Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu elemen yang sangat penting dalam
mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas, dan pendidikan
merupakan hak bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana tercantum dalam
UUD RI Tahun 1945 bahwa tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Salah satu masalah bangsa yang krusial dan belum dapat ditemukan
solusinya secara tuntas ialah masalah pendidikan, terlebih rendahnya mutu
pendidikan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan serta satuan pendidikan.
Permasalahan klasik yang masih kerap mengenai lembaga-lembaga
pendidikan, khususnya lembaga pendidikan Islam di negeri ini adalah problem
pemerataan pendidikan serta pembiayaan pendidikan yang dikatakan yang
belum maksimal dalam realisasinya.1 Dalam segala upaya pencapaian tujuan
pendidikan, biaya dan pembiayaan pendidikan memiliki peranan yang sangat
menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan
peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses
pendidikan belum bisa berjalan secara maksimal.2
Pendidikan menjadi masalah yang sangat penting untuk dicarikan
solusinya dikarenakan kita tahu tentang kewajiban manusia dimuka bumi ini
adalah menuntut ilmu. Di dalam al-Qur’an dijelaskan tentang betapa
pentingnya menuntut ilmu pada QS.al-Mujadilah ayat 11 yaitu:

‫ير َْفع ٱل َْ هنو ˙ا نمك م ¸يذ أهوهتو ˙ا ْ ع در َجت‬


‫نل ْل‬ َْ ‫ٱلو‬ ‫اءم‬ ‫ٱ ¸يذن لْه‬
‫ٱ م‬
Artinya: niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
(QS. Al-Mujadilah: 11)
Produktivitas suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor
manajemen pembiayaan. Manajemen pembiayaan merupakan komponen
utama dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan suatu organisasi,
khususnya lembaga pendidikan.

1 Ahmad Munir, Manajemen Pembiayaan dalam Perspektif Islam, Jurnal At-Ta’dib, Vol. 8 No.

1
2, 2013, hlm. 223.
2 Andi Warisno, Standar Pengelolaan Pendidikan Dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam,

Jurnal An-Nur, Vol. 1 No. 1, 2021, hlm. 2.

2
Secara aplikatif, penyelenggaraan pendidikan membutuhkan biaya.Hal
ini disebabkan pengelolaan pendidikan di pendidikan di sekolah maupun
madrasah dalam segala aktivitasnya, memerlukan sarana dan prasarana untuk
proses pengajaran, layanan, pelaksanaan program, dan kesejahteraan para guru
dan karyawan yang ada. Semua itu memerlukan anggaran dana.
Lembaga pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam
mencapai keberhasilan proses pendidikan karena lembaga berfungsi sebagai
mediator dalam mengatur jalannya pendidikan. Pada zaman sekarang ini
tampaknya tidaklah disebut pendidikan jika tidak ada lembaganya.
Lembaga pendidikan secara umum adalah sebuah masyarakat kecil
yang menjadi pusat pengembangan peserta didik di mana aktivitas di
dalamnya adalah proses pelayanan jasa. Peserta didik datang untuk
mendapatkan pelayanan, sementara kepala sekolah, guru dan tenaga lain
adalah para profesional yang terus menerus akan berinovasi memberikan
pelayanan yang terbaik untuk kemajuan sekolah.3 Dengan demikian
pelayanan yang dibangun dengan pengelolaan yang profesional, efektif, dan
efisien sehingga apa yang dicita-citakan lembaga tersebut dapat tercapai
mempelopori kegiatan ke Islaman dalam pengembangan sistem pendidikan
masyarakat.
Lembaga pendidikan Islam tidak luput dari perubahan pada
perkembangannya, terlebih ketika dunia pendidikan memasuki era globalisasi
seperti saat ini, maka lembaga pendidikan dihadapkan pada tantangan dan
yang semakin kerasnya yang menuntut.4Tantangan seperti ini harus mampu
untuk menjawabnya. Pada makalah ini akan mengkaji tentang konsep
pembiayaan dalam pendidikan Islam dan juga pengembangan lembaga
pendidikan Islam.

3 Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2009), hlm. 144.


4 Matuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam abad 21, (Yogyakarta:

Safiria Insani Press, 2003), hlm. 9-31.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pembiayaan dalam Pendidikan Islam
a. Pengertian Biaya Pendidikan
Secara bahasa, biaya (cost) dapat diartikan sebagai pengeluaran,
dalam istilah ekonomi biaya pengeluaran dapat berupa uang atau bentuk
moneter lainnya.5 Menurut Hasbullah pembiayaan sekolah adalah kegiatan
mendapatkan biaya serta mengelola anggaran pendapatan dan belanja
pendidikan.6
Pembiayaan pendidikan adalah salah satu sumber keuangan yang
dapat menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu sumber yang sangat
berpotensi dalam menentukan sukses dan kelancaran program pendidikan
serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam manajemen
pengelolaan pendidikan.7
Nanang Fattah mendefenisikan biaya pendidikan sebagai sejumlah
uang atau dana yang digunakan untuk pembelajaran berbagai keperluan
penyelenggaraan pendidikan yaitu gaji guru, peningkatan profesional,
peralatan, pengadaan alat-alat, dan buku pelajaran, alat tulis, kegiatan
ekstrakurikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan dan supervisi pendidikan.8
Manajemen pembiayaan merupakan sebuah proses dalam
mengoptimalkan sumber dana yang ada, mengalokasikan dana yang tersedia
dan mendistribusikannya sebagai fasilitas atau sarana pendukung proses
pembelajaran sehingga tercipta proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Oleh karena itu, fokus manajemen pembiayaan pada bagaimana sumber
dana yang ada mampu dikelola secara profesional sehingga memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan.9

5
Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan SD, SLTP, SMU, (Jakarta: Depdiknas, 2001), hlm.
3.
6 Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 122.
7 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 47.
8 Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 78.
9Solehan, Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Lembaga

Pendidikan Islam, Edumaspul, Jurnal Pendidikan, Vol. 6 No. 1, 2022, hlm. 101.

4
Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan
instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan,
baik tujuan-tujuan yang bersifat kuantitatif, biaya pendidikan memiliki peran
yang sangat menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat
mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya,
proses pendidikan tidak akan berjalan.10
Jadi dapat diartikan bahwa pembiayaan pendidikan Islam adalah
merupakan aktivitas yang berkenaan dengan perolehan dana yang diterima
dan bagaimana cara penggunaan dana untuk kemaslahatan sekolah agar
tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan bisa berjalan dengan efektif dan
efisien.
b. Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan Islam
Dalam konsep pembiayaan pendidikan ada tiga pernyataan yang
terkait didalamnya seperti yang telah dikemukakan oleh Thomas John yaitu
bagaimana uang diperoleh untuk pembiayaan lembaga pendidikan, darimana
sumbernya, dan untuk apa dibelanjakannya serta siapa yang membelanjakan.
Hal itu merupakan administrasi atau manajemen bisnis lembaga pendidikan. 11
Menurut Matin, biaya pendidikan adalah seluruh pengeluaran baik
yang berupa uang maupun bukan uang sebagai ungkapan rasa tanggung
jawab semua pihak (masyarakat, orang tua, dan pemerintah) terhadap
pembangunan pendidikan agar tujuan pendidikan yang dicita-citakan tercapai
secara efisien dan efektif.12
Pembiayaan pendidikan pada dasarnya menitik beratkan pada upaya
pendistribusian benefit pendidikan dan beban yang harus ditanggung
masyarakat. Biaya secara sederhana adalah sejumlah nilai uang yang
dibelanjakan untuk mendukung proses pendidikan atau jasa pelayanan yang
diberikan kepada siswa.13

10
David Clark, Financing of Education in Indonesia: Final Report Submitted to ADB for
collaboration with Bappenas, (Jakarta:Bappenas, 2007), hlm. 44.
11
Thomas Jones, In mtroduction to School Finance: Technique and Social Policy,
(Cambridge, Massachusetts: Ballinger Publishing, 1985), hlm. 20.
12Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Depok: PT Raja

Grafindo Persada, 2017), hlm. 7.


