Anda di halaman 1dari 28

PERAN REZEKI MENGEMUDI MOBIL DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENGEMUDI MASYARAKAT

LAPORAN PENELITIAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

Bryan Saragih (1193311174)

Fakhrunnisa Rosdianti (1193311166)

Febry Andani Nasution (1193311052)

Humairah Purba (1193311062)

Ratih Ayu Mustika Sari (1193311072)

Kelas : Ekstensi H

Mata Kuliah : Keterampilan Dasar PLS

Dosen : Sani Susanti S.Pd.,M.Pd.

Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
LEMBAR PENGESAHAN

PERAN KURSUS MENGEMUDI MOBIL DALAM MASYARAKAT

Laporan Penelitian Mini Riset

Medan, 05 November 2019


Kelompok 6

Ketua Kelompok Ratih Ayu Mustika Sari


NIM. 1193311072

Mengetahui:
Dosen Pembimbing

SANI SUSANTI, S.Pd., M.Pd.

NIP.

i
KATA PENGANTAR

Penyusun bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya masih
memberikan kehidupan serta kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
mini riset ini dengan tepat waktu.

Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada : Ibu Sani Susanti S.Pd, M.Pd
selaku dosen Keterampilan Dasar Pendidikan Luar Sekolah (PLS)

Penyusun memohon maaf apabila ada kekurangan dan keterbatasan pada laporan
makalah miniriset ini. Penyusun juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam
penyempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan , November 2019

Penyusun

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan........................................................................................................i

Kata Pengantar................................................................................................................ii

Daftar Isi.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................2

C. Batasan Masalah.................................................................................................2

D. Tujuan Penelitian...............................................................................................2

E. ManfaatPenelitian..............................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................3

A. Deskripsi Kajian Teori........................................................................................3

B. Kerangka Berpikir...............................................................................................13

BAB III. METODE PENELITIAN................................................................................16

A. Desain Penelitian................................................................................................16

B. Populasi Dan Sampel Penelitian.........................................................................16

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional....................................................17

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data..........................................................17

E. Teknik Analisis Data...........................................................................................18

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............................................19

A. Hasil Penelitian.....................................................................................................19

B. Pembahasan Hasil Penelitian................................................................................20

BAB V PENUTUP........................................................................................................21

A. Kesimpulan.........................................................................................................21
B. Saran...................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................22

LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan luar sekolah sebenarnya bukanlah barang baru dalam khasanah budaya
dan peradaban manusia. Pendidikan luar sekolah telah hidup dan menyatu di dalam
kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum muncul dan memasyarakatnya sistem
persekolahan. PLS mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbeda dengan sistem yang
sudah ada di pendidikan persekolahan. PLS timbul dari konsep pendidikan seumur hidup
dimana kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan/pendidikan
formal saja. PLS pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian keahlian dan
keterampilan dalam suatu bidang tertentu.

Salah satu modal dasar persiapan tersebut adalah meningkatkan kualitas pendidikan.
Undang-Undang yang mengatur pendidikan adalah Undang-Undang NO 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, dasar-dasar, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berbagai kelemahan sistem persekolahan dimuntahkan, terutama pada aspek-aspek


prosedural yang dinilai mengeras, kaku, serba ketat dan formalistis. Pada intinya, walaupun
sistem persekolahan masih tetap dipandang penting, pijakan pemikiran sudah mulai realistis
yaitu tidak semata-mata mengandalkan sistem persekolahan untuk melayani aneka ragam
kebutuhan pendidikan yang kian hari semakin mekar dan beragam. Pembinaan dan
pengembangan PLS dipandang relevan untuk bisa saling isi-mengisi atau topang menopang
dengan sistem persekolahan, agar setiap insan bisa menyesuaikan hidupnya sesuai dengan
perkembangan zaman.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peran kursus mengemudi mobil dalam masyarakat?
2. Apa manfaat kursus mengemudi mobil dalam masyaraka?

C. BATASAN MASALAH

Agar tidak terjadi kerancuan dalam pembahasan dan juga pelaksanaan


penelitian dan juga agar tidak terjadi kesulitan dalam melaksanakan mini riset, maka
kami akan membatasi permasalahan mini riset ini hanya pada peran kursus
mengemudi mobil dalam masyarakat

D. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui peran kursus mengemudi mobil dalam masyarakat
2. Untuk mengetahui hal yang belum diterapkan dalam peran kursus mengemudi
mobil dalam masyarakat

E. MANFAAT PENELITIAN
1. Mengetahui bagaimana peran kursus mengemudi mobil dalam masyarakat
2. Mengetahui apa saja yang beum dilakukan dalam peran kursus mengemudi mobil
dalam masyarakat.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. DESKRIPSI KAJIAN TEORI


1. PENGERTIAN PENDIDIKAN NON FORMAL

Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur,


dengan sadar dilakukan, tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang
tetap¸ seperti pada pendidikan formal di sekolah. Karena pendidikan nonformal pada
umumnya dilaksanakan tidak dalam lingkungan fasik sekolah, maka pendidikan
nonformal diidentik dengan pendidikan luar sekolah. Oleh karena itu, pendidikan
nonformal dilakukan diluar sekolah, maka sasaran pokok adalah anggota masyarakat.
Sebab itu program pendidikan nonformal harus dibuat sedemikian rupa agar bersifat
luwes tetapi lugas, namun tetap menarik minat para konsumen pendidikan.
Menurut pengertian Undang Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 12
“Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”. Sedangkan menurut Coombs
(Trisnamansyah, 2003: 19) mendefinisikan pendidikan nonformal sebagai setiap
kegiatan pendidikan yang diorganisasikan di luar sistem persekolahan yang mapan,
baik dilakukan secara terpisah atau sebagai bagian penting dari kegiatan yang lebih
besar, dilakukan secara sengaja untuk melayani peserta didik tertentu guna mencapai
tujuan belajarnya.
Pendidikan luar sekolah telah hadir di dunia ini sama tuanya dengan kehadiran
manusia yang berinteraksi dengan lingkungan di muka bumi ini dimana situasi
pendidikan ini muncul dalam kehidupan kelompok dan masyarakat. Kegiatan
pendidikan dalam kelompok dan masyarakat telah dilakukan oleh umat manusia jauh
sebelum pendidikan sekolah lahir di dalam kehidupan masyarakat. Pada waktu
permulaan kehadirannya, pendidikan luar sekolah dipengaruhi oleh pendidikan
informal, yaitu kegiatan yang terutama berlangsung dalam keluarga dimana terjadi
interaksi di dalamnya berupa transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, dan
kebiasaan. Pada dasarnya kegiatan tersebut menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan
mendidik yang dikenal dewasa ini. (Sudjana (2001: 63))

3
Dikalangan masyarakat, program-program pendidikan nonformal sering di
koordinasikan dan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Masyarakat. Tim pengerak
Pembina kesatuan pada tingkat kelurahan dibina oleh para lurah/kepala desa. Diluar
itu, organisasi-ogranisasi wanita seperti Dharma Wanita dalam program bakti sosial
kepada masyarakat sering kali melaksanakan program-program dalam bentuk paket
program pendidikan nonformal. Pendidikan non formal  sifatnya lebih fleksibel dalam
arti luas waktu penyelenggaranya disesuaikan dengan kesempatan yang ada artinya
dapat beberapa bulan, tahun ataupun hari, sehingga dalam waktu yang cukup singkat
dapat digunakan untuk memperoleh kecakapan atau keterampilan yang dapat
digunakan dalam menopang kehidupannya.

Adapun Konsep Dasar Pendidikan Non Formal ada 3 jenis, yaitu :

1) Pendidikan Nonformal sebagai Suplemen adalah dimana pendidikan nonformal


sebagai penambah (suplemen). Dimana seseorang yang sudah menamatkan
pendidikan formal ingin menambah pengetahuan/keterampilan kecakapan hidupnya
dia bisa mengikuti pendidikan tambahan berupa pendidikan kursus dan kecakapan
hidup.
2) Pendidikan Nonformal sebagai Kompelen (Pelengkap) dimana pendidikan Nonformal
sebagai pelengkap seseorang dalam memenuhi pendidikan Formalnya.
3) Pendidikan Nonformal sebagai Substituti (Pengganti) dimana seseorang yang sama
sekali tidak menikmati pendidikan Formal dia dapat mengikuti Pendididkan
Nonformal sebagai Pengganti . Contoh seseorang yang tidak pernah belajar di SD
mereka dapat mengikuti Program Paket A begitupun juga paket B dan C.

2. ASAS-ASAS PENDIDIKAN NONFORMAL

Asas-asas pendidikan nonformal mencakup asas kebutuhan, asas pendidikan


sepanjang hayat, asas relevansi dengan pembangunan masyarakat, dan asas wawasan
ke masa depan.
1) Asas kebutuhan meliputi kebutuhan hidup manusia (human needs), kebutuhan
pendidikan (educational needs), dan kebutuhan belajar (learning needs).
Kebutuhan hidup adalah jarak antara kebutuhan fisiblogis, rasa aman, sosial,

4
penghargaan, dan/atau aktualisasi diri yang dimiliki saat ini dengan kebutuhan
tersebut yang hams atau diharapkan terpenuhi.

Kebutuhan pendidikan adalah jarak antara tingkat pendidikan atau


kemampuan yang dimiliki pada saat ini dengan tingkat pendidikan atau kemampuan
yang seharusnya atau diharapkan dipenuhi. Kebutuhan belajar adalah peryataan
tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai tertentu yang ingin dipenuhi
melalui kegiatan pendidikan nonformal.

2) Pendidikan sepanjang hayat (lift-long education) adalah prinsip bahwa pendidikan


dilakukan sepanjang hayat dengan keserasian antara pendidikan formal,
nonformal, dan informal. Pendidikan sepanjang hayat adalah upaya sadar untuk
menumbuhkan kegiatan belajar sepanjang hayat (life-long learning).

Penerapan asas pendidikan sepanjang hayat dalam pendidikan nonformal ini


menyebabkan adanya tiga ciri umum pada jalur pendidikan nonformal, yaitu :
(1) Pendidikan nonformal memberikan pendidikan secara wajar dan luas kepada setiap
orang sesuai dengan peredaan minat, usia dan kebutuhan belajar masing-masing;
(2) Pendidikan nonformal diselenggarakan dengan melibatkan peserta didik dalam kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses, hasil dan dapak program kegiatan
belajar;
(3) Pendidikan nonformal memiliki tujuan-tujuan ideal yang terkandung dalam proses
pendidikannya. (Sudjana, 2004;230)

3) Relevansi dengan pembangunan masyarakat merupakan wilayah utama


pendidikan nonformal. Fungsi pendidikan nonformal adalah untuk membelajarkan
sumber daya manusia (human resource development) sebagai subjek
pembangunan masyarakat sehingga mereka memiliki budaya,  berorganisasi
(community organization) dan, pengembangan ekonomi (economic development)
di masyarakat baik pedesaan maupun perkotaan.
4) Wawasan ke masa depan (futures oriented) mengandung makna bahwa
pendidikan nonformal adalah upaya mempersiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan pelatihan bagi peranan peserta didik pada
masa depan.

5
3. FUNGSI DAN TUJUAN  PENDIDIKAN NONFORMAL
1) FUNGSI PENDIDIKAN NONFORMAL

UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


mengamanatkan bahwa fungsi Pendidikan Nonformal adalah sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal, dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

2) TUJUAN PENDIDIKAN NONFORMAL


(1) Masyarakat memperoleh layanan PAUD yang bermutu, adil dan merata dalam
menyiapkan anak didik dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
(2) Masyarakat/penduduk buta aksara dewasa (15 tahun ke atas) dapat
memperoleh/mengikuti program pendidikan keaksaraan fungsional secara efektif,
efisien, dan akuntabel.
(3) Masyarakat memperoleh layanan pendidikan kesetaraan yang bermutu, relevan, dan
berkelanjutan untuk menunjang penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 12
Tahun dan memperluas akses pendidikan menengah dengan lebih menekankan pada
keterampilan fungsional dan kepribadian profesional.
(4) Terwujud kelembagaan kursus dan pelaksanaan kursus para Profesi yang Bermutu
dan Berorientasi Kecakapan Hidup (PKH), khususnya bagi penduduk penganggur
usia produktif untuk dapat bekerja dan/atau berusaha secara produktif, mandiri, dan
profesional.
(5) Masyarakat memperoleh layanan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang semakin
luas dan bermutu sebagai wahana peningkatan budaya baca untuk mendorong
aksarawan baru dan anggota masyarakat lainnya untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan kecakapan yang berguna bagi kehidupan mereka.

6
(6) Terwujud keadilan gender dalam pelayanan pendidikan melalui peningkatan
kesetaraan antara penduduk laki-laki dan perempuan dalam akses, mutu, relevansi,
dan tata kelola pemerintahan bidang pendidikan.
(7) Terwujud kelembagaan dan unit-unit pelaksana teknis PNF, serta satuan PNF
lainnya yang terakreditasi dan mampu memberikan pelayanan pendidikan yang
bermutu, efisien, efektif dengan tata kelola yang akuntabel dan transparan.

4. JENIS-JENIS DAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL


1) JENIS-JENIS PENDIDIKAN NONFORMAL
(1) Pendidikan Kecakapan Hidup (lifeskill)

Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan,


dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan.
Tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta didik agar yang
bersangkutan mampu, sanggup dan terampil menjaga kelangsungan hidup, dan
perkembangannya di masa datang. Kecakapan hidup mencakup  kecakapan dasar dan
kecakapan instrumental. Kecakapan dasar meliputi : (i) kecakapan belajar mandiri;
(ii) kecakapan membaca, menulis, dan menghitung; (iii) kecakapan komunikasi; (iv)
kecakapan berpikir ilmiah, kritis, nalar, nasional, lateral, sistem kreatif eksploratif
reasoning, pengambil keputusan, dan pemecahan masalah; (vi) kecakapan mengelola
raga; (vii) kecakapan merumuskan kepentingan dan upaya-upaya untuk mencapainya;
(viii) kecakapan berkeluarga dan sosial. Kecakapan instrumental meliputi : (i)
kecakapan memanfaatkan teknologi; (ii) kecakapan mengelola sumber daya; (iii)
kecakapan bekerja sama dengan orang lain; (iv) kecakapan memanfaatkan informasi;
(v) kecakapan menggunakan sistem; (vi) kecakapan berwirausaha; (vii) kecakapan
kejuruan; (viii) kecakapan memilih, menyiapkan, dan mengembangkan karir; (ix)
kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan; (x) kecakapan menyatukan bangsa.

(2) Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.


Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal atau
nonformal, dan/atau informal.  Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
nonformal berbentuk:

7
1. Kelompok Bermain (KB) adalah salah satu bentuk layanan PAUD bagi anak usia 3 – 6
tahun, yang berfungsi untuk meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya,
sehingga siap memasuki pendidikan dasar.
2. Taman Penitipan Anak (TPA) adalah wahana pendidikan dan pembinaan kesejahteraan
anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama
orangtuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam menagsuh
anaknya karena bekerja atau sebab lain.

(3) Pendidikan Kepemudaan

Pendidikan  kepemudaan perlunya pendidikan kepemudaan merupakan usaha


dari pemerintahan untuk mencetak generasi-generasi yang berkualitas dan unggul
dalam banyak hal. Pendidikan kepemudaan bias diwujudkan melalui kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan organisasi kepemudaan sebagai lembaga
kependidikan. Diantaranya melalui, organisasi pemuda-pemudi di desa-desa,
perkumpulan olahraga dan organisasi kesenian. Organisasi kepemudaan adalah
organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang
atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat
terutama generasi muda di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang
bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial. Sebagai institusi sosial yang menjadi
sumber daya sosial paling potensial di masyarakatnya, organisasi kepemudaan
diorientasikan untuk menjadi organisasi pelayanan kemanusiaan penyelenggaraan
usaha kesejahteraan sosial yang memiliki pendekatan dan standar pada pendekatan
pekerjaan sosial yang memadai, karena organisasi kepemudaan adalah juga volunteer.
Organisasi kepemudaan adalah lembaga nonformal yang tumbuh dan eksis dalam
masyarakat antara lain ikatan remaja mesjid, kelompok pemuda (karang taruna), dan
sebagainya. Pendidikan kepemudaan dipandang sangat perlu dikembangkan lagi
karena pada hakikatnya dalam diri pemuda itu terdapat berbagai potensi yang apabila
tidak dikelola dengan baik maka kemampuan/bakat tersebut akan sia-sia.

(4) Pendidikan Pemberdayaan Perempuan

8
Salah satu penyebab ketidakberdayaan perempuan adalah ketidakadilan
gender yang mendorong terpuruknya peran dan posisi perempuan di masyarakat.
Perbedaan gender seharusnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak menghadirkan
ketidakadilan gender. Namun perbedaan gender tersebut justru melahirkan berbagai
ketidakadilan, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Manifestasi ketidakadilan itu
antara lain (1) Marginalisasi karena diskriminasi terhadap pembagian pekerjaan
menurut gender, (2) Subordinasi pekerjaan (3) Stereotiping terhadap pekerjaan
perempuan, (4) Kekerasan terhadap perempuan, dan (5) Beban kerja yang berlebihan.
Oleh karena itu, ada beberapa komponen penting yang perlu diperhatikan
dalam upaya memberdayakan perempuan, yaitu (1) Organisasi dan kepemimpinan
yang kuat, (2) Pengetahuan masalah hak asasi perempuan, (3) Menentukan strategi,
(4) Kelompok peserta atau pendukung yang besar, dan (5) Komunikasi dan
pendidikan. Sementara itu, salah satu upaya dalam memberdayakan sumber daya
manusia, khususnya perempuan, adalah melalui penanaman dan penguatan jiwa dan
praktek kewirausahaan. Secara umum, ciri dan watak seorang wirausahawan adalah
(Kartini, 2001):
1. Memiliki kepercayaan diri dan optimis
2. Berorientasi pada kerja dan hasil
3. Berani mengambil resiko dengan perhitungan yang jelas
4. Memiliki jiwa dan sikap kepemimpinan
5. Memiliki kemampuan kreatif dan inovatif
6. Berorientasi ke masa depan

Dengan demikian maka sebaiknya dalam pengembangan sumber daya perempuan


sebaiknya diarahkan untuk membentuk manusia yang (1) memiliki motivasi dan etos kerja
yang tinggi, (2) menguasai banyak ilmu dan keterampilan, (3) memiliki sikap mental yang
konsisten yang diwujudkan dalam komitmennya pada bidang pekerjaan tertentu
(profesional), (4) memiliki semangat dan kemampuan bersaing (kompetitif), dan (5) memiliki
budaya yang didasari pada nilai-nilai agama dan humanisme.

(5) Pendidikan Keaksaraan

Pendidikan keaksaraan sebagai salah satu layanan pendidikan non formal


untuk membelajarkan warga masyarakat buta aksara, dan sebagai suatu pendekatan

9
pembelajaran, merupakan cara untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam
menguasai dan menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati
dan menganalisis, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan
potensi yang ada di lingkungan sekitar.
Untuk mencapai hal tersebut, pendidikan keaksaraan diselengarakan dengan
prinsip ;

1. Konteks lokal, adalah bahwa pembelajaran pendidikan keaksaraan dilaksanakan


berdasarkan minat, kebutuhan, pengalaman, permasalahan dan situasi lokal serta potensi
yang ada di sekitar warga belajar.
2. Desain lokal, tutor bersama warga belajar perlu merancang kegiatan pembelajaran di
kelompok belajar, sebagai jawaban atas permasalah, minat dan kebutuhanwarga belajar
3. Partisipatif, tutor perlu melibatkan warga belajar berpartisipasi secara aktif, dari mulai
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil warga belajar .
4. Fungsionalisasi hasil belajar, dari hasil pembelajarannya warga belajar diharapkan dapat
memecahkan masalah keaksaraannya dan meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.

(6) Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja

Pendidikan seperti ini biasanya dilaksanakan oleh suatu lembaga atau


organisasi tertentu yang ingin menciptakan tenaga-tenaga kerja yang terampil . Saat
ini kursus dan/atau pelatihan yang paling banyak bagi masyarakat yang memerlukan
bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan
diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

(7) Pendidikan Kesetaraan, Serta

Ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang
beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif
yang ingin meningkatkanpengetahuan dan kecakapan hidupnya.
Definisi mengenai setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran, pengaruh,
fungsi, dan kedudukan. Lulusan program pendidikan kesetaraan memiliki hak yang
sama dengan pendidikan formal yaitu mereka bias melanjutkan ke jenjang berikutnya
yang lebih tinggi.

10
Diluar hal itu pengelolaan pendidikan kesetaraan di Indonesia sekarang begitu
menjamur, minat masyarakat mengikuti program inipun semakin meningkat. Program
Paket B pun memberi sumbangsih terhadap program wajar diknas secara nasional
mencapai sekitar 3% lulusan Paket A, B dan C terus meningkat.
Sejalan dengan perkembangan zaman, karakteristik sasaran, maka pendidikan
kesetaraanpun mulai memberikan variasi layanan untuk memberikan layanan bagi
masyarakat yang memang membutuhkan layanan pendidikan nonformal. Kini
pendidikan kesetaraanpun memberikan alternatif layanan seperti Pembelajaran
Langsung, Lumbung Belajar, Layanan Jemput Bola, Home schooling, dan E-
Learning.
Pembelajaraan langsung adalah tatap muka langsung antara tutor dan warga
baik secara perorangan maupun kelompok di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM) atau lembaga penyelenggaraan lainnya.
Lumbung Belajar adalah tempat disebut gudang ilmu, tempat yang dapat
disinggahi oleh warga belajar yang ingin mendapatkan pengetahuan dan keterampilan.
Jenis lumbung belajar juga di Nunukan, Entikong, dan Hongkong.
Layanan jemput bola adalah layanan pendidikan yang bersifat aktif, yang
bergerak mendatangi dan menjangkau peserta didik yang mengalami hambatan atau
kesulitan untuk datang ke tempat pembelajaran, biasanya juga tutor kunjungan. Tugas
tutor disini sangat berat, ia harus mendatangi warga yang ingin belajar yang lokasinya
cukup jauh, bahkan tutor menggunakan para layang untuk mencapai sasaran karena
letak geografis yang bergunung dan berlembahseperti di kawasan Indonesia Timur.
Home schooling adalah proses layanan pendidikan yang dilakukan secara
teratur, terarah, dan terencana dilakukan oleh orang tua/ keluarga di rumah atau di
tempat-tempat lain, dimana proses belajar berlangsung dalam suasana kondusif
dengan tujuan agar semua potensi anak yang unik dapat berkembang secara
maksimal.
E-Learning merupakan situs percontoh penggunaan teknologi komunikasi
untuk alternatif sistem belajar.
Diverifikasi layanan ini dilakukan sebenarnya untuk memberikan layanan
kepada masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam hal keterbatasan dari sisi
waktu, keterbatasan ekonomi, dan keterbatasan sosial.
Tugas Tutor (tenaga pengajar) dan penyelenggaraan pendidikan nonformal
sangat berat, bila melihat karakteristik sasaran pendidikan nonformal yang beragam,

11
apalagi anggaran untuk pendidikan nonformal di Indonesia cenderung tidak sebanding
dengan anggaran untuk pendidikan formal. Padahal pendidikan nonformal sendiri
memiliki andil besar dalam membantu pembangunan pendidikan di Indonesia. Seperti
dikatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nonformal sebagai penambah,
pengganti dan pelengkap pendidikan formal, tetapi pendidikan nonformal
memberikan warna tersendiri bagi lulusannya yaitu bagaimana memberdayakan diri,
untuk menolong diri sendirinya. Meskipun tantangannya kini semakin beragam dan
begitu kompleks.

2) SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL


(1) Lembaga Kursus dan Pelatihan

Lembaga Kursus dan pelatihan adalah satuan pendidikan nonformal yang


berfungsi menyelenggarakan kursus dan/atau pelatihan  bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Satuan Lembaga kursus dan
pelatihan biasanya menyelenggarakan program pendidikan kecapakapan hidup,
program pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, dan program pendidikan
kepemudaan.

(2) Kelompok Belajar

Kelompok belajar adalah  medium bagi anggota  masyarakat yang tergabung


dalam program pendidikan nonformal untuk belajar dan saling membelajarkan sesuai
dengan tujuan dan target program. Beberapa program pendidikan nonformal yang
mengelompokkan sasaran/warga belajar dalam kelompok belajar antara lain
pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, dan PAUD. Biasanya anggota
kelompok belajar memiliki kesamaan tujuan dan motivasi untuk belajar bersama, nilai
dan norma yang diakui bersama sebagai pengikat dalam kelompok.

(3) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

12
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah suatu wadah yang
menampung berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat diarahkan pada
pemberdayaan potensi untuk menggerakkan pembangunan di bidang pendidikan,
sosial, ekonomi dan budaya. Tujuan PKBM adalah untuk memperluas kesempatan
warga masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan
bekerja mencari nafkah. Karena itu PKBM dapat menyelenggarakan berbagai
program pendidikan nonformal sesuai dengan kebutuhan dan potensi masyarakat
disekitarnya.

(4) Majelis Taklim

Majelis Taklim merupakan  satuan pendidikan nonformal yang memfokuskan


pada pendidikan Islam melalui ceramah umum atau pengajian Islam. Tempat kegiatan
majelis taklim dapat dilakukan di halaman masjid atau kantor-kantor atau di tempat
lain yang dikhususkan untuk itu. Prinsip kegiatan majelis taklim adalah kemandirian
dan swadaya masyarakat dari masing-masing anggotanya. Dengan kata lain, majelis
taklim adalah lembaga pengajian Islam yang memiliki ciri-ciri tersendiri dilihat dari
sudut metode dan buku pegangan yang digunakan jama’ah, pengajar (ustaz/ustadzah),
materi yang diajarkan, sarana, dan tujuan.

Peran strategis majelis taklim adalah mewujudkan learning society, yakni


masyarakat yang memiliki tradisi belajar tanpa dibatasi usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan menjadi wahana relajar serta menyampaikan pesan-pesan keagamaan,
wadah mengembangkan silaturahmi, dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya, bagi
semua lapisan masyarakat.

B. KERANGKA BERPIKIR
1. PENGERTIAN PELATIHAN

Secara teoritis, istilah pelatihan (training) adalah suatu proses dimana orang-
orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu pencapaian tujuan organisasi
(Mathis & Jackson, 2002:5). Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai
dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta ketrampilan yang

13
digunakan dalam melakukan pekerjaan mereka saat ini. Sementara batasan yang lebih
luas menyimpulkan bahwa pelatihan merupakan cakupan dari pengembangan serta
memfokuskan individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi
pekerjaannya saat ini maupun masa yang akan datang.
Anwar Prabu (2003 : 24) mengemukakan bahwa pelatihan adalah proses
pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan
terorganisasi, pegawai non-manajerialnya mempelajari pengetahuan dan ketrampilan
teknis dalam tujuan terbatas.
Dengan demikian, istilah pelatihan ditujukan pada pegawai pelaksana untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan teknis.

