INFORMASI
MAMA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah politik Pendidikan Nasional
Dosen Pengampu:
Prof Dr.H.BASO AMANG,M A
Disusun oleh :
NURSYAMSI
PROGRAM PASCASARJANA
STAI AL-FURQAN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Pendidikan tidak pernah lepas dari kekuasaan. Kalimat inilah yang sering ditegaskan Paulo
Freire. Menurutnya, segala kebijakan politik sangat menentukan arah pembinaan dan
pengembangan pendidikan. Politik dan kekuasaan mampu menjadi wahana bagi ekspektasi
publik akan sebuah sistem pendidikan yang baik. Dengan “tesis” Freire tersebut, kita dapat
mengasumsikan bahwa negara yang politik pendidikannya buruk, kinerja pendidikannya pun
juga buruk. Sebaliknya, negara yang politik pendidikannya baik, kinerja pendidikannya pun
juga baik. Dalam perjalanan sejarah, setelah proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia
mengalami berbagai perubahan disegala bidang, termasuk pendidikan. Pemerintah
Indonesia segera membentuk dan menunjuk menteri pendidikan, pengajaran dan
kebudayaan. Karena perjuangan kemerdekaan belum selesai dan masih terjadi instabilitas,
maka Pertanyaannya adalah bagaimanakah politik pendidikan di Indonesia? Pertanyaan
yang kerap dilontarkan, namun sulit menemukan jawaban. Realitasnya memang pendidikan
di Indonesia tidak bisa terlepas dari pengetahuan dan kuasa. Pengetahuan yang dapat
diperoleh melalui pendidikan dan kuasa yang diemban oleh pemerintah untuk mengatur dan
menentukan perkembangan peradaban Indonesia. Dengan kata lain,transfer pengetahuan,
nilai dan kebudayaan menjadi tanggung jawab pemerintah yang harus direalisasikan.
mengherankan bila selama orde lama sering terjadi pergantian menteri. Perubahan sistem
pemerintahan ini berimplikasi terhadap dinamika pendidikan di Indonesia,karena perubahan
penentu kebijakan, pemerintahan, pemimpin, sistem dan secara tidak langsung juga
perubahan dalam pengambilan kebijakan sehingga ini menjadi penting untuk dikaji lebih
dalam. Tujuannya tentu untuk menciptakan sistem pendidikan emansipatoris yang
menopang kemajuan sumber daya manusia di Republik ini. Maka, diperlukan adanya
pemahaman terhadap sistem pemerintahan yang mengeluarkan kebijakan-kebijakan terkait
pendidikan.
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Politik pendidikan atau the politics of education adalah kajian tentang relasi antara proses
munculnya berbagai tujuan pendidikan dengan cara – cara penyampaiannya. Kajian ini lebih
terfokus pada kekuatan yang menggerakkan perangkat pencapaian tujuan pendidikan dan
bagaimana serta kemana perangkat tersebut akan diarahkan. Kajian politik pendidikan
terkonsentrasi pada peranan Negara dalam bidang pendidikan, sehingga dapat menjelaskan
asumsi dan maksud dari berbagai strategi perubahan pendidikan dalam suatu masyarakat
secara lebih baik.
Kajian politik pendidikan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kaitan
antara berbagai kebutuhan politik Negara dengan isu – isu praktis sehari hari di sekolah;
tentang kesadaran kelas; tentang berbagai bentuk dominasi dan subordinasi yang sedang
dibangun melalui jalur pendidikan. Banyak sekali pandangan politik pendidikan dan
beberapa pandangan politik pendidikan masa sekarang.
B.Rumusan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Politik Pendidikan
Pendidikan adalah sala satu bentuk interaksi manusia. Pendidikan adalah suatu tindakan
sosial yang pelaksanaanya dimungkinkan melalui suatu jaringan hubungan- hubungan
kemanusiaan. Jaringan-jaringan inilah bersama dengan hubungan-hubungan dan peranan
peranan individu di dalamnya yang menentukan watak pendidikan di suatu masyarakat.