13Nur Faizah, Manajemen Sumber Pembiayaan Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan Mutu

Santri (Study Multi Situs Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan dan Pondok Pesantren Riyadlul
Jannah Pacet), (Tesis: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2020), hlm. 28.

5
Ada beberapa kebijakan umum yang bisa dianjurkan oleh para ahli
dalam pembiayaan pendidikan, kebijakan tersebut antara lain sebagai
berikut:14
1. Jika masukan biaya tambahan akan menambah lebih banyak keuntungan
secara individu dan sosial sistem pendidikan dibandingkan dengan jumlah
investasi, maka masukan pembiayaan harus ditingkatkan.
2. Jika keuntungan secara individual dan sosial dari sistem organisasi dapat
menghasilkan dengan masukan biaya yang lebih kecil maka masukan
pembiayaan seharunya dikurangi
3. Jika unit administrasi sekolah itu sendiri atau khusus dalam sekolah,
merupakan unit yang sangat kecil dapat mencapai keuntungan dalam
scala ekonomi penting untuk memaksimalkan keuntungan pendidikan,
maka sistem sekolah harus ditinjau sistem organisasinya secara tepat.
4. Jika struktur organisasi tidak berfungsi secaran efisien untuk
memaksimalkan keuntungan pendidikan setiap pemasukannya, maka
struktur organisasi itu harus dimodifikasi.
5. Jika setiap kebijakan pendidikan, program, atau cara kerja tidak berfungsi,
tidak efisien, maka kebijakan pendidikan itu harus diubah.
Konsep pembiayaan menurut QS. Al-Mujadilah ayat 12

Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila kamu Mengadakan


pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah
(kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. yang demikian itu lebih baik
bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan
disedekahkan) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Al-Mujadilah: 12)15

14Akdon, Dedy Achmad Kurniadi, Manajemen Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2017), hlm. 25.
6
15 Al-Qur’an, Terjemahan Bahasa Indonesia, Kemenag, 2007.

7
Pada QS.al-Mujadilah ayat 12 memberikan pelajaran bahwa
pendidikan itu tidak gratis. Dalam ayat ini Allah SWT memberikan persyaratan
kepada kaum muslimin yang hendak bertanya (belajar) kepada Rasulullah
SAW untuk mengeluarkan sedekah kepada fakir miskin. Mengeluarkan
sedekah ini bisa di asumsikan sebagai biaya pendidikan (pembelajaran) yang
harus dikeluarkan oleh si pencari ilmu.
Di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 19 Tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan (SNP), disebutkan bahwa mutu pendidikan harus
mengacu pada standar nasional pendidikan (SNP) yang terdiri atas standar
isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, penilaian serta pemantauan dan pelaporan
pencapaiannya secara nasional yang dilaksanakan oleh suatu badan
standarisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.
Dalam dunia pendidikan yang terjadi, biaya pendidikan yang
dibebankan kepada peserta didik juga mempunyai tujuan walaupun tidak
persis sama dengan tujuan yang tertera dalam surat al-Mujadilah ayat 12.
Tujuan yang paling utama dari biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh
peserta didik adalah untuk menunjang kelancaran berlangsungnya proses
belajar mengajar. Di samping itu, dana pendidikan yang dibebankan kepada
peserta didik bertujuan untuk mengikat para peserta didik agar mereka belajar
secara bersungguh-sungguh, dengan asumsi bahwa mereka akan merasa
rugi kalau tidak belajar dengan sungguh-sungguh setelah mereka
mengeluarkan biaya yang harus mereka bayar. Proses pengelolaan
pembiayaan pendidikan dalam meningkatkan mutu sekolah di sekolah
meliputi Perencanaan anggaran, Strategi mencari sumber dana sekolah,
Penggunaan keuangan sekolah, Pengawasan dan evaluasi anggaran,
Pertanggung jawaban dengan menerapkan model audit keuangan dan kinerja
pengelolaan biaya pendidikan.16

16Zainuddin Al Haj Zaini, Tafsir surat al-Mujadilah ayat 12-13 tentang Manajemen
Pembiayaan Pendidikan (Pendekatan Teoritis dan Praktis),Qolamuna, Jurnal Studi Islam, Vol. 5 No.
2, 2020, hlm. 195.

