Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERENCANAAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN


Diajukan untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Perencanaan Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Iing Solihin, M.Pd.I

Disusun oleh:
Toni Yoga Ramadhan
120.202.0038

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-IHSAN


BALEENDAH
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya
kepada kami semua. Sehingga kami mampu menyelesaikan makalah Perencanaan
Pembiayaan Pendidikan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Makalah ini kami buat
dalam rangka memenuhi tugas makalah Perencanaan Pendidikan Islam dalam materi
Perencanaan Pembiayaan Pendidikan. Syukur Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan rencana.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan
syafa’at kelak di hari kiamat. Selanjutnya saya juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada Bapak Iing Solihin M.Pd.I selaku dosen pengampu Mata Kuliah Perencanaan
Pendidikan Islam yang telah membimbing saya dengan senang hati.
Penyusunan makalah ini tidak bertujuan untuk mengubah sudah ada. Namun,hanya
lebih mendekatkan pada materi atau membandingkan beberapa materi yang sama dari
berbagai referensi yang bisa memberi beberapa materi tambahan pada hal yang terkait dengan
Perencanaan Pendidikan Islam.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat dalam segala bentuk belajar
mengajar, Sehingga dapat mempermudah pencapaian tujuan pendidikan nasional. Namun
makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu saya mengharap kritik dan sarannya yang
akan menjadikan makalah ini lebih baik

Bandung, 03 Juni 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN PENULISAN 1
BAB II 2
PEMBAHASAN 2
A. Konsep Biaya Pendidikan 2
B. Sumber – Sumber Pembiayaan Pendidikan 7
C. Manajemen Pembiayaan Pada Sekolah 8
D. Rancangan Pembiayaan Pendidikan 16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perencanaan pembiayaan pendidikan adalah langkah penting yang harus


dilakukan untuk memastikan akses dan kelancaran pendidikan yang berkualitas.
Dalam perencanaan ini, individu atau keluarga perlu mempertimbangkan berbagai
faktor seperti biaya pendidikan, sumber daya keuangan yang tersedia, dan jangka
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pendidikan.

Pentingnya perencanaan pembiayaan pendidikan tidak hanya terkait dengan biaya


kuliah, tetapi juga meliputi biaya hidup sehari-hari, buku, perlengkapan, transportasi,
dan biaya lainnya. Dengan merencanakan dengan baik, individu atau keluarga dapat
mengidentifikasi sumber-sumber pendanaan yang mungkin, seperti tabungan,
beasiswa, pinjaman pendidikan, atau program bantuan keuangan.

Selain itu, perencanaan pembiayaan pendidikan juga melibatkan pemahaman


mengenai pengelolaan keuangan secara keseluruhan. Hal ini mencakup pengaturan
anggaran, pengelolaan utang, investasi, dan perlindungan keuangan jangka panjang.
Dengan merencanakan secara matang, individu atau keluarga dapat menghindari
kesulitan keuangan di masa depan dan memastikan kelancaran proses pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Konsep Biaya Pendidikan?
2. Apa saja Sumber Biaya Pendidikan?
3. Bagaimana Manajemen Biaya Pendidikan?
4. Bagaimana Rancangan Biaya Pendidikan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Agar mengetahui Konsep Biaya Pendidikan
2. Agar mengetahui apa saja Sumber Biaya Pendidikan
3. Agar mengetahui bagaimana Pengelolaan Biaya Pendidikan
4. Agar mengetahui bagaimana Rancangan Biaya Pendidikan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Biaya Pendidikan


1. Pengertian Pembiayaan Pendidikan
Secara bahasa biaya (cost) dapat diartikan pengeluaran, dalam istilah ekonomi,
biaya/pengeluaran dapat berupa uang atau bentuk moneter lainnya. Dan biaya
pendidikan menurut Supriadi (2000), merupakan salah satu komponen instrumental
(instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan (di
sekolah). Biaya dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis
pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk
uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan uang).
Nanang Fattah menambahkan biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung
(direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung terdiri dari
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan
belajar siswa seperti pembelian alat-alat pembelajaran, penyediaan sarana
pembelajaran, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan pemerintah, orang
tua maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang
hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang (opportunity
cost) yang dikorbankan oleh siswa selama belajar, contohnya, uang jajan siswa,
pembelian peralatan sekolah (pulpen, tas, buku tulis,dll).
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang
secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal
tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, yang
menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada
masyarakat dan pemerintah.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan
potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu
sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan
belajar-mengajar di sekolah bersama dengan komponen-komponen yang lain. Dengan
kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik itu disadari
maupun yang tidak disadari. Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola
2
sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Biaya pendidikan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain: besar kecilnya
sebuah institusi pendidikan, jumlah siswa, tingkat gaji guru atau dosen yang
disebabkan oleh bidang keahlian atau tingkat pendidikan, ratio siswa berbanding
guru/dosen, kualifikasi guru, tingkat pertumbuhan penduduk (khususnya di negara
berkembang), perubahan kebijakan dari penggajian/pendapatan (revenue theory of
cost).
Dalam menghitung biaya pendidikan ini, faktor input dan output dari
pendidikan serta proses yang ada didalamnya yang dikaitkan dengan program
pengurangan biaya dan peningkatan efisiensi, dapat dihitung menggunakan teknik
(cost analysis): 1) productifity measurement atau analisa cost-effectiveness atau 2)
analisis cost-benefit. Hasil perhitungan biaya pendidikan dapat mengevaluasi apakah
investasi tersebut menguntungkan atau tidak baik untuk individu tersebut (private rate
of return) ataupun untuk masyarakat secara luas (social rate of return).
Menurut Levin (1987) pembiayaan sekolah adalah proses dimana pendapatan
dan sumber daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan
mengoperasionalkan sekolah di berbagai wilayah geografis dan tingkat pendidikan
yang berbeda-beda. Pembiayaan sekolah ini berkaitan dengan bidang politik
pendidikan dan program pembiayaan pemerintah serta administrasi sekolah. Beberapa
istilah yang sering digunakan dalam pembiayaan sekolah, yakni school revenues,
school expenditures, capital dan current cost. Dalam pembiayaan sekolah tidak ada
pendekatan tunggal dan yang paling baik untuk pembiayaan semua sekolah karena
kondisi tiap sekolah berbeda.

Secara urnum pembiayaan pendidikan adalah sebuah kompleksitas, yang


didalamnya akan terdapat saling keterkaitan pada setiap komponennya, yang memiliki
rentang yang bersifat mikro (satuan pendidikan) hingga yang makro (nasional), yang
meliputi sumber-sumber pembiayaan pendidikan, sistem dan mekanisme
pengalokasiannya, efektivitas dan efisiensi dalam penggunaanya, akuntabilitas
hasilnya yang diukur dari perubahan-perubahan yang terjadi pada semua tataran,
khususnya lembaga pendidikan, dan permasalahan-permasalahan yang masih terkait
dengan pembiayaan pendidikan, sehingga diperlukan studi khusus untuk lebih spesifik
mengenal pembiayaan pendidikan ini.

3
Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh satu pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung dapat
menunjang keefektifan dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Sementara menurut Supriyono dalam Dinda (2019), biaya adalah pengorbanan
ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa. Secara bahasa, biaya dapat
diartikan sebagai pengeluaran, dalam istilah ekonomi biaya pengeluaran dapat berupa
uang atau bentuk moneter lainnya. Menurut Levin dalam Dinda, pembiayaan
pendidikan adalah proses dimana pendapatan dan sumber daya yang tersedia
digunakan untuk menyusun dan menjalankan lembaga pendidikan di berbagai wilayah
dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda.
Biaya pendidikan, menurut Supriyadi (2003), merupakan salah satu komponen
instrumental (instrumental-input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan (di sekolah). Biaya dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas,
yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan,
baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga. Menurut Nanang Fattah (2009)
biaya pendidikan merupakan jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk
berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru,
peningkatan profesional peralatan, pengadaan alat-alat dan buku pelajaran, alat tulis
kantor (ATK), kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan
supervisi pendidikan.
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pada Bab I Pasal 1 Ayat (10) dan Bab IX Pasal 62 Ayat (1) s/d (5) tentang ruang
lingkup standar pembiayaan. Ketentuan Umum tentang Standar Pembiayaan pada
Pasal 1 adalah mencakup standar yang mengatur komponen dan besarnya “biaya
operasi” satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting yang perlu
dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya
satuan per siswa (unit cost). Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan agregate biaya
pendidikan tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan
masyarakat yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan dalam satu tahun

4
pelajaran. Biaya satuan permurid merupakan ukuran yang menggambarkan seberapa
besar uang yang dialokasikan ke sekolah-sekolah secara efektif untuk kepentingan
murid dalam menempuh pendidikan.
B. Sumber – Sumber Pembiayaan Pendidikan
Dalam pengeluaran pembiyaan pendidikan, ada beberapa sumber sumber yang dapat
dialokasi pada pembiyaan pendidikan, di antaranya tergolong atas biaya yang
dikeluarkan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, biaya
yang dikeluarkan oleh masyarakat orang tua / wali siswa, biaya yang dikeluarkan oleh
masyarakat bukan orang tua / wali siswa, dan lembaga pendidikan itu sendiri. Untuk
biaya pada tingkat sekolah, berasal dari:
a. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Pembiayaan pendidikan nasional disusun dengan mengacu pada aturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia. Pemerintah kita menegaskan mengenai
pembiayaan pendidikan melalui Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pembiayaan pendidikan yang bersumber dari pemerintah pusat
dan pemerintah daerah, dengan ini pemeritah sudah mempunyai perundang undangan
dalam hal pembiyaan pendidikan nasional, bantuan tersebut berupa:
1) Dana BOS
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah dana yang dikeluarkan pemerintah
untuk kepentingan pendidikan yang bertujuan untuk mengurangi beban masyarakat,
khususnya masyarakat miskin yaitu yang dalam membiayai pendidikan kurang
memenuhi. Dana BOS merupakan program pemerintah berupa pemberian dana
langsung ke lembaga pendidikan baik Negeri maupun Swasta dimana besaran dana
bantuan yang diterima sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa masing-masing
sekolah dan satuan biaya (unit cost) bantuan. BOS memberikan dana untuk membantu
sekolah memenuhi biaya operasional sekolah. Sebagai wujud perhatian terhadap siswa
miskin atas pengalokasian dana bantuan operasional tersebut, sekolah diwajibkan untuk
membebaskan (fee waive) dan/atau membantu (discount fee) siswa miskin dari
kewajiban membayar iuran sekolah dan biaya-biaya untuk kegiatan ekstrakurikuler
siswa. Secara umum, Program BOS cenderung dilaksanakan sebagai subsidi umum.
Hal ini terjadi karena Program BOS memiliki cakupan yang luas dan merata, baik
dilihat dari jumlah sekolah maupun jumlah siswa. Sekolah yang menolak Program BOS
ini hanya sebagian kecil saja dan umumnya sekolah yang relatif kaya. Keputusan untuk

5
menolak Program BOS tersebut dilakukan secara sepihak oleh pengelola sekolah, tanpa
bermusyawarah dengan orangtua siswa.
Dalam Pasal 6 Permendikbud Nomor 8 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Sekolah Reguler disebutkan bahwa :
(1) Besaran alokasi dana BOS Reguler yang diberikan kepada Sekolah penerima
dihitung berdasarkan besaran satuan biaya dikalikan dengan jumlah Peserta Didik.
(2) Satuan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. Rp. 900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah) per 1 (satu) orang Peserta Didik SD
setiap 1 (satu) tahun;
b. Rp. 1.100.000,00 (satu juta seratus ribu rupiah) per 1 (satu) orang Peserta Didik SMP
setiap 1 (satu) tahun;
c. Rp. 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) per 1 (satu) orang Peserta Didik
SMA setiap 1 (satu) tahun;
d. Rp. 1.600.000,00 (satu juta enam ratus ribu rupiah) per 1 (satu) orang Peserta Didik
SMK setiap 1 (satu) tahun; dan
e. Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) per 1 (satu) orang Peserta Didik SDLB, SMPLB,
SMALB, dan SLB setiap 1 (satu) tahun.
(3) Jumlah Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan data jumlah
Peserta Didik yang memiliki NISN pada Dapodik.
2) Dana BSM
Dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap
siswa miskin. Tujuan pemberian dana ini adalah untuk mencegah siswa miskin dari
kemungkinan putus sekolah akibat kesulitan biaya pendidikan di sekolah dan juga
memberi peluang/kesempatan yang lebih besar kepada siswa miskin untuk terus
bersekolah hingga menyelesaikan pendidikannya. Sasaran pemberian bantuan dana
BSM ini dikhususkan bagi siswa yang kurang mampu/miskin saja.
b. Masyarakat
Sejalan dengan adanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sekolah dapat menggali
dan mencari sumber-sumber dana dari pihak masyarakat, baik secara perorangan
maupun secara lembaga, baik di dalam maupun di luar negeri, sejalan dengan semangat
globalisasi. Dana yang diperoleh dari berbagai sumber itu perlu digunakan untuk
kepentingan sekolah, khususnya kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien.

6
Sehubungan dengan itu, setiap perolehan dana, pengeluarannya harus didasarkan pada
kebutuhan-kebutuhan yang telah disesuaikan dengan rencana anggaran pembiayaan
sekolah (RAPBS).
c. Orang Tua/ Wali Siswa
Selain pembiayaan pendidikan yang bersumber dari pemerintah pusat atau pemerintah
daerah dan masyarakat, sekolah juga memperoleh pembiayaan pendidikan dari orang
tua / wali siswa atau yang biasa disebut dengan pengeluaran keluarga atau bisa disebut
dengan infak dan SPP bulanan. Pengeluaran keluarga untuk pendidikan dasar dan
menengah itu banyak sekali jenisnya. Berikut ini ditunjukkan komponen-komponen
biaya yang ditanggung oleh orang tua/wali siswa, meskipun tidak semua komponen
berlaku untuk semua sekolah, namun data ini mampu memberikan gambaran tentang
banyaknya pengeluaran orang tua siswa, bahkan untuk hal-hal yang menurut aturan
“tidak lagi dibenarkan” dipungut di sekolah.
Jenis-jenis pengeluaran orang tua/wali siswa untuk pendidikan antara lain: 1) Uang
Pangkal 2) Uang Sekolah Bulanan / SPP 3) Biaya Ulangan Tengah Semester 4) Biaya
Ulangan Akhir Semester 5) Biaya Kegiatan Ekstrakurikuler 6) Biaya Kegiatan
Praktikum 5
7) Pembelian Buku Pelajaran / LKS 8) Pembelian Pakaian Seragam Sekolah 9) Biaya
Karyawisata / Bina Mental / Retret 10) Sumbangan Sosial (APP dan AAP) 11) Biaya-
biaya
lainnya.
Peran serta orang tua / wali siswa dalam pendidikan bertujuan untuk ikut serta
memelihara, menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan pendidikan. Dengan
demikian terjalinya kerja sama yang baik antara orang tua murid/siswa dengan guru
agar terlaksananya pendidikan sesuai yang di harapkan (W.P. Ferdi. 2013)

C. MANAJEMEN PEMBIAYAAN PADA SEKOLAH


Berdasarkan undang - undang No. 20 tahun 2003 pasal 48 tentang Pengelolaan
dana Pendidikan menyatakan : bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada
prinsip keadilan,efesien, transparansi dan akuntabiltas.
Pembiayaan menurut Indra Bastian (2006:160) bahwa ditinjau dari sudut human
capital (modal manusia) sebagai unsur modal pendidikan diperhitungkan sendiri
sebagai faktor penentu keberhasilan seseorang, baik secara sosial maupun ekonomi.

7
Nilai pendidikan merupakan asset moral, dimana pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh dalam pendidikan dianggap sebagai upaya pengumpulan dana untuk
membiayai operasional dan pengembangan sektor pendidikan.
Tujuan pembiayaan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa biaya
pendidikan merupakan sebuah investasi yaitu tindakan untuk memperoleh nilai asset
yang dikuasai. Sekolah memiliki peran yang sangat sentral dan strategis dalam
pembangunan suatu bangsa karena disebabkan oleh dua hal yaitu pertama, lulusan
sekolah akan memposisikan diri atau diposisikan masyarakat sebagai kaum terpelajar,
baik dalam keluarga ataupun dimasyarakat; kedua, produk jasa sekolah dianggap
berperan dalam menentukan konsep kerakter bangsa.
Menurut R. Bowen (1981:1) in our thoroughly monetized, cost usually appear in
the form of expenditures of money. They are payments made to acquire goods and
services. For example, as consumers we refer to the costs of a new automobile as the
amount of money we must pay for it; producers of automobiles refer to cost as the
mount of money paid the thousands of workers, materials, and services needed to
produce automobiles.
Maksudnya bahwa biaya biasanya muncul dalam bentuk pengeluaran uang yaitu
pembayaran untuk mendapatkan barang dan jasa. Demikian juga halnya dalam biaya di
sekolah biasanya berupa bayaran uang untuk memperoleh sumber-sumber yang
dibutuhkan untuk opersionalisasi penyelenggaraan lembaga. Pengertian ini meliputi
pembayaran uang tunai untuk membayar gaji personel, pembelian barang dan jasa,
bantuan finansial siswa, dan akuisisi atau Jamaludin Imran, pemanfaatan seluruh
gedung dan perlengkapan lembaga (plan and equipment). Pembiayaan pendidikan
pada sekolah dapat dibedakan atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
Biaya investasi satuan pendidikan dimaksud di atas meliputi biaya penyediaan
sarana dan prasarana dan pengembangan sumberdaya manusia. Prinsip Manajemen
keuangan bukan hanya berkutat seputar pencatatan akuntansi. Dia merupakan bagian
penting dari manajemen program dan tidak boleh dipandang sebagai suatu aktivitas
tersendiri yang menjadi bagian pekerjaan orang keuangan. Manajemen keuangan
merupakan pemeliharaan suatu kendaraan. Apabila kita tidak memberinya bahan bakar
dan oli yang bagus serta service teratur, maka kendaraan tersebut tidak akan berfungsi
secara baik dan efisien. Lebih parah lagi, kendaraan tersebut dapat rusak ditengah jalan
dan gagal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam prakteknya, Manajemen
Keuangan Adalah tindakan yang diambil dalam rangka menjaga kesehatan keu-ngan

8
organisasi. Untuk itu, dalam membangun sistem manajemen keuangan yang baik
perlulah kita untuk mengidentifikasi prinsip prinsip manajemen keuangan yang baik.
Ada 7 prinsip dari manajemen keuangan yang harus diperhatikan.
1. Konsistensi (Consistency). Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi harus
konsisten dari waktu ke waktu. Ini tidak berarti bahwa sistem keuangan tidak boleh
disesuaikan apabila terjadi perubahan di organisasi. Pendekatan yang tidak konsisten
terhadap manajemen keuangan merupakan suatu tanda bahwa terdapat manipulasi di
pengelolaan keuangan.
2. Akuntabilitas (Accountability). Akuntabilitas adalah kewajiban moral atau hukum,
yang melekat pada individu, kelompok atau organisasi untuk menjelaskan
bagaimana dana, peralatan atau kewenangan yang diberikan pihak ketiga telah
digunakan. NGO mempunyai kewajiban secara operasional, moral dan hukum untuk
menjelaskan semua keputusan dan tindakan yang telah mereka ambil.
Organisasi harus dapat menjelaskan bagaimana dia menggunakan sumberdayanya
dan apa yang telah dia capai sebagai pertanggungjawaban kepada pemangku
kepentingan dan penerima manfaat. Semua pemangku kepentingan berhak untuk
mengetahui bagaimana dana dan kewenangan digunakan.
3. Transparansi (Transparency). Organisasi harus terbuka berkenaan dengan
pekerjaannya, menyediakan informasi berkaitan dengan rencana dan aktivitasnya
kepada para pemangku kepentingan. Termasuk didalamnya, menyiapkan laporan
keuangan yang akurat, lengkap dan tepat waktu serta dapat dengan mudah diakses
oleh pemangku kepentingan dan penerima manfaat. Apabila organisasi tidak
transparan, hal ini mengindikasikan ada sesuatu hal yang disembunyikan.
4. Kelangsungan Hidup (Viability). Agar keuangan terjaga, pengeluaran organisasi di
tingkat stratejik maupun operasional harus sejalan/disesuaikan dengan dana yang
diterima. Kelangsungan hidup (viability) merupakan suatu ukuran tingkat keamanan
dan keberlanjutan keuangan organisasi. Manager organisasi harus menyiapkan
sebuah rencana keuangan yang menunjukan bagaimana organisasi dapat
melaksanakan rencana stratejiknya dan memenuhi kebutuhan keuangannya.
5. Integritas (Integrity). Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, individu yang
terlibat harus mempunyai integritas yang baik. Selain itu, laporan dan catatan
keuangan juga harus dijaga integritasnya melalui kelengkapan dan keakuratan
pencatatan keuangan.

9
6. Pengelolaan (Stewardship). Organisasi harus dapat mengelola dengan baik dana yang
telah diperoleh dan menjamin bahwa dana tersebut digunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Secara praktek, organisasi dapat melakukan
pengelolaan keuangan dengan baik melalui : berhati-hati dalam perencanaan
stratejik, identifikasi resiko-resiko keuangan dan membuat system pengendalian dan
sistem keuangan yang sesuai dengan organisasi.
7. Standar Akuntansi (Accounting Standards). Sistem akuntansi dan keuangan yang
digunakan organisasi harus sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang
berlaku umum. Hal ini berarti bahwa setiap akuntan di seluruh dunia dapat mengerti
sistem yang digunakan organisasi
D. Rancangan Pembiayaan Pendidikan
Adapun konsep dasar pembiayaan pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Konsep Penganggaran. Dalam kegiatan umum keuangan, kegiatan pendidikan
meliputi tiga hal, yaitu: Budgeting (Penyusunan Anggaran), Accounting
(Pembukuan), Auditing (Pemeriksaan).
a. Budgeting (Penyusunan Anggaran). Penganggaran merupakan kegiatan atau
proses penyusunan anggaran (budget). Budget merupakan rencana operasional yang
dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai
pedoman dalam kurun waktu tertantu. Oleh karena itu, dalam anggaran tergambar
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga. Penyusunan
anggaran merupakan langkah-langkah positif untuk merealisasikan rencana yang
telah disusun. Kegiatan ini melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi. Pada
dasarnya, penyusunan anggaran merupakan negosiasi atau perundingan/ kesepakatan
antara puncak pimpinan dengan pimpinan di bawahnya dalam menentukan besarnya
alokasi biaya suatu penganggaran. Hasil akhir dari suatu negosiasi merupakan suatu
pernyataan tentang pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan dari setiap sumber
dana.
b. Accounting (Pembukuan). Pengurusan ini meliputi dua hal yaitu, pertama
mengurusi hal yang menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau
mengeluarkan uang. Pengurusan kedua menyangkut urusan tindak lanjut dari urusan
pertama yaitu, menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang. Pengurusan ini tidak
menyangkut kewenangan menentukan, tetapi hanya melaksanakan dan dikenal
dengan istilah pengurusan bendaharawan. Bendaharawan adalah orang atau badan
yang oleh Negara diserahi tugas menerima, menyimpan dan membayar, atau

10
menyerahkan uang atau surat-surat berharga dan barang-barang termasuk dalam
pasal 55 ICW (Indische Comptabiliteits Wet), sehingga dengan jabatan itu mereka
mempunyai kewajiban atau pertanggungjawaban apa yang menjadi urusannya
kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
c. Auditing (Pemeriksaan). Auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut
pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan
uang
Jadi dapat kita simpulkan bahwa pembiayaan pendidikan merupakan salah
satu sumber daya baik berupa uang, tenaga atau barang yang secara langsung dapat
menunjang efektivitas dan penerapan penyelenggaraan pengelolaan pendidikan.
Dalam perencanaan pembiayaan, terlebih dahulu harus memahami jenis-jenis
biaya dalam istilah pembiayaan. Jenis-jenis biaya tersebut yaitu:
1. Biaya langsung (direct cost)
merupakan biaya pendidikan yang diperoleh dan dibelanjakan oleh sekolah
sebagai suatu lembaga meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan proses
belajar mengajar, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang
dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua, maupun siswa sendiri.
2. Biaya tidak langsung (indirect cost)
merupakan keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya
kesempatan yang hilang yang dikorbankan oleh siswa selama belajar. Istilah lain
yang berkenaan dengan dua sisi anggaran yakni penerimaan dan pengeluaran.
Anggaran penerimaan merupakan pendapatan yang diperoleh rutin setiap tahun
oleh sekolah dari berbagai sumber resmi. Anggaran dasar pengeluaran Merupakan
jumlah uang yang dibelanjakan setiap akhir tahun untuk kepentingan pelaksanaan
pendidikan di sekolah. Berdasarkan sifatnya, pengeluaran dikelompokkan menjadi
dua, antara lain :
a. Pengeluaran yang bersifat rutin di sekolah misalnya pengeluaran pelaksanaan
pelajaran, pengeluaran tata usaha sekolah, pemeliharaan sarana/prasarana sekolah,
kesejahteraan pegawai, administrasi, pembinaan teknis edukatif, pendataan.
b. Pengeluaran yang bersifat tidak rutin/pembangunan. Contoh pengeluaran tidak
rutin : pembangunan gedung, pengadaan kendaraan dinas, dan lain sebagainya.
Dalam mengukur biaya pendidikan ada yang dinamakan sebagai total cost dan
unit cost. Total cost merupakan biaya pendidikan secara keseluruhan. Sedangkan
unit cost adalah biaya satuan per peserta didik. Untuk menentukan biaya satuan

11
terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan makro dan mikro. Pendekatan makro
mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah pengeluaran pendidikan yang
diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi jumlah murid. Sedangkan
pendekatan mikro berdasar pada alokasi pengeluaran per komponen pendidikan
yang digunakan peserta didik.
Untuk menyusun suatu perencanaan pembiayaan atau yang biasa disebut
dengan rencana anggaran, hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode
anggaran.
2. Mengidentifikasikan sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa, dan
barang.
3. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab uang pada dasarnya
merupakan pernyataan financial.
4. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan
dipergunakan oleh instansi tertentu.
5. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan pihak yang
berwenang.
6. Melakukan revisi usulan anggaran
7. Persetujuan revisi anggaran
8. Pengesahan anggaran
Penyusunan anggaran pembiayaan pendidikan. Manajemen keuangan selalu
berpatokan pada sistem penganggaran, sedangkan penganggaran merupakan proses
penyusunan anggaran (budgeting). Budget merupakan rencana operasional yang
dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai
pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam waktu tertentu. Oleh karena
itu, dalam penganggaran tergambar kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
suatu lembaga. Dalam melaksanakan kegiatan penganggaran perlu dilakukan dengan
baik dan bermusyawarah.
Merencanakan pada dasarnya menentukan kegiatan yang hendak dilakukan
pada masa depan. Kegiatan ini dimaksud untuk mengatur sumber daya agar hasil yang
dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan
dan sasaran yang hendak dicapai secara efektif dan efisien.
Suatu lembaga pendidikan sebagai produsen jasa pendidikan secara teoritis
menimbulkan konsep biaya yang sama dengan bidang-bidang aktivitas lainnya. Dana

12
atau biaya pendidikan merupakan faktor yang penting dalam menghasilkan siswa
yang berkualitas di suatu lembaga pendidikan (sekolah). Artinya lembaga pendidikan
tersebut memerlukan dana yang akan dipergunakan dalam berbagai keperluan, yaitu
untuk gaji tenaga kependidikan lainnya, gaji tenaga administrasi, biaya pengadaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana (ruang belajar, ruang laboratorium, perpustakaan,
gedung dan fasilitas lainnya) serta biaya penyelenggaraan pendidikan, perluasan dan
pengembangannya.
Penyusunan anggaran merupakan langkah-langah positif untuk merealisasikan
penggunaan pembiayaan. Kegiatan ini melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi.
Pada dasarnya, penyusunan anggaran merupakan negosiasi atau kesepakatan antara
pucuk pimpinan dengan bawahannya untuk menentukan besarnya alokasi biaya untuk
suatu penganggaran. Hasil akhir dari suatu negosiasi merupakan suatu pernyataan
tentang pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan dari sumber dana.
Dalam kaitannya dengan proses penyusunan anggaran ini, Lipham (1985)
mengungkapkan empat fase kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Merencanakan anggaran, yaitu kegiatan mengidentifikasi tujuan, menentukan
prioritas, menjabarkan tujuan ke dalam penampilan operasional yang dapat diukur,
menganalisis alternatif pencapaian tujuan dengan analisis cost-efectiveness, dan
membuat rekomendasi alternatif pendekatan untuk mencapai sasaran.
2. Mempersiapkan anggaran, yaitu menyesuaikan kegiatan dengan mekanisme
anggaran yang berlaku, bentuknya, distribusi, dan sasaran program pengajaran perlu
dirumuskan dengan jelas. Melakukkan inventarisasi kelengkapan peralatan dan
bahan-bahan yang telah tersedia.
3. Mengelola pelaksanaan anggaran, yaitu mempersiapkan pembukaan, melakukan
pembelanjaan dan membuat transaksi, membuatn perhitungan, mengawasi
pelaksanaan, sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku, serta membuat laporan dan
pertanggungjawaban keuangan.
4. Menilai pelaksanaan anggaran, yaitu menilai pelaksanaan proses belajar
mengajar, menilai bagaimana pencapaian sasaran program, serta membuat
rekomendasi untuk perbaikan anggaran yang akan datang.
Dalam penetapan anggaran pembiayaan pendidikan, meliputi azas-azas
sebagai berikut, yaitu:
1. Azas plafond, bahwa anggaran belanja yang boleh diminta tidak melebihi
jumlah tertinggi yang telah ditentukan,

13
2. Azas pengeluaran berdasarkan mata anggaran, artinya bahwa
pengeluaran pembelanjaan harus didasarkan atas nama anggaran yang telah
ditetapkan,
3. Azas tidak langsung, yaitu suatu ketentuan bahwa setiap penerima uang tidak
boleh digunakan secara langsung untuk sesuatu keperluan pengeluaran

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu pendidikan membutuhkan


biaya. Pembiayaan terhadap pendidikan harus dibayar lebih mahal karena pendidikan adalah
investasi. penyelenggaraan pendidikan di sekolah perlu biaya, perlu dana, paling tidak
14
memenuhi pembiayaan untuk memberikan standar pelayanan minimal. Biaya pendidikan
merupakan komponen sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Dapat dikatakan
bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya. Dalam konteks
perencaaan pendidikan, pemahaman tentang anatomi dan problematik pembiayaan pendidik
anamat diperlukan.
Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan melalui undang-undang berupa Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 dan ditetapkan pada tanggal 27 Maret
1989. Pada bab VIII pasal 33-36 dijelaskan mengenai sumber biaya pendidikan. Kategori
pembiayaan pendidikan terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, orang tua peserta
didik, kelompok masyarakat dan sumber lainnya seperti bantuan luar negri, pinjaman dari
Negara lainnya, pemberian block grant, hibah dari lembaga-lembaga asing ataupun bantuan
dalam negeri berbentuk yayasan dan swadana yayasan bakti sosial maupun yayasan.
Berdasarkan pemahaman ini dapat dikembangkan kebijakan pembiayaan pendidikan
yang lebih tepat dan adil serta mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan
yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

B. Saran
Pendidikan adalah tanggungjawab negara dan masyarakat, tanggungjawab kita
bersama, termasuk dalam hal pembiayaan. Peran serta masyarakat untuk menyokong biaya
pendidikan sangatlah penting diantaranya dengan menabung yang bermanfaat untuk
membiayai pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M.I. 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan. Mimbar
Pendidikan, No.1 Tahun x, 1991: 28-33.
AP Dosen. 2010. Manajemen Pendidikan. UNY Press: Yogyakarta.

15
Dedi Supriadi.2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Fattah, N. 2000. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Horngren, P. 1993. Pengantar Akutansi Manajemen Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
Idochi Anwar, Moch. 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan:
Teori, Konsep dan Isu. Bandung: Alfabeta.
Sukirman Hartati, dkk. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. UNY Press:
Yogyakarta.
Tim Pengelola BOS. 2009. Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah. Depdiknas: Dirjen
Dikdasmen.
Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Jakarta. Tamita Utama.

16

Anda mungkin juga menyukai