Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Isu-isu tentang pendidikan menjadi isu yang terus berkembang dan tak
pernah usang untuk dikaji. Apalagi, di negara berkembang seperti Indonesia,
dengan penduduk ratusan juta jiwa, pembangunan terhadap sumber daya
manusia (SDM) melalui pendidikan adalah sebuah usaha yang harus terus
menjadi prioritas. Karena, hingga kini, pendidikan Indonesia seolah belum
mendapatkan titik terang keberhasilan. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia
sendiri secara tegas telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945
amandemen terbaru, pasal 31 ayat 1 sampai 5 yang berbunyi ; (1) Setiap warga
negara berhak mendapat pendidikan ; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya ; (3) Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; (4)
Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional ; (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.1 Pasal ini
menunjukkan bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk
mendapat pendidikan dan negara memiliki kewajiban untuk mengusahakan
pendidikan demi kemajuan peradaban ilmu dan teknologi. Untuk mewujudkan
hal tersebut, pemerintah mewajibkan pendidikan dasar yang dibiayai penuh

1
Pemerintah Indonesia, “Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945,” n.d., https://www.mpr.go.id/img/sosialisasi/file/1610334013_file_mpr.pdf.

1
oleh negara serta memprioritaskan pembiayaan pendidikan dalam anggaran
negara.
Pembiayaan pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai dana
atau sumber keuangan yang dapat menunjang efektivitas dan efisiensi
pengelolaan pendidikan. Menurut Mulyasa, pembiayaan pendidikan
merupakan salah satu sumber yang sangat berpotensi dalam menentukan sukses
dan kelancaran progam pendidikan serta merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam manajemen pengelolaan pendidikan.2 Dalam sebuah kitab
yang masyhur di kalangan pesantren, tersebuat sebuah nadzom Alala Tanalul
‘Ilma dalam 2 buah bait pertamanya menyatakan yang artinya:
“Ingat, kalian tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam
perkara, akau akan memberi tahumu tentang kumpulannya dengan
penjelasan.
Yaitu cerdas, semangat, sabar, biaya, petunjuk ustadz dan lama
waktunya.”3
Maka, satu hal penting yang menunjang keberhasilan seseorang mendapatkan
ilmu dalam kata lain pendidikan adalah biaya. Sebab, tanpa biaya, proses
pendidikan tidak akan berjalan dengan lancar. Menurut Matin, biaya adalah
keseluruhan pengeluaran baik yang bersifat uang maupun bukan uang.4
Secara bahasa, biaya (cost) dapat diartikan sebagai pengeluaran, dalam istilah
ekonomi biaya pengeluaran dapat berupa uang atau bentuk moneter lainnya.
Menurut Yahya yang dikutip oleh Mulyono pembiayaan adalah bagaimana
mencari dana atau sumber dana dan bagaimana menggunakan dana itu dengan
memanfaatkan rencana biaya standar, memperbesar modal kerja, dan
merencanakan kebutuhan masa yang akan datang.5 Pembiayaan pendidikan
merupakan proses yang dimana pendapatan dan sumber daya tersedia

2
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), 47.
3
Tim Redaksi, “Nadzom Alala Tanalul ‘Ilma Dan Terjemahnya,” 2021,
https://khaskempek.com/nadzom-alala-tanalul-ilma-dan-terjemahnya/.
4
Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan Konsep Dan Aplikasnya (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2014), 7.
5
Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan (Yogyakarta: Ar Ruzz Media Grup, 2010).

2
digunakan untuk menyusun dan menjalankan program kegiatan sekolah.
Apabila dikontekskan dalam pendidikan, lembaga pendidikan sebagai
lembaga non profit yang bergerak di bidang jasa, maka faktor-faktor yang
menjadi pemicu biaya di antaranya jumlah jam mengajar guru, media
pengajaran, buku teks yang digunakan, fasilitas pendukung yang sifatnya
temporer, serta program-program pendidikan yang ditawarkan oleh sekolah
yang secara akumulatif dapat meningkatkan dan mengembangkan keterampilan
lulusan serta dapat juga dapat dijadikan sebagai pemicu biaya didalam
pendidikan.6 Atau dengan kata lain, biaya adalah sejumlah uang atau jasa yang
disediakan dan dibelanjakan untuk melaksanakan berbagai fungsi atau
kegiatan guna mencapai tujuan tertentu.
Sebagaimana amanat Undang-Undang 1945 di atas, pendidikan telah
menjadi hak tiap warga negara. Undang-undang ini kemudian menurunkan
kebijakan-kebijakan pendukung lain yang mendukung dan menguatkan.
Kebijakan-kebijakan tersebut dapat dikatakan sebagai hasil dari sebuah proses
politik. Jika politik identik dengan kekuasaan, maka kekuasaan tersebut dicapai
agar dapat mengatur masyarakat agar sejahtera, termasuk dalam hal
pembiayaan pendidikan. Selain politik, maka keadaan ekonomi juga sangat
berpengaruh dalam pembiayaan pendidikan. Situasi ekonomi baik itu di
lingkup global, nasional, hingga rumah tangga/perseeorangan tentunya sangat
berpengaruh terhadap pembiayaan pendidikan, karena, selain negara, sumber
dana pendidikan berasal juga berasal dari masyarakat. Kemudian, sebagai
komponen penting dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar,
pembiayaan pendidikan membutuhkan kemampuan SDM untuk mengelola
dana yang tersedia agar tidak keluar dari kebutuhan pokok dan skala prioritas
dalam rangka mencapai pendidikan yang berkualitas. Maka dari itu, penting