8
Secara sederhana, biaya pendidikan dapat di visualisasikan melalui
gambar sebagai berikut:

Bersifat
Keseluruhan Ungkapan rasa
biaya yang Uang
tanggung jawab
Biaya
berasal dari terhadap upaya
Pendidikan
Masyarakat, mencapai tujuan
orangtua pendidikan
dan Bersifat
pemerintah Non Uang

konsolidasi, ditata
dan didayagunakan

Pada dasarnya, pembiayaan pendidikan terkait dengan masalah


bagaimana mencari dana (sumber dana), bagaimana menggunakan dana itu
dengan memanfaatkan rencana biaya standar, memperbesar modal kerja dan
merencanakannya untuk kebutuhan masa yang akan datang. Sementara
biaya pendidikan adalah seluruh usaha yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat baik berupa uang maupun non moneter. Biaya tersebut
memerlukan pengelolaan yang jelas.17 Dalam Islam, pembiayaan pendidikan
untuk seluruh tingkatan sepenuhnya merupakan tanggung jawab negara.
Seluruh pembiayaan pendidikan, baik menyangkut gaji para guru/dosen,
maupun menyangkut infrastruktur serta sarana dan prasarana pendidikan,
sepenuhnya menjadi kewajiban negara. Ringkasnya, dalam Islam, pendidikan
disediakan secara gratis oleh negara. Ijma’ sahabat juga telah menunjukkan
kewajiban negara menjamin pembiayaan pendidikan.18

17Yahya, Sistem Pembiayaan Pendidikan: Suatu Studi Tentang Pembiayaan Pendidikan


Sekolah Dasar di Provinsi Sumatera Barat, (Disertasi: Bandung Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 43-44.
18
Zulham, Sistem Pengelolaan Keuangan Pendidikan Islam, Jurnal Ilmiah Al-Hadi, Vol. 6
No.1, 2020, hlm. 63.

9
c. Konsep Biaya Pendidikan
Konsep biaya dalam bahasa inggris biasa menggunakan istilah cost,
financial, expenditure. Biaya pendidikan dapat dibedakan menjadi dua unsur
yaitu meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri
dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran
dan kegiatan belajar siswa. Biaya langsung dapat bersumber dari anggaran
tetap sekolah seperti SPP, uang gedung, sumbangan orang tua atau yang
dikeluarkan sendiri oleh siswa untuk membeli perlengkapan demi
keberlangsungan proses pendidikan seperti biaya buku dan peralatan kelas.
Sedangkan biaya tidak langsung meliputi hilangnya pendapatan peserta didik
karena mengikuti pendidikan.
Menurut kutipan Dedi Dermawan, Cohn dan Geske mengelompokkan
biaya pendidikan sebagai berikut:
1. Biaya langsung (direct cost), yaitu biaya yang dikeluarkan sekolah,
siswa dan keluarga siswa
2. Biaya tidak langsung (inderect cost), yaitu biaya diluar anggaran
dari sekolah
3. Jenis pendidikan
4. Tingkat pendidikan dan jurusan
5. Sifat pengeluaran yaitu biaya program pengajaran perjam yaitu
meliputi gaji guru dan tenaga administrasi, biaya ruang, biaya
sarana prasarana, biaya bahan dan alat pengajaran19
d. Sumber-Sumber Pembiayaan Pendidikan
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 dan
ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989. Pada bab VIII pasal 33-36 dijelaskan
mengenai sumber daya pendidikan. Kategori pembiayaan pendidikan terdiri
dari beberapa bagian, yaitu: 1). APBN dan APBD, 2). Dana Penunjang
Pendidikan berupa beasiswa, 3). Dana dari Masyarakat yang berupa
bantuan/sumbangan BP3 (sekarang menjadi SPP), 4). Sumbangan dari
Pemerintah Daerah setempat, 5). Bantuan lain-lain.

