Makalah
Oleh:
Muhammad Sanusi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biaya merupakan salah satu aspek penunjang serta penentu dalam suatu
proses pendidikan. Dimana hampir seluruh proses dalam penyelenggaraan pendidikan
memerlukan biaya mulai dari aktivitas inti pendidikan yaitu kegiatan belajar
mengajar sampai aktivitas pengembangan diri seperti kegiatan extra kurikuler.1
1
Elihami Muhammad Fadli, M. Nasir, “REIMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERHADAP
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH: STUDI KASUS
KABUPATEN BARRU,” Jurnal Educasi Nonformal 3, no. 2 (2022): 1–23.
2
Solehan Solehan, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu
Lembaga Pendidikan Islam,” Edumaspul: Jurnal Pendidikan 6, no. 1 (2022): 98–105,
https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.3046.
3
Yuminah Rohmatullah, “Kebijakan Tentang Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam
Non Formal,” Mau’izhah: Jurnal Kajian Keislaman 13, no. December (2023): 94–106.
4
Bakry Aminuddin, “Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik,” Jurnal MEDTEK 2,
no. 02 (2010): 4816–25.
1
lama ikut serta mencerdaskan bangsa lewat pendidikan, khususnya pendidikan Islam.
Mulai dari pesantren hingga berdirinya madrasah yang dikelola oleh pemerintah
maupun yayasan. Para tokoh agama ikut membidani lahirnya Undang-undang
Pendidikan RI No. 4 tahun 1950, yang mana sejumlah pasalnya masih berlangsung
sampai sekarang.5
5
Ulfa Dj. Nurkamiden and Herson Anwar, “Konsep Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Pada Lembaga Pendidikan Islam,” Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 11, no. 1 (2023): 53–
64, https://doi.org/10.30603/tjmpi.v11i1.3384.
6
Eva Febriani, Muhammad Syaifuddin, and Syafaruddin, “Kebijakan Pemerintah Tentang
Standar Pembiayaan Pendidikan Agama Islam,” Journal of Islamic Education El Madani 2, no. 2
(2023).
7
Dewi Kartika et al., “Perencanaan Keuangan Lembaga Pendidikan Islam,” Idaarah: Jurnal
Manajemen Pendidikan 7, no. 1 (2023): 134–55.
2
bisa dipungkiri mengingat abad XXI sebagai era globalisasi dikenal dengan
situasinya yang penuh dengan persaingan (hypercompetitive situation).
Pemerintah dalam hal ini memegang peranan yang esensial demi terciptanya
situasi dan kondisi penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan yang demokratis
dan berkeadilan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 4, ayat1 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
bahwa prinsip penyelenggaraan pendidikan, yaitu “pendidikan diselenggarakan
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”. 8 Kata
kunci tidak diskriminatif di sini berlaku untuk pembiayaan pendidikan, artinya bahwa
pembiayaan pendidikan haruslah tidak mendiskriminatifkan setiap warga negara yang
memiliki keinginan untuk dapat mengikuti pendidikan sebagai upaya untuk
meningkatkan potensi dirinya.
3
Gambaran secara detil dan rinci dapat diberikan melalui paparan kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah dalam lembaga pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
10
Nurhayati Nurhayati et al., “Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan Islam,” JMPIS (Jurnal
Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial) 3, no. 2 (2022): 594–601.
5
manajemen)
(1) Penganggaran (budgeting)
(2) Pembukuan (accounting)
(3) Pemeriksaan (auditing)
(Jones, 1985: 26)
11
Pupu Saeful Rahmat Nurhayati, “KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN
PEMBIAYAAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH,” Journal of
Economics and Business UBS 12, no. July (2023): 1–23.
12
Yenni Yunita, Abu Bakar, and Nazir Karim, “Kebijakan Pembiayaan Pendidikan Pada
Lembaga Pendidikan Islam Di Sudan,” Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian Dan Kajian Sosial
Keagamaan 19, no. 1 (2022): 64–76, https://doi.org/10.46781/al-mutharahah.v19i1.426.
6
3. Kemitraan dengan Sektor Swasta: Pemerintah dapat mendorong lembaga
pendidikan Islam untuk menjalin kemitraan dengan sektor swasta guna
mendukung pembiayaan. Hal ini bisa mencakup perusahaan-perusahaan yang
bersedia memberikan sumbangan atau bantuan keuangan.
