Anda di halaman 1dari 14

POLITIK PENDIDIKAN BERBASIS TEKNOLOGI

INFORMASI

MAMA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah politik Pendidikan Nasional

Dosen Pengampu:
Prof Dr.H.BASO AMANG,M A

Disusun oleh :
NURSYAMSI

PROGRAM PASCASARJANA
STAI AL-FURQAN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Pendidikan tidak pernah lepas dari kekuasaan. Kalimat inilah yang sering ditegaskan Paulo
Freire. Menurutnya, segala kebijakan politik sangat menentukan arah pembinaan dan
pengembangan pendidikan. Politik dan kekuasaan mampu menjadi wahana bagi ekspektasi
publik akan sebuah sistem pendidikan yang baik. Dengan “tesis” Freire tersebut, kita dapat
mengasumsikan bahwa negara yang politik pendidikannya buruk, kinerja pendidikannya pun
juga buruk. Sebaliknya, negara yang politik pendidikannya baik, kinerja pendidikannya pun
juga baik. Dalam perjalanan sejarah, setelah proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia
mengalami berbagai perubahan disegala bidang, termasuk pendidikan. Pemerintah
Indonesia segera membentuk dan menunjuk menteri pendidikan, pengajaran dan
kebudayaan. Karena perjuangan kemerdekaan belum selesai dan masih terjadi instabilitas,
maka Pertanyaannya adalah bagaimanakah politik pendidikan di Indonesia? Pertanyaan
yang kerap dilontarkan, namun sulit menemukan jawaban. Realitasnya memang pendidikan
di Indonesia tidak bisa terlepas dari pengetahuan dan kuasa. Pengetahuan yang dapat
diperoleh melalui pendidikan dan kuasa yang diemban oleh pemerintah untuk mengatur dan
menentukan perkembangan peradaban Indonesia. Dengan kata lain,transfer pengetahuan,
nilai dan kebudayaan menjadi tanggung jawab pemerintah yang harus direalisasikan.
mengherankan bila selama orde lama sering terjadi pergantian menteri. Perubahan sistem
pemerintahan ini berimplikasi terhadap dinamika pendidikan di Indonesia,karena perubahan
penentu kebijakan, pemerintahan, pemimpin, sistem dan secara tidak langsung juga
perubahan dalam pengambilan kebijakan sehingga ini menjadi penting untuk dikaji lebih
dalam. Tujuannya tentu untuk menciptakan sistem pendidikan emansipatoris yang
menopang kemajuan sumber daya manusia di Republik ini. Maka, diperlukan adanya
pemahaman terhadap sistem pemerintahan yang mengeluarkan kebijakan-kebijakan terkait
pendidikan.
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Politik pendidikan atau the politics of education adalah kajian tentang relasi antara proses
munculnya berbagai tujuan pendidikan dengan cara – cara penyampaiannya. Kajian ini lebih
terfokus pada kekuatan yang menggerakkan perangkat pencapaian tujuan pendidikan dan
bagaimana serta kemana perangkat tersebut akan diarahkan. Kajian politik pendidikan
terkonsentrasi pada peranan Negara dalam bidang pendidikan, sehingga dapat menjelaskan
asumsi dan maksud dari berbagai strategi perubahan pendidikan dalam suatu masyarakat
secara lebih baik.
Kajian politik pendidikan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kaitan
antara berbagai kebutuhan politik Negara dengan isu – isu praktis sehari hari di sekolah;
tentang kesadaran kelas; tentang berbagai bentuk dominasi dan subordinasi yang sedang
dibangun melalui jalur pendidikan. Banyak sekali pandangan politik pendidikan dan
beberapa pandangan politik pendidikan masa sekarang.

B.Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan politik pendidikan?


2. Bagaimana pandangan politik pendidikan pada masa sekarang?
3.Apa yang dimaksud Pendidikan berbasis tehnologi informasi
4.Apa manfaat tehnologi dibidang pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Politik Pendidikan

Pendidikan adalah sala satu bentuk interaksi manusia. Pendidikan adalah suatu tindakan
sosial yang pelaksanaanya dimungkinkan melalui suatu jaringan hubungan- hubungan
kemanusiaan. Jaringan-jaringan inilah bersama dengan hubungan-hubungan dan peranan
peranan individu di dalamnya yang menentukan watak pendidikan di suatu masyarakat.