Mohammad Roji dkk, Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam, (Sidoarjo:UMSIDA


19

PRESS, 2020), hlm. 10.

10
Sumber-sumber pembiayaan pendidikan menurut Nanang Fatah20
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Orang tua
Sumber dana dari orang tua siswa berasal dari SPP
(Sumbangan Pembinaan Pendidikan) yang selanjutnya menjadi dana
pembinaan pendidikan (DPP), dan dari sumbangan organisasi
persatuan orang tua murid dan guru (POMG). Saat ini karena ada
kebijakan sekolah gratis ditingkat pemerintah pusat dan daerah, untuk
sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah (sekolah
negeri), sumber dana dari orang tua siswa sudah banyak yang tidak
digunakan lagi. Orang tua sendiri merupakan kontributor yang cukup
penting bagi keberlangsungan pendidikan disekolah, sehingga
pendanaan yang diperoleh dari orang tua menjadi sumber dana yang
sangat penting bagi keberlangsungan kegiatan-kegiatan sekolah.
2) Pemerintah Pusat
Sumber dana dari pemerintah pusat adalah berasal dari
Aggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) baik untuk membiayai
kegiatan rutin yang tercantum dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK)
maupun untuk membiayai kegiatan pembangunan yang tercantum
dalam Daftar Isian Proyek (DIP). Selain itu juga terdapat bantuan dana
dari pemerintah pusat berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
yang sudah ditentukan jumlahnya berdasar pada karakteristik siswa
dan jenjang pendidikanya. Sumber dana dari pemerintah pusat bisa
diartikan sebagai sumber dana yang berasal dari APBN yang tujuannya
untuk membiayai kegiatan rutin maupun untuk kegiatan pembangunan.
3) Kelompok masyarakat
Sumber dana dari masyarakat dapat berupa sumbanganyang
tidak mengikat baik dari perseorangan maupun dari yayasan-yayasan
atau perusahaan-perusahaan yang ada di dalam maupun di luar negeri
yang mempunyai perhatian besar dan berkepentinan terhadap
pengembangan bidang pendidikan dan kebudayaan.
4) Pemerintah Daerah

20 Nanang Fatah, Manajemen Pembiayaan Pendidikan Berbasis Aktivitas Pembelajaran,


(Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2017), hlm. 47.

11
Dana dari pemerintah daerah berasal dari APBD tingkat
kabupaten /kota. Dana dari APBD digunakan untuk mendukung
kegiatan-kegiatan bidang pendidikan yang ada didaerah yang
bersangkutan baik untuk kegiatan rutin maupun untuk kegiatan
pembangunan.
B. Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam
a. Pengertian Pengembangan
Pengembangan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. 21 Pengembangan adalah
suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan
moral sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan dan latihan. Berdasarkan
pengertian pengembangan yang telah diuraikan yang dimaksud dengan
pengembangan adalah suatu proses untuk menjadikan potensi yang ada
menjadi sesuatu yang lebih baik dan berguna.
b. Lembaga Pendidikan Islam
Secara etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang
memberi bentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan
mengadakan suatu penelitian atau melakukan usaha. 22 Sedangkan lembaga
pendidikan Islam secara terminologi dapat diartikan suatu wadah atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan Islam. Dari defenisi diatas dapat
disimpulkan bahwa lembaga pendidikan itu mengandung pengertian kongkrit
berupa sarana prasarana dan juga pengertian yang abstrak, dengan adanya
norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta penanggung jawab
pendidikan itu sendiri.23
Menurut Abudin Nata dalam bukunya Filsafat Islam mengungkapkan
bahwa kajian lembaga pendidikan Islam (tarbiyah Islamiya) biasanya
terintegrasi secara implisit dengan pembahasan mengenai macam-macam
lembaga pendidikan. Namun demikian, dapat dipahami bahwa lembaga
pendidikan Islam adalah suatu lingkuingan yang didalamnya terdapat ciri-ciri

21Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional

Indonesia, 2014), hlm. 201.


22 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2011), hlm. 277.
23 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam ..... ,hlm. 278.

12
ke-Islaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan
baik.24
Jadi yang dimaksud pengembangan lembaga pendidikan Islam yaitu
merencanakan, mengatur, mengarahkan, dan mengelola lembaga pendidikan
dengan segala cara untuk mencapai tujuan dengan sukses, sehingga sistem
lembaga pendidikan Islam secara keseluruhan dapat berkembang menjadi
sesuatu yang lebih baik dan lebih sempurna.25
c. Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dalam pengertian institusi, maka yang dimaksud
adalah institusi-intitusi pendidikan, seperti pondok pesantren, madrasah
diniyah, dan madrasah sebagai sekolah umum berciri khas Islam.26
Munculnya madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam pada awalnya
berupa pendidikan informal dakwah Islamiyah dan berlangsung di rumah-
rumah yang dikenal dengan Dar al-Arqam sebagai lembaga pendidikan Islam
yang pertama. Selanjutnya pendidikan berlangsung di mesjid-mesjid yang
dikenal dengan halaqah. Dalam halaqah ini tidak dikenal sistem klasikal, tidak
dibedakan antara usia dan jenjang pendidikannya. Dalam masa kebangkitan
Islam pendidikan Islam, lembaga pendidikan diselenggarakan di ligkungan
pesantren berbentuk klasikal yang dikenal dengan Madrasah.
Pada awal kemunculannya, madrasah di indonseia lebih memfokuskan
perhatian dan pengajaran agama Islam (ubudiyyah) sebagaimana
dipraktikkan dalam pendidikan di mesjid, surau dan pesantren, sehingga
pelajaran yang bersifat kemasyarakatan seperti sosial, poltik, ekonomi dan
budaya tidak mendapat perhatian sewajarnya. Hal itu disebabkan antara lain
karena tekananan penjajah yang sengaja menutup kesempatan bagi umat
Islam untuk maju.27 Akibatnya madrasah kurang mendapat perhatian
pemerintah dan masyarakat secara umum, lulusan madrasah tidak mendapat
kesempatan yang sama dengan lulusan sekolah umum dalam masalah
kesempatan kerja baik di instansi pemerintahan maupun swasta. Disamping

24
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Medi Pratama, 2005), hlm. 33.
25Ali Mustopa Yakub Simbolon, Iswantir, Pengembangan Manajemen Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam Di Era Disrupsi, Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan, Vol. 15, No. 1, 2023,
hlm. 3.
26Kholilur Rahman, Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, Vol. 2, No. 1,

2018, hlm. 3
27 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Mutiara, 1978), hlm. 33-34.

13
itu madrasah mengalami kendala yang cukup berat, tidak dapat melanjutkan
pendidikan ke sekolah yang lebih tinggi.
Keberadaan madrasah mendapat pengakuan resmi pemerintah sejak
terbitnya Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri, Menteri Agama,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri pada
tanggal 24 maret 1975 yang menegaskan, bahwa kedudukan madrasah
adalah sejajar dengan sekolah formal lainnya. Yang dimaksud sejajar adalah
keberadaan madrasah (MI, MTs, MA) yang berada di bawah naungan
kementrian Agama diakui dan disejajarkan kedudukannya dengan sekolah
(SD, SMP, SMA) di bawah naungan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. Implikasinya adalah siswa madrasah dapat pindah ke sekolah
umum dan siswa madrasah dapat melanjutkan sekolah yang jenjangnya lebih
tinggi.28
Madrasah Ibtidaiyah (MI) sejajar dengan Sekolah Dasar (SD),
Madrasah Tsanawiyah (MTs) sejajara dengan Sekolah Menengah Pertama
(SMP), dan Madrasah Aliyah sejajar dengan Sekolah Menengah Pertama
(SMA). SKB Tiga Menteri ini menguatkan posisi madrasah dan sekaligus
mengubah citra madrasah sehingga mendapat simpati masyarakat. Implikasi
dari terbitnya SKB Tiga Menteri tersebut antara lain berubahnya kurikulum
pendidikan madrasah dengan memasukkan pelajaran umum pada pendidikan
madrasah dengan komposisi 70% pelajaran agama dan 30% pelajaran
umum.
Kebijakan pemerintah tentang Sistem Pendidikan Nasional segera
ditindak lanjuti dengan terbitnya PP. No. 29 Tahun 1990 dan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0489/U/1992 tentang Sekolah
Menengah Umum berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh
Departemen Agama. Dengan lahirnya kebijakan tersebut, Departemen
Agama memberlakukan semua madrasah untuk melaksanakan kurikulum
pendidikan dengan komposisi 100% pelajaran agama 100% pelajaran
umum.29

28 Zakiah Drajat, Tokoh di Balik Lahirnya SKB Tiga Menteri, Jurnal Madrasah Dirjen Binbaga
Islam Departemen Agama RI, Vol. 1, 1966, hlm. 50-51
29
Siti Farikhah, Manajemen Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Aswaja Pressindo, 2015), hlm.
261.

14
Dengan demikian, tuntutan terhadap kualitas pendidikan madrasah
sangat penting mengingat bobot pendidikan umum pada Madrasah Aliyah
harus sama dengan SMU, tanpa mengurangi muatan pendidikan agama
Islam sebagai ciri khasnya. Hal yang demikian merupakan tantangan yang
tidak ringan bagi pendidikan agama, Pendidikan Madrasah sebagai sub
sistem pendidikan nasional dituntut untuk tetap dapat mempertahankan
kualitas pendidikan dan memacu kualitas pendidikan umum sekaligus.
d. Tujuan Lembaga Pendidikan Islam
Tujuan lembaga pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan pendidikan
Islam itu sendiri. Tujuan pendidikan Islam digali dari nilai-nilai ajaran Islam itu
sendiri yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits. Menurut Muhaimin
lembaga pendidikan Islam bertjuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama
Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT serta berahlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat
berbangsa dan bernegara.30
Lembaga pendidikan Islam mempunyai tujuan untuk bisa
mengembangkan semua potensi yang telah dimiliki manusia yaitu, mulai dari
tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran
Islam, untuk selanjutnya dengan tahapan afeksi yaitu terjadi sebuah proses
internalisasi ajaran Islam dan nilai agama kedalamdiri siswa, dalam arti
menghayati dan menyakininya. Dapat dilihat dari peran dan kontribusi
lembaga pendidikan Islam dalam berbagai aspek:
1) Aspek pendidikan (pedagogis). Sebagai lembaga pendidikan yang
bergerak dalam dunia pendidikan, lembaga pendidikan Islam berperan
penting dalam meningkatkan SDM yang berkualitas dan melahirkan
kader-kader pemimpin bangsa yang memiliki wawasan
keislaman dan nasionalisme yang tinggi.
2) Aspek moral-spritual. Pendidikan Islam bertujuan membina peserta
didik menjadi hamba yang suka beribadah kepada Allah. Lembaga
pendidikan Islam berupaya memberikan penguatan dan dasar
pemahaman keagamaan secara baik. Mengajarkan nilai-nilai

30 Muhaimin, Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandug:Triganda Karya, 1993) hlm. 78

15
kejujuran, kerendahan hati, kesedarhanaan dan nilai-nilai
keseluruhan kemanusiaan.

3) Aspek sosial kultural. Tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga


pendidikan Islam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
corak dan karakter masyarakat. Merespon persoalan-persoalan
masyarakat seperti memelihara tali persaudaraan, menciptakan
kehidupan yang sehat dan sebagainya.31

31 Arief Efendi, Peran Strategi Lembaga Pendidikan Berbasis Islam di Indonesia, El-Tarbawi:

Jurnal Pendidikan Islam Vol. 1, No. 1, 2008, hlm 10.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam konsep pembiayaan pendidikan ada tiga pernyataan yang
terkait didalamnya seperti yang telah dikemukakan oleh Thomas John yaitu
bagaimana uang diperoleh untuk pembiayaan lembaga pendidikan, darimana
sumbernya, dan untuk apa dibelanjakannya serta siapa yang membelanjakan.
Hal itu merupakan administrasi atau manajemen bisnis lembaga pendidikan.
Menurut kutipan Dedi Dermawan, Cohn dan Geske mengelompokkan
biaya pendidikan sebagai berikut:
1. Biaya langsung (direct cost), yaitu biaya yang dikeluarkan sekolah, siswa
dan keluarga siswa
2. Biaya tidak langsung (inderect cost), yaitu biaya diluar anggaran dari
sekolah
3. Jenis pendidikan
4. Tingkat pendidikan dan jurusan
5. Sifat pengeluaran yaitu biaya program pengajaran perjam yaitu meliputi
gaji guru dan tenaga administrasi, biaya ruang, biaya sarana prasarana,
biaya bahan dan alat pengajaran
Pengembangan lembaga pendidikan Islam yaitu merencanakan,
mengatur, mengarahkan, dan mengelola lembaga pendidikan dengan segala
cara untuk mencapai tujuan dengan sukses, sehingga sistem lembaga
pendidikan Islam secara keseluruhan dapat berkembang menjadi sesuatu
yang lebih baik dan lebih sempurna.

17
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Munir, Manajemen Pembiayaan dalam Perspektif Islam, Jurnal At-Ta’dib,
Vol. 8 No. 2, 2013.
Ahmad Munir, Manajemen Pembiayaan dalam Perspektif Islam, Jurnal At-Ta’dib, Vol. 8 No.
2, 2013
Ali Mustopa Yakub Simbolon, Iswantir, Pengembangan Manajemen Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam Di Era Disrupsi, Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan, Vol.
15 No. 1, 2023
Andi Warisno, Standar Pengelolaan Pendidikan Dalam Mencapai Tujuan Pendidikan
Islam, Jurnal An-Nur, Vol. 1 No. 1, 2021
Arief Efendi, Peran Strategi Lembaga Pendidikan Berbasis Islam di Indonesia, El-Tarbawi:
Jurnal Pendidikan Islam Vol. 1, No. 1, 2008
Kholilur Rahman, Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, Vol. 2 No. 1,
2018
Mohammad Roji dkk, Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam, Sidoarjo:UMSIDA PRESS,
2020.
Nanang Fatah, Manajemen Pembiayaan Pendidikan Berbasis Aktivitas Pembelajaran,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2017
Nur Faizah, Manajemen Sumber Pembiayaan Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan Mutu
Santri (Study Multi Situs Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan dan Pondok
Pesantren Riyadlul Jannah Pacet), Tesis: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2020.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Mulia, 2011.
Siti Farikhah, Manajemen Lembaga Pendidikan, Jakarta: Aswaja Pressindo, 2015.
Solehan, Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Lembaga
Pendidikan Islam, Edumaspul, Jurnal Pendidikan, Vol. 6 No. 1, 2022
Yahya, Sistem Pembiayaan Pendidikan: Suatu Studi Tentang Pembiayaan Pendidikan
Sekolah Dasar di Provinsi Sumatera Barat, Disertasi: Bandung Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2003
Zainuddin Al Haj Zaini, Tafsir surat al-Mujadilah ayat 12-13 tentang Manajemen Pembiayaan
Pendidikan (Pendekatan Teoritis dan Praktis),Qolamuna, Jurnal Studi Islam, Vol. 5
No. 2, 2020
Zulham, Sistem Pengelolaan Keuangan Pendidikan Islam, Jurnal Ilmiah Al-Hadi, Vol. 6
No.1, 2020

18

Anda mungkin juga menyukai