6
Achmad Junaidi, “Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam: Sebuah Konsep Dasar,” in
Antologi Pengembangan Pembiayaan Pendidikan Islam, ed. Baharuddin and Wahid Murni
(Yogyakarta: Semesta Aksara, 2010).

3
menjadi menarik untuk membahas secara lebih dalam keterkaitan ketiga hal
tersebut, yakni politik, ekonomi dan pengembangan SDM terhadap
pembiayaam pendidikan. Sebagaimana pendapat Jones yang menyatakan
bahwa faktor atau hal-hal yang menentukan pengeluaran/pembiayaan
pembelajaran dibedakan menjadi beberapa variabel yaitu peraturan
perundangan yang mengatur, kondisi ekonomi, kemampuan pihak sekolah,
pendapatan orang tua siswa, serta komposisi etnik lingkungan sekolah.7
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang akan diangkat
dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana keterkaitan politik terhadap kebijakan pembiayaan pendidikan?
2. Bagaimana keterkaitan ekonomi terhadap kebijakan pembiayaan
pendidikan?
3. Bagaimana keterkaiatan pembangunan SDM terhadap kebijakan
pembiayaan pendidikan?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan keterkaitan politik terhadap kebijakan pembiayaan
pendidikan?
2. Menjelaskan keterkaitan ekonomi terhadap kebijakan pembiayaan
pendidikan?
3. Menjelaskan keterkaiatan pembangunan SDM terhadap kebijakan
pembiayaan pendidikan?

7
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, “Permendikbud Nomor 9 Tahun 2021,” Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia 58, no. 12 (2021): 7250–57.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keterkaitan Politik terhadap Kebijakan Pembiayaan Pendidikan


Menurut Richard G Stevens, berdasarkan dari sejarah asal mula, kata politik
berasal dari bahasa Yunani “polis” yang artinya adalah negara yang didalamnya hidup
sekelompok individu yang menurut Aristoteles disebut sebagai zoon politicon atau
makhluk politik.8 Dalam polis terdapat pemerintah yang memegang peranan penting
dalam menjalin kekuasaan di mana kekuasaan yang dilakukan sebuah ketertiban
membawa masyarakat kepada sebuah cita-cita bersama.9 Sedangkan Secara ilmiah
ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang membahas mengenai teori dan praktek
politik serta gambaran dan analisis mengenai sistem politik dan perilaku politik.10 Ilmu
Politik mempelajari mengenai alokasi dan transfer kekuasaan dalam pembuatan
keputusan peran dan sistem pemerintah yang termasuk dalam pemerintah dan
organisasi internasional, perilaku politik dan kebijakan publik.11 Menurut Anthonius
Sitepu, ilmu politik pada dasarnya mempelajari gejala atau fenomena yang muncul
sebagai akibat manusia hidup bersama-sama dalam persatuan tertentu hingga
membentuk hubungan relasional yang kemudian akan menimbulkan organisasi seperti
partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan, bahkan negara.12
Berdasarkan pengertian politik di atas, jika dikaitkan dengan pendidikan, maka
dapat dikatakan bahwa keduanya sangat erat bahkan selalu berhubungan. Yakni,
politik sangat berperan dalam menentukan arah perkembangan pendidikan di suatu
negara. Politik bisa dikatakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan yang
dituangkan dalam kebijakan kebijakan pendidikan yang diambil, termasuk di dalamnya

8
Yusa Djuyandi, Pengantar Ilmu Politik: Suatu Dasar Bagi Pemula, 2nd ed. (Depok: Rajawali Pers,
2017), 2.
9
Djuyandi, 2.
10
Efriza and Jerry Indrawan, Pengantar Politik: Sebuah Telaah Empirik Dan Ilmiah, ed. Tarmizi
(Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2019), 1.
11
Efriza and Indrawan, 3.
12
Efriza and Indrawan, 5.

5
adalah tentang pembiayaan pendidikan. Selain itu, meskipun tidak terlihat secara
eksplisit, pendidikan dengan proses-belajar mengajar merupakan proses transfer atau
bisa dikatakan media sosialisasi terhadap kebijakan atau peraturan yang dibuat oleh
negara.
Indonesia sebagai negara (polis) telah hadir untuk menyukseskan
terselenggaranya pendidikan melalui beberapa kebijakan yang untuk mewujudkan apa
yang dicita-citakan dalam UUD 1945. Kebijakan-kebijakan tersebut tentunya
merupakan hasil dari kerja para angota dewan sebagai perwakilan rakyat yang
seyogyanya sudah melakukan kegiatan penyerapan aspirasi terhadap masyarakat yang
mereka wakili. Disini, memberi satu pelajaran bagi rakyat biasa untuk melek terhadap
politik yang sedang terjadi terutama pada hal hal yang menyangkut hak hidup orang
banyak, sehingga kebijakan yang dikeluarkan oleh merupakan kebijakan yang tidak
sepihak tapi adil dan bermanfaat. Dalam konteks pembiayaan pendidikan, beberapa
kebijakan yang ada meliputi :
1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang SistemmPendidikan Nasional13
a. Pasal 11 Ayat 2
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang
berusia tujuh sampai lima belas tahun
b. Pasal 12, Ayat 1
Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
beasiswa bagi yang berprestasi yang orangtuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya pendidikan bagi
mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.
Setiap peserta didik berkewajiban ikut menanggung biaya
penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang

13
Republik Indonesia, “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL” (2003).

6
dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
c. Pasal 34, Ayat 2
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib
belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
2. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 13, Ayat 1. 14
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk
peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam
jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
3. PP No. 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan, Pasal 53A, Ayat 1-
6.15
(1)Satuan pendidikan menengah dan satuan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangan masing-masing wajib mengalokasikan tempat bagi calon
peserta didik berkewarganegaraan Indonesia, yang memiliki potensi
akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi, paling sedikit 20%
(dua puluh persen) dari jumlah keseluruhan peserta didik baru.
(2) Satuan pendidikan menengah dan satuan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangan masing-masing wajib menyediakan beasiswa bagi peserta
didik berkewarganegaraan Indonesia yang berprestasi.
(3) Satuan pendidikan menengah dan satuan Satuan pendidikan menengah
dan satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan masing-masing wajib

14
Presiden Republik Indonesia, “Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen”
(2005).
15
Presiden Republik Indonesia, “PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN
2010” (2010).

7
menyediakan bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik
berkewarganegaraan Indonesia yang tidak mampu secara ekonomi dan
yang orang tua atau pihak yang membiayai tidak mampu secara ekonomi.
(4) Bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
diberikan kepada paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah seluruh
peserta didik.
(5) Satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah dapat
mengalokasikan beasiswa bagi warga negara asing.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai beasiswa dan bantuan biaya pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan
Peraturan Menteri.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
6 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan
Operasional Sekolah Reguler.16
5. Desentralisasi Pendidikan (pendidikan tidak lagi terpusat pada pemerintah)
Misalnya program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), pemberdayaan
lembaga pendidikan dengan konsep MBS ini memiliki empat aspek yang
menjadi orientasinya, yaitu : peningkatan mutu pendidikan, pemerataan,
relevansi, dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Dengan adanya MBS
ini juga merubah konsep pembiayaan pendidikan yang semakin
tersentralisir kepada sekolah, di mana anggaran yang di berikan
daripemerintah pusat pada akhirnya akan di serahkan oleh pemerintah
daerah kepada masing-masing sekolah untuk mereka kelola berdasarkan
kebutuhan pengembangan dari masing-masing lembaga dan akan di
pertangug jawabkan kepada pemerintah daerah dalam bentuk laporan
penggunaan keuangan.

16
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, “Permendikbud Nomor 9 Tahun 2021.”

8
Dari kebijakan-kebijakan di atas, tentunya terdapat kekuatan dan
kelemahan masing masing, namun dengan adanya kebijakan tersebut
menunjukkan bahwa politik bekerja untuk menjembatani relasi dalam
masyarakat sehingga diharapkan adanya keteraturan. Namun, sebagai
negara dengan sistem politik demokrasi, masyarakat harus aktif mencari
tahu,terlibat dan mengevaluasi kinerja pemerintah.
B. Keterkaitan Ekonomi terhadap Kebijakan Pembiayaan Pendidikan
Ilmu ekonomi lahir karena terdapatnya keadaan kelangkaan, dimana kebutuhan
manusia tidak terbatas namun sumber energi yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut terbatas. Ekonomi didefinisikan oleh Samuelson sebagai suatu
kegiatan tentang bagaimana manusia dan masyarakat memilih, dengan atau tanpa
menggunakan uang, untuk memanfaatkan sumber daya produksi yang langka untuk
menghasilkan barang dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi, sekarang
dan masa yang akan datang, oleh sekelompok orang atau masyarakat.17 Sehingga, pada
prinsipnya ekonomi adalah kegiatan mengenai produksidan distribusi segala sumber
daya yang langka baik barang maupun jasa yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan
dua kata kunci yaitu (1) Kelangkaan(scarcity) dan (2) Kebutuhan(needs).18 Jika
ekonomi sangat respect pada sumber daya yang sangat terbatas jumlahnya untuk
diproduksi dan dikontribusikan pada masyarakat yang menginginkan dan
mengharapkan maka jika dikaitkan dengan pendidikan bahwa sumber daya terjadi
terdidik merupakan sesuatu yang langka atau terbatas yang harus diproduksi untuk
memenuhi atau merubah suatu situasi ke arah yang lebih baik dan ini merupakan
harapan kolektif. 19
Dalam konteks pembiayaan pendidikan, ilmu ekonomi berguna untuk
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan suatu barang/jasa yang
dapat digunakan untuk kebutuhan ‘konsumsi’ atau pembiayaan proses pendidikan.

17
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.
18
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.
19
Yahya, EKONOMI DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN (Padang: Sukabina Press, 2009).

9
Dalam pendidikan sendiri, ada beberapa sumber dana yang bisa diusahakan secara
ekonomis dalam pembiayaan pendidikan. Sumber dana pendidikan menurut Fattah
adalah semua pihak-pihak yang memberikan bentuk subsidi dan sumbangan yang
diterima oleh lembaga sekolah baik dan lembaga sumber resmi ataupun dari
masyarakat sendiri secara teratur contoh dari sumber dana atau biaya usaha dari
lembaga resmi adalah sumbangan dari pemerintah pusat (APBN), pemerintah daerah
(APBD), dari wali murid berupa sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) dan dari
masyarakat berupa jariyah.20 Namun, upaya peningkatan pendidikan dengan
mengandalkan anggaran dari pemerintah saja tidaklah cukup perlu dicari jalan untuk
memperoleh sumber daya pendanaan pendidikan dari sumber lain dalam makalah
sengaja disebut sumber daya pendanaan pendidikan karena sumber daya itu tidak selalu
diperoleh dalam wujud uang tetapi dapat pula dalam bentuk moneter seperti tenaga
keahlian maupun bentuk sumber daya yang lain.21 Disinilah ilmu ekonomi dapat
difungsikan untuk mengelola dana pendidikan yang terbatas sehingga dapat memenuhi
kebutuhan jangka panjang, misalnya dengan investasi dan program kewirausahaan.
Selain itu, sebagai sumber dana pendidikan utama, situasi ekonomi yang terjadi
pada pemerintah pusat, pemerintah daerah dan orang tua wali sangat mempengaruhi
terhadap kelancaran pembiayaan pendidikan. Kemudian, jika dikaitkan dengan politik,
ekonomi juga memiliki keterkaitan dengan kebijakan. Karena, setiap kebijakan
pembiayaan pendidikan mempengaruhi sumber dana yang akan diperoleh dan sumber
dana yang akan dialokasikan. Sumber dana yang diperoleh berkenaan dengan
pendapatan, sedangkan sumber dana yang dialokasikan berkenaan dengan belanja.
Sehingga, kemudian membawa akibat terhadap keputusan yang berdampak pada
pembiayaan pendidikan yaitu: (1) siapa yang akan dididik dan seberapa banyak jasa
pendidikan dapat disediakan?; (2) bagaimana mereka akan dididik?; (3) siapa yang
akan membayar biaya pendidikan?; (4) sistem pemerintahan seperti apa yang paling

20
Yahya.
21
Yahya.

10
sesuai untuk mendukung pembiayaan sekolah? Pembiayaan sekolah harus mengacu
pada peraturan perundangan-undangan yang berlaku agar pengelola pembiayaan
pendidikan tidak terkena sanksi hukum.
C. Keterkaitan Pembangunan SDM terhadap Kebijakan Pembiayaan Pendidikan
Jika negara telah mengatur, maka komponen penting untuk mencapai tujuan
adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten. Oleh karenanya, pembangunan
SDM tentu sangat terkait erat dengan pembiayaan pendidikan, karena tanpanya apa
yang sudah diusahakan akan sia-sia. Di Indonesia, persoalan SDM bisa dikatakan
belum memadai, hal tersebut bisa dikarenakan beberapa hal seperti ; 1) keterbatasan
pengetahuan mengenai sirkulasi dan pengaturan mengenai anggaran dalam
pembiayaan yang menyebabkan tidak adanya analisis yang panjang mengenai
bagaimana, mengapa, dan seperti apa pembiayaan itu dilakukan; 2) daya dukung
masyarakat sekitar yang rendah. Padahal, hal ini sangat penting mengingat masyarakat
sebagaipartisipan dan pendorong ke arah suksesi program lembaga pendidikan.22; 3)
Kepala sekolah sebagai manager dan leader belum mempunyai keterampilan
entrepreneurship (keterampilankewirausahaan).

22
Junaidi, “Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam: Sebuah Konsep Dasar.”

11
Bab III
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara
politik, ekonomi, dan pembangunan SDM terhadap kebijakan pembiayaan pendidikan.
Politik dalam hal ini diwakili oleh negara merupakan pihak yang memiliki kewajiban
dan kewenangan dalam memenuhi hak pendidikan warga negaranya. Namun, untuk
mewujudkan hal tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan SDM yang ada.
Politik sangat berperan dalam menentukan arah perkembangan pendidikan di suatu
negara. Politik bisa dikatakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan yang
dituangkan dalam kebijakan kebijakan pendidikan yang diambil, termasuk di dalamnya
tentang pembiayaan pendidikan.

Dalam setiap kebijakan pembiayaan pendidikan, maka akan mempengaruhi


sumber dana yang akan diperoleh dan sumber dana yang akan dialokasikan. Sumber
dana yang diperoleh berkenaan dengan pendapatan, sedangkan sumber dana yang
dialokasikan berkenaan dengan belanja. Sehingga, kemudian membawa akibat
terhadap keputusan yang berdampak pada pembiayaan pendidikan yaitu: (1) siapa yang
akan dididik dan seberapa banyak jasa pendidikan dapat disediakan?; (2) bagaimana
mereka akan dididik?; (3) siapa yang akan membayar biaya pendidikan?; (4) sistem
pemerintahan seperti apa yang paling sesuai untuk mendukung pembiayaan sekolah?
Pembiayaan sekolah harus mengacu pada peraturan perundangan-undangan yang
berlaku agar pengelola pembiayaan pendidikan tidak terkena sanksi hukum.

Kemudian, untuk mencapai tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, selain


kebijakan dan situasi ekonomi yang mendukung, yang paling utama adalah kualitas
SDM yang akan mengurusnya. Sehingga, pembangunan SDM sangat diperlukan untuk
mewujudkan hal tersebut, salah satunya lewat pendidikan. Sehingga, politik, ekonomi,
pembangunan SDM dan pendidikan tidak bisa dipisahkan dan saling terkait satu
dengan lainnya.

12
Daftar Pustaka
Djuyandi, Yusa. Pengantar Ilmu Politik: Suatu Dasar Bagi Pemula. 2nd ed. Depok:
Rajawali Pers, 2017.
Efriza, and Jerry Indrawan. Pengantar Politik: Sebuah Telaah Empirik Dan Ilmiah.
Edited by Tarmizi. Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2019.
Indonesia, Republik. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20
TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL (2003).
Junaidi, Achmad. “Kajian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam: Sebuah
Konsep Dasar.” In Antologi Pengembangan Pembiayaan Pendidikan Islam,
edited by Baharuddin and Wahid Murni. Yogyakarta: Semesta Aksara, 2010.
Matin. Manajemen Pembiayaan Pendidikan Konsep Dan Aplikasnya. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. “Permendikbud Nomor 9 Tahun 2021.”
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia 58, no. 12
(2021): 7250–57.
Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.
Mulyono. Konsep Pembiayaan Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media Grup, 2010.
Pemerintah Indonesia. “Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945,” n.d.
https://www.mpr.go.id/img/sosialisasi/file/1610334013_file_mpr.pdf.
Republik Indonesia, Presiden. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2010 (2010).
———. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (2005).
Tim Redaksi. “Nadzom Alala Tanalul ‘Ilma Dan Terjemahnya,” 2021.
https://khaskempek.com/nadzom-alala-tanalul-ilma-dan-terjemahnya/.
Yahya. EKONOMI DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN. Padang: Sukabina Press,
2009.

13

Anda mungkin juga menyukai