Jika politik dipahami sebagai “ praktik kekuatan, kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat
dan pembuatan keputusan- keputusan otoritatif tentang alokasi sumberdaya dan nilai- nilai
sosila”. Maka jelaslah bahwa pendidikan tidak lain adalah sebuah bisnis politik
Politik adalah bagian dari paket kehidupan lembaga- lembaga pendidikan. Bahkan menurut
Baldridge, lembaga- lembaga pendidikan dipandang sebagai sistem politik mikro, yang
melaksanakan semua fungsi utama sistem- sistem politik.
Hal ini menegaskan bahwa pendidikan dan politik adalah dua hal yang saling berhubungan
erat dan saling mempengaruhi. Berbagai aspek pendidikan selalu mengandung unsur- unsur
politik, begitu juga sebaliknya setiap aktivitas politik ada kaitanya dengan aspek- aspek
kependidikan.
Pendidikan tidak akan terlaksana secara baik bila tidak memandang pada bermacam-
macam aspek. Yang dimaksudkan dengan aspek disini adalah sudut pandang, maka sudut
pandang tersebut sangat menentukan dalam mempertimbangkan sesuatu. Dalam
Pendidikan, memang ada beraneka ragam aspek, di antara aspek yang dominan adalah
politik dan sosial.
jelas dan sistematik serta merupakan kerangka acuan bagi politik pendidikan nasional dalam
semua aspek pendidikan. Sebenarnya rumusan ini merupakan penjabaran dari politik
ideologi nasional ke dalam sektor pendidikan. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor
pendidikan adalah aspek dari pembangunan politik bangsa, yang tidak lain sebagai
konsistensi antara arah politik dengan cetak biru pembangunan bangsa yang berdasarkan
Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.
Tujuan nasional sebagai ideologi dasar dari masyarakat dan bangsa kita menjiwai
terbentuknya masyarakat industri modern, ideologi pembangunan dan politik pendidikan
nasional. Ilmu pengetahuan, teknologi serta informasi sangat menentukannya, karenanya
sangat perlu diketahui oleh masyarakat serta berkembangnya kehidupan demokrasi. Maka
demokrasi modern memerlukan rakyat yang selain berpaham nasionalis itu juga berwatak
demokrat. Baik paham nasionalisme maupun watak demokrat tidaklah tumbuh sendiri,
melainkan harus dididikan melalui proses sosialisasi pendidikan politik.
Dengan demikian, masyarakat industri modern adalah masyarakat yang mengacu pada
kualitas dalam segala aspek kehidupan, kualitas tersebut akan hidup dalam masyarakat
yang tinggi disiplinnya. Justru itu masyarakat industri modern yang diinginkan tidak dapat
dilepaskan dari dasar Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 serta GBHN, dengan
intinya adalah pemerataan, kualitas kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia dan
pembangunan yang berbudaya nasional.
Salah satu unsur politik pendidikan yang menunjang kehidupan masyarakat industri modern
ialah pendidikan yang memperioritaskan kepada kualitas. Pemberian prioritas kepada
kualaitas bukan berarsi suatu sistem pendidikan yang elitis tetapi yang memberi
kesempatan kepada setiap orang mengembangkan bakat sesuai kemampuannya dengan.
Pendidikan yang selektif untuk rogram yang relevan, pendidikan untuk anak pintar,
merupakan program yang perlu dilaksanakan.
Politik pendidikan dengan sadar menyiapkan tenaga yang cukup jumlahnya dan terampil
untuk mendukung masyarakat industri perlu dengan sungguh-sungguh disiapkan.
Persoalannya ialah masyarakat industri modern yang akan kita bina adalah masyarakat
yang adil dan makmur.
Oleh karena itu pendidikan merupakan landasan utama bagi tumbuhnya rasa nasionalisme
yang positif. Usaha ini tentu saja harus mendapat perhatian utama dalam pendidikan dasar
9 tahun . Pelaksanaan politik pendidikan ini menuntut cara penyajian yang efektif sesuai
dengan taraf pendidikan rakyat dan tumbuhnya kehidupan yang terbuka. Untuk itu
metodologi yang rasional dan kritis sangat diperlukan sehingga mampu mengolah berbagai
bentuk arus globalisasi.
