


sekolah adalah munculnya berbagai kritik terhadap kelemahan
pendidikan sekolah serta akibat lain yang ditimbulkan oleh jalur
pendidikan itu. Kritik terhadap pendidikan sekolah ini mulai
berkembang dalam dunia pendidikan pada tahun 1960.

Gejala-gejala yang menunjukan adanya krisis pendidikan sekolah


adalah :

a. Ketidakcocokan antara kurikulum dengan perkembangan ilmu


pengetahuan dan kebutuhan nyata peserta didik.
b. Ketidaksesuaian antara pendidikan dengan perkembangan
kebutuhan masyarakat.
c. Ketidak seimbangan yang terus menerus anatra pendidikan dan
dunia kerja.
d. Ketidakmapanan lembaga pendidikan sekolah untuk memberi
kesempatan pemerataan pendidikan bagi segi semua kelompok
di masyarakat.
e. Meningkatkan biaya penyelenggaraan pendidikan yang tidak
diimbangi oleh kemampuan negara terutama negara
berkembang untuk membiayainya.
3. Para perencana pendidikan untuk pembangunan

Para perencana pendidikan untuk pembangunan sangat dipengaruhi


oleh sejumlah laporan penelitina dan karya ilmiah lainnya yang
dihasilkan oleh berbagai lembaga atau badan-badan internasional.

Pada tahun 1972 Seers menitikberatkan tujuan pembangunan pada


3 hal yaitu :

a. Untuk mengurangi kemiskinan


b. Menanggulangi pengangguran
c. Mengatasi ketidakadilan dalam pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya.
9

Para perencana telah meneliti ruang lingkup PLS dan kesadaran


masyarakat tentang pentingnya pendidikan nonformal bagi
pembangunan. Dari hasil penelitian ditingkat regional memberikan
informasi dan akhirnya memberi masukan bagi para perencana
pendidikan untuk pembangunan dalam mengembangkan upaya
kordinasi semua program pendidikan luar sekolah ditingkat lokal,
regional dan nasional dalm konteks pembangunan di daerah masing-
masing.
10

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
A. Sejarah perkembangan pendidikan luar sekolah

Kegiatan pendidikan luar sekolah atau nonformal telah hadir didunia


ini sama satunya dengan kehadiran manusia yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Setelah jumlah manusia makin berkembang, situasi
pendidikan ini muncul dalam kehidupan kelompok dan masyarakat.
Kegiatan pendidikan dalam kelompok dan masyarakat telah dilakukan
oleh umat manusia jauh sebelum pendidikan formal lahir didalam
kehidupan masyarakat.

B. Faktor pendukung perkembangan pendidikan luar sekolah

Pendidikan Luar Sekolah sangatlah penting adanya untuk solusi


terhadap anak-anak yang kurang mampu, putus sekolah, ataupun yang
harus bekerja membantu orang tuanya. Sedangkan Pendidikan Luar
Sekolah ditopang oleh tiga faktor yaitu para praktisi masyarakat,
berkembangnya kritik terhadap pendidikan sekolah, dan para perencana
pendidikan untuk pembangunan.
11

Anda mungkin juga menyukai