4. Zakat dan Infak: Mendorong pengelolaan dana zakat dan infak secara efisien
untuk mendukung operasional dan pengembangan lembaga pendidikan Islam.
5. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Investasi dalam pelatihan dan
pengembangan sumber daya manusia di lembaga pendidikan Islam untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Ini mungkin melibatkan program beasiswa
bagi guru dan staf, serta insentif untuk meningkatkan kualifikasi.
6. Pengembangan Dana Endowment: Mendorong pendirian dana endowment atau
dana amil zakat untuk memastikan kelangsungan keuangan jangka panjang
lembaga pendidikan Islam.
7. Pengawasan dan Transparansi: Menerapkan mekanisme pengawasan dan
transparansi dalam pengelolaan dana untuk memastikan akuntabilitas dan
penggunaan dana yang efisien.
13
Jayadi and Asep Supena, “Implementasi Pendidikan Inklusi Di SDN K1 Kabupaten
Karawang,” AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 09, no. 1 (2023): 725–36.
7
sekolah. Dalam pembiayaan pendidikan tidak ada pendekatan tunggal yang terbaik
untuk pembiayaan semua sekolah karena kondisi tiap sekolah berbeda-beda.14
3. Dasar Hukum
1. UUD 1945
2. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4. PP No. 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.
5. Permendiknas No 69 tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia.
14
M.A Dr. Pahrudin HM, Anatomi Kebijakan Publik: Sejarah, Konsepsi, Analisis, Dan
Inovasi Kebijakan, 1st ed. (Jakarta: Gramedia, 2023).
15
La Mahiddin, Kebijakan Pendidikan Islam Di Indonesia (Analisis Kebijakan Pendidikan
Islam Dalam UU Sisdiknas NO. 20 Tahun 2003 Serta Implikasinya Terhadap Kemajuan Pendidikan
Agama Islam Di Indonesia), Ambarsa : Jurnal Pendidikan Islam, vol. 1, 2021,
https://doi.org/10.59106/abs.v1i2.36.
16
Eman Sulaeman and Anis Fauzi, “PERUMUSAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN
FORMULATION OF EDUCATION POLICY” 1 (2023): 684–92.
8
6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (PP SNP) Pasal 62 disebutkan:
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal.
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya
manusia, dan modal kerja tetap.
3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
meliputi:
a) Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji.
b) Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
c) Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
5. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri berdasarkan usulan BSNP.Peraturan lainnya yang erat
kaitannya dengan pembiayaan pendidikan adalah:
1) PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan
2) Permendikbud Nomor 60 Tahun 2011 tentang Larangan Pungutan
Biaya Pendidikan pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Pertama, dan
3) Permendikbud Nomor 161 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan
Operasional Sekolah Tahun 2015.
6. Peraturan Menteri Agama Republic Indonesia No 90 tahun 2013
9
7. Peraturan Menteri Agama Republic Indonesia No 66 tahun 2016 (perubahan
kedua dari PMA No 90 tahun 2013)
8. Peraturan Menteri Agama Republic Indonesia No. 4 tahun 2022
9. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 18
Tahun 2023 Tentang Standar Pembiayaan Pada Pendidikan Anak Usia Dini,
Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah.
17
Nur Kholis, “PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM DALAM UNDANG-UNDANG
SISDIKNAS 2003” II, no. 1 (2014): 71–85.
18
Dr. Pahrudin HM, Anatomi Kebijakan Publik: Sejarah, Konsepsi, Analisis, Dan Inovasi
Kebijakan; Khotibul Umam and UIN, “PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI PERGURUAN TINGGI ISLAM SINKRONISASI DENGAN KEBIJAKAN KERANGKA
KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA (KKNI),” Edukasi Islami; Jurnal Pendidikan Islam. 10,
no. Februari (2021): 1–23, https://doi.org/10.30868/ei.v10i01.1467.
10
b. Ketergantungan pada Donatur: Jika lembaga terlalu bergantung pada donatur
atau lembaga amil zakat, fluktuasi dalam sumbangan dapat mempengaruhi
kestabilan keuangan.
