Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RUTIN 3

Konsep Dasar Pendidikan Masyarakat

DOSEN PENGAMPU: Dr. Nurlaila, S.pd,M.pd

Nama: Kristika Mondang Matondang


NIM: 1193151035
Kelas: BK REGULER D 2019

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
Filsafat Ilmu dan Teori Pendukung Pendidikan Luar Sekolah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional, sebagai salah satu sistem dari supra sistem pembangunan
nasioanal, memiliki dua subsistem pendidikan yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan luar
sekolah. Kedua sistem pendidikan ini telah lahir didunia ini setua usia manusia hidup di
masyarakat, pendidikan luar sekolah telah tumbuh dan berkembang dalam alur kebudayaan
setiap masyarakat. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas,
tetapi juga akan berpengaruh pada kemampuan masyarakat. Pendidikan dapat menjadikan
sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan
pembangunan suatu negara.
Pendidikan luar sekolah telah hidup dan menyatu di dalam kehidupan setiap
masyarakat jauh sebelum muncul dan memasyarakatnya sistem persekolahan. PLS
mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbeda dengan sistem yang sudah ada di
pendidikan persekolahan. PLS timbul dari konsep pendidikan seumur hidup dimana
kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan/pendidikan formal
saja. PLS pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian keahlian dan keterampilan
dalam suatu bidang tertentu.
Berbagai kelemahan sistem persekolahan bermunculan, terutama pada aspek-aspek
prosedural yang dinilai kaku, serba ketat dan formalistis. Pada intinya, walaupun sistem
persekolahan masih tetap dipandang penting, pijakan pemikiran sudah mulai realistis yaitu
tidak semata-mata mengandalkan sistem persekolahan untuk melayani aneka ragam
kebutuhan pendidikan yang kian hari semakin mekar dan beragam. Pembinaan dan
pengembangan PLS dipandang relevan untuk bisa saling isi-mengisi atau topang menopang
dengan sistem persekolahan, agar setiap insan bisa menyesuaikan hidupnya sesuai dengan
perkembangan zaman.
Dalam upaya mengantisipasi peranan pendidikan luar sekolah uang cocok dengan
tuntutan perkembangan masa depan maka para pakar pendidikan mengambil
kebijaksanaan dalam penyelenggaraan pendidikan. Dimana segala hal yang berhubungan
dengan Pendidikan Luar Sekolah harus sesuai dengan arah dan tujuan bangsa Indonesia
ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah faktor pendukung Pendidikan Luar Sekolah?
2. Bagaimana hubungan antara faktor pendukung dan strategi dalam pengelolaan
Pendidikan Luar Sekolah?
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan faktor pendukung Pendidikan Luar Sekolah
2. Menjelaskan Hubungan Antara Faktor Pendukung Dan Strategi Dalam Pengelolaan
Pendidikan Luar Sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor Pendukung Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah mempunyai patokan patokan dan sistem penyelenggaraan
yang terprogram, berdirinya pendidikan luar sekolah tidak berdiri sendiri atau secara tiba tiba
namun pendidikan luar sekolah mempunyai landasan yang kuat yaitu terdiri falsafah, ilmu-
ilmu dan teori teori yang relavan dengan sistem pendidikan luar sekolah. Hal yang
mendasari berdirinya pendidikan luar sekolah terdiri falsafah Pancasila, undang undang
dasar 1945, Garis garis Besar Haluan Negara, Undang Undang mengenai Sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan pemerintah, falsafah pendidikan yang mana dilengkapi
dengan teori teori llmu pendidikan, ilmu pengetahuan dan humaniora, ilmu sosial-
ekonomi[3] yang mempunyai kaitan erat dengan pendidikan luar sekolah. Uraian tentang
Falsafah, Ilmu dan teori pendukung Pendidikan Luar Sekolah akan dikemukakan dibawah
ini.
1. Falsafah Sebagai Landasan Berdirinya Pendidikan Luar Sekolah
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang
atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-
citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa
dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas
dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Pendidikan Luar Sekolah berdiri dengan falsafah yang kuat, bukan hanya sekedar
berdiri tanpa adanya pemikiran dan konsep yang matang, penuh dengan strategi, sistem,
konsep dan cita cita yang jelas. Sehingga apa yang dilaksanakan mempunyai hasil tujuan
yang jelas pula tidak asal asalan dalam pelaksanaanya.
a. Pancasila
Falsafah Pancasila sebagai landasan pendidikan nasional yang memberikan
dukungan yang kuat bagi pembinaan, pembentukan, dan perkembangan pendidikan luar
sekolah. Karena falsafah pendidikan berperan sebagai dasar Pendidikan Luar Sekolah
(PLS) ini, maka setiap gerakan peserta didik (warga belajar) didasari oleh lima sila yang
mempunyai arti bahwa :
1) Wawasan Ketuhanan yang Maha Esa dimaknai dengan suatu arahan Pendidikan Luar
Sekolah harus mengarah, membina, melestarikan sikap dan berkeyakinan kuat dan
menerapkan nilai nilai keyakinannya pada perilaku pribadinya.
2) Wawasan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dimaknai bahwa seluruh peserta didik
harus mempunyai budi pekerti yang luhur, menghormati Hak Asasi Manusia, adil, memiliki
rasa persatuan dan menyanyangi seluruh makhluk ciptaan Tuhan.
3) Wawasan Persatuan Indonesia dimaknai dengan pembinaan insan Indonesia yang
mencintai tanah air dan bangsa, bertanggungjawab atas keselamatan bangsa dan
pembangunan masyarakat.
4) Wawasan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan memberikan arti bahwa Pendidikan luar sekolah berorientasi kepda kebutuhan
dan pekentingan orang banyak, bukan individu. Dilaksanakan secara demokratis atas akal
sehat, tenggang rasa demi terwujudunya tujuan nasional.
5) Wawasan keadilan sosial memberikan arti bahwa landasan untuk mendorong adanya
kemampuan, sikap positif dan kreativitas insan Indonesia serta tumbuhnya keterampilan,
keahlian, kejuruan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang relavan dengan tuntunan
perkembangan masyarakat dan pengembangan nasional.
b. Undang Undang Dasar 1945
Undang Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa dua tujuan kemerdekaan yang
pararel adalah mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kedua tujuan itu saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.
Kemajuan dalam kesejahteraan umum akan mempunyai dampak peningkatan upaya
mencerdaskan bangsa. Peningkatan kecerdasan dengan sendirinya berpengaruh langsung
pada peningkatan kesejahteraan umum. Sebaliknya, rendahnya kesejahteraan umum
berdampak pada rendahnya upaya mencerdaskan bangsa, dan semuanya berakibat
terbatasnya upaya mewujudkan kesejahteraan umum.
Pendidikan Luar Sekolah bersama bersama dengan pendidikan sekolah, memiliki
misi yang sama yaitu membina dan mengembangkan manusia yang cerdas. Manusia yang
cerdas tidak identik dengan manusia pandai. Manusia yang cerdas yaitu yang tanggap
terhadap lingkungan, peka terhadap peristiwa. Searah dengan aspirasinya manusia yang
cerdas termotivasi untuk menganilisis lingkungannya untuk mengenali peristiwa atau gejala
dan faktor pendukung, penghambat dsn peluangyang berpengaruh untuk menjadikan
lingkungan dalam kondisi lebih baik.
c. Undang Undang No.2 tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan
Pendidikan Luar Sekolah
Undang undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang memberikan arahan bahwa pembangunan pendidikan termasuk didalamnya
pembangunan pendidikan luar sekolah adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil
dan makmur.
Jenis pendidikan luar sekolah terdiri dari pendidikan umum, pendidikan keagamaan,
pendidikan jabaatn kerja, pendidikan kedinasan, dan pendidikan kejuruan. Pendidikan Luar
Sekolah diatur dalam UU No.38 Tahun 1992 tentang tenaga kependidikan pada pendidikan
luar sekolah yaitu sama dengan penyelenggaraan pendidikan sekolah biasa.
d. Garis Garis Besar Haluan Negara
GBHN menjelaskan bahwa pendidikan nasional perlu dilakukan secara lebih terpadu
dan serasi baik antara sektor pendidikan dan sektor sektor pembangunan lainnya, antar
daerah maupun antar berbagai jenjang dan jenid pendidikan. Pendidikan diluar sekolah
maupun didalam sekolah perlu disesuaikan dengan perkembangan tuntutan pembangunan
yang memerlukan berbagai jenis pendidikan kejuruan dan keahlian.
Pendidikan Luar sekolah termasuk pendidikan yang bersifat kemasyarakatan seperti
kepramukaan dan berbagai latihan keterampilan, perlu ditingatkan dan diperluas dalam
ranga mengembangkan minat, bakat dan kemampuan serta memberikan kesempatan yang
lebih luas untuk bekerja atau berusaha anggota masyarakat. Dalam menuju masyarakat
industry, prioritas pembangunan nasional diletakkan pada pembangunan ekonomi dengan
titik berat pada mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang antara industri dan pertanian.
2. Ilmu Sebagai Landasan Berdirinya Pendidikan Luar Sekolah
Karena pendidikan luar sekolah melibatkan manusia dan lingkungannya, maka
dalam menganalisis penerapan sistem pendidikannya, pendidikan luar sekolah telah
memperoleh dukungan dari ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social-ekonomi dan
humaniora.
Pendidikan luar sekolah melibatkan manusia dan lingkungannya maka dalam
menganalisis penerapan sistem pendidikannya, pendidikan luar sekolah telah memperoleh
dukungan dari ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan humaniora. Ilmu
Pengetahuan dan Humaniora digunakan untuk mempelajari makhluk hidup dan benda –
benda khusus yang ada di wilayah pendidikan luar sekolah. Ilmu ini khususnya membahas
tentang :
1) Ilmu biologi, menggunakan teori yang digunakn untuk mengenali flora dan fauna, serta
lingkungan fisiknya.
2) Ilmu alamiah, menggunakan teori yang digunakan untuk mengkaji dan memahami
lingkungan fisik.
3) Ilmu pengetahun social digunakan untuk mempelajari dan menafsirkan aspek aspek
tertentu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia. Ilmu yang dibahas antara lain :
4) Sejarah, digunakan untuk memahami keadaan masa lampau komponen komponen
pendidikan luar sekolah.
5) Antropologi, memberi dukungan dalam mempelajari ciri ciri biologis penduduk
(antropologi ragawi), benda – benda purbakala (arkeologi), bahasa (linguistic), dan struktur
social serta budaya kelompok (antropologi social).
6) Ekonomi, membantu pendidikan luar sekolah dalam mempelajari cara yang ditempuh
masyarakat dalam menggunakan dan menyebarkan sumber penghidupan yang relative
terbatas
7) Politik, mempelajari pola pola kekuatan, kekuasaan, dominasi, dan perangkat politik yang
terdapat di masyarakat.
8) Sosiologi, membantu pendidikan luar sekolah dalam mempelajari kehidupan berkelompok
dan bersosialisasi.
9) Psikologi social, membantu pendidikan luar sekolah dalam mempelajari perkembangan
aspek social individu dan bentuk tingkah laku kelompok.
10) Human geography,ecology dan demografi, mempelajari hubungan dan
pengaruhnyamanusia dengan tempat tinggalnya.

3. Teori Teori Pendukung Pendidikan Luar Sekolah


Pendidikan luar sekolah didasarkan pula atas berbagai teori yang mendukung,
antara lain teori pendidikan dan teori ekonomi dan teori gerakan masyarakat. Teori teori ini
berkaitan dengan hal hal yang merujuk pada hipotesa hipotesa yang diverivikasi melalui
observasi atau eksperimen dan mengandung aerti berfikir secara sistematis.
a. Teori-teori Pendidikan
Pendidikan Luar sekolah terdiri dari berbagai 4 macam teori yang mendukung diantaranya:
1) Teori Perenialisme:
Perenialisme menekankan bahwa kemutlakan, kelangggengan dan pikiran hendaknya
diutamakan dari perubahan. Menurut teori ini tujuan pendidikan luar sekolah yang tidak
mudah berubah dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus merupakan tuntutan
mutlak bagi upaya pendidikan.
2) Teori Progresivisme
Teori Progresivisme kurang menekankan pada pentingnnya proses pendidikan melalui
kegiatan belajar individual melainkan lebih mengutamakan kegiatan belajar yang dilakukan
secara kerjasama atau kelompok.
Menurut teori ini pendidikan luar sekolah merupakan sumber daya manusiayang tejadi
dalam satu kesatuan lingkungan dan merupakan upaya pembaharuan pengalaman yang
dilakukan secara berlanjut.
3) Teori Esensialisme
Menitik beratkan pada upaya pengkajian kurikulum yang dilakukan secara berlanjut.
Kewibawaan pendidik memegang peranan penting saat proses pembelajaran. Oleh karena
itu peranan pendidik dan kurikulum adalah dua komponen yang paling dominan dalam
proses pembelajaran dan juga termasuk sarana pembelajaran bagi peserta didik. Peranan
pendidik ialah untuk membntu peserta didik sehingga mereka dapat mengembangkan diri
dalam kehidupan nyata.

4) Teori Rekontruksionisme
Menjelaskan bahwa pendidikan luar sekolah memiliki tanggung jawab sosial dalam
mewujudkan lahirnya masyarakat baru. Menurut teori ini, tiga prinsip pendidikan yang perlu
diterapkan dalam pendidikan luar sekolah.
b. Teori Ekonomi dan Sosial
Teori ini memberi makna bahwa pendidikan ialah upaya sadar untuk menumbuhkan
dan mengembangkan mekaninsme keseimbangan antara pelestarian nilai nilai budaya dan
kerkembangan ideology dalam suatu wilayah. Teori ini menjelaskan bahwa ilmu ekonomi
dan sosial mempunyai teori-teori yang menopang pendidikan luar sekolah diantaranya :
1) Teori Fungsi menekankan tentang pentingnya hubungan yang erat antara pendidikan luar
sekolah dengan perkembangan social – ekonomi.
2) Teori Modal Manusia yang telah diterapkan dalam pendidikan luar sekolah memainkan
peran utamanya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang terlatih, disiplin, memilki
sikap inovatif, berwirausaha, mampu mengembangkan diri serta merintis dan
mengembangkan kegiatan dari berbagai sector ekonomi di dalam lingkungannya
melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan pembinaan dan
peningkatan kemampuan penduduk.
3) Teori Gerakan Masyarakat yang lebih memberi tekanan pada peranan pendidikan luar
sekolah sebagai bagian penting dalam gerakan pembangunan masyarakat. Program –
program pendidikan luar sekolah disusun atas dasar kebutuhan yang dirasakan dan
dinyatakan masyarakat.

B. Hubungan Antara Faktor Pendukung Dan Strategi Dalam Pengelolaan Pendidikan Luar
Sekolah
Berdasarkan falsafah, keilmuan dan teori-teori sebagaimana diuraikan diatas, maka
secara umum dapat dikemukakan strategi-strategi umum pengelolaan pendidikan luar
sekolah yang dapat dipertimbangkan oleh penyelenggara pendidikan luar sekolah
tersebut. Dalam penyusunan program pendidikan luar sekolah, penyelenggara dapat
menggunakan 3 langkah kegiatan.
1. Pertama, melakukan identifikasi kebutuhan pendidikan atau kebutuhan belajar yang
dirasakan dan dinyatakan oleh calon peserta didik. Kebutuhan ini pun dapat di
identifikasikan dari lembaga tempat calon peserta didik bekerja atau organisasi yang
dimasuki oleh peserta didik. Masyarakat yang menjadi layanan tugas calon peserta didik
atau tempat ia bergaul dapat pula diidentifikasikan kebutuhannya.
2. Kedua, mengidentifikasi sumber-sumber, baik sumber manusiawi maupun non-manusiawi
dan kendala yang terdapat pada calon peserta didik, lembaga atau masyarakat. Sumber-
sumber dan kendala ini perlu diperhitumgkan sebagai factor pendukung dan factor
penghambat dalam perencanaan dan pelaksanaan program.
3. Ketiga, menyusun program pendidikan luar sekolah yang meliputi komponen-komponen :
masukan lingkungan, masukan sarana, masukan mentah, proses dan pengeluaran. Didalam
program yang berkaitan dengan dunia usaha atau kewirausahaan, komponen yang perlu
ditambahkan adalah masukan lain (other input) dan pengaruh (impact).
Tiap komponen perlu dirinci dan dijelaskan kaitannya antara satu dengan yang
lainnya. Dengan demikian, paradigma dalam penyusunan program ini meliputi kegiatan
mengidentifikasi kebutuhan, sumber pendukung dan kemungkinan hambatan dan
menjabarkan komponen-komponen subsistem pendidikan luar sekolah ke dalam program
yang akan dilaksanakan.
Secara umum, pengelolaan program pendidikan luar sekolah meliputi siklus kegiatan
yang terdiri atas 6 tahapan, yaitu:
1. Pertama ialah tahap perencanaan (planning) yang meliputi kajian dan deskripsi tentang
masalah yang dihadapi, tujuan, hasil yang diharapkan dan lingkup kegiatan dalam
melaksanakan program pendidikan luar sekolah.
2. Kedua, tahap pengorganisasian (organizing) , meliputi upaya penyusunan ketenagaan,
organisasi, fasilitas dan daya dukung lainnya untuk menjamin kelancaran pelaksanaan
program pendidikan luar sekolah.
3. Ketiga, tahap penggerakan (motivating), terdiri atas upaya motivasi yang dilakukan baik
oleh pimpinan organisasi terhadap stafnya agar efisiensi dan efektifitas kegiatan tercapai
maupun yang dilakukan oleh sumber belajar (tutor atau fasilitator) terhadap peserta didik
agar proses belajar dapat berjalan sebagaimana yang telah direncanakan.
4. Keempat ialah tahap pembinaan yang mencakup pengawasan (controlling) dan supervise
(supervising). Yang pertama dilakukan dalam kelembagaan yaitu pengawasan oleh
pimpinan terhadap staff lembaga penyelenggara program. Yang kedua, supervisi dilakukan
terhadap para pelaksana pendidikan seperti pamong belajar dan sumber belajar.
5. Kelima, tahap evaluasi (evaluating), meliputi kegiatan pengumpulan, pengolahan,
penganalisaan dan penyajian informasi mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil dan
pengaruh program untuk dijadikan bahan dalam pengambilan keputusan.
6. keenam, yaitu pengembangan (developing). Kegiatan pengembangan pada dasarnya
merupakan upaya lanjutan yang dilakukan dengan menerapkan kelima tahapan sebelumnya
secara berurutan. Adanya tahap pengembangan ini menunjukkan bahwa program PLS itu
berkelanjutan, bergerak seperti lingkaran spiral yang makin lama makin meluas dan
mendalam.
BAB III
KESIMPULAN
A. Pendidikan Luar Sekolah yang didukung dan dilandasi oleh falsafah, ilmu-ilmu dan teori
pendukung sebagaimana telah diuraikan diatas dapat dikemukakan bahwa subsitem
pendidikan ini misi dan tujuan yang penting dalam pembinaan dan penigkatan kualitas
sumber daya manusia dalam upaya merealisasikan tujuan bangsa yaitu kesejahteraan
umum. Maka pendidikan luar sekolah harus mempunya landasan yang kuat seperti ideology
Pancasila, Pembukaan UUD 1945, GBHN, Undang Undang mengenai Sistem Pendidikan
Nasional, Peraturan pemerintah, falsafah pendidikan yang mana dilengkapi dengan teori
teori llmu pendidikan, ilmu pengetahuan dan humaniora, ilmu sosial-ekonomi
B. Berdasarkan falsafah, keilmuan dan teori-teori sebagaimana diuraikan diatas, maka secara
umum dapat dikemukakan strategi-strategi umum pengelolaan pendidikan luar sekolah yang
dapat dipertimbangkan oleh penyelenggara pendidikan luar sekolah tersebut. Dengan
demikian, paradigma dalam penyusunan program PLS ini meliputi kegiatan mengidentifikasi
kebutuhan, sumber pendukung dan kemungkinan hambatan dan menjabarkan komponen-
komponen subsistem pendidikan luar sekolah ke dalam program yang akan dilaksanakan.

[1] Umberto Sihombing; Pendidikan Luar Sekolah; (Jakarta: CV. Wirakarsa, 2001 UU
No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Republik Indonesia) p.6
[2] Ibid,p.10
[3] Ki Supriyoko;Journal ”Posisi Dan Peranan Pendidikan Luar Sekolah Di
Indonesia” 26 Nov 2010
( http://research.amikom.ac.id/index.php/karyailmiahdosen/article/view/347) p.2
[4] Maman Rachman, Jurnal Ilmu Pendidikan “Pemberdayaan Pendidikan Sekolah
dan Luar Sekolah” Nov 2001,Jilid 8,No.4. p.284
[5] D.Sudjana; Pendidikan Luar Sekolah; (Bandung :Falah Production,2001) p. 140
[6] Ibid.p.142
[7] Ibid.p.144
[8] Pande Radja Silalahi, Analisa Pendidikan dan kehidupan
Masyarakat (Jakarta;Centre for Strategic and International Studies;1978) p.433
[9] Clara R.P. Ajisukmo; Jurnal MAKARA “Faktor-Faktor Penting Dalam Merancang
Program Pendidikan Luar Sekolah Untuk Anak Jalanan Dan Pekerja Anak” Vol.16,No.1 Juli
2012 p.36
[10] Soelaiman Joesoef & Slamet Santoso; Pengantar Pendidikan Sosial;
(Surabaya: Usaha Nasional, 1981) Hal.52
[11] Op.Cit, D.Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah… p.168

Anda mungkin juga menyukai