Jika politik dipahami sebagai “ praktik kekuatan, kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat
dan pembuatan keputusan- keputusan otoritatif tentang alokasi sumberdaya dan nilai- nilai
sosila”. Maka jelaslah bahwa pendidikan tidak lain adalah sebuah bisnis politik

Politik adalah bagian dari paket kehidupan lembaga- lembaga pendidikan. Bahkan menurut
Baldridge, lembaga- lembaga pendidikan dipandang sebagai sistem politik mikro, yang
melaksanakan semua fungsi utama sistem- sistem politik.

Hal ini menegaskan bahwa pendidikan dan politik adalah dua hal yang saling berhubungan
erat dan saling mempengaruhi. Berbagai aspek pendidikan selalu mengandung unsur- unsur
politik, begitu juga sebaliknya setiap aktivitas politik ada kaitanya dengan aspek- aspek
kependidikan.

B. Aspek-Aspek Dalam Pendidikan

Pendidikan tidak akan terlaksana secara baik bila tidak memandang pada bermacam-
macam aspek. Yang dimaksudkan dengan aspek disini adalah sudut pandang, maka sudut
pandang tersebut sangat menentukan dalam mempertimbangkan sesuatu. Dalam
Pendidikan, memang ada beraneka ragam aspek, di antara aspek yang dominan adalah
politik dan sosial.

1. Aspek politik dalam pendidikan

Apabila dilihat rumusan tersebut di atas, kelihatannya sudah Sebagaimana di maklumi


bahwa yang hendak ditujuh oleh pendidikan nasional ialah pendidikan yang menuju kepada
masyarakat industri yang tidak terlepas dari tujuan politik ideologi bangsa kita sebagaimana
yang diamanatkan oleh Undang Undang Dasar 1945, Pancasila dan GBHN. Sistem
Pendidikan Nasional telah merumuskan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan, yaitu :
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945; Pendidikan
Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemajuan serta meningkatkan mutu kehidupan
dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional;
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekertu luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.

jelas dan sistematik serta merupakan kerangka acuan bagi politik pendidikan nasional dalam
semua aspek pendidikan. Sebenarnya rumusan ini merupakan penjabaran dari politik
ideologi nasional ke dalam sektor pendidikan. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor
pendidikan adalah aspek dari pembangunan politik bangsa, yang tidak lain sebagai
konsistensi antara arah politik dengan cetak biru pembangunan bangsa yang berdasarkan
Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.
Tujuan nasional sebagai ideologi dasar dari masyarakat dan bangsa kita menjiwai
terbentuknya masyarakat industri modern, ideologi pembangunan dan politik pendidikan
nasional. Ilmu pengetahuan, teknologi serta informasi sangat menentukannya, karenanya
sangat perlu diketahui oleh masyarakat serta berkembangnya kehidupan demokrasi. Maka
demokrasi modern memerlukan rakyat yang selain berpaham nasionalis itu juga berwatak
demokrat. Baik paham nasionalisme maupun watak demokrat tidaklah tumbuh sendiri,
melainkan harus dididikan melalui proses sosialisasi pendidikan politik.

Dengan demikian, masyarakat industri modern adalah masyarakat yang mengacu pada
kualitas dalam segala aspek kehidupan, kualitas tersebut akan hidup dalam masyarakat
yang tinggi disiplinnya. Justru itu masyarakat industri modern yang diinginkan tidak dapat
dilepaskan dari dasar Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 serta GBHN, dengan
intinya adalah pemerataan, kualitas kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia dan
pembangunan yang berbudaya nasional.

Salah satu unsur politik pendidikan yang menunjang kehidupan masyarakat industri modern
ialah pendidikan yang memperioritaskan kepada kualitas. Pemberian prioritas kepada
kualaitas bukan berarsi suatu sistem pendidikan yang elitis tetapi yang memberi
kesempatan kepada setiap orang mengembangkan bakat sesuai kemampuannya dengan.
Pendidikan yang selektif untuk rogram yang relevan, pendidikan untuk anak pintar,
merupakan program yang perlu dilaksanakan.

Politik pendidikan dengan sadar menyiapkan tenaga yang cukup jumlahnya dan terampil
untuk mendukung masyarakat industri perlu dengan sungguh-sungguh disiapkan.
Persoalannya ialah masyarakat industri modern yang akan kita bina adalah masyarakat
yang adil dan makmur.

