Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS MANAJEMEN RENCANA KEUANGAN DAN

ANGGARAN SEKOLAH INKLUSI DI SDN PASAR LAMA 3


BANJARMASIN

Annisa Melliana, Khairatun Nikmah Hidayati, Muhammad Firdaus Nuzula, Tri Nur
Safitri

Pendidikan Khusus Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung


Mangkurat Banjarmasin

Email: annisamelliana7@gmail.com, khairatunnikmah56@ gmail.com, frdsnzl11@gmail.com,


trinursafitri05@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program pendidikan inklusi dan rencana
anggaran dan keuangan sekolah inklusi. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data meliputi observasi dan wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hingga saat ini masih belum ada mendapat
dana inklusi dari Dinas Pendidikan Banjarmasin sehingga untuk dana inklusi
dikumpulkan dari sumbangan orang tua ABK dan inisiatif dari para GPK untuk
memenuhi sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran untuk Anak
Berkebutuhan Khusus.

Kata Kunci: Manajemen, Keuangan, Inklusi

1
Abstract

Pasar Lama SDN 3 Banjarmasin held an inclusive education in 2015. In 2016 the
school submitted a proposal to the Banjarmasin Education Office for an inclusive
budget. This research is to study the education inclusion program and the inclusive
budget and financial plan. This study used descriptive qualitative method. Data
collection techniques include observation and interviews. The results of this study
indicate that there is currently no inclusion fund from the Banjarmasin Education
Office for inclusion funds collected from ABK parents and participants from GPK for
the procurement of facilities and infrastructure that support learning for Children
with Special Needs.

Keyword: Management, Finance, Inclusion

I PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebuah proses pembentukan karakter agar peserta
didik memiliki keperibadian yang mantap dan mandiri. Asumsi bahwa life is
education and education is life dalam artian pendidikan sebagai persoalan hidup dan
kehidupan maka diskursus seputar pendidikan, sekarang pendidikan inlusif telah
menjadi perhatian serius dunia internasinal dipelopori oleh berbagai organisasi
internasional. Banyak negara telah memiliki kebijakan perundang – undangan untuk
pendidikan inklusif berdasarkan perjanjian hak manusia internasional seperti
pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi (UNESCO. 1994) dan Konvensi PBB
tentang hak – hak penyandang disabilitas (United Nations, 2006). Konsep pendidikan
inklusif bertujuan untuk memasukan anak – anak cacat ke dalam kelas regular dimana
guru harus menggunakan berbagai pendekatan pengajaran, bekerja secara kolaboratif,
dan menggunakan berbagai metode penilaian (Rouse, 2017).

Keberhasilan penerapan pendidikan inklusif bergantung pada keberadaan


sistem pendukung yang meliputi pelatihan guru, sumber daya untuk sekolah,

2
dukungan sosial, dan partisipasi masyarakat diantranya dengan mengembangkan
hubungan kolaboratif di antara staf dan orang tua, serta hubungan kolaboratif dengan
organisasi yang terlibat dalam masyarakat (Kantavong, 2017). Dengan begitu
perlunya salah satu penujang yang paling berpengaruh pada pendidikan adalah
pendanaan karena, sebuah pendidikan akan berhasil dengan baik manakala di topang
oleh tenaga pendidik yang profesional serta didukung oleh sarana prasarana belajar
yang memadai. Untuk itu kecukupan pendanaan (keuangan) adalah suatu usaha
menginginkan pendidikan yang bermutu, namun banyaknya sumber dana juga tidak
menjamin pendidikan berkualitas jika tidak di kelola dengan baik. Untuk itu
manjemen keuangan pendidikan perlu di kelola dengan baik sehingga dengan
pendanaan yang mampu masyarakat sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan.
Mulyono (2010), berpendapat bahwa administrasi keuanagan sekolah adalah
proses kegiatan yang di rancangkan dan di laksanakan atau diusahakan secara sengaja
dan dilaksanakan dan sungguh-sungguh, serta pembinaan secara kontinyu terhadap
biaya oprasional sekolah sehingga kegiatan pendidikan lebih efektif dan efisien serta
membantu pencapaian tujuan pendidikan. Dalam undang-undang sistem pendidikan
No 20 tahun 2003 pasal 46 ayat 1 dinyatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, perlu adanya pengelolaan secara
menyeluruh dan professional terhadap sumber daya dalam lembaga pendidikan. Salah
satunya sumber daya yang perlu di kelola dengan baik dalam pendidikan adalah
masalah keuangan. Dalam konteks ini keuangan merupakan sumber dana yang sangat
di perlukan sekolah bagian alat untuk melengkapkan berbagai sarana dan prasarana
pembelajaran di sekolah, meningkatkan kesejahteraan guru, layanan dan pelaksanaan
program supervise.