2. Ketidakpastian Hukum dan Regulasi:
a. Ketidakjelasan Regulasi: Adanya ketidakjelasan atau perubahan dalam
regulasi pendidikan dan keuangan bisa menjadi hambatan. Hal ini dapat
mencakup peraturan tentang status lembaga, penerimaan dana, atau pajak.
3. Manajemen Keuangan yang Tidak Efektif:
a. Kurangnya Keterampilan Manajerial: Kesulitan dalam manajemen keuangan
dan administrasi dapat menghambat lembaga pendidikan Islam. Keterampilan
yang kurang dalam pengelolaan keuangan dapat mengarah pada pemborosan
dan ketidakefisienan.
4. Tingkat Biaya yang Tinggi:
a. Biaya Infrastruktur dan Fasilitas: Pembangunan dan pemeliharaan
infrastruktur, serta penyediaan fasilitas yang memadai, bisa menjadi beban
finansial yang signifikan.
b. Biaya Tenaga Pendidik dan Karyawan: Pembiayaan gaji tenaga pendidik dan
karyawan juga dapat menjadi beban besar.
5. Perubahan Demografi dan Pergeseran Preferensi:
a. Penurunan Jumlah Siswa: Jika terjadi penurunan jumlah siswa karena
pergeseran preferensi masyarakat atau faktor demografis, lembaga pendidikan
Islam dapat mengalami penurunan pendapatan.
6. Tingginya Tingkat Inflasi:
a. Pengaruh Inflasi Terhadap Biaya Operasional: Jika tingkat inflasi tinggi, biaya
operasional dan pengeluaran lembaga pendidikan Islam dapat meningkat,
sementara dana yang diterima mungkin tidak sebanding.
7. Penerimaan Masyarakat:
11
a. Stigma atau Ketidaksetujuan: Adanya stigma atau ketidaksetujuan dari
masyarakat terhadap lembaga pendidikan Islam dapat mempengaruhi
dukungan finansial dan penerimaan siswa.
8. Tantangan Teknologi:
a. Ketertinggalan Teknologi: Keterbatasan akses dan penggunaan teknologi
dalam proses pembelajaran dan administrasi dapat menjadi hambatan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun saran penulis setiap kebijakan pastilah ad sebuah proses yang dilalui
untuk mencapai sebuah tujuan dengan harapan sebuah kebijakan melahirkan
kesejahteraan yang adil bagi rakyat Indonesia khususnya didalam dunia pendidikan.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Pendidikan Dan Ilmu Sosial) 3, no. 2 (2022): 594–601.
Nurhayati, Pupu Saeful Rahmat. “KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI
MANAJEMEN PEMBIAYAAN DALAM MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN DI SEKOLAH.” Journal of Economics and Business UBS 12,
no. July (2023): 1–23.
Nurkamiden, Ulfa Dj., and Herson Anwar. “Konsep Manajemen Pembiayaan
Pendidikan Pada Lembaga Pendidikan Islam.” Tadbir: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 11, no. 1 (2023): 53–64.
https://doi.org/10.30603/tjmpi.v11i1.3384.
Rohmatullah, Yuminah. “Kebijakan Tentang Pengembangan Lembaga Pendidikan
Islam Non Formal.” Mau’izhah: Jurnal Kajian Keislaman 13, no. December
(2023): 94–106.
Solehan, Solehan. “Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu
Lembaga Pendidikan Islam.” Edumaspul: Jurnal Pendidikan 6, no. 1 (2022):
98–105. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.3046.
Suci Hartati, Ismun Ali, Nurul Hidayati Murtafiah. “Gaya Kepemimpinan Dalam
Pengelolaan Pembiayaan Pada Lembaga Pendidikan Islam Swasta (Gaya
Kepemimpinan Visioner).” Jurnal Pendidikan Dan Konseling 4, no. 2 (2022):
1349–58.
Sulaeman, Eman, and Anis Fauzi. “PERUMUSAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN
FORMULATION OF EDUCATION POLICY” 1 (2023): 684–92.
Yunita, Yenni, Abu Bakar, and Nazir Karim. “Kebijakan Pembiayaan Pendidikan
Pada Lembaga Pendidikan Islam Di Sudan.” Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian
Dan Kajian Sosial Keagamaan 19, no. 1 (2022): 64–76.
https://doi.org/10.46781/al-mutharahah.v19i1.426.
15