Dalam hal ini, akhirnya politik pendidikan nasional perlu ditata dalam suatu organisasi yang
efesien dan dikelola oleh yang profesional. Yang tidak dapat dielakkan ialah keterpaduan
antara berbagai jenis dan jenjang pendidikan nasional sebagai sistem pengelolaan
pembangunan nasional.
Sebagaimana yang telah di ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial . Kita sebagai
manusia dilahirkan ke alam dunia ini dalam kondisi yang lemah, tak berdaya. Karena
manusia tidak berdaya, maka dia tidak akan sanggup melangsungkan hidupnya tanpa
bantuan orang lain.
Fithrah-potensi manusia yang dibawa semenjak lahir baru dapat dan bisa berkembang
dalam pergaulan hidupnya, dan manusia yang dilahirkan itu tidak akan menjadi manusia
tanpa pengembangan potensi tersebut sebagaimana yang dikehendaki oleh ajaran Islam. Di
antara nash yang menyatakan demikian, dapat dipahami dari surat Al-Hujurat ayat 13, yaitu:
Dari nash tersebut diatas dapat disinyalir betapa pentingnya memperdayakan masyarakat.
Untuk memperdayakan masyarakat,
1. mengembang kan potensinya. Potensi tersebut dapat dikembangkan adalah melalui
pendidikan. Dengan pendidikan, manusia akan berwawasan, mempunyai bermacam
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuanlah yang akan menjadikan seseorang atau
masyarakat dapat diperdayakan untuk bermacam-macam kepentingan, baik yang
berhubungan dengan pribadinya maupun yang berkaitan dengan masyarakat.
2. dengan jalan sosialitas manusia ( social being ), dalam ajaran Islam inilah yang
dikenal dengan ta’arafu-berkenalan, menjalin hubungan secara baik. Keadaan
seperti itulah yang dikehendaki oleh ajaran Islam sekaligus memperdayakan
masyarakat untuk mencapai suatu tujuan, khususnya dalam mengelola pendidikan.
Apabila seseorang telah dapat bergaul dan menyesuaikan dirinya dengan kehidupan
kelompoknya, berarti orang tersebut dapat mengenal nilai yang berlaku dalam kehidupan
sosialnya, sekaligus memperkembangkan pribadinya. Dengan interaksi sosial itu manusia
dapat merealisasikan kehidupannya, sebab tanpa timbal balik dalam interaksi sosial itu, ia
tidak akan dapat merealisasikan kemungkinan dan potensi-potensinya sebagai individu
Mengenai sosialitas manusia ( social being ) terlaksananya pendidikan secara baik adalah
dengan saling tolong-menolong sebagai makh luk sosial.
Sebaliknya, kebanyakan yang perlu diketahui oleh manusia tidak diprogramkan melalui
genetik. Semenjak dan masa sangat muda lagi kanak-kanak sudah harus mulai mempelajari
cara hidup yang begitu banyak macamnya.Cara hidup yang disebut kebudayaan itu tidak
dapat diwariskan secara biologis, harus selalu dipelajari oleh setiap individu.
Dimensi- dimensi sosial pendidikan yang dibicarakan dalam aspek- aspek sosial pendidikan
adalah:
a. aspek sosial yang ditanamkan oleh pendidikan yang berlaku disekolah, seperti pewarisan
budaya dari generasi tua ke generasi muda. Ini berlaku pada semua masyarakat, dahulu
atau pun sekarang, termasuk dalam masyarakat Indonesia sendiri. Juga pewarisan
ketrampilan. ketrampilan dan generasi ke generasi. ini juga berlaku di masyarakat manapun,
walaupun teknologi ketrampilan itu selalu berubah. Juga pewarisan nilai-nilai dan
kepercayaan merupakan fungsi pendidikan. Nilai-niiai scperti kejujuran, solidaritas, gotong-
royong adalah nilai-nilai yang tak dapat tidak harus wujud kalau masyarakat itu akan hidup
terus. Sebab kumpulan apapun tak akan hidup sebagai kumpulan tanpa nilai-nilai itu
sebagai pemersatu.
b. aspek sosial yang kedua yang mempengaruhi pendidikan adalah ciri-ciri budaya yang
dominan pada kawasan-kawasan tertentu di mana sekolah-sekolah itu wujud. Walaupun
pengelompokan seperti ini tidak selalu memberi gambaran yang jernih terhadap kelompok
yang dibicarakan di situ. Sebab faktor-faktor lain turut memainkan peranan di dalamnya,
seperti kepercayaan politik dan sosial, status sosio ekonoimi, kelas sosial, etnik, ras, agama
dan lain-lain.
c. aspek sosila ketiga yang memainkan peranan pada pendidikan yaitu faktor-faktor
organisasi, dan segi birokrasi. Adanya sistem adrninistrasi yang bersifat hirarkis dan
biasanya berlaku pada tiap organisasi persekolahan. Juga hubungan-hubungan dan segi
formal dan informal yang masing-masing tergantung pada sistem-sistem sosial yang
mengadakannya. Begitu juga guru dan adininistrasi, hubungan orang tua, guru, hubungan
teman-teman sebaya, dan hubungan guru, murid, semuanya besar pengaruhnya dalam
pelaksanaan pendidikan.
Tidak ada suatu sistem pendidikan yang tetap dan statis. Perlu juga disadari bahwa sistem
pendidikan selalu dipengaruhi oleh kecenderungan-kecenderungan dan kekuatan-kekuatan
sosial, budaya, spiritual, ekonomi, dan politik.
Setiap periode perkembangan pendidikan nasional adalah persoalan penting bagi suatu
bangsa karena perkembangan tersebut menentukan tingkat penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi, karakteristik, dan kesadara politik yang banyak mempengaruhi masa depan
bangsa tersebut. Setiap periode perkembangan pendidikan adalah faktor politik dan
kekuatan politik karena pada hakikatnya pendidikan adalah cerminan aspirasi, kepentingan,
dan tatanan kekuasaan kekuatan – kekuatan politik yang sedang berkuasa.
Sketsa penyelenggaraan pendidikan di Negara ini dapat dibagi atas enam periode
perkembangan, yaitu :
d. Periode keempat adalah periode Orde Lama yang berlangsung dari tahun
1945 hungga tahun 1966. Pada periode ini kegiatan pendidikan di tanah air
lebih mengarah pada pemantapan nilai – nilai nasionalisme, identitas bangsa,
dan pembangunan fondasi ideologis kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tujuan utama pendidikan pada periode ini adalah nation and character
building dan kendali utama penyelenggaraan pendidikan nasional dipengang
oleh tokoh – tokoh nasionalis.
e. Periode kelima adalah periode Orde Baru yang berlangsung dari tahun
1967 hingga tahun 1998. Pada periode ini pendidikan menjadi instrument
pelaksanaan program pembangunan di berbagai bidang, khususnya bidang
pedagogi, kurikulum, organiasi, dan evaluasi pendidikan diarahkan pada
akselerasi pelaksanaan pembangunan. Karena focus utama pembagunan
nasional pada era Orde Baru adalah pada bidang ekonomi.
f. Periode keenam adalah periode Reformasi yang dimulai pada tahun 1998.
Pada periode ini semangat desentralisasi, demokratisasi, dan globalisasi
yang dibawa oleh gerakan reformasi sehingga penataan system pendidikan
nasional menjadi menu utama. Dengan menelusuri prinsip – prinsip
penerapan yang diatur dalam berbagai peraturan perundang – undangan
terkait.
Kekuasaan sebagai inti dalam berpolitik untuk mengurus urusan rakyat, sedangkan
penyadaran sebagai inti proses pendidikan untuk pembebasan. Kedua kata antara politik
dan Pendidikan adalah suatu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan nyata.
Karena memang politik itu adalah pendidikan, dan pendidikan adalah politik itu sendiri (John
Dewey).
Jika demikian halnya, maka kekuasan dalam artian kata politik untuk mengurus kepentingan
rakyat harus membuat sistem pendidikan yang membebaskan. Membebaskan karena
Pendidikan adalah proses untuk memanusiakan manusia (Ki Hajar Dewantoro).
