Pengelolaan Pendidikan
Disusun Oleh :
2019
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya yang melimpah sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengelolaaaan Pendidikan. Adapun judul dari makalah ini adalah “Pengelolaan Biaya
Pendidikan”.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah Pengelolaaaan Pendidikan. Makalah ini masih
jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Rencana Biaya
Pendidikan…………………………………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................................
Daftar pusaka..............................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah faktor penting untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Pendidikan juga merupakan sarana strategis guna peningkatan mutu sumber daya manusia baik dalam
pembangunan suatu bangsa maupun dalam tatanan global. Sumber daya manusia menjadi modal dasar
sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan materi merupakan faktor-faktor
produksi yang hanya dapat diaktifkan oleh sumber daya manusia. Pendidikan menurut Fattah (2012: 14)
menjelaskan bahwa, “pendidikan merupakan rumusan dari sebagai proses pengembangan dari latihan yang
mencakup aspek pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill), dan kepribadian (character), yang
diterapkan dalam suatu bentuk formula (persekolahan) kegiatan pendidikan mencakup proses dalam
menghasilkan (production) dan transfer (distribution) ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh individu atau
organisasi belajar (learning organization)”. Pendidikan berdasarkan definisi diatas mengandung pengertian
yang luas, karena pendidikan terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang terkait satu dengan yang lain.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang saling terkait antara unsur-unsur yang lain. Pengajaran,
pengetahuan, peserta didik serta media pengajaran dinamakan unsur-unsur pendidikan. Pendidikan
mempunyai pengertian yang luas dari pada pengajaran karena dalam pendidikan tidak hanya ditekankan
pada aspek intelektual saja tetapi mencakup proses 1 2 pembinaan kepribadian siswa secara menyeluruh.
Untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas dalam dunia pendidikan dibutuhkan proses latihan dan
pengembangan yang mencakup unsur pengetahuan, keterampilan dan kepribadian.
Tujuan Masalah
Dapat mengetahui konsep pengelolaan pendidikan dan mengetahui jenis – jenis pengelolaan biyaya
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
Teori hubungan biaya dengan output dikemukakan oleh John,Edgar dan Kern ( Ahmad Junaidi,
2012 : 97). Mereka mengemukakamn bahwa biaya dengan kuantitas derta kualitas pendidikan memiliki
ketertaitan.Dalam sistem sekolah, peningkatan enrollment 10% akan meningkatkan biaya mendekati
proporsi yang sama serta meingkatkan kualitas sebagai konsekuensi biaya,artinya bahwa biaya
memengaruhi kualitas pendidikan,hanya saja dapat juga tidak ada ketertaitan.
“Data on costs ar presented at three levels of aggregation” Mark Bray & R Murray Thomas
(1998:20). Maksudnya bahwa data biaya biaya dapat dipresentasikan pada tiga level kesatuan,yaitu:
Ada empat kategori yang dijadikan sebagai langkah dalam belanja pendidikan Mark Bray dan
R.Murray Thomas (1998 : 25) sebagai berikut:
a. Total and per student education spending,belanja pendidikan toal per siswa,artinya untuk keseluruhan
dan variasi tipe-tipe pendidikan dan level pendidikan
b. The size of government budgets fpr education ukuran anggaran pendidikan pemerintah, artinya
bagaimana dana ini di alokasikan pada variasi tipe tipe pemndidikan dan level pendidikan.Informasi
ini berguna dalam memvonis ketepatan arus proses anggaran dan alokasi dana.
c. The size of ofter sources of funds for education and the effects of those sources on total and in-school
spending, ukuran sumber-sumber pendanaaan lain untuk pendidikan dan pengaruhnya sumber sumber
ini pada total belanja sekolah, pentingnya informasi ini digunakan untuk mengidentifikasi jumlah dan
hasil dari sumber sumber mobilisasi.
d. Amount and types of in school spending,jumlah dan tipe-tipe dari belanja sekolah, erfungsi sebagai
indicator hasil dan efisiensi keuangan pendidikan di level sekolah.