2. TUJUAN PELATIHAN

Menurut Ranupandojo (2000:82) tujuan dari diadakannya pelatihan adalah: 


1. Meningkatkan produktivitas
2. Memperbaiki moral
3. Mengurangi pengawasan
4. Mengurangi kemungkinan terjadi kecelakaan
5. Meningkatkan kestabilan dan keluwesan organisasi.
Kestabilan organisasi menunjukkan kemampuan organisasi untuk
mempertahankan efektivitasnya meskipun kehilangan pegawai kunci. Keluwesan
organisasi menunjukkan kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
variasi jangka pendek akan volume pekerjaan. Prinsip-prinsip pemberian pelatihan
(Ranupandojo, 2000:82) : 
1) Motivasi. Semakin tinggi motivasi seorang pegawai, semakin cepat ia akan
mempelajari ketrampilan atau pengetahuan baru. Latihan sebagai alat haruslah
dihubungkan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh para pegawai.
2) Laporan kemajuan. Diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh seorang pegawai
telah memahami pengetahuan yang baru. Meskipun demikian pembuatan laporan
kemajuan yang terlalu sering adalah tidak disarankan.
3) Reinforcement. Apabila suatu ketrampilan sedang dipelajari, perlulah proses belajar
ini diperkuat dengan hadiah ataupun hukuman. Manajemen haruslah menentukan agar
setiap hadiah dikaitkan dengan kemajuan para pegawai.

14
4) Praktek. Mempraktekkan apa yang dipelajari jelas merupakan hal yang sangat
penting. Sedapat mungkin para pegawai yang dilatih bisa mempraktekkan ketrampilan
tersebut dalam suasana pekerjaan yang sebenarnya.
5) Perbedaan individual. Meskipun latihan secara kelompok sering mempunyai
kelebihan ekonomis, perlulah disadari bahwa pada hakekatnya pegawai itu berbeda
antara satu dengan lainnya. Karenanya latihan yang efektif hendaknya menyeuaikan
kecepatan dan kerumitan dengan kemampuan masing-masing individu.

3. PENGERTIAN KURSUS MENGEMUDI

Kursus mengemudi yang biasa dikenal “Driving Course” adalah suatu instansi
jasa yang memeberikan pelayanan dalam mengemudi mobil. Jika anda bisa
mengendarai mobil dengan baik dan memiliki mobil sendiri maka tidak ada salahnya
untuk menengok peluang usaha kursus setir mobil. Ditambah untuk membuka usaha
kursus seperti ini tidak diperlukan persyaratan khusus dan modal yang terlalu besar.
Apalagi kebutuhan seseorang untuk bisa mengendarai kendaraan roda empat dewasa
ini cukup pesat, dengan potensi konsumen yang bisa di raih, tentu tidak ada salahnya
untuk membuka usaha ini. Akan tetapi biasanya untuk membuka usaha semacam ini
membutuhkan perizinan tertentu,  atau menghubungi instansi terkait (misalnya dinas
perhubungan dll.)
Mengemudi bukanlah suatu kegiatan yang mudah untuk dilakukan.Untuk
dapat mengemudi, kita harus belajar dari ahlinya. Memelajari mengemudi secara
otodidak dapat memakan waktu serta mempunyai risiko selama dalam proses belajar.
Banyak orang yang sudah mempunyai kemampuan membeli mobil, namun belum memiliki
kemampuan untuk mengemudi.Hal ini merupakan potensi pasar untuk membuka usaha
kursus mengemudi.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian, metode penelitian, dan memilih lokasi
untuk melakukan penelitian
1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian


deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memberi gambaran yang
lebih jelas tentang situasi-situasi sosial. Penelitian deskriptif yang biasa disebut juga
penelitian taksonomik dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu
fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti (Mulyadi, 2012:73)

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode


penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2017:14) metode penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan
tujuan untuk menguji

3. Lokasi Penelitian

Lokasi observasi penelitian ini adalah di Kursus Rezeki Mengemudi Mobil Jl.
Pasar 3 Gg Kutilang No. 8A Medan Perjuangan.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada hari 05 November 2019 mulai pukul 15.00
WIB

B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

16
Menurut Sugiyono (2017:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Sugiyono
(2011:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Pemilik dari Rezeki Mengemudi Mobil.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penlitian ini adalah simple random


sampling. Menurut Sugiyono (2017:120) dikatakan simple (sederhana) karena
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara purposive random
sampling,

C. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL


1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:61) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam
penelitian ini variabel yang digunakan terdiri dari satu variabel yaitu: Peran RMM
dalam meningkatkan kemampuan mengemudi dalam masyarakat.