3
II KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI


Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis Kuno Ménagement yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi
yang mapan dan di terima secara universal. Mary Parker Follet (2007), pengertian
manajemen sebagai proses, karena dalam manajemen terdapat adanya kegiatan-
kegiatan yang harus dilakukan, misalnya kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan. Kegiatan – kegiatan itu satu sama lainnya tidak data
dipisahkan atau dengan kata lain saling terkait (terpadu) sehingga akan membentuk
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sementara itu, Ricky W. Griffin (2004)
mendefinisikan manajemen sebagai salah sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efisien.

Pendidikan inklusif di Indonesia diatur dalam Undang – Undang Nomor 8


Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas menggantikan Undang – Undang Nomor
4 Tahun 1997 Penyandang Cacat yang dipandang bersifat belas kasihan (charity
based) dan belum berperspektif hak asasi manusia.

(Amka, 2020) pengertian manajemen pendidikan inklusi yaitu proses


perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam penyelenggaraan pembelajaran pada sekolah inklusi.
Amka (2019) dalam hal implementasi kebijakan pendidikan inklusif oleh
kepala sekolah dapat dikemukakan bahwa kepala sekolah memiliki cara berbeda
dalam melaksanakan manajemen inklusif di sekolah mereka. Bukan pengetahuan
tentang konsep inklusi yang merupakan faktor utama atau menghambat kelas inklusif
yang efektif tetapi tingkat dukungan pemeritah, serta partisipasi orang tua siswa SEN

4
yang menjadi faktor penting terhadap efektivitas kelas inklusif. Amka (2019)
manajemen pendidikan inkluif di kelas oleh guru dilaksanakan dengan kerjasama
antara para guru, antara guru berpengalaman dengan guru yang belum
berpengalaman.

B. PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH


1. Pengertian Manjemen Keuangan Sekolah Secara Umum

Menurut Nanang Fattah (2012) Pembiayaan pendidikan adalah sejumlah


uang yang dihasilkan dan dimanfaatkan untuk membiayai kebutuhan pendidikan,
seperti gaji guru, pengadaan sarana dan prasarana, peningkatan profesionalitas
guru, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan supervisi pendidikan dan lain-lain.
Sementara itu Sulistiyorini memaknai manajemen keuangan dalam arti sempit
yang berarti pembukuan. Sementara itu dalam arti luas manajemen keuangan
berarti pengurusan dan pertanggung jawaban dalam menggunakan keuangan baik
kepada masyarakat, pemerintah daerah, maupun kepada pemerintah pusat, dimulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sampai kepengawasan dan
pertanggung jawaban keuangan.
Senada dengan Sulistiyorini (2006), David Wijaya (2009) menyebutkan,
manajemen keuangan sekolah adalah serangkaian kegiatan mengatur keuangan
sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan, dan
pertanggung jawaban keuangan sekolah. Manajemen keuangan pendidikan
merupakan kegiatan pengurusan atau ketatausahaan keuangan meliputi pencatatan,
perencanaan, pelaksanaan, pertanggung jawaban dan pelaporan. Dengan demikian
manajemen keuangan pendidikan dapat dimaknai sebagai rangkaian aktivitas yang
terdiri dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan, dan
pertanggung jawaban keuangan sekolah.
Dalam manajemen keuangan sekolah terdapat rangkaian kegiatan yang di
mulai dengan perencanaan, yaitu merencanakan program kegiatan dan

