Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“ SARANA PEMBIAYAAN DAN KEBIJAKAN POLITIK DALAM


PENDIDIKAN”

Disusun Oleh :
Kelompok IV

Meriana: 19010101011
Yuli Yanti: 19010101012
Leni saqia mardani: 19010101015
Meli nurmiati: 19010101013

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
T.A 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
“Filsafat Pendidikan Islam” Kami menyadari segala kekurangan dari penyusunan
makalah ini, baik materi maupun bahasa, namun demikian kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi sumber pembaca.

Kami pun menyadari bahwa dalam makalah yang telah dibuat ini masih banyak
kesalahan yang harus diperbaiki, oleh karena itu kami mangharapkan kritik dan saran
dari para pembaca yang budiman agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya tidak
terjadi kesalahan serupa.

Akhirnya mudah-mudahan dengan membaca Makalah ini dapat menjadi ilmu yang
bermanfaat. Aamiin.

Kendari, 25 Mei 2022


DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
BAB I PENDAULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
A. Pengertian sarana, pembiayaan, dan kebijakan politik dalam pendidikan 7
B. Urgensi sarana, pembiayaan, dan kebijakan politik dalam Pendidikan islam
BAB III PENUTUP 19
Kesimpulan 19
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULIAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan di Indonesia masih menghadapi tantangan yang semakin
berat dan kompleks. Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara lain,
baik dalam produk, pelayanan, maupun dalam penyiapan sumber daya manusia.
Posisi Indonesia tahun 2011 di urutan 124 dari 187 negara yang disurvei, dengan
skor 0,617. Sedangkan di ASEAN Indonesiahanya berada di urutan ke enam
setelah Singapura, Brunei Darusalam, Malaysia, Thailand dan Filipina. Indonesia
hanya unggul dari Vietnam.

Perkembangan terakhir Dalam dokumenindeks Modal Manusia 2018


yang diterima Kompas.com dari Bank Dunia pada Kamis siang, tercatat
Indonesia menempati peringkat ke-87 dari total 157 negara yang mendapat
peringkat. Indonesia mendapat nilai 0,53 dalam Indeks Modal Manusia dengan
batas bawah 0,52 danbatas atasnya 0,55. Berdasarkan penjelasan dari Bank
Dunia, Indeks Modal Manusia ditampilkan dalam rentang nilai antara 0 dan 1.
Semakin nilai suatu negara mendekati angka 1, maka produktivitaspenduduknya
dipastikan sangat tinggi, didukung oleh lingkungan hidup yang sehat dan
pendidikan yang mumpuni. Nilaiyang diraihIndonesia sebesar0,52 termasuk
jauh lebih baikdi atas rata-rata negara berpenghasilan menengahkebawahyang
nilainya0,48. Meski begitu, capaian Indeks Modal Manusia Indonesia masih di
bawah rata-rata Asia Timur dan Pasifik yang nilai rata-ratanya 0,62. Dunia
pendidikan dewasa ini memang menjadi penentu perkembangan sebuah negara.
Untuk itu, baik guru, biaya, fasilitas penunjang, maupun kualitas pendidikan
sangat menentukan,mengingat pendidikan merupakan kunci mencetak sumber
daya manusia yang bermutu dan memiliki daya saing. Hal itu, dibutuhkan usaha
keras dunia pendidikan agar tenaga kerja yang mengacu ketenaga pasar global
mampu bersaing pada persaingan internasional.

Tenaga pasar global dan keharusan mempertahankan kedudukan bisnis


Indonesiadalam percaturan perekonomian dunia hanya dapat dijawab dengan
pengembangan SDM yang mampu menghasilkan kualitas produksi barang dan
jasa yang berstandar internasional dengan tetapmempertahankan kerakteristik
nasional dan menghasilkan barang dan jasa dengan harga yang bersaing melalui
proses operasi/produksi yang efisien lalu dapat menampilkan citra sebagai
pemasok yang handal dan terpercaya. Disinilah, betapa pentingnya
menempatkan penanganan SDM sebagai human capital yang menunjukkan
bahwa hasil dari investasi non fisik jauh lebih tinggi dibandingkan investasi
berupa pembangunan fisik.

Investasi melalui proses operasi/produksi yang efisien, sudah bisa dipastikan


bahwa suatu proses pendidikan tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya
dukungan biaya yang memadai. Akibat diberlakukannya kebijakan desentralisasi
pendidikan atau otonomi daerah dalam bidang pendidikan, membuat para
pimpinan lembaga pendidikan/sekolahseringkali mengalami kesulitan dalam
pemenuhan pembiayaan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian sarana, pembiayaan dan kebijakan politik dalam
Pendidikan?
2. Bagaimanakah urgensi sarana, pembiayaan dan kebijakan politik dalam
Pendidikan?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui pengertian sarana, pembiayaan dan kebijakan politik
dalam Pendidikan
2. Untuk mengetahui urgensi sarana, pembiayaan dan kebijakan politik dalam
Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sarana, Pembiayaan dan Kebijakan Politik dalam


Pendidikan
1. Pengertian Sarana dalam Pendidikan
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang
secara langsungdipergunakan dan menunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajarmengajar seperti gedung, ruang kelas, meja
kursi, serta alat-alat dan mediapengajaran. Adapun yang dimaksud
dengan prasarana pendidikan adalah fasilitasyang secara tidak
langsung menunjang jalannya proses pendidikan
ataupengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, teteapi jika
dimanfaatkansecara langsung untuk proses belajar dan mengajar,
seperti taman sekolah Islamuntuk pengajar an biologi, halaman
sekolah Islam sebagai sekaligus lapanganolah raga, komponen
tersebut merupakan sarana pendidikan.
2. Penegrtian pembiayaan dalam pendidikan
proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya,
karena segala kegiatan yang dilakukan sekolah perlu dana. Hampir
dapat dipastikan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa
dukungan biaya yang memadai. Implikasi diberlakukannya kebijakan
desentralisasi pendidikan, membuat para pengambil keputusan sering
kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan referensi tentang
komponen pembiayaan pendidikan. Kebutuhan tersebut dirasakan
semakin mendesak sejak dimulainya pelaksanaan otonomi daerah
yang juga meliputi bidang pendidikan. Apalagi masalah pembiayaan
ini sangat menentukan kesuksesan program pendiddikan yang saat ini
diberlakukan. Dalam falsafah jawa dikenal "Jer Basuki Mate.
Istilah "jer Basuki Mir Beya", salah satu peribahasa Jawa, yang
memiliki arti:Kabeh gegayuhan mbutuhake wragad (Abikusno, 1966).
Terjemahan ke dalam bahasa Indonesiadapat diartikan, bahwa semua
pencapaian membutuhkan biaya dan pengorbanan.

Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh satu pihak


lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan
adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung
dapat menunjang keefektifan dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Menurut Supriyono biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dibuat
untuk memperoleh barang atau jasa. Secara bahasa, biaya (cost) dapat
diartikan sebagai pengeluaran, dalam istilah ekonomi biaya
pengeluaran dapat berupa uang atau bentuk moneter lainnya.

Menurut Yahya yang dikutip oleh Mulyono pembiayaan adalah


bagaimana mencari dana atau sumber dana dan bagaimana
menggunakan dana itu dengan memanfaatkan rencana biaya standar,
memperbesar modal kerja, dan merencanakan kebutuhan masa yang
akan datang akan uang. Pembiayaan pendidikan merupakan proses
yang dimana pendapatan dan sumber daya tersedia digunakan untuk
menyusun dan menjalankan program kegiatan sekolah.

Menurut Levin (1987) pembiayaan pendidikan adalah proses


dimana pendapatan dan sumber daya yang tersedia digunakan untuk
menyusun dan menjalankan sekolah di berbagai wilayah dengan
tingkat pendidikan yang berbeda-beda.

Menurut Nanang Fattah biaya pendidikan merupakan jumlah uang


yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan
penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru, peningkatan
profesional peralatan, pengadaan alat-alat dan buku pelajaran, alat
tulis kantor (ATK), kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan pengelolaan
pendidikan, dan supervisi pendidikan.
3. Pengertian kebijakan politik dalam Pendidikan
Politik adalah pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang berwujud proses pembuatan keputusan, terkhusus
pada negara. Pengertian Politik jika ditinjau dari kepentingan
penggunanya, politik terbagi atas dua yaitu pengertian politik dalam
arti kepentingan umum dan pengertian politik dalam arti
kebijaksanaan. Pengertian politik dalam arti kepentingan umum
adalah segala usaha demi kepentingan umum baik itu yang ada
dibawah kekuasaan negara maupun pada daerah.
Pengertian politik secara singkat atau sederhana adalah teori,
metode atau teknik dalam memengaruhi orang sipil atau individu.
Politik merupakan tingkatan suatu kelompok atau individu yang
membicarakan mengenai hal-hal yang terjadi didalam masyarakat
atau negara. Seseorang yang menjalankan atau melakukan kegiatan
politik disebut sebagai "Politikus". Politik dan pendidikan adalah dua
hal yang tidak mungkin dipisahkan. Politik menghasilkan sistem
pendidikan, dan pendidikan mempengaruhi kehidupan politik.

Sedangkan kebijakan pendidikan merupakan kebijakan yang


ditujukan untuk mencapai tujuan pembangunan bangsa dibidang
pendidikan, karena salah satu tujuan pembangunan bangsa adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan bangsa
tersebut hendaknya terus-menerus untuk dibangun sehingga akhirnya
akan mencapai tujuan yang diharapkan yaitu kesejahteraan seluruh
masyarakat Indonesia. Kesejahteraan ini dapat terwujud manakala
manusia yang menjadi warga negara mempunyai tingkat kecerdasan
yang memadai, untuk dapat menguasai dan mempraktekkan ilmu dan
pengetahuan yang dimiliki. Agar ilmu yang dimiliki dapat bermanfaat
baik bagi dirinya maupun orang lain.

Hubungan politik dan pendidikan merupakan satu kesatuan


yang erat dan sulit dipisahkan. Hal ini sama halnya, seperti
mempertanyakan hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan.
Alex Roseberg menganggap bahwa kedua berjalan secara bersama-
sama, filsafat terkadang mendahului konsepsi ilmu pengetahuan,
namun di abad modern dan post-modern, objek kajian filsafat adalah
ilmu pengetahuan.

Demikian halnya dengan politik dan pendidikan. Awalnya,


politik pendidikan terlahir karena kebutuhan domestik dan kebutuhan
teritori negara tertentu, namun pada perkembangannya, pendidikan
menjadi kepentingan global. Imbasnya, politik (baca; kebijakan)
pendidikan lokal harus disesuaikan dengan kaedah dan fitur mitos
globalisasi. Politik pendidikan regional tidak selalu mementingkan
kebutuhan nasional, melainkan pembangunan dunia global.

B. Urgensi sarana, pembiayaan dan kebijakan politik dalam pendidikan


1. Urgensi sarana dalam Pendidikan
Dalam pendidikan, sarana dan prasarana sangat penting karena
dibutuhkan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk
menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara
lansung maupun tidak lansung dalam suatu lembaga dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan
adalah satu sumber daya yang menjadi tolak ukur mutu sekolah
dan perlu banyakpeningkatan terus menerus seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih.

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang sangat


menunjang atas tercapainya suatu tujuan dari Pendidikan sebagai
seorang personal pendidikan kita dituntut untuk menguasai dan
memahami administrasi sarana dan prasarana, untuk
meningkatkan daya kerja yang efektif dan efisien serta mampu
menghargai etika kerja sesama personel Pendidikan, sehingga
tercipta keserasian, kenyamanan yang dapat menimbulkan
kebanggaan dan rasa memiliki baik dari warga sekolah maupun
warga masyarakat sekitarnya.
Mengingat pentingnya sarana prasarana dalam kegiatan
pembelajaran, maka peserta didik, guru dan sekolah akan terkait
secara langsung. Peserta didik akan lebih terbantu dengan
dukungan sarana prasarana pembelajaran. Tidak semua peserta
didik mempunyai tingkat kecerdasan yang bagus sehingga
penggunaan sarana prasarana pembelajaran akan membantu
peserta didik, khususnya yang memiliki kelemahan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Bagi guru akan terbantu dengan
dukungan fasilitas sarana prasarana Kegiatan pembelajaran juga
akan lebih variatif, menarik dan bermakna. Sedangkan sekolah
berkewajiban sebagai pihak yang paling bertanggung jawab
terhadap pengelolaan seluruh kegiatan yang
diselenggarakan.Selain menyediakan, sekolah juga menjaga dan
memelihara sarana prasarana yang telah dimiliki.

2. Urgensi pembiayaan dalam Pendidikan


Dapat dipastikan bahwa proses pendidikan tidak dapat
berjalan tanpa dukungan biaya yang memadai. Implikasi
diberlakukannya kebijakan desentralisasi pendidikan, membuat
para pengambil keputusan sering kali mengalami kesulitan dalam
mendapatkan referensi tentang komponen pembiayaan
pendidikan. Kebutuhan tersebut dirasakan semakin mendesak
sejak dimulainya pelaksanaan otonomi daerah yang juga meliputi
bidang pendidikan.
Biaya pendidikan adalah nilai ekonomi dari Input atau
sumber-sumber pendidikan tertentu yang digwakan untuk
pembelajaran guna menghasilkan output pendidikan dari suatu
program pendidikan tingkat tertentu. Pada tataran konsep
pembiayaan secara urnum, biaya dapat berupa pengeluaran
sejumlah uang tertentu atau pengorbanan tertentu yang bukan
berbentuk uang narnun dapat dinilai dengan uang. Biaya
pendidikan juga merupakan dasar empiris untuk memberikan
gambaran karakteristik keuangan sekolah.
Analisis efisiensi keuangan sekolah dalam pemanfaatan
sumber-sumber keuangan sekolah dan out put sekolah dapat
dilakukan dengan caramenganalisis biaya satuan (unit cost) per
siswa. Biaya satuan per siswa adalah biaya rata-rata per siswa
yang dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa
yang ada di sekolah (enrollment) dalam kurun waktu tertentu.
Dengan mengetahui besarnya biaya satuan per siswa menurut
jenjang dan jenis pendidikan berguna untuk menilai berbagai
alternatif kebijakan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu cara agar proses
penyelenggaraan pendidikan dapat dilakasanakan dengan efektif
dan efisien. pembiayaan pendidikan adalah dana yang diberikan
kepada sekolah untuk memfasilitasi setiap kegiatan proses
pembelajaran di sekolah, dan berbagai keperluan dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pembiayaan pendidikan merupakan
komponen yang penting dan tidak dapat terpisahkan dalam
penyelenggaraan proses belajar-mengajar di sekolah. Dalam
rangka pembentukan potensi sumber daya manusia (SDM),
penggunaan anggaran atau pembiayaan pendidikan yang efektif
dan efisien dapat menghasilkan SDM yang tepat guna dan
berhasil.

3. Urgensi kebijakan politik dalam Pendidikan

 Kebijakan Politik Pemerintahan Masa Pra-kemerdekaan


Pada masa pra-kemerdekaan kebijakan politik pemerintahan
berada di tangan penjajah Belanda. Pada masa itu Belanda
menerapkan politik Diskriminatif terhadap rakyat jajahannya,
terutama terhadap ummat Islam. Hal ini baru berubah, setelah
Belanda mendapatkan tekanan dari dunia internasional. Belanda
mulai memberikan kesempatan secara terbatas kepada bangsa
Indnesia untuk mendapatkan pendidikan. Tujuan dari pendidikan
tersebut adalah untuk tenaga kerja yang akan diperkerjakan di
pemerintahan Belanda. Belanda sangat mencurigai dan tidak suka
akan keberadaan pendidikan Islam yang diselenggarakan di
pesantren-pesantren, madrasah-madrasah, dsb.
Dalam keadaan demikian, maka politik pendidikan yang
diterapkan ummat Islam adalah bersikap non-kooperatif dengan
Belanda. Ummat Islam menyelenggarakan kegiatan pendidikan
dengan sistem sekolah , yang diselenggarakan oleh oraganisasi-
organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama,
Persatuan Islam, dll. Di lembaga tersebut diajarkan pengetahuan
agama, pengetahuan umum, nasionalisme, patriotisme, dll.
 Kebijakan Politik Pemerintahan Masa Orde Lama
Pada masa ini penekanan kebijakan pendidikan pada isu
nasionalisasi dan ideologisasi. Penekanan pada kedua bidang
tersebut tidak lain karena masa tersebut masa krusial pasca
kemerdekaan dimana banyak konflik yang mengarah pada
separatisme dan terjadi interplay (tarik ulur) antara pihak yang
sekuler dengan agamis.
Implikasi dari kebijakan politik pendidikan pada waktu itu
adalah terbentuknya masyarakat yang berjiwa nasionalis dan
berpatriot pancasila. Kebijakan politik tersebut sejatinya berupaya
menjadi ”win-win solution” dengan mengakomodasi semua
kepentingan. Di sini terjadi pengakuan terhadap keanekaragaman
baik budaya, seni, maupun agama. Pada dasarnya upaya
membangun nasionalisme melalui pendidikan relatif berhasil,
hanya Bahkan di era ini semakin jelas keterpurukan masyarakat
miskin karena semakin sulit mengakses pendidikan tinggi. Lebih
dari itu implementasi kebijakan pendidikan yang demokratis dan
mengedepankan potensi daerah semakin dinafikkan. Sistem
evaluasi yang masih terpusat, kekerasan dalam pendidikan, dan
banyaknya penyimpangan dalam proses pendidikan semakin
memberi catatan buram bagi pendidikan di era reformasi ini.
Kebijakan politik yang paling di sorot pada masa ini adalah
kebijakan- kebijakan tentang otonomi daerah dalam bidang
pendidikan, penerapan kurikulum yang berganti-ganti, hingga
yang diterapkan saat ini yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) dan pro dan kontra yang terjadi pada pelaksanaan Ujian
Nasional.
 Kebijakan politik pemerintah pada masa Orde Baru
Orde baru sering disebut sebagai orde pembangunan atau
masa pembangunan dikarenakan pada saat itu pembangunan yang
merata di daerah - daerah indonesia baik itu dipelosok wilayah
indonesia tidak hanya itu pertumbuhan ekonomi juga pada saat itu
cukup tinggi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Pendidikan pada masa orde baru terdiri dari pendidikan pancasila,
pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan.
Kurikulum pada masa orde baru terdiri dari kurikulum 1968
berisi kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar dan
kecakapan khusus, penekananya hanya dalam segi intelektual lalu
ada kurikulum 1975 ditekankan agar lebih efektif dan efisien
berdasarkan MBO (Management by objective) selanjutnya
kurikulum 1984 berisi proccess skill approach model CBSA (cara
belajar siswa aktif) atau SAL (Student Active Learning),
kurikulum 1994 berisi muatan nasional dan muatan lokal.
Jenis pendidikan pada masa orde baru terdiri atas pendidikan
formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal. Jalur
pendidikan pada masa orde baru terdapat jalur sekolah dan jalur
luar sekolah. Jenjang pendidikan pada masa orde baru terdiri dari
jenjang pra sekolah, jejang pendidikan dasar, jenjang pendidikan
menengah dan jenjang pendidikan tinggi.
Sistem pendidikan pada masa orde baru terdapat perubahan
dari orde lama pada pelaksanaannya kegiatan kependidikan pada
era ini difungsikan sebagai instrumen pembangunan ekonomi
nasional, kebijakan pendidikan semuanya terpusat, pendidikan di
selenggarakan dengan otorita kekuasaan administratif birokratis
dan penyeragaman kurikulum juga diikuti dengan penyeragaman
metode mengajar dan sistem evaluasi, yaitu Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA).
 Kebijakan politik pemerintah pada masa Reformasi
Sejalan dengan adanya berbagai perbaikan politik tersebut di
atas, telah menimbulkan keadaan pendidikan Islam era reformasi
keadaannya jauh lebih baik dari keadaan pemerintah era Orde
Baru. Karena dibentuknya kebijakan-kebijakan pendidikan Islam
era reformasi,2 kebijakan itu antara lain:
Pertama, kebijakan tentang pemantapan pendidikan Islam
sebagai bagian dari System pendidikan nasional. Upaya ini
dilakukan melalui penyempurnaan UndangUndang Nomor 2
Tahun 1989 menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang system pendidikan nasional. Jika pada Undang-Undang
No 2 Tahun 1989 hanya menyebutkan madrasah saja yang masuk
dalam system pendidikan nasional, maka pada Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 manyebutkan pesantren, ma’had Ali,
Roudhotul Athfal (Taman Kank-Kanak) dan Majlis Ta’lim
termasuk dalam system pendidikan nasional
Kedua, kebijakan tentang peningkatan anggaran pendidikan.
Kebijakan ini misalnya terlihat pada ditetapkannya anggaran
pendidikan Islam 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang di dalamnya termasuk gaji Guru dan Dosen,
biaya operasional pendidikan, pemberian beasisiwa bagi siswa
kurang mampu, pengadaan buku gratis, infrastruktur, sarana
prasarana, media pembelajaran, peningkatan sumber daya
manusia bagi lembaga pendidikan yang bernaung di bawah
Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional.
Dengan adanya anggaran pendidikan yang cukup besar ini,
pendidikan saat ini mengalami pertumbuhan.
Ketiga, program wajib belajar 9 tahun, yaitu setiap anak
Indonesia wajib memilki pendidikan minimal sampai 9 tahun.
Program wajib belajar ini bukan hanya berlaku bagi anak-anak
yang berlaku bagi anak-anak yang belajar di lembaga pendidikan
yang berada di bawah naungan Kementeria Pendidikan Nasional,
melainkan juga bagi anak-anak yang belajar di lembaga
pendidikan yang berada di bawah naungan Kementerian
Pendidikan Agama.
Keempat, kebijakn sertifikasi bagi semua Guru dan Dosen
baik Negeri maupun Swasta, baik umum maupun Guru agama,
baik Guru yang berada di bawah naungan Kementerian
Pendidikan Nasional maupun Guru yang berada di bawah
Kementerian Pendidikan Agama. Program ini terkait erat dengan
peningkatan mutu tenaga Guru dan Dosen sebagai tenaga
pengajar yang profesional. Pemerintah sangat mendukung adanya
program sertifikasi tersebut dengan mengeluarkan Peraturan
Pemerinta Nomor 74 tahun 2005 tentang sertifikasi Guru dan
Dosen, -juga mengalokasikan anggaran biayanya sebesar 20%
dari APBN. Melalui program sertifikasi tersebut, maka
kompetensi akademik, kompetensi pedagogik (teaching skill),
kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial para Guru dan
Dosen ditingkatkan.
Kelima, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK/tahun 2004) dan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP/tahun 2006). Melalui kurikulum ini para peserta didik
tidak hanya dituntut menguasai mata pelajaran (subject
matter)`sebagaimana yang ditekankan pada kurikulum 1995,6
melainkan juga dituntut memilki pengalaman proses mendapatkan
pengetahuan tersebut, seperti membaca buku, memahami,
menyimpulkan, mengumpulkan data, mendiskusikan,
memecahkan masalah dan menganalisis. Dengan cara demikian
para peserta didik diharapkan akan memiliki rasa percaya diri,
kemampuan mengemukakan pendapat, kritis, inovatif, kreatif dan
mandiri. Peserta didik yang yang demikian itulah yang diharapkan
akan dapat menjawab tantangan era globalisasi, serta dapat
merebut berbagai peluang yang terdapat di masyarakat.

Keenam, pengembangan pendekatan pembelajaran yang tidak


hanya terpusat pada Guru (teacher centris) melalui kegiatan
teachimg, melainkan juga berpusat pada murid (student centris)
melalui kegiatan learnig (belajar) dan research (meneliti) dalam
suasana yang partisipatif, inovatif, aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
Ketuju, kebijakan mengubah sifat madrasah menjadi sekolah
umum yang berciri khas keagamaan. Dengan ciri ini, maka
madrasah menjadi sekolah umum plus. Karena di madrasah
(Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah) ini, selain para siswa
memperoleh pelajaran umum yang terdapat pada sekolah umu
seperti SD, SMP, dan SMU. Dengan adanya kebijakan tersebut,
maka tidaklah mustahil jika suatu saat madrasah akan menjadi
pilihan utama masyarat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Pengertian sarana, pembiayaan dan kebijakan politik dalam Pendidikan


a. Pengertian sarana pendidikam
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsungdipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajarmengajar seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta
alat-alat dan mediapengajaran.
b. Pengertian pembiayaan pendidikan
Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh satu pihak lain
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pembiayaan
merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung dapat
menunjang keefektifan dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
c. Pengertian kebijakan pendidikan

kebijakan pendidikan merupakan kebijakan yang ditujukan untuk


mencapai tujuan pembangunan bangsa dibidang pendidikan, karena salah
satu tujuan pembangunan bangsa adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa. Hubungan politik dan pendidikan merupakan satu kesatuan yang
erat dan sulit dipisahkan. Demikian halnya dengan politik dan
pendidikan. Awalnya, politik pendidikan terlahir karena kebutuhan
domestik dan kebutuhan teritori negara tertentu, namun pada
perkembangannya, pendidikan menjadi kepentingan global. Imbasnya,
politik (baca; kebijakan) pendidikan lokal harus disesuaikan dengan
kaedah dan fitur mitos globalisasi. Politik pendidikan regional tidak
selalu mementingkan kebutuhan nasional, melainkan pembangunan dunia
global.
2. Urgensi sarana, pembiayaan dan kebijakan politik dalam pendidikan
a. Urgensi sarana dalam pendidikan
Dalam pendidikan, sarana dan prasarana sangat penting karena
dibutuhkan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk
menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara
lansung maupun tidak lansung dalam suatu lembaga dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan adalah
satu sumber daya yang menjadi tolak ukur mutu sekolah dan perlu
banyakpeningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang canggih.
b. urgensi pembiayaan dalam pendidikan
pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya yang
memadai. Implikasi diberlakukannya kebijakan desentralisasi
pendidikan, membuat para pengambil keputusan sering kali
mengalami kesulitan dalam mendapatkan referensi tentang komponen
pembiayaan pendidikan. Kebutuhan tersebut dirasakan semakin
mendesak sejak dimulainya pelaksanaan otonomi daerah yang juga
meliputi bidang pendidikan. Karena Pembiayaan pendidikan
merupakan komponen yang penting dan tidak dapat terpisahkan dalam
penyelenggaraan proses belajar-mengajar di sekolah. Dalam rangka
pembentukan potensi sumber daya manusia (SDM), penggunaan
anggaran atau pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisien dapat
menghasilkan SDM yang tepat guna dan berhasil.
c. urgensi kebijakan politik dalam pendidikan
Pertama, kebijakan tentang pemantapan pendidikan Islam sebagai
bagian dari System pendidikan nasional. Upaya ini dilakukan melalui
penyempurnaan UndangUndang Nomor 2 Tahun 1989 menjadi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional.
Kedua, kebijakan tentang peningkatan anggaran pendidikan.
Kebijakan ini misalnya terlihat pada ditetapkannya anggaran
pendidikan Islam 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang di dalamnya termasuk gaji Guru dan Dosen, biaya
operasional pendidikan, pemberian beasisiwa bagi siswa kurang
mampu, pengadaan buku gratis, infrastruktur, sarana prasarana, media
pembelajaran, peningkatan sumber daya manusia bagi lembaga
pendidikan yang bernaung di bawah Kementerian Agama dan
Kementerian Pendidikan Nasional.
Ketiga, program wajib belajar 9 tahun, yaitu setiap anak
Indonesia wajib memilki pendidikan minimal sampai 9 tahun.
Keempat, kebijakn sertifikasi bagi semua Guru dan Dosen baik
Negeri maupun Swasta, baik umum maupun Guru agama, baik Guru
yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional
maupun Guru yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Agama.
Kelima, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK/tahun 2004) dan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP/tahun 2006).
Keenam, pengembangan pendekatan pembelajaran yang
tidak hanya terpusat pada Guru (teacher centris) melalui kegiatan
teachimg, melainkan juga berpusat pada murid (student centris)
melalui kegiatan learnig (belajar) dan research (meneliti) dalam
suasana yang partisipatif, inovatif, aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
Ketuju, kebijakan mengubah sifat madrasah menjadi sekolah
umum yang berciri khas keagamaan. Dengan ciri ini, maka madrasah
menjadi sekolah umum plus.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.Barnawi dan
M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, Jogjakarta: Ar-Media, 2012.

Kadri, hanif al. 2011. “Artikel pembiayaan dalam Pendidikan”..

Anisa Gusni. 2019. “sarana dan prasarana Pendidikan”.

Ali Imron, Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia: Proses, Produk, dan Masa Depannya,
Ed.I, Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2002.

Refika, R. Muntholib, M,pd dan Rosadi, K.I. 2021 “ Politik Dan Kebijakan Manajemen
Pendidikan Islam Di Indonesia. Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial.

Anda mungkin juga menyukai