2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Dari variabel yang disebutkan di atas maka dapat dibuat defenisi operasional
variabelnya yaitu: peran RMM dalam meningkatkan kemampuan mengemudi dalam
masyarakat.

D. INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

17
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan (Sugiyono, 2017:308). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
pada pada penelitian ini yaitu menggunakan angket atau kuesioner dan observasi.

1. Jenis Data

Jenis data ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Sedangkan data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono
2017:308)

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Jenis data
sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah buku dan jurnal-jurnal yang
sesuai dengan judul penelitian ini.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes
pertanyaan berupa buku yang diajukan berupa pertanyaan.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisa data dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan cara


interpretasi data dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pemahaman
mendalam dengan prinsip validitas, objektifitas, dan reabilitas. Pendekatan kuantitatif
dalam penelitian ini dilakukan sejak awal sampai sepanjang proses penelitian
berlangsung.

18
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kursus Rezeki Mengemudi Mobil Jl. Pasar 3 Gg


Kutilang No. 8 A Medan Perjuangan.

Deskripsi Data Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode mengajukan pertanyaan kepada pemilik


mobil dan juga mewawancarainya. Dari penelitian yang kami lakukan, kami
mengajukan pertanyaan kepada pemilik mobil 1 orang. Kemudian pertanyaan yang
sudah dijawab oleh pemilik mobil kami menarik kesimpulan dari penelitian kami
mengenai metode pertanyaan.

1. Pembelajaran yang diberikan oleh pembimbing kursus mengemudi sudah cukup


bagus.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa secara keseluruhan pemberian cara
atau trik-trik tentang mengemudi mobil sudah cukup baik hal ini dibuktikan dengan
sangat antusiasnya masyarakat dalam mengikuti proses-proses pelatihan kursus
mengemudi
2. Masyarakat yang mengikuti kursus mampu menyerap pelatihan yang diberikan
pembimbing dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa secara keseluruhan masyarakat
mampu mengikuti pelatihan dengan baik terdapat bukti beberapa pengujian yang
dilakukan oleh pelatihan seperti memberikan percobaan langsung ke jalan raya.
3. Selain memberikan kursus mengemudi, peran RMM juga membantu masyarakat
dalam membuat SIM
Hal ini dibuktikan dengan adanya memberikan pengarahan atau trik-trik dalam
mengikuti tes yang merupakan syarat dalam pembuatan SIM.

19
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Dari penelitian yang kami lakukan, diketahui bahwa peran kursus mengemudi
RMM sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang kami ajukan, pertanyaan
antara lain:

1. Siapa nama pemilik dari RMM?


2. Sejak kapan kursus mobil ini dibuka?
3. Pelayanan apa saja yang disediakan di kursus ini?
4. Berapa biaya untuk kursus ini?
5. Dimana saja lokasi untuk pelatihan mengemudi?
6. Bagaimana metode kursus mengemudi?
7. Apakah pekerjaan ini sulit?
8. Dari mana keahlian bapak dalam mengemudi?
9. Kenapa bapak memilih kursus mengemudi kenapa tidak memilih kursus yang
lain?

20
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penelitian yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa pemilik mobil
tersebut memberikan pelayanan yang baik dan nyaman kepada konsumen.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa secara keseluruhan


masyarakat mampu mengikuti pelatihan dengan baik terdapat bukti beberapa
pengujian yang dilakukan oleh pelatihan seperti memberikan percobaan langsung ke
jalan raya.

B. SARAN

1. Kursus mengemudi lebih meningkatkan kualitasnya

2. Setiap mahasiswa atau masyarakat yang ingin mengambil kursus mengemudi


lebih berhati-hati dalam memilih kursus.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

http://asefriany.blogspot.com/2015/01/kursus-stir-mobil.html

http://mytugasmm.blogspot.com/2015/06/makalah-pendidikan-nonformal.html

https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/7584/Bab%202.pdf?
sequence=10

http://intips-keuangan.blogspot.com/2013/10/tips-memulai-usaha-kursus-mengemudi.html

https://andriyani95.wordpress.com/2012/11/05/bisnis-dan-kewirausahaan-stir-mobil/

http://idebisnis-ideusaha.blogspot.com/2014/02/meraup-untung-dari-usaha-kursus-setir.html

Bambang Sarwoko, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Bandung. IKIP Semarang Press

Direktorat Pembinaan Kursus Kelembagaan. (2016). Lembaga Pembinaan Kursus dan


Kelembagaan. [Online]. Tersedia: http://www.infokursus.net.
Hatimah, Ihat & Sadri. 2008. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. Jakarta:
Universitas Terbuka

23
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai