Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PEMBIAYAAN SEKOLAH/MADRASAH PERMINDIKNAS YANG


BERKAITAN DENGAN 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagai tugas pada Mata Kuliah
Manajemen Berbasis Sekolah

Dosen pengampu :
Dr. Kasriman, M.Pd

Anggota :
1. Rafa Thirafi (1901025001)
2. Cholipah (1901025051)
3. Nisrina Nauli (1901025075)
4. Hafny Lutfiana (1901025135)
5. Diah Anjani Putri (1901025207)
6. Azzahrakhana Mantika (1901025291)
7. Indah Dwi Lestari (1901025423)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Dalam UUD Pasal 31 Ayat 1 menjelasakan bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan secara adil. Pendidikan merupakan peranan yang sangat
penting untuk meningkatkan kualitas manusia baik dari kemampuan kognitif, afektif,
dan juga psikomotorik. Sekolah sebagai salah satu lembaga penyelanggaran
pendidikan perlu memerhatikan beberapa aspek yang akan menunjang terlaksananya
Pendidikan, baik dari sarana prasarana, tenaga pendidik, kurikulum, peserta didik, dan
juga pembiayaan. Aspek-aspek tersebut saling berkaitan dan berpengaruh terhadap
pencapaian pendidikan yang terselenggara di sekolah tersebut.
Salah satu aspek yang dapat mendukung terselenggaranya pendidikan pada
sekolah adalah mengenai pembiayaan, tidak dapat kita hindari bahwa,keadaan
pembiayaan berbanding lurus dengan mutu pendidikan yang dimiliki oleh suatu
sekolah. Pembiayaan pendidikan yang baik mampu memenuhi segala sesuatu yang
menunjang keberlangsungan pendidikan di sekolah berdasakan anggaran yang telah
dibuat, dan untuk membuat anggaran yang dapat memenuhi berbagai aspek di sekolah
maka dibutuhkan pengelolaan pembiayaan yang baik.
Pembiayaan pada sekolah tentunya tidak terlepas dari APBD dan APBN,
alokasi anggaran pendidikan lebih spesifik dituangkan dalam pasal 49 UU Nomor 20
tahun 2003 pasal 1 yaitu Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). Pada masing-masing sekolah itu berbeda jumlah uang yang
didapatkan. Semua itu sesuai dengan keadaan jumlah siswa dan tingkatan
pendidikannya.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Pembiayaan Sekolah/Madrasah?
2. Apa konsep dasar pengelolaan Pembiayaan di Sekolah/Madrasah?
3. Apa Isi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang mengatur mengenai
Pembiayaan Sekolah/Madrasah ?
4. Apa tujuan dari adanya Pembiayaan pada Sekolah/Madrasah?
5. Apa saja prinsip pengaturan Pembiayaan Sekolah/ Madrasah?
6. Bagaimana Standar Pembiayaan Sekolah menurut Standar Nasional
Pendidikan (SNP)?
7. Bagaimana keterkaitan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang mengatur
Pembiayaan Sekolah/Madrasah dengan Standar Pembiayaan menurut Standar
Nasional Pendidikan (SNP)?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembiayaan
Sekolah/Madrasah?
2. Untuk mengetahui konsep dasar pengelolaan pembiayaan di
Sekolah/Madrasah?
3. Untuk mengetahui isi dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang
mengatur mengenai pembiayaan Sekolah/Madrasah?
4. Untuk mengetahui tujuan dari adanya pembiayaan pada Sekolah/Madrasah?
5. Untuk mengetahui prinsip pengaturan Pembiayaan Sekolah/Madrasah?
6. Untuk mengetahui Standar Pembiaayaan Sekolah menurut Standar Nasional
Pendidikan (SNP)
7. Untuk mengetahui keterkaitan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang
mengatur Pembiayaan Sekolah/Madrasah dengan Standar Pembiayaan
menurut Standar Nasional Pendidikan (SNP).
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBIAYAAN SEKOLAH


Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh satu pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
lembaga. Menurut Supriyono dalam Dinda (2019), biaya adalah pengorbanan
ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa. Secara bahasa, biaya dapat
diartikan sebagai pengeluaran, dalam istilah ekonomi biaya pengeluaran dapat berupa
uang atau bentuk moneter lainnya.
Menurut Levin dalam Dinda, pembiayaan pendidikan adalah proses dimana
pendapatan dan sumber daya yang tersedia digunakan untuk menyusun dan
menjalankan lembaga pendidikan di berbagai wilayah dengan tingkat pendidikan
yang berbeda-beda.
Biaya pendidikan, menurut Supriyadi (2003), merupakan salah satu komponen
instrumental (instrumental-input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan (di sekolah). Biaya dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas,
yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan,
baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga.
Pembiayaaan pendidikan adalah jumlah uang yang dihasilkan dan
dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan mencakup: gaji guru,
peningkatan 12 profesional guru, sarana, ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan
peralatan/mebeleir, pengadaan alat-alat dan buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan
ekstrakurikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan supervisi pendidikan.
Pembiayaan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses
mengalokasikan sumber-sumber pada kegiatan-kegiatan atau programprogram
pelaksanaan operasional pendidikan atau dalam proses belajar mengajar di kelas
(Matin, 2014: 4).

Pembiayaan pendidikan telah diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia


1945 (Amandemen IV) yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan; setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya; pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang; negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional; pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia

Pembiayaan sangat erat ada pada sekolah dasar adalah BOS, yang merupakan
sebuah pembiayaan yang dari pemerintah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
sekolah. Namun masingmasing sekolah dapat dana tersebut jumlahnya berbeda,
disesuaikan dengan keadaan sekolah dan jumlah banyak siswa di sekolah itu.
Tingkatan sekolahnya pun akan menerima dana tersebut berbeda.
Biaya pendidikan selalu naik, perhitungan pembiayaan pendidikan dinyatakan
dalam satuan unit cost, yang meliputi:
a. Unit cost lengkap, yaitu perhitungan unit cost berdasarkan semua fasilitas yang
dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan.
b. Unit cost setengah lengkap, hanya memperhitungkan biaya kebutuhan yang
berkenaan dengan bahan dan alat yang berangsur habis walaupun jangka
waktunya berbeda.
c. Unit cost sempit, yaitu unit cost yang diperoleh hanya dengan
memperhitungkan biaya yang langsung berhubungan dengan kegiatan belajar
mengajar.

Menurut J. Wiseman (1987) terdapat tiga aspek yang perlu dikaji dalam melihat
apakah pemerintahan perlu terlibat dalam masalah pembiayaan pendidikan:

1. Kebutuhan dan ketersediaan pendidikan terkait dengan sektor pendidikan dapat


dianggap sebagai salah satu alat perdagangan dan kebutuhan akan investasi
dalam sumberdaya manusia/human capital
2. Pembiayaan pendidikan terkait dengan hak orang tua dan murid untuk memilih
menyekolahkan anaknya ke pendidikan yang akan berdampak pada social
benefit secara keseluruhan
3. Pengaruh faktor politik dan ekonomi terhadap sektor Pendidikan
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan adalah dana yang
diberikan kepada sekolah untuk memfasilitasi setiap kegiatan proses pembelajaran di
sekolah, dan berbagai keperluan dalam penyelenggaraan pendidikan.

B. Tujuan Pembiayaan Pada Sekolah

Tujuan penerapan pembiayaan sekolah adalah memenuhi kebutuhan


pendanaan yang berhubungan dengan kegiatan sekolah yang bisa dilakukan dengan
cara direncanakan lebih dulu, diupayakan pengadaannya, dibukukan dengan
transparan dan juga digunakan untuk pembiayaan program sekolah dengan efektif dan
efisien.
Sementara itu, secara umum tujuan manajemen keuangan sekolah adalah untuk:
1. Agar bisa meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemakaian dana sekolah
2. Meningkatkan akuntanbilitas dan juga tranparansi yang berhubungan dengan
keuangan sekolah
3. Meminimalisir penyalahgunaan anggaran untuk hal yang tidak diperlukan

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah


dengan menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai
dalam pembukuan dan pertanggung jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara
benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Disinilah maka pihak sekolah mesti
melakukan tugasnya untuk memastikan target-target manajemen keuangan, seperti:
a. Menjamin agar dana yang tersedia dipergunakan untuk kegiatan harian
sekolah dan menggunakan kelebihan dana untuk diinvestasikan kembali
b. Memelihara barang-barang sekolah
c. Menjaga agar peraturan-peraturan serta praktik penerimaan, pencatatan, dan
pengeluaran uang diketahui dan dilaksanakan. Tujuan pembiayaan sekolah
yaitu agar semua kegiatan pembiayaan dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.

C. Prinsip Pengaturan Pembiayaan Sekolah


Untuk menjalankan tujuan pembiayaan seklah secara efektif maka kita harus
memperhatikan prinsip-prinsip yang menjadi dasar pengelolaannya. Diantara prinsip
pembiayaan sekolah sebagai berikut:
a. Akuntabilitas
Proses pembiayaan sekolah harus mampu mempertanggung jawabkan
bagaimana dana itu diperoleh dan digunakan baik kepada diri sendiri, anggota
organisasi maupun kepada public
b. Transparan
Proses pembiayaan Pendidikan harus dilakukan secara transparan dan mampu
di akses oleh pihak yang berkepentingan. Prinsip ini bisa direalisasikan
dengan menyusun laporan terhadap pengelolaan dana yang ada.
c. Integeritas
Pelaksanaan pembiayaan Pendidikan harus memiliki integritas, baik system
yang dibangn maupun sumber daya manusia yang menjalankannya
d. Konsistensi
Pelaksanaan pembiayaan sekolah harus dilakukan secara konsisten dengan
tetap memperhatikan dinamika dan perubahan organisasi yang ada.
Konsistensi ini juga disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan lembaga
Pendidikan yang telah ditentukan
e. Efektif dan efisien
Pengelolaan dana Pendidikan harus dilakukan secara efektif dan efisian dan
focus pada tujuan yang hendak dicapai. Prinsip inilah yang menjadikan
indicator produktivitas lembaga Pendidikan.
Daftar Pustaka
https://bppk.kemenkeu.go.id/pusdiklat-anggaran-dan-perbendaharaan/berita/
anggaran-pendidikan-20-apakah-sudah-dialokasikan-761329#:~:text=negara
%20tanpa%20diskriminasi.-,Bentuk%20keseriusan%20pemerintah%20dan%20DPR
%20dalam%20bidang%20pendidikan%20tertuang%20dalam,memenuhi
%20kebutuhan%20penyelenggaraan%20pendidikan%20nasional.

file:///C:/Users/Asus/Downloads/121-539-1-PB.pdf

file:///C:/Users/Asus/Downloads/2925-5941-1-SM.pdf

file:///C:/Users/Asus/Downloads/448-Article%20Text-1020-1-10-20210310.pdf
file:///C:/Users/Asus/Downloads/14-Article%20Text-47-1-10-20170513.pdf

Pembiayaaan pendidikan adalah jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk
berbagai keperluan penyelenggaraan mencakup: gaji guru, peningkatan 12 profesional
guru, sarana, ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan peralatan/mebeleir,
pengadaan alat-alat dan buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstrakurikuler,
kegiatan pengelolaan pendidikan, dan supervisi pendidikan.
Pembiayaan sangat erat ada pada sekolah dasar adalah BOS, yang merupakan sebuah
pembiayaan yang dari pemerintah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sekolah.
Namun masingmasing sekolah dapat dana tersebut jumlahnya berbeda, disesuaikan
dengan keadaan sekolah dan jumlah banyak siswa di sekolah itu. Tingkatan
sekolahnya pun akan menerima dana tersebut berbeda.

Anda mungkin juga menyukai