SIswa yang di bantu biaya pendidikannya adalah dari Negara,sebagaimana dalam konsep yang di
kemukakan oleh Muhammad Fakry Gaffar dan tim dosen Adpen (2010:10) menyatakan bahwa
educational benefit (keuangan pendidikan) mencakup sebagai berikut : (1) Educational benefit adalah
hasil investmen in-education jangka panjang, (2) benefit ada yang bersifat private artinya diterima
oleh peserta ddik sendiri,dan ada pula yang bersifat kemasyrakatan artinya masyarakat banyak juga
menirima hasil pendidikan itu dalam berbagai bentuk (3) educational benefit dapat di ukur walaupu
tidak semua aspek dan (4) educational benefit ini berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi.
NPV didefinisikan sebagi nilai dari proyek yang bersangkutan yang diperoleh berdasarkan selisi
antara cash flow yang di hasilkan terhdap investasi yang di keluarkan. NPV yang di anggap layak adalah
NPV yang bernilai positif.NPV bernilai positif mengindifikasikan cah flow yang di hasilkan melebihi
jumlah yang di investasikan.
2 3 2
1+r (1+r ) (1+r ) ( 1+ r )
Dimana : Bo - C 0 merupakan manfaat bersih di awal investasi tertentu
a. Perhitungan IROR
Analisa cost benefit pendidikan sering dalam bentuk perhitungan IROR untuk setip proyeknya
dimna tingkat bunga membuat NPV dari sebuah proyek sama dengan nol, tingkat bunga ini sama dengan
PV dari biaya dengan PV dari benefit (earing). IROR ini daoat dikomparasi dengan alternative tingkat
bunga yang di hasilkan dari investasi lain misalnya dari investasi beberapa modal dala bentuk
fisik.Dengan kaa lain IROR sama dengan I atau tingkat dua .
T
Bt T
Ct
∑( t –∑ t =0
t −0 1+i ) t −0 (1+i)
Dimana T adalah total umur dari proyek ∑ jumlah dari biaya dan manfaat
I adalah tingkat discount dimna menyamakan jumlah dari semua biaya dan semua benefit.
Dibeberapa kasus di tingkat pendidikan lebih tinggi, mengacu pada periode pendidikan liberal pada level
dibawah pendidikan tinggi, pada kasus lain misalnya, di negara-negara Amerika Latin pendidikan tinggi
mengacu pada tingkat training professional. Tidak dengan berdiri pada batasan batasan dan bukan
pertandingan -pertandingan kasar yang dapat dibuat secara general. Format berikut dijelaskan oleh Blaug
(1970)dan Psacharopoulos (1973) menyatakan.
1. IROR menurun dikarenakan level pendidikan; rata-rata tingkat sosial untuk pendidikan dasar adalah
19.4% (tidak termasuk rate yang dilaporkan tidak terbatas), untuk menengah 13.5% , dan pendidikan
tinggi 11.3%. Tingkat bisnis juga menurunkan oleh tingkat pendidikan dalam masalah pendidikan dasar
dan menengah (23.7% dan 16.3% secara turut berturut -turut.
2.Angka sosial pada pendidikan menengah pertama dan menengah atas dilaporkan lebih tinggi dari
pencapaian investasi alternative dalam modal fisik.
3. Pada saat harga layal untuk sarjana, Magister maupun Doctor, dalam rangking S>doctor>M. A, bukti
dari tingkat kembalian dari area yang berbeda dari tingkat pendidikan tinggi hampir tidak berbeda, dan
tidak bisa dibuat generalisasi.
B. Cost Effectiveness
Teknik analisis efektivitas biaya dapat digambarkan oleh contoh sederhana berikut. Misalnya ada dua
metode alternatif yang tersedia untuk mengajar keaksaraan orang dewasa pada masyarakat pedesaan.
Metode tersebut adalah sebuah program yang dilaksanakan selama enam bulan dengan biaya $ 100 per
peserta. Menurut pengalaman sebelumnya dengan kegiatan serupa, A memiliki tingkat keberhasilan 90
persen. Keberhasilan tersebut diukur dengan proporsi peserta yang lulus ujian keaksaraan di akhir
kegiatan. Metode B adalah program yang di percepat menjadi tiga bulan dengan biaya $40 per peserta,
tetapi hanya memiliki tingkat keberhasilan 50 persen. Kementerian pendidikan telah mengalokasikan
anggaran sebepsar $10.000 untuk program keaksaraan orang dewasa di masyarakat.Lima ratus orang
dewasa yang diyakini membutuhkan pelatihan keaksaraan.Masing-masin tujuan harua didefinisikan
secara jelas,dan masing-masing akan membutuhkan analisis efektivitas biaya terpisah. Secara umum
analisis keefektifan biaya adalah teknik yang berguna untuk evaluasi kegiatan selama kita tahu apa yang
ingin kita capai, atau apa yang diizinkan untuk dibelanjakan.
C. Auditing
Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh tingkat keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keungan itu telah terbebas
dari kesalahan penyajian yang materil baik disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.
Karena sifat bukti audit san berbagai karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh
tingkat keyakinan walaupun tidak mutlak bahwa kesalahan penyajian yang materi dapat
dideteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan Audit guna
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa kesalahan penyajian baik disebabkan oleh
kekeliruan maupun oleh kecurangan yang tidak materil terhadap laporan keungan dapat dideteksi
(Alvin A. Arens et al, 2003:202-203).
Kekeliruan (error) adalah kesalahan penyajian atas laporan keuangan yang tidak sengaja,
sementara kecurangan (fraud) merpakan penyajian yang disengaja. Dalam kecurangan ini dapat
dibedakan penggelapan aktiva (misaapropriation of assets) atau defalkasi kecurangan karyawan,
dengan kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting) atau kecurangan
manajemen.
Tindakan illegal didefinisikan sebagai berbagai pelanggaran hukum atau terdapat peraturan
peraturan pemerintah selain kecurangan. Dalam tindakan ilegal ini terdapat dua pengaruh, yaitu;
(1) tindakan tindakan illegal yang berpengaruh langsung, tanggung jawab auditor atas berbagai
tindakan illegal yang berefek langsung ini adalah sama dengan tanggungjawab auditor atas
kekeliruan dan kecurangan, namun pelaksanaan audit umumnya mengevaluasi apakah terdapat
bukti-bukti yang mebgindikasikan pelanggaran atas undang-undang yang bernilai materi atau
tidak dan (2) tindakan-tindakan illegal yang berpengaruh langsung, biasanya dalam tindakan inu
harus membayar sejumlah denda atau sangsi.
Dalam tujuan audit, auditor perlu mengetahui audit yang berkait dengan transaksi, yaitu: (1)
keberadaan, berbagai transaksi yang tercatat memang terjadi (2) kelengkapan,berbgai transaks
yang terjadi telah di catat, (3) akurasi,berbagai transaksi yang tercatat telah dinyatakan dalam
nilai yang benar (4) klasifikasi, berbagai transaksi yang tercatat dalam jurnal-jurnal klieen telah
di klasifikasikan secara tepat (5) timing ,berbagai transaksi dicatat pada tanggal yang benar dan
(6) posting dan pengikhtisaran, berbagai transaksi tercatat dengab tepat telah di cantumkan pada
master file serta telah di ikhtisarkab dengan benar.
D. Biaya Pendidikan
Perbedaan antara keduanya dapat dibedakan sebagai berikut, Capital cost dapat di
asosiasikan dengan bertahan lama input pendidikan dan fakta-fakta kegunaan tanah dan tempat
bangunan, perabot rumah tangga, dan perlengkapan perlengkapan yang memberikan pelayanan
dalam keuangan satu tahun. Sedangkan recurrent costs, melibatkan pelayanan dan persediaan
dapat dikonsumsi dalam perhitungan satu tahun. Capital costs berfokus keuangan dalam satu
tahun. Sedangkan recuren costs berfokus pada perhitungan satu tahun.
Konsep ini menjelaskan tentang biaya fisik pada pendidikan berkaitan dengan, yaitu: (1)
biaya kebutuhan perbaikan dan biaya pemeliharaan tempat fasilitas-fasilitas yang ada dalam
kondisi yang baik. (2) memodifikasi dan memerhatikan fasilitas-fasilitas dan peralatan yang ada
untuk mendukung perubahan kualitatif di dalam proses dan program pendidikan (seperti
mengenalkan pengajaran televisi, tim mengajar, dan fasilitas laboratorium).dan (3) prioritas
utama perhatian dengan kapasitas yang ada di dalam mengakomodasikan perintah-perintah
kepada siswa (salah satu institusi yangbesar pada beberapa persamaan tempat, atau membangun
dalam fasilitas yang baru).
Fungsi dan tujuan pembiayaan pendidikan dalam kerangka desentralisasi dan otonomi
pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan
penyelenggaraan urusan pendidikan Seperti ditetapkan dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, sektor pendidikan adalah salah satu yang menjadi urusan wajib
pemerintah daerah. Depdiknas akan membantu provinsi dan kabupaten/kota dalam pembiayaan
pembangunan sektor pendidikan melalui pola pendanaan DAK, dekonsentrasi, tugas perbantuan
dan pembiayaan bersama untuk mengatasi kekurangan kemampuan pembiayaan bagi sektor
pembangunan pendidikan, sampai tercapainya kondisi pemerintah daerah mampu memenuhi
kebutuhan pembiayaan pendidikan sesuai standar nasional pendidikan melalui peningkatan PAD,
dan/atau peningkatan alokasi DAU.
C. Insentif dan Disinsentif bagi Peningkatan Akses, Mutu, dan Tata Kelola.
Pembiayaan pendidikan harus mampu menjadi insentif dan disinsentif bagi upaya
peningkatan akses, mutu, dan tata kelola. Kapasitas pemerintah daerah dan satuan pendidikan
dalam mengelola sumber-sumber daya pendidikan sangat menentukan keberhasilan peningkatan
akses, mutu, dan tata kelola. Fungsi insentif dan disinsentif bagi peningkatan akses, mutu, dan
tata kelola akan dilakukan oleh pemerintah pusat untuk mendorong tumbuhnya prakarsa,
kreativitas, dan aktivitas pemerintah daerah dan satuan pendidikan dalam meningkatkan mutu,
dan tata kelola. Insentif dan disinsentif diberikan dalam bentuk hibah (block grant)
berdasarkan kriteria peningkatan akses, mutu, dan tata kelola pendidikan dengan menggunakan
indikator-indikator yang mengacu pada standar nasional pendidikan.
Sesuai fungsi dan tujuan utama pembiayaan pendidikan serta komitmen pemerintah yang
dituangkan dalam RPJM 2010-2014, prioritas pembiayaan pendidikan diberikan pada upaya
untuk:
a. Memenuhi kebutuhan pendidikan pada daerah miskin, daerah terpencil. daerah perbatasan,
dan daerah yang terkena konflik dan bencana alam; serta kelompok/masyarakat termarginalkan
dan pendidikan inklusif;
b. Memperkuat pelaksanaan desentralisasi penyelenggaraan pendidikan pada tingkat
kabupaten/kota dengan kemampuan fiskal yang rendah;
c. Pemberdayaan satuan pendidikan yang belum menenuhi standar nasional pendidikan;
d. Pemberdayaan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan
melalui perangkat organisasi komite sekolah/madrasah dan dewan pendidikan serta;
e. Melaksanakan komitmen internasional di bidang pendidikan dalam kerangka mencapai tujuan
pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG), pendidikan untuk semua
(Education For All EFA), dan pengarusutamaan gender serta program lainnya.
Rencana pembiayaan yang akan dijelaskan dalam bagian ini mencakup pendanaan
pendidikan nasional untuk pembiayaan pembangunan pendidikan baik secara keseluruhan
maupun hanya pada Depdiknas serta pembiayaan program prioritas Depdiknas sesuai dengan
RPJM. Skenario pendana pendidikan nasional untuk pembiayaan pembangunan pendidikan serta
untuk memenuhi amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat (4) menggunakan APBN dan sesuai dengan
RPJMN 2004-2009.
N
o Jenjang Pendidikan Negeri Swasta
1 SD 8.079 9.724
2 MI 10.198 6.682
3 SMP 10.682 9.828
4 MTs 12.002 7.587
5 SMA 13.220 11.505
6 MA 13.203 10.348
7 SMK 11.154 11.505
Sumber: sosialisasi kurikulum 2013
Perhitungan biaya investasi didasarkan pada kebutuhan biaya untuk pengadaan lahan,
sarana dan prasarana, serta pengembangan sumber daya manusia. Seperti telah disinggung di
depan, baik biaya operasional maupun biaya investasi dihitung sesuai dengan komitmen
pemerintah untuk mengupayakan pencapaian Standar Nasional Pendidikan. Hal ini berarti
proyeksi pembiayaan telah memperhitungkan optimalisasi penggunaan dana pemerintah dan
kontribusi masyarakat yang berorientasi pada peningkatan kualitas manajemen, termasuk
proporsi kontribusi masyarakat/pemerintah (non-government/government shares) yang makin
tinggi pada jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (post-basic education). Proyeksi
juga memperhitungkan pengaruh variabel ekonomi makro.
Tabel 10.4 menampilkan skenario kemungkinan pemenuhan kekurangan dana yang dapat
dipenuhi oleh masyarakat dan bantuan luar negeri atau donar tahun 2005-2009. Nomor 1 adalah
total kebutuhan Pembiayaan di bawah Depdiknas; Nomor 2 merupakan perkiraan anggaran
Depdiknas yang telah disepakati antara pemerintah dan DPR; Nomor 3 adalah kekurangan
kebutuhan dana, setelah dikurangi hasil anggaran kesepakatan antara Pemerintah dan DPR;
Nomor 4 merupakan asumsi Besarnya pemenuhan oleh donor luar negeri, sebesar 5% dari total
kebutuhan pembiayaan 2005-2009 di bawah Depdiknas; Nomor 5 adalah perkiraan besarnya
dana kontribusi masyarakat pendidikan menengah dan tinggi (post-basic education). Nomor 6
penjumlahan dari perkiraan donor luar negeri (Nomor 4), dan kontribusi dana masyarakat
(Nomor 5).
Tabel 10.4 Perkiraan Jumlah Kekurangan Dana yang Mungkin dapat dipenuhi oleh Masyarakat
dan Bantuan luar Negeri (Donor) 2005-2009
No Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009
1 Total Kebutuhan Pembiyayaan di Bawah 108,30 122,70 138,70 263,20 183,40
Depdiknas
2 Anggaran Depdiknas 34,23 45,45 61,40 80,16 101,87
3 Kekurangan Kebutuhan 74,07 77,25 77,30 83,04 81,53
4 Perkiraan Donor Luar Negri 5,415 6,135 6,935 8,16 9,17
5 Kontribusi Msyarakat 43,10 49,10 55,50 62,40 70,00
6 Jumlah 4 dan 5 48,52 55,24 62,44 70,56 79,17
Kekurangan (fiscal Gap) 25,56 22,02 14,87 12,48 2,36
Dari jumlah pada nomor 6 (jumlah perkiraan kontribusi donor luar negeri dan kontribusi
masyarakat), diperoleh kekurangan dana (fiscalgap) berturut-turut sebesar (dalam Rupiah) 25,56
triliun (2005): 22.02 triliun (2006): 14,87 triliun (2007): 12,48 triliun (2008); dan 2,36 triliun
(2009). Sejalan dengan meningkatnya kemampuan keuangan dari berbagai sumber itu, fiscal gap
juga makin membaik walaupun sampai dengan tahun 2009 jumlahnya masih 2.36 triliun rupiah.
Beberapa alternatif untuk menutup kekurangan dana ialah dengan mengupayakan peningkatan
sumber pendanaan dari pemerintah daerah, partisipasi pendanaan yang makin besar dari
masyarakat, atau meningkatkan bantuan luar negeri (donor).