Oleh karena itu pendidikan merupakan landasan utama bagi tumbuhnya rasa nasionalisme
yang positif. Usaha ini tentu saja harus mendapat perhatian utama dalam pendidikan dasar
9 tahun . Pelaksanaan politik pendidikan ini menuntut cara penyajian yang efektif sesuai
dengan taraf pendidikan rakyat dan tumbuhnya kehidupan yang terbuka. Untuk itu
metodologi yang rasional dan kritis sangat diperlukan sehingga mampu mengolah berbagai
bentuk arus globalisasi.

Dalam hal ini, akhirnya politik pendidikan nasional perlu ditata dalam suatu organisasi yang
efesien dan dikelola oleh yang profesional. Yang tidak dapat dielakkan ialah keterpaduan
antara berbagai jenis dan jenjang pendidikan nasional sebagai sistem pengelolaan
pembangunan nasional.

2. Aspek sosial dalam pendidikan

Sebagaimana yang telah di ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial . Kita sebagai
manusia dilahirkan ke alam dunia ini dalam kondisi yang lemah, tak berdaya. Karena
manusia tidak berdaya, maka dia tidak akan sanggup melangsungkan hidupnya tanpa
bantuan orang lain.
Fithrah-potensi manusia yang dibawa semenjak lahir baru dapat dan bisa berkembang
dalam pergaulan hidupnya, dan manusia yang dilahirkan itu tidak akan menjadi manusia
tanpa pengembangan potensi tersebut sebagaimana yang dikehendaki oleh ajaran Islam. Di
antara nash yang menyatakan demikian, dapat dipahami dari surat Al-Hujurat ayat 13, yaitu:

‫يأيها الناس إ ّن ا خلقناكم من ذكر او انثى و جعلناكم شعوبا و قبائل لتعارفوا‬

Dari nash tersebut diatas dapat disinyalir betapa pentingnya memperdayakan masyarakat.
Untuk memperdayakan masyarakat,
1. mengembang kan potensinya. Potensi tersebut dapat dikembangkan adalah melalui
pendidikan. Dengan pendidikan, manusia akan berwawasan, mempunyai bermacam
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuanlah yang akan menjadikan seseorang atau
masyarakat dapat diperdayakan untuk bermacam-macam kepentingan, baik yang
berhubungan dengan pribadinya maupun yang berkaitan dengan masyarakat.
2. dengan jalan sosialitas manusia ( social being ), dalam ajaran Islam inilah yang
dikenal dengan ta’arafu-berkenalan, menjalin hubungan secara baik. Keadaan
seperti itulah yang dikehendaki oleh ajaran Islam sekaligus memperdayakan
masyarakat untuk mencapai suatu tujuan, khususnya dalam mengelola pendidikan.

Apabila seseorang telah dapat bergaul dan menyesuaikan dirinya dengan kehidupan
kelompoknya, berarti orang tersebut dapat mengenal nilai yang berlaku dalam kehidupan
sosialnya, sekaligus memperkembangkan pribadinya. Dengan interaksi sosial itu manusia
dapat merealisasikan kehidupannya, sebab tanpa timbal balik dalam interaksi sosial itu, ia
tidak akan dapat merealisasikan kemungkinan dan potensi-potensinya sebagai individu
Mengenai sosialitas manusia ( social being ) terlaksananya pendidikan secara baik adalah
dengan saling tolong-menolong sebagai makh luk sosial.

Aspek- aspek sosial pendidikan dapat digambarkan dengan memandang ketergantungan


individu- individu satu sama lain dalam proses belajar. Makhluk-makhluk bukan manusia
seperti binatang buas, burung-burung, atau serangga dapat hidup hanya berpedoman pada
warisan biologis, suatu program genetik bagi tingkahlaku makhluk hidup. Pola-pola diwarisi
mengajarnya memelihara anaknya, mencari makan, dan menjaga kawasannya.

Sebaliknya, kebanyakan yang perlu diketahui oleh manusia tidak diprogramkan melalui
genetik. Semenjak dan masa sangat muda lagi kanak-kanak sudah harus mulai mempelajari
cara hidup yang begitu banyak macamnya.Cara hidup yang disebut kebudayaan itu tidak
dapat diwariskan secara biologis, harus selalu dipelajari oleh setiap individu.

Sekolah, yang merupakan institusi formal untuk belajar, mengharuskan sejumlah


persyaratan kepada pendidikan. Akibatnya, belajar di sekolah sangat berlainan dengan yang
berlaku di dalam keluarga, dalam teman-teman sebaya, atau dalam komunitas. Jadi
pendidikan dalam pengertiannya yang sangat luas dapat dianggap sebagai suatu proses
sosialisasi yang melaluinya seseorang mempelajari cara hidupnya.

Dimensi- dimensi sosial pendidikan yang dibicarakan dalam aspek- aspek sosial pendidikan
adalah:

a. aspek sosial yang ditanamkan oleh pendidikan yang berlaku disekolah, seperti pewarisan
budaya dari generasi tua ke generasi muda. Ini berlaku pada semua masyarakat, dahulu
atau pun sekarang, termasuk dalam masyarakat Indonesia sendiri. Juga pewarisan
ketrampilan. ketrampilan dan generasi ke generasi. ini juga berlaku di masyarakat manapun,
walaupun teknologi ketrampilan itu selalu berubah. Juga pewarisan nilai-nilai dan
kepercayaan merupakan fungsi pendidikan. Nilai-niiai scperti kejujuran, solidaritas, gotong-
royong adalah nilai-nilai yang tak dapat tidak harus wujud kalau masyarakat itu akan hidup
terus. Sebab kumpulan apapun tak akan hidup sebagai kumpulan tanpa nilai-nilai itu
sebagai pemersatu.

b. aspek sosial yang kedua yang mempengaruhi pendidikan adalah ciri-ciri budaya yang
dominan pada kawasan-kawasan tertentu di mana sekolah-sekolah itu wujud. Walaupun
pengelompokan seperti ini tidak selalu memberi gambaran yang jernih terhadap kelompok
yang dibicarakan di situ. Sebab faktor-faktor lain turut memainkan peranan di dalamnya,
seperti kepercayaan politik dan sosial, status sosio ekonoimi, kelas sosial, etnik, ras, agama
dan lain-lain.
c. aspek sosila ketiga yang memainkan peranan pada pendidikan yaitu faktor-faktor
organisasi, dan segi birokrasi. Adanya sistem adrninistrasi yang bersifat hirarkis dan
biasanya berlaku pada tiap organisasi persekolahan. Juga hubungan-hubungan dan segi
formal dan informal yang masing-masing tergantung pada sistem-sistem sosial yang
mengadakannya. Begitu juga guru dan adininistrasi, hubungan orang tua, guru, hubungan
teman-teman sebaya, dan hubungan guru, murid, semuanya besar pengaruhnya dalam
pelaksanaan pendidikan.

d. aspek sosial keempat yang terpenting mempengaruhi pendidikan adalah sistem


pendidakan itu sendiri. Istilah sistem pendidikan bermaksud suatu pola total masyarakat
dalam institusi formal, agen-agen dan organisasi yang meimindahkan pengetahuan dan
warisan kebudayaan yang mempengaruhi pertumbuhan sosial, spiritual, dan intelektual
seseorang. Walaupun mungkan kita menganalisa sistem pendidikan dalam kawasan kota,
kota madya, propinsi dan lain-lain, tetapi biasanva dibuat dalam bentuk lebih besar, seperti
sebuah negara.

Tidak ada suatu sistem pendidikan yang tetap dan statis. Perlu juga disadari bahwa sistem
pendidikan selalu dipengaruhi oleh kecenderungan-kecenderungan dan kekuatan-kekuatan
sosial, budaya, spiritual, ekonomi, dan politik.

C. Politik Pendidikan Pada Masa Sekarang

1. Gambaran Politik Pendidikan Di Indonesia

Setiap periode perkembangan pendidikan nasional adalah persoalan penting bagi suatu
bangsa karena perkembangan tersebut menentukan tingkat penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi, karakteristik, dan kesadara politik yang banyak mempengaruhi masa depan
bangsa tersebut. Setiap periode perkembangan pendidikan adalah faktor politik dan
kekuatan politik karena pada hakikatnya pendidikan adalah cerminan aspirasi, kepentingan,
dan tatanan kekuasaan kekuatan – kekuatan politik yang sedang berkuasa.

 Ada empat strategi pokok pembangunan pendidikan nasional, yaitu :

a. Peningkatan pemerataan kesempatan Pendidikan


b. Peningkatan relevansi pendidikan dengan pembangunan
c. Peningkatan kualitas pendidikan
d. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan.

 Sketsa penyelenggaraan pendidikan di Negara ini dapat dibagi atas enam periode
perkembangan, yaitu :

a. Periode pertama adalah periode awal atau periode prasejarah yang


berlangsung hingga pertengahan tahun 1800an. Pada masa ini
penyelenggaraan pendidikan di tanah air mengarah pada sosialisasi nilai –
nilai agama dan pembangunan keterampilan hidup. Penyelenggaraan
pendidikan pada periode ini dikelola dan dikontrol oleh tokoh – tokoh agama.

b. Periode kedua adalah periode kolonial Belanda yang berlangsung dari


tahun 1800an hingga tahun 1945. Pada periode ini penyelenggaraan
pendidikan ditanah air diwarnai oleh proses modernisasi dan pergumulan
antara aktivitas pendidikan pemerintahan colonial dan aktivitas pendidikan
kaum pribumi. Disatu pihak, pemerintah colonial berusaha menempuh segala
cara untuk memastikan bahwa berbagai kegiatan pendidikan tidak
bertentangan dengan kepentingan kolonialisme dan mencetak para pekerja
yang dapat diekploitasi untuk mendukung misi sosial, politik, dan ekonomi
pemerintah kolonial.

c. Periode ketiga adalah periode pendudukan Jepang yang berlangsung dari


tahun 1942 hingga tahun 1945. Berbagai kegiatan pendidikan pada periode
ini diarahkan pada upaya mendiseminasi nilai – nilai dan semangat
nasionalisme serta mengobarkan semangat kemerdekaan ke seluruh lapisan
masyarakat. Salah satu aspek perkembangan dunia pendidikan pada masa
periode ini adalah dimulainya penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam lingkungan pendidikan formal.

d. Periode keempat adalah periode Orde Lama yang berlangsung dari tahun
1945 hungga tahun 1966. Pada periode ini kegiatan pendidikan di tanah air
lebih mengarah pada pemantapan nilai – nilai nasionalisme, identitas bangsa,
dan pembangunan fondasi ideologis kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tujuan utama pendidikan pada periode ini adalah nation and character
building dan kendali utama penyelenggaraan pendidikan nasional dipengang
oleh tokoh – tokoh nasionalis.

e. Periode kelima adalah periode Orde Baru yang berlangsung dari tahun
1967 hingga tahun 1998. Pada periode ini pendidikan menjadi instrument
pelaksanaan program pembangunan di berbagai bidang, khususnya bidang
pedagogi, kurikulum, organiasi, dan evaluasi pendidikan diarahkan pada
akselerasi pelaksanaan pembangunan. Karena focus utama pembagunan
nasional pada era Orde Baru adalah pada bidang ekonomi.

f. Periode keenam adalah periode Reformasi yang dimulai pada tahun 1998.
Pada periode ini semangat desentralisasi, demokratisasi, dan globalisasi
yang dibawa oleh gerakan reformasi sehingga penataan system pendidikan
nasional menjadi menu utama. Dengan menelusuri prinsip – prinsip
penerapan yang diatur dalam berbagai peraturan perundang – undangan
terkait.

2. Politik Pendidikan di Indonesia Pada Masa Sekarang

Kekuasaan sebagai inti dalam berpolitik untuk mengurus urusan rakyat, sedangkan
penyadaran sebagai inti proses pendidikan untuk pembebasan. Kedua kata antara politik
dan Pendidikan adalah suatu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan nyata.
Karena memang politik itu adalah pendidikan, dan pendidikan adalah politik itu sendiri (John
Dewey).

Jika demikian halnya, maka kekuasan dalam artian kata politik untuk mengurus kepentingan
rakyat harus membuat sistem pendidikan yang membebaskan. Membebaskan karena
Pendidikan adalah proses untuk memanusiakan manusia (Ki Hajar Dewantoro).

Dengan demikian segala bentuk pendidikan yang berdasarkan pada penjajahan harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. (UUD 1945).

Pendidikan di Indonesia masih dehumanistik (tidak membebaskan) karena manajemen


pendidikan nasional dalam pusaran kekuasaan (H.A.R. Tilaar). Kebebasan dalam bernalar
dihapuskan yang ada hanya penghafalan materi yang sangat teoritis, sehingga kita tak
mampu membayangkan bagaimana wujud nyatanya ilmu itu.
Pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang menghargai proses dalam
mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik. Bahwa segala bentuk pemaksaan
dan hukuman pasti akan berakhir dengan kegagalan (Evaluasi dan Remedial). Kegagalan
pada peserta didik akan berdampak pada terciptanya manusia yang mudah stress, frustasi,
dan penghayal. Bahayanya keadaan demikian akan memicu kerusakan moral, tindakan
yang buruk, dan pengangguran.

Arti pendidikan yang sebenarnya yaitu proses memanusiakan manusia untuk bisa menjadi
manusia yang bisa menyelesaikan permasalahan hidupnya dengan cara yang baik sesuai
dengan hati nurani . Maka dari itu, ikhtiar memanusiakan kembali manusia. merupakan
pilihan mutlak. Humanisasi satu-satunya pilihan bagi kemanusiaan, karena walaupun
dehumanisasi adalah kenyataan yang terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia dan
tetap merupakan suatu kemungkinan ontologis dimasa mendatang, ia bukanlah suatu
keharusan sejarah. Secara dialektis, suatu kenyataan tidak mesti menjadi suatu keharusan.
Jika kenyataan menyimpang dari keharusan, maka menjadi tugas manusia untuk
merubahnya agar sesuai dengan apa yang seharusnya .

Masyarakat pendidikan tersadar bahwa SDM produk dari sistem pendidikan nasional kita
tidak bisa bersaing dalam persaingan global sehingga kita hanya mampu mengekspor
tenaga kerja PRT, sebaliknya tenaga skill pun di dalam negeri harus bersaing dengan
tenaga skill dari luar. Dibutuhkan keputusan politik dan kemauan politik yang sungguh-
sungguh untuk mengubah sistem pendidikan di Indonesia menjadi pembangun budaya
bangsa. Sayang ahli-ahli pendidikan kita lebih berorientasi kepada teksbook dibanding
melakukan ujicoba sistem di lapangan.

Pendidikan bermutu memang mahal, tetapi kenaikan anggaran pendidikan di APBN menjadi
20% pun tidak banyak membantu jika kreatifitas Depdiknas, hanya pada proyek-proyek
pendidikan bukan pada pengembangan pendidikan. Namun dalam kenyataannya tidak
menunjukkan suatu relevansi yang nyata. Bahkan riil, anggaran pendidikan hanya berkisar
10% dari APBN, dan itu pun hanya untuk membiayai anggaran rutin seperti penyediaan alat-
alat belajar, gaji guru dan karyawan dan sebagainya.

Swasta mempunyai peluang untuk melakukan inovasi pendidikan tanpa terikat aturan
birokrasi yang jelimet, tetapi menjadi sangat menyedihkan ketika dijumpai banyak lembaga
pendidikan swasta yang orientasinya pada bisnis pendidikan. Sekolah-sekolah international
diperlukan sebagai respon terhadap globalisasi, tetapi pembukaan sekolah international oleh
asing sangat riskan dari segi budaya bangsa karena filsafat pendidikannya berbeda.

Penyelenggara pendidikan di negara maju memahami persis bahwa fitrah manusia memang
berbeda-beda, sebagaimana halnya sifat alam. Penghargaan akan talenta dan keunikan
SDM dihargai sedemikian tinggi sehingga tidak heran apabila atlet atau penyanyi memiliki
penghasilan berkali lipat lebih besar dari pada , birokrat, apalagi politisi. Ibarat tanaman
tropis tidak dapat tumbuh baik di iklim dengan empat musim, manusia juga memiliki
berbagai karakter sehingga tidak dapat disamaratakan.

Pendidikan Nasional semakin menyimpan banyak persoalan dan sampai sekarang belum
terselesaikan. Banyak kasus pendidikan yang sempat menjadi keprihatinan kita bersama,
yang secara tidak langsung menjadi indikasi bagi keberlangsungan Pendidikan Nasional
yang masih terseok-seok. Proses penyelenggaraan Pendidikan Nasional masih sering
terbentur dengan berbagai kendala, baik dari segi kebijakan, sistem sosial dan kesadaran
kita sendiri. Dengan kata lain terdapat problem kebijakan pemerintah yang tidak memiliki
komitmen dalam menyelenggarakan pendidikan dan problem visi Pendidikan Nasional yang
masih belum bisa berpihak pada rakyat jelata.