5
memperkirakan, serta menetapkan anggaran pendapatan keuangan sekolah,
penggunaan anggaran sekolah sesuai dengan perencanaan sekolah, pengawasan
atau pengendalian penggunaan keuangan sekolah, dan pertanggungjawaban
penggunaan, serta pelaporannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Depdiknas
(2002) Manajemen keuangan adalah tindakan pengurusan atau ketatausahaan
keuangan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pencatatan,
pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan. Dengan demikian, manajemen
keuangan sekolah merupakan rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah
mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelajaran, pengawasan,
pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan sekolah. Ketersediaan sejumlah
dana yang dimiliki sekolah merupakan salah satu faktor pendukung
terselenggaranya program pendidikan. Manajemen keuangan pendidikan atau
disebut juga dengan pembiayaan pendidikan adalah sejumlah kegiatan yang
berhubungan dengan pengadaan keuangan, pemanfaatan keuangan hingga
pertanggung jawaban keuangan dengan harapan tercapainya tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien.

2. Pengertian Manajemen Keuangan Sekolah Inklusi

Ketersediaan dana yang dimiliki sekolah berkaitan dengan sumber dana


sekolah. Pendanaan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat diperoleh
dari berbagai sumber seperti pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Non
Governemnt Organization (NGO), Masyarakat (orang tua peserta didik dan
lembaga swadaya masyarakat), dan/atau dana dari luar negeri (Garnida, 2015).
Manajemen keuangan pada sekolah inklusif harus mengalokasikan sebagian
dananya untuk berbagai keperluan khusus, seperti penilaian modifikasi kurikulum,
media, metode dan intensif dari berbagai tenaga ahli yang terlibat. Sebab pada
dasarnya kelas inklusif memiliki perbedaan dengan kelas regular, baik dari segi
fasilitas guru, maupun materi. Oleh karena itu, kebutuhan dana sekolah inklusif
akan lebih besar daripada sekolah regular. Sekolah harus betul-betul menyiapkan

6
segala kebutuhan pendidikan inklusif agar pelayanan yang diberikan pada siswa
dapat optimal [ CITATION Sum19 \l 1033 ].

C. FUNGSI MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH


Pada umumnya fungsi manajemen ada empat yang banyak di kenal
masyarakat, yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian
(organizing), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi pengendalian (contrling).

a. Perencanaan (planning)
Perencanaan pendidikan inklusi merupakan kegiatan menetukan tujuan
serta merumuskan pendayagunaan manusia, keuangan, metode, peralatan serta
seluruh sumber daya yang ada untuk efektifitas pencapaian tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien.
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian pendidikan inklusi menyakut pembagian tugas untuk
di selesaikan setiap anggota dalam upaya pencapaian tujuan yang telah di
rencanakan dalam pengorganisasian yang dilakukan:
1) Penerimaan fasilitas, perlengkapan dan staf yang di perlukan untuk
melaksanakan rencana.
2) Pemeliharaan, pelatihan, dan pemberian informasi kepada staf.
c. Pelaksanaan (actuating)
Proses pelaksanaan program supaya dapat dijalankan kepada setiap
pihak yang berada dalam organisasi serta dapat termotivasi agar semua pihak
dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan sangat penuh kesadaran dan
produktivitas yang sangat tinggi
d. Pengendalian (controlling)
Fungsi pengendalian atau pengawasan pada hakikatnya mengatur
apakah kegiatan sesuai dengan persyaratan – persyaratan yang di tentukan
dalam rencana, sehingga pengawasan membawa pada fungsi perencanaan.

7
Untuk fungsi manjemen keuangan terletak pada perencanaan (planning) yang
mana perencanaan anggaran kegiatan tersebut dapat berfungsi sebagai penunjang
(aksesibilitas) bagi ABK, dan pelatihan bagi guru pendamping khusus agar dapat
mengembangkan keilmuan dalam meningkatkan kemampuan dalam mendidik
ABK di sekolah. Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan,
analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang melaksanakan
kegiatan tersebut sering disebut sebagai manajer keuangan. Banyak keputusan
yang harus diambil oleh manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus
dijalankan mereka. Meskipun demikian, kegiatan – kegiatan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana
dan mencari pendanaan. Dua kegiatan utama (fungsi) tersebut disebut sebagai
fungsi manajemen keuangan.

D. PENGERTIAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH


(RKAS)

RKAS adalah dokumen anggaran sekolah resmi yang


disetujui kepala sekolah serta disahkan dinas pendidikan
setempat (bagi sekolah negeri), atau penyelenggara
pendidikan/yayasan (bagi sekolah swasta). Masa RKAS hanya
berlaku untuk satu tahun ajaran yang akan datang terdiri atas
pendapatan dan belanja (pengeluaran). Pendanaan yang
mencantumkan dalam RKAS hanya dicantumkan dalam RKAS
hanya mencakup pengeluaran dalam bentuk uang yang akan di
terima dan dikelola sekolah.

Rencana kerja anggaran sekolah adalah kegiatan perencanaan kerja


berkait dengan belanja sekolah sesuai dengan anggaran masing – masing sekolah.
Setiap lembaga di wajibkan untuk membuat RKAS, yang setiap tahun di
laksanakan pada setiap tahun ajararan. RKAS disini ditunjuk agar sekolah

8
memiliki perencannaan yang tepat sehingga anggaran telah teralokasikan dengan
pembelanjaan yang sesuai kebutuhan sekolah. Tentang pembiayaan sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif tingkat sekolah dasar di Banjarmasin diperoleh
melalui hasil wawancara dengan kepala sekolah. Berdasarkan hasil wawancara
diperoleh informasi bahwa pembiayaan program ditanggung oleh pemerintah
pusat, pemerintah propinsi dan sumbangan dari orang tua. Berikut petikan
wawancara dengan beberapa informan mengenai pembiayaan program inklusif.
Dana yang terkumpul, seluruhnya habis terpakai untuk melengkapi sarana dan
prasarana, pengeluaran rutin seperti ATK dan sebagian untuk memberikan honor
guru pendamping khusus (Imam Yuwono, 2017). Jadi RKAS untuk pendidikan
inklusi adalah suatu anggaran yang di anggarkan untuk kebutuhan – kebutuhan
siswa berkebutuhan khusus.

E. FUNGSI RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)


RKAS dapat berfungsi dengan baik bagi sekolah sendiri sebagai pedoman
kerja atau kerangka dalam pengembangan sekolah, sekaligus sebagai rujukan
dalam mengidenfitikasi dalam pengajuan sumber daya pendidikan yang diperlukan
dalam pengembangan sekolah dan RKAS juga dapat berfungsi bagi pemerintah
sebagai alat monitoring dan evaluasi pengembangan sekolah.

F. TUJUAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)


Tujuan manajemen keuangan yaitu: Memungkinkan penyelenggara
pendidikan dilakukan secara efisien, artinya dengan dana tertentu diperoleh hasil
yang maksimal atau dengan dana minimal diperoleh hasil/tujuan tertentu,
Memungkinkan tercapainya kelangsungan hidup lembaga pendidikan sebagai
salah satu tujuan didirikannya lembaga tersebut, Dapat mencegah adanya
kekeliruan, kebocoran ataupun penyimpanan – penyimpanan penggunan dana dari
rencana semula.

9
RKAS disusun berdasarkan analisis kondisi riil sekolah dengan kondisi
yang diharapkan sekolah dengan memperhatikan tujuan prioritas. Menurut
Muhaimin (2009: 196) RKAS disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang ditetapkan dapat dicapai dengan
tingkatan dan kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil.
2. Mendukung koordinasi antar pelaku sekolah.
3. Menjamin tercapainya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku
sekolah dan atau antara sekolah dan dinas pendidikan.
4. Menjamin keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan.
5. Mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat, dan
6. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan.
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan. Panduan penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS) ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Menyamakan pemahaman tentang konsep dan subtansi RKAS
2. Memberikan rambu – rambu kepada sekolah dalam menyusun RKAS, sehingga
sekolah dapat menyusun subtansi RKAS sesuai kondisi riil sekolah.

Dengan adanya tujuan Rencana Kegaiatan dan Anggran Sekolah


membantu sekolah untuk memahami penyusun RKAS dalam mencapai tujuan
sekolah sesuai dengan program sekolah yang telah ditetapkan dan penggunaan
sumber daya secara efektif dan efisien dapat terwujud.

G. MANFAAT RENCANA KEGIATAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)


Draft (2010) mengumukakan bahwa perencanaan memiliki manfaat.
Manfaat dari perencanaan yaitu (1) legitimasi, (2) sumber motivasi dan komitmen,
(3) alokasi dan sumber daya, (4) panduan tindakan, (5) dasar pengambilan
keputusan, dan (6) standar kinerja. Perencanaan dalam pengelolaan keuangan

10
sekolah memiliki manfaat legitimasi, alokasi sumber daya, dan dasar pengambilan
keputusan. Analisis manfaat biaya berkembang sebagai landasan teoritis ilmu
ekonomi kesejahteraan, terutama yang mengutamakan efisiensi (Pearce dalam
Kuper, 2008). Kemudian, juga dijelaskan bahwa analisis manfaat biaya dilengkapi
dengan pendekatan diskonto untuk menghitung pemasukan dan pengeluaran
dimasa yang akan datang berdasarkan nilai sekarang dan tingkat diskonto tertentu
karena manfaat dan biaya yang cenderung terakumulasi. Selanjutnya, analisis
manfaat biaya juga sesuai dnegan perhitungan proyek dalam skala besar
khususnya yang mempengruhi kinerja pembangunan daerah (Sjafrizal, 2008).
Analisis manfaat biaya pendidikan sering dihubungkan dengan efisiensi
eksternal pendidikan (Fattah, 2012:38). Fattah (2012) juga menjelaskan bahwa
analisis manfaat biaya pendidikan adalah rasio antara keuntungan funansial
sebagai hasil pendidikan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan.
Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis manfaat
biaya adalah analisis yang digunakan dalam mengukur efisiensi dari proyek
berdasarkan manfaat yang didapat dan biaya yang dikeluarkan dengan
mempertimbangkan nilai sekarang dan yang akan datang.

III. METODE
Pada jurnal ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang mana
metode ini ialah suatu metode penelitian yang beracuan pada aspek pandang/pendapat
atau cara paham masyarakat sosial secara umum. Pada metode penelitian ini, seorang
peneliti menggunakan sistem wawancara terpusat (focused interviews) yang mana
jenis penelitian ini dimaksdkan untuk menjawab pertanyaan yang sudah di desain
untuk mengetahui respons subjek atas isu tertentu. Penelitian ini memberikan
kebebasan kepada subjek untuk menjawab pertanyaan sesuai maksud mereka dengan
pertanyaan yang tidak terstruktur dan terbuka, penelitian ini sangat fleksibel untuk

11
memperoleh respon yang muncul dengan cepat dan pertanyaan pun bias berkembang
sesuai situasi yang terjadi di lapangan.

Peneliti juga menggunakan metode literatur dengan terlebih dahulu


mengumpulkan bahan kajian dan materi dari berbagai sumber yaitu jurnal dan artikel
maupun sumber lain yang berkaitan dengan anggaran keuangan sekolah. Referensi
pada berbagai sumber diuraikan berdasarkan bahan materi menggunakan bahasa
sendiri. Dengan demikian jurnal penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

IV HASIL PENELITIAN

A. TUJUAN RKAS INKLUSI

Pada data rencana anggaran kegiatan sekolah inklusi SDN Pasar Lama 3
Banjarmasin memiliki tujuan khusus pada anggaran untuk Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) pada sekolah mereka tersebut. ABK pada sekolah tersebut ada 40
anak berkebutuhan khusus, yang mana di dalamnya ada anak Autis, Hiperaktif,
low vision, slow learn, ADHD, Tunadaksa dan 40 orang guru pendamping khusus
(GPK). Berdasarkan hasil wawancara pada sekolah ini jumlah lulusan GPK yang
memang dari lulusan sarjana pendidikan khusus masih terbilang sedikit sehingga
guru umum banyak yang di berdayakan dengan cara memberikan pelatihan
pendidikan khusus.

Berdasarkan hasil wawancara pada sekolah tersebut juga tidak ada


menyediakan penunjang dana untuk honorer GPK, Selain itu berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu guru pembimbing khusus di sekolah tersebut kata
beliau belum ada dari pemerintah menyediakan formasi untuk Pegawai Negeri
Sipil (PNS) GPK di sekolah penyelenggara inklusi.

Maka dari itu kepala sekolah memberikan kepercayaan kepada salah satu
guru GPK sendiri untuk mengkoordinasikan anggaran kegiatan ABK pada sekolah

12
tersebut untuk bendahara sekolah tidak ada menyediakan dana untuk ABK, jadi
ada dana khusus dan tersendiri untuk ABK yang bertujuan agar dapat memberikan
layanan sarana prasarana dalam belajar ABK, pengeluaran rutin ATK dan honor
guru pendamping khusus ABK.

B. SUMBER RKAS INKLUSI

Data tentang pembiayaan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif


tingkat sekolah dasar di SDN Pasar Lama 3 Banjarmasin diperoleh melalui hasil
wawancara dengan salah satu Guru Pembimbing Khusus . Dari wawancara yang
kami lakukan dengan salah satu Guru Pembimbing Khusus di SD Pasar Lama 3
Banjarmasin, Sumber RKAS inklusi di sekolah tersebut tidak ada memiliki
anggaran yang tetap dan belum ada disediakan oleh Dinas Pendidikan
Banjarmasin.
Sumber dana yang didapatkan tidak lain berasal dari orangtua anak dan
10% potongan gaji dari Guru Pembimbing Khusus yang memiliki SK Walikota
Banjarmasin. Pernah dari sekolah mengajukan proposal pada tahun 2016 tapi
sampai sekarang masih belum ada kepastian.
Untuk anggaran khusus ABK dari sekolah memang tidak disediakan
karena dana sekolah sendiri terbatas untuk BOS, sehingga anggaran yang tersedia
untuk ABK berasal dari paguyuban inklusi dan lebihnya dari orang tua ABK itu
sendiri. Untuk alokasi honor untuk GPK masih belum ada tersedia, jadi hanya
mengandalkan dari sumbangan orang tua murid.
Pada saat wawancara dengan salah satu guru pembimbing khusus di sekolah
inklusi tersebut beliau mengatakan bahwa beberapa pembiayaan progam rencana
anggaran untuk abk ditanggung oleh pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan
sumbangan dari orang tua. Akan tetapi pada tahun 2017 pemerintah pusat sudah
tidak lagi menyediakan anggaran.

13
C. PEMANFAATAN RKAS INKLUSI
Dari data hasil observasi dan wawancara, pemanfaatan rencana keuangan dan
anggaran di SDN Pasar Lama 3 Banjarmasin di alokasikan ke sarana dan prasarana
pembelajaran seperti kipas angin, ATK, papan tulis dan lainnya. Akan tetapi untuk
anggaran keuangan inklusi masih belum ada dari Dinas Pendidikan Banjarmasin,
sehingga menggunakan dana pribadi dari GPK dan sumbangan dari orang tua
murid yang dialokasikan untuk media pembelajaran untuk anak ABK dan sarana
dan prasarana seperti buku – buku tentang anak ABK yang dapat membantu para
GPK dalam mengenali hambatan ABK, karena tidak semua GPK lulusan dari
Pendidikan Khusus/Pendidikan Luar Biasa, ada juga yang berlatar belakang dari
lulusan Bimbingan Konseling.

KESIMPULAN
Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, perlu adanya pengelolaan
secara menyeluruh dan profesional terhadap sumber daya dalam lembaga
pendidikan. Manajemen keuangan pendidikan merupakan kegiatan pengurusan
atau ketata usahaan keuangan meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan,
pertanggung jawaban dan pelaporan. Pendidikan inklusi yaitu sebagai system
layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar
bersama dengan anak sebayanya disekolah regular yang terdekat dengan tempat
tinggalnya. Bedasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas mengenai
Rencna Keuangan dan Anggaran Sekolah Inklusi di SDN Pasar Lama 3
Banjarmasin dalam hal pendidikan inklusi, sekolah disini tidak ada
menyelenggarakan dana atau RKAS tersendiri untuk ABK sehingga dana
diperoleh dari hasil sumbangan orangtua siswa ABK. Selain itu, pemerintah belum
menyediakan formasi untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) GPK di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif. Maka untuk itu tujuan adanya RKAS pada
pendidikan penyelenggara inklusif ialah salah satunya untuk menunjang

14
pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dan penunjang dana untuk honorer
GPK. Dari data hasil observasi dan wawancara, pemanfaatan rencana keuangan
dan anggaran di SDN Pasar Lama 3 Banjarmasin di alokasikan ke sarana dan
prasarana pembelajaran seperti kipas angin, alat tulis, papan tulis dan lainnya.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang di peroleh dari hasil penelitian, maka saran
yang dapat di berikan kepada sekolah penyelenggara inklusif agar menciptakan
sekolah inklusif yang efektif dan efisein, serta diharapkan sekolah dapat benar –
benar memahami manajemen sekolah inklusif khususnya pada menajemen
keuangan untuk anak ABK agar dapat merencanakan, mengorganisasikan,
mengelola dan mengawasi pendidikan inklusif di sekolah itu agar dapat tercapai
tujuan dengan baik.

15
Daftar Pustaka

Amka. (2019). Pendidikan Inklusif Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus di Kalimantan


Selatan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.

Amka. (2020). Manajemen Sarana Sekolah Penyelenggara Inklusi. Sidoarjo:


Nizamia Learning Center.

Depdiknas. (2002). Manajemen Keuanga. Materi Pelatihan Terpadu Untuk Kepala


Sekolah. Jakarta: Direktorat Jendral Dikdasmen.

Fattah, N. (2012). Standar Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fitri, A. F. (2014). Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Sekolah


Dasar Negeri Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi. Jurnal
Administrasi Pendidikan.

Follet, M. P. (2007). Visionary Leadership and Strategic Management MCB


University Press. Women In Management, Volume 14 No 7.

Garnida, D. (2015). Pengantar Pendidikan Inklusif. Bandung : Refika Aditama.

Griffin, R. W. (2004). Manajemen. Jakarta: Erlangga.

Jeflin, H. d. (2020). Pengertian Administrasi Keuangan, Proses Administrasi


Keuangan, Pemeriksaan dan Pelaporan dan Peran Guru dalam Administrasi
Sekolah. 2-3.

Kantavong, P. (2017). Understanding Inclusive Education Practices in Schools Under


Local Government Jurisdiction : A Study Of Khon Kaen Municipality in
Thailand . International Journal of Inclusive Education, DOI :
10.1080/13603116.2017.1412509.

16
Komariah, N. (2018). Konsep Manajemen Keuangan Pendidikan. Jurnal Al-Afkar,
Vol VI, NO. 1.

Lizana, A. d. (n.d.). Administrasi Keuangan .

Mulyono. (2010). Konsep Pembiayaan Pendidikan. Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Nation, U. (n.d.). Education On The Right of Persons With Disabilities. Retrieved


from http: //www.un.org/disabilities/coverntion/conventionfull.shtml.

Rouse, M. (2007). Enchancing Effective Inclusive Practice: Knowing, Doing and


Believing. Kairaranga, 8-13.

Sulistiyorini. (2006). Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: Elkaf.

Sumarni. (2019). Pengelolaan Pendidikan Inklusif di Madrasah . Jurnal Penelitian


Pendidikan Agama dan Keagamaan, 162-163.

Wijaya, D. (2009). Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah. Jurnal Pendidikan


Penabur.

Yuwono, I. (2017). Indikator Pendidikan Inklusif. Sidoarjo: Zifatama Publisher.

17

Anda mungkin juga menyukai