Dosen Pengampu:
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu sumber yang sangat
berpotensi dalam menentukan kesuksesan dan kelancaran program
pendidikan, serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
manajemen pengelolaan organisasi atau lembaga pendidikan. Adapun
sistem pembiayaan pendidikan yaitu di mana proses pendapatan dan sumber
daya tersedia dan dapat digunakan untuk memformulasikan serta
mengoperasionalkan sekolah.
Pembiayaan atau bisa disebut dengan modal, pembiayaan ini
merupakan salah satu faktor yang bisa meraih kesuksesan organisasi atau
lembaga pendidikan. Akan tetapi pembiayaan ini menjadikan hal yang
paling krusial atau paling penting yang dihadapi oleh dunia pendidikan,
karena seluruh lembaga pendidikan pasti ada kaitannya dengan
pembiayaan. Meskipun pembiayaan ini tidak sepenuhnya berpengaruh
langsung terhadap kualitas lembaga pendidikan, akan tetapi pembiayaan ini
berkaitan dengan sarana-prasarana dan sumber belajar. Beberapa banyak
sekolah yang tidak dapat melakukan kegiatan belajar mengajar secara
optimal, permasalahannya ada pada keuangan, baik untuk menggaji guru
atau untuk kebutuhan sarana-prasarana dalam pembelajaran.
Hampir dapat dipastikan bahwa proses pendidikan ini tidak dapat
berjalan dengan lancar tanpa ada dukungan biaya yang cukup memadai.
Pendidikan yang berkualitas merupakan suatu investasi yang sangat mahal.
Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan baik ditingkat makro maupun
ditingkat mikro yang dianggap penting adalah masalah tentang pembiayaan,
pembiayaan merupakan unsur yang mutlak harus tersedia.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian dan konsep pembiayaan Pendidikan?
2. Bagaimana landasan hukum pembiayaan pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana metode pembiayaan pendidikan?
4. Bagaimana sumber-sumber pembiayaan pendidikan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Fahyuni, Eni Fariyatul. Buku Ajar Konsep Pembiayaan Pendidikan Islam. (Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo: UMSIDA Press). 2020
2
Dedi Supriadi. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. (Bandung: Remaja
Rosdakarya). 2004
2
biaya pendidikan, memperbesar modal kerja, dan merencanakan kebutuhan
untuk masa yang akan datang nanti.3
3
Ferdi, Pembiayaan Pendidikan: suatu kajian teoritis financing of education: a theoritical
study. Vol 19, No. 4, 2013
3
atau menyelesaikan bidang studi. Biaya kesempatan yang hilang terfokus
pada pendapatan yang hilang oleh siswa karena sekolah itu sendiri,
pembebasan pajak yang secara umum dinikmati oleh lembaga nirlaba, biaya
yang berkenaan dengan penyusutan dan bunga bank yaitu bangunan dan
perlengkapan sekolah tersebut.
4
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya).
2000
5
Fahyuni, Eni Fariyatul. Buku Ajar Konsep Pembiayaan Pendidikan Islam. (Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo: UMSIDA Press). 2020
4
dosen ini yang diangkat oleh pemerintah yang di alokasikan dalam APBN
dan APBD.
Partisipasi masyarakat dalam lembaga pendidikan berbasis
masyarakat adalah dengan berperan serta dalam pengembangannya,
pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi pendidikan, serta memanajemen dan
pembiayaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan. Dana
penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat ini dapat bersumber dari
penyelenggara, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan bisa dari
sumber lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan UU yang berlaku.
UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 13
menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan
biaya untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi
guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Jadi
Ketentuan lebih lanjutnya mengenai anggaran untuk peningkatan
kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik diatur dengan PP.6
Pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan terdapat kerancuan antara Bab I Pasal 1 Ayat 10 dan
Bab IX Pasal 62 Ayat 1 s/d 5 tentang ruang lingkup standar pembiayaan.
Ketentuan Umum tentang Standar Pembiayaan pada Pasal 1 tampak lebih
sempit dari Pasal 62 yaitu standar pembiayaan pada Pasal 1 adalah
mencakup standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi
satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pada Pasal 62 mencakup
biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal. Pada Bab IX: Standar
Pembiayaan, Pasal 62 disebutkan bahwa:
1. Pembiayaan pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya
operasi, dan biaya personal.
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana yang dimaksud pada
ayat 1 meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan,
sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.
3. Biaya personal sebagaimana yang di maksud pada Ayat 1 meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh siswa untuk bisa mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana yang dimaksud pada ayat
1 meliputi;
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji.
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
6
Arwildayanto, Nina Lamatenggo, Warni Tune Sumar. Manajemen Keuangan Dan
Pembiayaan Pendidikan. IKPI JABAR, 2017, hal 54-55
5
c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transpormasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
5. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan peraturan
mentri berdasarkan usulan BSNP.
C. Metode Pembiayaan Pendidikan
1. Metode-metode penetapan biaya Pendidikan.
Menghitung jumlah biaya pendidikan yang secara tepat biasanya
digunakan berbagai macam metode penetapan biaya pendidikan.
Metode penetapan biaya ini bisa dilihat dari rancangan pengeluaran
secara keseluruhan atau rancangan pengeluaran biaya unit.
2. Metode pengeluaran biaya atas keterangan yang diperoleh dari sumber-
sumber.
a. Pembiayaan
Metode ini dalam pengeluaran biaya dikumpulkan dari
sumber-sumber pembiayaan pendidikan, misalnya sumber dari
pemerintah yang terdiri dari pemerintah pusat dan daerah, serta
sumber daya dari swasta seperti SPP, sumber pribadi dan
pemasukkan dari orang tua. Metode ini sering mengalami
hambatan dikarenakan dari sumber pembiayaan pendidikan belum
secara konsisten untuk melaporkan yang berkenaan dengan biaya
pendidikan. Ada juga hambatan yang timbul ketika menghitung
biaya pendidikan yang berasal dari bantuan luar negeri yaitu bagi
penerima harus mengeluarkan biaya pendidikan untuk gaji.
3. Metode penetapan biaya dengan perkiraan pengeluaran berdasarkan
laporan lembaga-lembaga Pendidikan.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan diatas, maka sering
digunakan metode penetapan biaya berdasarkan laporan dari lembaga
pendidikan. SP4 (Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan
Pengajaran) adalah metode penetapan biaya pendidikan berdasarkan
laporan dan Lembaga pendidikan dan memiliki beberapa kriteria yaitu:7
a. Harus ada laporan dari lembaga
b. Laporan harus dibuat secara seragam, yaitu dengan standar
fungsional yang sama
c. Laporan harus memperlihatkan keseluruhan biaya operasi lembaga
itu
7
Muhammad Khatami Anwari, Ghina Sa’adah, dkk, Sumber dan Pengeluaran Biaya
Pendidikan, (Banjarmasin: UIN Antasari), h.6.
6
D. Sumber-Sumber Biaya Pendidikan
Upaya yang paling utama mendukung kelancaran pelaksanaan
pendidikan ialah pembiayaan yang memadai. Hal ini erat kaitannya dengan
anggaran, dimana yang pada dasarnya terdiri dari pendapatan dan
pengeluaran. Maka, setiap lembaga harus memaksimalkan potensi serta
peluang yang memungkinkan untuk dijadikan sumber pendanaan.
Mengingat bahwa Undang-Undang Sisdiknas dalam pasal 46 ayat 1,
berbunyi “Pembiayaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.”8 Berikut ini sumber-
sumber pembiayaan pendidikan antara lain:
1. Dana Masyarakat (SPP)
Selain sumbangan SPP juga ada dana pembangunan, ialah dana yang
dipakai membiayai pembangunan dalam berbagai bidang seperti sarana
prasarana, alat belajar, media, dsb. 9 Sejalan dengan adanya Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS), sekolah dapat menggali dan mencari sumber-
sumber dana dari pihak masyarakat, baik secara perorangan maupun
secara lembaga, baik di dalam maupun di luar negeri, sejalan dengan
semangat globalisasi.10 Penggalangan dana dari masyarakat berupa:
a. Pengembangan sekolah
b. Berpartisipasi untuk membangun pendidikan
c. Mencari donator baik yang terikat maupun tidak terikat
2. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Pembiayaan pendidikan nasional itu terpatok pada Undang-Undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
a. Dana BOS
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan dana
yang dikeluarkan pemerintah untuk kepentingan pendidikan yang
tujuannya untuk mengurangi beban masyarakat. Besaran dana BOS
dihitung berdasarkan jumlah siswa masing-masing sekolah dan
satuan biaya bantuan. Program BOS itu lebih cenderung
dilaksanakan sebagai subsidi umum. Hal ini terjadi karena program
BOS memiliki cakupan yang luas dan merata, baik dilihat dari
jumlah sekolah maupun jumlah siswa.11 Dalam Pasal 6
8
Hadi Saputra Panggabean, Aspek Finansial Pendidikan Islam, Jurnal Ilmiah Al-Hadi, Vol.
5 No. 2, Januari-Juni 2020, h.51.
9
Rusdiana, Manajemen Pembiayaan Pendidikan: Filosofi, Konsep, dan Aplikasi,
(Bandung: Pusat Penelitian Penerbitan UIN SGD Bandung, 2019), h. 119.
10
Sudarmono, Lias Hasibuan, dan Kasful Anwar Us, Pembiayaan Pendidikan, Jurnal
Manajemen Pendidikan dan Ilmu Sosial, Vol. 2 No. 1, Januari 2021, h. 274.
11
Ibid., 273.
7
Permendikbud Nomor 8 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis
Bantuan Operasional Sekolah Reguler disebutkan bahwa:12
1) Besaran alokasi dana BOS Reguler yang diberikan kepada
sekolah penerima dihitung berdasarkan besaran satuan biaya
dikalikan dengan jumlah peserta didik
2) Satuan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai
berikut:
a) Rp. 900.000,00 (Sembilan ratus ribu rupiah) per satu
orang peserta didik SD setiap satu tahun
b) Rp. 1.100.000,00 (satu juta serratus ribu rupiah) per satu
orang peserta didik SMP setiap satu tahun
c) Rp. 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) per satu
orang peserta didik SMA setiap satu tahun
d) Rp. 1.600.000,00 (satu juta enam ratus ribu rupiah) per
satu orang peserta didik setiap satu tahun; dan
e) Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) per satu orang peserta
didik SDLB, SMPLB, SMALB, dan SLB setiap satu
tahun
3) Jumlah peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat satu (1)
berdasarkan data jumlah peserta didik yang memiliki NISN
pada dapodik
b. Dana BSM
Dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) adalah wujud
kepedulian dari pemerintah terhadap siswa miskin yang bertujuan
untuk mencegah siswa miskin dari kemungkinan putus sekolah
akibat kesulitan biaya pendidikan.
3. Orang Tua/Wali Siswa
Sekolah juga memperoleh pembiayaan pendidikan dari orang
tua/wali siswa atau infak dan SPP. Jenis-jenis pengeluaran orang
tua/wali untuk pendidikan, yaitu:
a. Uang pangkal
b. Uang sekolah bulanan /SPP
c. Biaya Ulangan Tengah Semester dan Akhir Semester
d. Biaya kegiatan ekstrakurikuler
e. Biaya kegiatan praktikum
f. Pembelian buku pelajaran/LKS
g. Pembelian pakaian seragam sekolah
h. Biaya karyawisata
12
Ibid.
8
i. Sumbangan sosial
j. Biaya-biaya lainnya
4. Bantuan lain-lain
Bantuan lain-lain ini merupakan bantuan yang diterima oleh sekolah
dari berbagai pihak selain APBN dan APBD, dana penunjang
pendidikan, dana dari masyarakat, sumbangan dari pemerintah daerah
setempat. Bantuan ini asalnya bisa dari kerjasama sekolah sengan
instansi lain atau yang sejenis. Salah satunya adalah bantuan yang
asalnya dari luar negeri.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembiayaan pendidikan merupakan sumber keuangan yang
digunakan untuk menunjang efektivitas pengelolaan pendidikan.
Pembiayaan pendidikan ini berpotensi dalam menentukan kelancaran untuk
memprogram lembaga pendidikan. Biaya pendidikan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Dimana biaya langsung
ini bersumber dari anggaran sekolah, misalnya SPP, uang gedung, dan lain-
lain. Sedangkan, biaya tidak langsung merupakan biaya di luar angaran dari
sekolah.
sumber pembiayaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip
keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan. Dana penyelenggara pendidikan
berbasis masyarakat ini dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat,
pemerintah, pemerintah daerah dan bisa dari sumber lainnya yang tidak
bertentangan dengan peraturan UU yang berlaku.
Terdapat tiga metode pembiayaan pendidikan, pertama, metode
penetapan biaya pendidikan ini dengan menghitung jumlah biaya
pendidikan dari perkiraan pengeluaran dan secara keseluruhan. Kedua,
metode pengeluaran biaya atas keterangan yang diperoleh dari sumber-
sumber pembiayaan. Ketiga, metode penetapan biaya dengan perkiraan
pengeluaran berdasarkan laporan lembaga-lembaga pendidikan. Dimana
SP4 yang digunakan metode untuk penetapan metode ini.
Sumber-sumber pembiayaan pendidikan itu berasal dari dana
masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, orang tua/wali siswa, dan
bantuan lain-lain. Dimana bantuan lain-lain ini berasal dari berbagai pihak
selain APBN dan APBD, dana penunjang pendidikan, dana dari masyarakat,
sumbangan dari pemerintah daerah setempat. Bantuan ini bisa berasal dari
kerjasama sekolah dengan instansi lain.
10
DAFTAR PUSTAKA
Arwildayanto, Nina Lamatenggo, Warni Tune Sumar. Manajemen Keuangan Dan
Pembiayaan Pendidikan. IKPI JABAR, 2017
Dedi Supriadi. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. (Bandung: Remaja
Rosdakarya). 2004
Fahyuni, Eni Fariyatul. Buku Ajar Konsep Pembiayaan Pendidikan Islam.
(Universitas Muhammadiyah Sidoarjo: UMSIDA Press). 2020
Hadi Saputra Panggabean, Aspek Finansial Pendidikan Islam, Jurnal Ilmiah Al-
Hadi, Vol. 5 No. 2, Januari-Juni 2020
Muhammad Khatami Anwari, Ghina Sa’adah, dkk, Sumber dan Pengeluaran Biaya
Pendidikan, (Banjarmasin: UIN Antasari)
Sudarmono, Lias Hasibuan, dan Kasful Anwar Us, Pembiayaan Pendidikan, Jurnal
Manajemen Pendidikan dan Ilmu Sosial, Vol. 2 No. 1, Januari 2021
11