D.Pendidikan Berbasis Teknologi


Pendidikan berbasis teknologi adalah sistem yang memanfaatkan teknologi seluas-luasnya
dalam kegiatan belajar mengajar. Teknologi pendidikan adalah suatu proses kompleks yang
terintergrasi meliputi manusia, prosedur, ide dan peralatan dan organisasi untuk
menganalisis masalah yang mencakup semua aspek belajar, serta meracang,
melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah.
Salah satu wadah yang dirasa paling berperan dalam dunia teknologi informasi
dankomunikasi di Indonesia saat ini adalah internet.Informasi melalui media internet, bisa
menjadi salah satu kunci untuk membuat dunia pendidikan di Indonesia mempunyai standar
yang sama dengan negara lain. Dengan menggunakan media internet, pemerintah dan
institusi pendidikan sudah mulai menerapkan pola belajar yang cukup efektif untuk
diterapkan bagi masyarakat yang memiliki kendala dengan jarak dan waktu untuk
mendapatkan informasi terutama informasi dalam dunia pendidikan. Salahsatu metode yang
mulai diterapkan yaitu pembelajaran distance learning. Metode distance learning merupakan
suatu metode alternatif dalam pemerataan kesempatan dalam bidang pendidikan. Sistem ini
diharapkan dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat keterbatasan
tenaga pengajar yang berkualitas. Metode distance learning sangat membantu siswa atau
masyarakat dalam mempelajari hal-hal atau ilmu-ilmu baru dengan tampilan yang lebih
menarik dan mudah untuk dipahami.
E. Manfaat teknologi bidang Pendidikan
Berikut beberapa kelebihan penerapan teknologi di bidang pendidikan.
1. Teknologi bisa membantu guru mengajar, Ini bisa menjadi alat bagi guru untuk
menyampaikan materi pengajaran mereka kepada siswa. Dengan penggunaan teknologi
dalam proses pembelajaran, guru bisa mengantarkan materi pelajaran dengan sangat
mudah dan efektif. Guru yang mengajar menggunakan teknologi biasanya akan lebih mudah
mencapai tujuan belajar mereka.
2. Teknologi akan memicu kreativitas guru Hal itu bisa menciptakan kreativitas guru.
Mereka bisa lebih kreatif dalam menciptakan metode pengajaran. Dengan itu, mereka akan
terdorong untuk menjadi kreatif karena teknologi hanyalah alat yang membutuhkan
seseorang untuk mengoperasikannya. Tanpa guru, hal itu tidak dapat mempengaruhi
pendidikan secara optimal.
3. Teknologi membantu siswa belajar implementasi teknologi dalam pengajaran dan
pembelajaran akan membuat siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran. Jika siswa tertarik
dengan apa yang diajarkan guru, tidak perlu meminta siswa untuk serius dalam belajar
karena siswa akan aktif secara otomatis dan tidak akan merasa bosan karena belajar.
4. Teknologi bisa menciptakan aktivitas belajar yang menarik Dengan teknologi guru bisa
menciptakan suasana belajar yang mengasyikkan. Hal ini sangat baik untuk memicu
pemahaman siswa dalam belajar sehingga mereka akan mengerti dengan cepat apa yang
disampaikan oleh guru. Selain itu, para siswa juga tidak akan merasa bosan karena mereka
ingin belajar dengan metode belajar yang menarik.
5. Buat siswa mudah mencari sumber belajar Informasi teknologi terutama internet,
menyediakan berbagai macam sumber belajar yang bisa diakses oleh siswa kapan dan
dimana saja. Mereka bisa mendapatkan semua referensi yang mereka butuhkan secara
gratis. Semakin banyak mereka belajar dari sumber yang berbeda, semakin banyak siswa
yang lebih cerdas.
6. Teknologi bisa meningkatkan standar sekolah Sekolah yang menggunakan teknologi
dalam proses pengajaran akan meningkatkan kualitasnya. Sekolah akan menjadi sekolah
favorit dan menjadi tujuan bagi siswa untuk belajar di sekolah.
7. Teknologi membuat siswa memiliki wawasan yang luas Siswa yang menggunakan
teknologi dengan benar akan memiliki pengetahuan yang luas. Mereka bisa mendapatkan
informasi terkini atau perkembangan dunia dengan cepat. Bahkan mereka bisa aktif dalam
forum komunikasi internasional yang bisa melatih mereka menjadi siswa proaktif .
Menurut Bambang Warsita (2008), secara umum ada tiga pemanfaatan teknologi informasi
atau instruksional komputer dan internet untuk pendidikan dan pembelajaran, adalah
1. Learning about computers and the internet, yaitu Komputer dapat di jadikan sebagai
objek pembelajaran, misalnya ilmu computer .
2. Learning with computers and the internet, yaitu teknologi informasi memfasilitasi
pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah. Misalnya
Pustekkom, Depdiknas mengembangkan progam CD multimedia interaktif untuk
mata pelajaran.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknologi ini sangat


bermanfaat dalam dunia pendidikan khususnya bagi guru, siswa dan sekolah.Oleh
karena itu praktisi pendidikan harus menggunakan teknologi di bidang pendidikan.
- Dampak Positif Teknologi Informasi dan Komun ikasi(TIK)
1. Informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses untuk kepentingan
pendidikan.
2. Inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi elearning
yang semakin memudahkan proses pendidikan.
3. Kemajuan TIK juga akan memungkinkan berkembangnya kelas virtual atau kelas yang
berbasis teleconference yang tidak mengharuskan sang pendidik dan peserta didik berada
dalam satu ruangan.
4. Sistem administrasi pada sebuah lembaga pendidikan akan semakin mudah dan lancar
karena penerapan sistem TIK.

F. Kendala penggunaan teknologi di Sekolah


Faktor-faktor pendukung dalam rangka membangun sistem Pendidikan berbasis teknologi
mencakup:
1. Anggaran Dibutuhkan biaya yang besar untuk membangun sebuah sistem berbasis
teknologi yang komprehensif dan merata ke seluruh wilayah
2. SDM Selain tenaga pendidik yang menguasai perkembangan teknologi, dibutuhkan
juga developer atau programmer-programmer yang handal.Yang tidak kalah penting
adalah peningkatan mental dan moral pejabat dan seluruh elemen dalam Pendidikan
untuk tidak melakukan tindak pidana korupsi.
3. Terbatasnya fasilitas belajar Contohnya: komputer, gedung atau kelas yang sempit,
perpustakaan yang kurang memadai serta terbatasnya buku penunjang
pembelajaran.
4. Kurikulum Belum adanya standarisasi dan tanggung jawab penerapan teknologi
dalam pembelajaran.
5. Kurangnya kompetensi guru Yang dimaksud disini adalah kurangnya kompetensi
guru dalam mengintegrasikan TIK kedalam pedagogis praktek, yaitu tidak memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan komputer dan tidak antusias
tentang perubahan dan integrasi dengan belajar yang menggunakan computer
dalam kelas mereka.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan 

 Pendidikan adalah suatu tindakan sosial yang pelaksanaanya dimungkinkan melalui


suatu jaringan hubungan- hubungan kemanusiaan. Jaringan-jaringan inilah bersama
dengan hubungan-hubungan dan peranan peranan individu di dalamnyalah yang
menentukan watak pendidikan di suatu masyarakat. Politik adalah bagian dari paket
kehidupan lembaga- lembaga pendidikan Hal ini menegaskan bahwa pendidikan dan
politik adalah dua hal yang saling berhubungan erat dan saling mempengaruhi.
Berbagai aspek pendidikan selalu mengandung unsur- unsur politik, begitu juga
sebaliknya setiap aktivitas politik ada kaitanya dengan aspek- aspek kependidikan

 Pendidikan berbasis teknologi adalah sistem yang memanfaatkan teknologi seluas-


luasnya dalam kegiatan belajar mengajar. Teknologi pendidikan adalah suatu proses
kompleks yang terintergrasi meliputi manusia, prosedur, ide dan peralatan dan
organisasi untuk menganalisis masalah yang mencakup semua aspek belajar, serta
merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah itu. Kendala
penggunaan teknologi di Sekolah diantaranya anggaran, terbatasnya fasilitas belajar,
SDM, kurangnya kompetensi guru. Berikut beberapa kelebihan penerapan teknologi
di bidang pendidikan, teknologi bisa membantu guru mengajar, teknologi akan
memicu kreativitas guru, membantu siswa belajar, teknologi bisa menciptakan
aktivitas belajar yang menarik, siswa mudah mencari sumber belajar, teknologi bisa
meningkatkan standar sekolah, membuat siswa memiliki wawasan yang luas
DAFTAR PUSTAKA

 A.Gaffar, MS., Dasar Dasar Administrasi dan Supervisi Pengajaran, Padang :


Angkasa Raya, 1992
 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung : Rosdakarya, 2005
 Asnawir, Administrasi Pendidikan, Padang : IAIN Press, 2003
 Departemen Agama RI. Al-Qur`an dan Terjemahnya, Surabaya : Toha Putra, 1997
 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta : Balai Pustaka, 1990
 Harold G. Shane, Arti Pendidikan Bagi Masa Depan, Jakarta : Rajawali, 2003
 HAR Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung : Rosdakarya, 2003
 M.Sirozi, Politik Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007
 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta : Bina Aksara, 2003
 Oemar Hamalik, Kurikulum Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara,2005
 Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan dan Bermutu, Jakarta : Balai
Pustaka, 2001
 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta : Rineka C

Anda mungkin juga menyukai