Dengan demikian segala bentuk pendidikan yang berdasarkan pada penjajahan harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. (UUD 1945).
Arti pendidikan yang sebenarnya yaitu proses memanusiakan manusia untuk bisa menjadi
manusia yang bisa menyelesaikan permasalahan hidupnya dengan cara yang baik sesuai
dengan hati nurani . Maka dari itu, ikhtiar memanusiakan kembali manusia. merupakan
pilihan mutlak. Humanisasi satu-satunya pilihan bagi kemanusiaan, karena walaupun
dehumanisasi adalah kenyataan yang terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia dan
tetap merupakan suatu kemungkinan ontologis dimasa mendatang, ia bukanlah suatu
keharusan sejarah. Secara dialektis, suatu kenyataan tidak mesti menjadi suatu keharusan.
Jika kenyataan menyimpang dari keharusan, maka menjadi tugas manusia untuk
merubahnya agar sesuai dengan apa yang seharusnya .
Masyarakat pendidikan tersadar bahwa SDM produk dari sistem pendidikan nasional kita
tidak bisa bersaing dalam persaingan global sehingga kita hanya mampu mengekspor
tenaga kerja PRT, sebaliknya tenaga skill pun di dalam negeri harus bersaing dengan
tenaga skill dari luar. Dibutuhkan keputusan politik dan kemauan politik yang sungguh-
sungguh untuk mengubah sistem pendidikan di Indonesia menjadi pembangun budaya
bangsa. Sayang ahli-ahli pendidikan kita lebih berorientasi kepada teksbook dibanding
melakukan ujicoba sistem di lapangan.
Pendidikan bermutu memang mahal, tetapi kenaikan anggaran pendidikan di APBN menjadi
20% pun tidak banyak membantu jika kreatifitas Depdiknas, hanya pada proyek-proyek
pendidikan bukan pada pengembangan pendidikan. Namun dalam kenyataannya tidak
menunjukkan suatu relevansi yang nyata. Bahkan riil, anggaran pendidikan hanya berkisar
10% dari APBN, dan itu pun hanya untuk membiayai anggaran rutin seperti penyediaan alat-
alat belajar, gaji guru dan karyawan dan sebagainya.
Swasta mempunyai peluang untuk melakukan inovasi pendidikan tanpa terikat aturan
birokrasi yang jelimet, tetapi menjadi sangat menyedihkan ketika dijumpai banyak lembaga
pendidikan swasta yang orientasinya pada bisnis pendidikan. Sekolah-sekolah international
diperlukan sebagai respon terhadap globalisasi, tetapi pembukaan sekolah international oleh
asing sangat riskan dari segi budaya bangsa karena filsafat pendidikannya berbeda.
Penyelenggara pendidikan di negara maju memahami persis bahwa fitrah manusia memang
berbeda-beda, sebagaimana halnya sifat alam. Penghargaan akan talenta dan keunikan
SDM dihargai sedemikian tinggi sehingga tidak heran apabila atlet atau penyanyi memiliki
penghasilan berkali lipat lebih besar dari pada , birokrat, apalagi politisi. Ibarat tanaman
tropis tidak dapat tumbuh baik di iklim dengan empat musim, manusia juga memiliki
berbagai karakter sehingga tidak dapat disamaratakan.
Pendidikan Nasional semakin menyimpan banyak persoalan dan sampai sekarang belum
terselesaikan. Banyak kasus pendidikan yang sempat menjadi keprihatinan kita bersama,
yang secara tidak langsung menjadi indikasi bagi keberlangsungan Pendidikan Nasional
yang masih terseok-seok. Proses penyelenggaraan Pendidikan Nasional masih sering
terbentur dengan berbagai kendala, baik dari segi kebijakan, sistem sosial dan kesadaran
kita sendiri. Dengan kata lain terdapat problem kebijakan pemerintah yang tidak memiliki
komitmen dalam menyelenggarakan pendidikan dan problem visi Pendidikan Nasional yang
masih belum bisa berpihak pada rakyat jelata.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan