Anda di halaman 1dari 12

MEMAHAMI FALSAFAH, ILMU DAN TEORI PENDUKUNG

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

A. PANCASILA
Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia dan landasan pendidikan nasional,
memberikan dukungan kuat bagi pembinaan dan perkembangan pendidikan luar sekolah yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas
manusia Indonesia yang bermoral. Pancasila mengandung keterpaduan yang selaras dan
seimbang. Karena falsafah pendidikan berperan sebagai dasar Pendidikan Luar Sekolah
(PLS), maka setiap gerakan peserta didik (warga belajar) didasari oleh lima sila yang
mempunyai arti bahwa :
1. Wawasan Ketuhanan yang Maha Esa dimaknai dengan suatu arahan Pendidikan Luar
Sekolah harus mengarah, membina, melestarikan sikap dan berkeyakinan kuat dan
menerapkan nilai nilai keyakinannya pada perilaku pribadinya.
2. Wawasan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dimaknai bahwa seluruh peserta didik
harus mempunyai budi pekerti yang luhur, menghormati Hak Asasi Manusia, adil,
memiliki rasa persatuan dan menyanyangi seluruh makhluk ciptaan Tuhan.
3. Wawasan Persatuan Indonesia dimaknai dengan pembinaan insan Indonesia yang
mencintai tanah air dan bangsa, bertanggungjawab atas keselamatan bangsa dan
pembangunan masyarakat.
4. Wawasan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan memberikan arti bahwa Pendidikan luar sekolah
berorientasi kepada kebutuhan dan pekentingan orang banyak, bukan individu.
Dilaksanakan secara demokratis atas akal sehat, tenggang rasa demi terwujudunya
tujuan nasional.
5. Wawasan keadilan sosial memberikan arti bahwa landasan untuk mendorong adanya
kemampuan, sikap positif dan kreativitas insan Indonesia serta tumbuhnya
keterampilan, keahlian, kejuruan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang relavan
dengan tuntunan perkembangan masyarakat dan pengembangan nasional.

B. UNDANG – UNDANG DASAR 1945


Undang Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa dua tujuan kemerdekaan yang
pararel adalah mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kedua tujuan itu saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.
Kemajuan dalam kesejahteraan umum akan mempunyai dampak peningkatan upaya
mencerdaskan bangsa. Peningkatan kecerdasan dengan sendirinya berpengaruh langsung
pada peningkatan kesejahteraan umum. Sebaliknya, rendahnya kesejahteraan umum
berdampak pada rendahnya upaya mencerdaskan bangsa, dan semuanya berakibat terbatasnya
upaya mewujudkan kesejahteraan umum.
Pasal – pasal dalam UUD 1945 memberikan dukungan kuat terhadap pendidikan luar
sekolah untuk membina dan mengembangkan kegiatan pendidikan yang erat kaitannya
dengan peningkatan kualitas masyarakat Indonesia, dan menegaskan keberpihakannya
terhadap orang banyak yang berada pada lapisan bawah. Dalam hubungan ini, program –
program pendidikan luar sekolah perlu dikaitkan secara fungsional dengan lapangan kerja
dan dunia usaha, perkembangan social –ekonomi, pembinaan keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan yang Maha Esa, dan pelestarian nilai – nilai budaya bangsa dengan
berorientasi pada peningkatan kualitas hidup dan kehidupan di masa depan, sesuai dengan
arah dan tujuan pembangunan nasional.
Pendidikan Luar Sekolah bersama bersama dengan pendidikan sekolah, memiliki misi
yang sama yaitu membina dan mengembangkan manusia yang cerdas. Manusia yang cerdas
tidak identik dengan manusia pandai. Manusia yang cerdas yaitu yang tanggap terhadap
lingkungan, peka terhadap peristiwa. Searah dengan aspirasinya manusia yang cerdas
termotivasi untuk menganilisis lingkungannya untuk mengenali peristiwa atau gejala dan
faktor pendukung, penghambat dan peluang yang berpengaruh untuk menjadikan lingkungan
dalam kondisi lebih baik.

C. UNDANG – UNDANG RI NOMOR 2 TAHUN 1989 DAN PERATURAN


PEMERINTAH YANG BERKAITAN DENGAN PENDIDIKAN LUAR
SEKOLAH
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, memberikan arah bahwa pembangunan pendidikan, termasuk
didalamnya pembangunan pendidikan luar sekolah, adalah upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang
maju, adil, dan makmur, serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik
berkenaan dengan aspek jasmani maupun rohani berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Jenis pendidikan luar sekolah terdiri dari pendidikan umum, pendidikan keagamaan,
pendidikan jabaatn kerja, pendidikan kedinasan, dan pendidikan kejuruan. Pendidikan Luar
Sekolah diatur dalam UU No.38 Tahun 1992 tentang tenaga kependidikan pada pendidikan
luar sekolah yaitu sama dengan penyelenggaraan pendidikan sekolah biasa.
Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu jalur pendidikan
sekolah dan pendidikan luar sekolah. Satuan pendidikan luar sekolah meliputi keluarga,
kelompok belajar, kursus, dan satuan pendidikan yang sejenis. Satuan pendidikan yang
sejenis itu termasuk satuan pendidikan yang tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1990 tentang Pendidikan Pra Sekolah, yaitu kelompok bermain dan pusat penitipan
anak.
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah
merupakan pelaksanaan Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut PP ini,
pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik
dilembagakan ataupun tidak. Tujuan pendidikan luar sekolah adalah :
1. Melayani warga belajar agar dapat tumbuh, berkembang, dan belajar.
2. Membina warga belajar agar memilki pengetahuan dan keterampilan, dan
3. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat.

Jenis pendidikan luar sekolah terdiri atas :

1. Pendidikan umum, yang mengutamakan perluasan dan peningkatan keterampilan dan


sikap warga belajar dalam bidang tertentu.
2. Pendidikan keagamaan, yang mempersiapkan warga belajar untuk dapat menguasai
secara khusus agama yang dianut.
3. Pendidikan jabatan kerja, untuk memenuhi persyaratan pekerjaan tertentu.
4. Pendidikan kedinasan, yang berusaha untuk meningkatkan kemampuan dalam
pelaksanaan tugas dinas, dan
5. Pendidikan kejuruan, yang mempersiapkan warga belajar untuk dapat bekerja.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan (adalah


anggota masyarakat yang mengabdikan diri secara langsung dalam penyelengaraan
pendidikan) pada pendidikan luar sekolah terdiri atas pendidik, pengelola satuan pendidikan,
peniliki, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber
belajar, dan penguji. Dan Peraturan pemerintah Nomor 71 Tahun 1991 tentang Latihan Kerja.
D. FALSAFAH PENDIDIKAN
Falsafah pendidikan merupakan bagian dari falsafah umum. Flasafah pendidikan
(philosophy of education atau educational philosophy) berupaya untuk memahami
pendidikan secara keseluruhan, menginterpretasikannya berdasarkan konsep – konsep umum,
yang akan menjadi bimbingan baik dalam memilih dan menentukan tujuan pendidikan,
maupun memilih dan merumuskan kebijakan pendidikan.
Permasalahan umum pendidikan luar sekolah yang dikaji secara filsafiah pada
umumnya berkaitan dengan empat hal :
1. Hakekat kehidupan baik yang menjadi rujukan tentang kemana pendidikan luar sekolah
harus mengarahkan tujuannya.
2. Hakekat manusia yang menjadi peserta didik (warga belajar).
3. Hakekat masyarakat itu sendiri yang dikaji berdasarkan dua alasan pokok; pertama,
masyarakat merupakan masukan lingkungan (environmental input) dan kedua,
masyarakat umumnya menerima akibat dari upaya pendidikan luar sekolah.
4. Hakekat kenyataan atau realitas, yang terdiri atas kenyataan yang disepakati (agreement
reality) dan kenyataan yang dialami (experiental reality) (Babbie, 1986).

Falsafah pendidikan yang akan dibahas dan dianggap mampu menopang falsafah
pendidikan luar sekolah antara lain adalah (menurut Sakahian, 1972:8) :

1. Falsafah Idealisme.
Berdasarkan falsafah ini, pendidikan luar sekolah perlu mendinamisasi dua hal :
1) meningkatkan kesadaran dan keakraban peserta didik terhadap seluruh potensi
rohaniah yang dimilikinya
2) mengembangkan hubungan yang selaras antara unsur rohani peserta didik dengan
lingkungannya. Pendidikan luar sekolah merupakan upaya sadar untuk
mengembangkan cipta, rasa, karsa, dan cipta pesrta didik untuk memberdayakan diri
dan lingkungannya.
2. Falsafah Realisme.
Berdasarkan aliran ini, pendidikan luar sekolah hendaknay memuat bahan – bahan
belajar inti (core) yang memungkinkan peserta didik dapat memahami lingkungan sekitar
secara tepat. Aliran realis klasik menambahkan bahwa tujuan pendidikan luar sekolah adalah
untuk membantu peserta didik menjadi manusia yang dapat mengembangkan kemampuan
intelektual, berperilaku kreatif, cepat tanggap. Bersikap inovatif, dan empatik. Pendidikan
luar sekolah juga membantu peserta didik agar selalu mengembangkan diri.
3. Falsafah Pragmatisme.
Filsafat ini menjelaskan bahwa dunia tidak terikat dan tidak pula bebas dari pikiran
manusia. Menurut aliran ini, pendidikan luar sekolah terdiri dari tujuan dan serangkaian
kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan dan kegiatan pendidikan luar sekolah
hendaknya bersifat luwes (fleksibel) dan terbuka serta disusun secara rasional berdasarkan
kenyataan yang dihadapi. Tujuan pendidikan luar sekolah ialah meningkatkan atau
mengembangkan kualitas manusia, sedangkan kegiatan pendidikan luar sekolah merupakan
upaya untuk tercapainya peningkatan dan pengembangan kualitas manusia tersebut. Dalam
kegiatan pendidikan, upaya pembinaan disiplin hendaknya tidak bertentangan dengan
kepentingan perkembangan peserta didik.

E. TEORI – TEORI KEPENDIDIKAN


Pendidikan Luar sekolah terdiri dari 4 macam teori yang mendukung diantara-
nya:           
1. Teori Perenialisme:
Perenialisme menekankan bahwa kemutlakan, kelangggengan dan pikiran hendaknya
diutamakan dari perubahan.
Menurut teori ini tujuan pendidikan luar sekolah yang tidak mudah berubah dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus merupakan tuntutan mutlak bagi upaya
pendidikan.
2. Teori Progresivisme
Teori Progresivisme kurang menekankan pada pentingnnya proses pendidikan melalui
kegiatan belajar individual melainkan lebih mengutamakan kegiatan belajar yang dilakukan
secara kerjasama atau kelompok.
Menurut teori ini pendidikan luar sekolah merupakan sumber daya manusiayang tejadi
dalam satu kesatuan lingkungan dan merupakan upaya pembaharuan pengalaman yang
dilakukan secara berlanjut.
3. Teori Esensialisme
Menitik beratkan pada upaya pengkajian kurikulum yang dilakukan secara berlanjut.
Kewibawaan pendidik memegang peranan penting saat proses pembelajaran. Oleh karena itu
peranan pendidik dan kurikulum adalah dua komponen yang paling dominan dalam proses
pembelajaran dan juga termasuk sarana pembelajaran bagi peserta didik. Peranan pendidik
ialah untuk membntu peserta didik sehingga mereka dapat mengembangkan diri dalam
kehidupan nyata.
4. Teori Rekontruksionisme
Menjelaskan bahwa pendidikan luar sekolah memiliki tanggung jawab sosial dalam
mewujudkan lahirnya masyarakat baru.
Menurut teori ini, tiga prinsip pendidikan yang perlu diterapkan dalam pendidikan luar
sekolah.

F. ILMU PENGETAHUAN DAN HUMANIORA


Karena pendidikan luar sekolah melibatkan manusia dan lingkungannya, maka dalam
menganalisis penerapan system pendidikannya, pendidikan luar sekolah telah memperoleh
dukungan dari ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, dan humaniora.
Ilmu pengetahuan alam (natural sciences) digunakan untuk mempelajari makhluk
hidup dan benda – benda khusus yang ada di wilayah pendidikan luar sekolah. Ilmu ini
khususnya membahas tentang :
1. Ilmu biologi, menggunakan teori yang digunakn untuk mengenali flora dan fauna, serta
lingkungan fisiknya. dan,
2. Ilmu alamiah, menggunakan teori yang digunakan untuk mengkaji dan memahami
lingkungan fisik.

Ilmu pengetahun social digunakan untuk mempelajari dan menafsirkan aspek – aspek
tertentu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia. Ilmu yang dibahas antara lain :

1. Sejarah, digunakan untuk memahami keadaan masa lampau komponen – komponen


pendidikan luar sekolah.
2. Antropologi, memberi dukungan dalam mempelajari ciri – ciri  biologis penduduk
(antropologi ragawi), benda – benda purbakala (arkeologi), bahasa (linguistic), dan
struktur social serta budaya kelompok (antropologi social).
3. Ekonomi, membantu pendidikan luar sekolah dalam mempelajari cara yang ditempuh
masyarakat dalam menggunakan dan menyebarkan sumber penghidupan yang relative
terbatas.
4. Politik, mempelajari pola – pola kekuatan, kekuasaan, dominasi, dan perangkat politik
yang terdapat di masyarakat.
5. Sosiologi, membantu pendidikan luar sekolah dalam mempelajari kehidupan
berkelompok dan bersosialisasi.
6. Psikologi social, membantu pendidikan luar sekolah dalam mempelajari perkembangan
aspek social individu dan bentuk tingkah laku kelompok.
7. Human geography, mempelajari hubungan manusia dengan tempat tinggalnya.
8. Human ecology, mempelajari hubungan antar manusia yang dipengaruhi tempat
tinggalnya.
9. Human biology dan demografi.

Selain ilmu pengetahuan, pendidikan luar sekolah ditopang pula oleh humaniora, yang


membantu pendidikan luar sekolah untuk memahami nilai – nilai dan kehidupan rohaniah
manusia. 

G. TEORI – TEORI SOSIAL EKONOMI


Teori ini memberi makna bahwa pendidikan ialah upaya sadar untuk menumbuhkan
dan mengembangkan mekaninsme keseimbangan antara pelestarian nilai nilai budaya dan
kerkembangan ideology dalam suatu wilayah. Teori ini menjelaskan bahwa ilmu ekonomi
dan sosial mempunyai teori-teori yang menopang pendidikan luar sekolah diantaranya :
1. Teori Fungsi (functional theory), menekankan tentang pentingnya hubungan yang erat
antara pendidikan luar sekolah dengan perkembangan social – ekonomi.
2. Teori Modal Manusia (human capital theory), yang telah diterapkan dalam pendidikan
luar sekolah sejak tahun tujuh-puluhan. Menurut teori ini, pendidikan luar sekolah
memainkan peran utamanya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang terlatih,
disiplin, memilki sikap inovatif, berwirausaha, mampu mengembangkan diri serta
merintis dan mengembangkan kegiatan dari berbagai sector ekonomi di dalam
lingkungannya melali berbagai program pendidikan dan pelatihan yang berkaitan
dengan pembinaan dan peningkatan kemampuan penduduk.
3. Teori Gerakan Masyarakat (social movement theory), yang lebih memberi tekanan pada
peranan pendidikan luar sekolah sebagai bagian penting dalam gerakan pembangunan
masyarakat. Program – program pendidikan luar sekolah disusun atas dasar kebutuhan
yang dirasakan dan dinyatakan masyarakat (felt and expressed needs).

H. PENGELOLAAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Dalam penyusunan program pendidikan luar sekolah, penyelenggara dapat
menggunakan tiga langkah kegiatan :
1. Melakukan identifikasi kebutuhan pendidikan atau kebutuhan belajar yang dirasakan
dan dinyatakan oleh calon peserta didik. Kebutuhan ini pun dapat di identifikasikan dari
lembaga tempat calon peserta didik bekerja atau organisasi yang dimasuki oleh peserta
didik. Masyarakat yang menjadi layanan tugas calon peserta didik atau tempat ia bergaul
dapat pula diidentifikasikan kebutuhannya.
2. Mengidentifikasi sumber-sumber, baik sumber manusiawi maupun non-manusiawi dan
kendala yang terdapat pada calon peserta didik, lembaga atau masyarakat. Sumber-
sumber dan kendala ini perlu diperhitumgkan sebagai factor pendukung dan factor
penghambat dalam perencanaan dan pelaksanaan program.
3. Menyusun program pendidikan luar sekolah yang meliputi komponen-komponen :
masukan lingkungan, masukan sarana, masukan mentah, proses dan pengeluaran.
Didalam program yang berkaitan dengan dunia usaha atau kewirausahaan, komponen
yang perlu ditambahkan adalah masukan lain (other input) dan pengaruh (impact).

Tiap komponen perlu dirinci dan dijelaskan kaitannya antara satu dengan yang
lainnya. Dengan demikian, paradigma dalam penyusunan program ini meliputi kegiatan
mengidentifikasi kebutuhan, sumber pendukung dan kemungkinan hambatan dan
menjabarkan komponen-komponen subsistem pendidikan luar sekolah ke dalam program
yang akan dilaksanakan.
Secara umum, pengelolaan program pendidikan luar sekolah meliputi siklus kegiatan
yang terdiri atas 6 tahapan, yaitu:
1. Perencanaan (planning) yang meliputi kajian dan deskripsi tentang masalah yang
dihadapi, tujuan, hasil yang diharapkan dan lingkup kegiatan dalam melaksanakan
program pendidikan luar sekolah.
2. Pengorganisasian (organizing) , meliputi upaya penyusunan ketenagaan, organisasi,
fasilitas dan daya dukung lainnya untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program
pendidikan luar sekolah.
3. Penggerakan (motivating), terdiri atas upaya motivasi yang dilakukan baik oleh
pimpinan organisasi terhadap stafnya agar efisiensi dan efektifitas kegiatan tercapai
maupun yang dilakukan oleh sumber belajar (tutor atau fasilitator) terhadap peserta
didik agar proses belajar dapat berjalan sebagaimana yang telah direncanakan.
4. Pembinaan yang mencakup pengawasan (controlling) dan supervise (supervising). Yang
pertama dilakukan dalam kelembagaan yaitu pengawasan oleh pimpinan terhadap staff
lembaga penyelenggara program. Yang kedua, supervisi dilakukan terhadap para
pelaksana pendidikan seperti pamong belajar dan sumber belajar.
5. Evaluasi (evaluating), meliputi kegiatan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan dan
penyajian informasi mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil dan pengaruh program
untuk dijadikan bahan dalam pengambilan keputusan.
6. Pengembangan (developing). Kegiatan pengembangan pada dasarnya merupakan upaya
lanjutan yang dilakukan dengan menerapkan kelima tahapan sebelumnya secara
berurutan. Adanya tahap pengembangan ini menunjukkan bahwa program PLS itu
berkelanjutan, bergerak seperti lingkaran spiral yang makin lama makin meluas dan
mendalam.
RANGKUMAN

Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia dan landasan pendidikan nasional,


memberikan dukungan kuat bagi pembinaan dan perkembangan pendidikan luar sekolah yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas
manusia Indonesia yang bermoral.
Pasal – pasal dalam UUD 1945 memberikan dukungan kuat terhadap pendidikan luar
sekolah untuk membina dan mengembangkan kegiatan pendidikan yang erat kaitannya
dengan peningkatan kualitas masyarakat Indonesia, dan menegaskan keberpihakannya
terhadap orang banyak yang berada pada lapisan bawah.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, memberikan arah bahwa pembangunan pendidikan, termasuk
didalamnya pembangunan pendidikan luar sekolah, adalah upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dal mewujudkan masyarakat yang
maju, adil, dan makmur, serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik
berkenaan dengan aspek jasmani maupun rohani berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Falsafah pendidikan yang dianggap mampu menopang falsafah pendidikan luar
sekolah antara lain adalah (menurut Sakahian, 1972:8), falsafah idealisme, falasah realisme
dan falsafah pragmatisme. Pendidikan Luar sekolah terdiri dari 4 macam teori yang
mendukung diantaranya, teori perenialisme, teori progesivisme, teori essensialisme, teori
rekonstruksionisme.
Teori sosial yang meopang pendidikan sekolah antara lain, teori fungsi, teori modal
manusia, teori gerakan masyarakat.
Secara umum, pengelolaan program pendidikan luar sekolah meliputi siklus kegiatan
yang terdiri atas 6 tahapan yaitu, perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penggerakan (motivating), pembinaan yang mencakup pengawasan (controlling) dan super-
vise (supervising), evaluasi (evaluating), pengembangan (developing).
SOAL ESSAY

1. Setiap gerakan peserta didik (warga belajar) didasari oleh lima sila yang mempunyai
arti. Jelaskan makna atau arti dari sila ke tiga!
2. Pendidikan Luar sekolah terdiri dari 4 macam teori yang mendukung diantara-nya
Teori Perenialisme,teori progresivisme,teori essensialisme,teori rekonstruksivisme.
Jelaskan yang dimaksud dengan teori progresivisme!
3. Jelaskan isi dari Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989
mengenai Pendidikan Luar Sekolah!
4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis pendidikan luar sekolah!
5. Pendidikan Luar Sekolah memiliki Ilmu Pengetahuan Alam yang digunakan untuk
mempelajari mahluk hidup dan benda-benda khusus.Coba sebutkan dan jelaskan ilmu
pengetahuan alam tersebut membahas mengenai!
DAFTAR PUSTAKA

D.Sudjana; Pendidikan Luar Sekolah; (Bandung :Falah Production,2001)

Umberto Sihombing; Pendidikan Luar Sekolah; (Jakarta: CV. Wirakarsa, 2001 UU No. 20


Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Republik Indonesia)

http://auditaratnasariflowers.blogspot.com/2018/10/filsafat-ilmu-dan-teori-pendukung.html

http://peelesupi.blogspot.com/2013/03/falsafah-ilmu-dan-teori-pendukung_18.html

Anda mungkin juga menyukai