Anda di halaman 1dari 21

PELAKSANAAN ANGGARAN PENDIDIKAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan
Pendidikan Islam

Dosen pengampu : Siska Yulia Weny, M.Ak.

Disusun oleh:

Maulia Sheila Prianti (22205040)

Puspita Amalia (22205049)

Muhammad Inggar Dwi K. (22205050)

Devy Putri Permata Sari (22205080)

Nurliana Wulan Sari (22205091)

KELAS C

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI 2023


KATA PENGANTAR

Bismillah hirrohman nirrohim.

Pertama, kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha ESA.
yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kedua, rahmat ta’dim dan salam bahagia Allah
senantiasa tercurahlimpahkan pada junjungan kita Nabi Agung Muhammad
SAW., yang telah memberikan petunjuk dari zaman jahiliyah hingga zaman
Ialamiyah. Ketiga, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini yang tidak dapat kami tulis satu
persatu. Khususnya saya mengucapkan terimakasih kepada Siska Yulia Weny,
M.Ak. selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Keuangan Pendidikan
Islam yang senantiasa memberikan arahan kepada kami.

Kami berharap semoga makalah ini senantiasa memberikan wawasan


keilmuan kepada setiap orang yang membacanya. Kami pun telah berusaha
semaksimal mungkin dalm penyusunana makalah ini, meskipun makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
sangat kami butuhkan untuk perbaikan ke depan.

Kediri, 1 November 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang 3

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN 5

A. Pengertian Anggaran Pendidikan 5


B. Penentuan Skala Prioritas Kebijakan Penganggaran Pendidikan 7
C. Sistem Dan Mekanisme Anggaran Pendidikan 10
D. Penyusunan Program Kerja Pelaksanaan Anggaran Pendidikan 13
E. Penentuan Alokasi Anggaran Pendidikan 15

BAB III PENUTUP 18

A. Kesimpulan 18

B. Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lembaga Pendidikan adalah suatu badan yang berusaha mengelola
dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan social, kebudayaan, keagamaan,
penelitian keterampilan dan keahlian, yaitu dalam hal Pendidikan
intelektual, spiritual, serta keahlian/keterampilan. Sebagai tempat atau
wadah di mana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan
sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam
memanfaatkan sumber daya, sarana prasarana, data, dsb yang digunakan
secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan Pendidikan formal.
Sekolah menjadi produsen penghasil individu yang berkemampuan secara
intelektual dan skil. Sekolah merupakan lingkungan Pendidikan formal,
sekaligus membentuk kepribadian anak didik yang tujuannya untuk
mencapai 3 faktor yaitu aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Salah satu
aspek yang penting untuk mencetak peserta didik adalah aspek keuangan.
Pengelolaan keuangan suatu Lembaga Pendidikan sangat penting dalam
pelaksanaan kegiatan Lembaga Pendidikan. ada beragam sumber dana
yang dikelola oleh sekolah, baik dari pemerintah yang berupa dana BOS
maupun dari dana dari Masyarakat yang berupa iuran SPP.1
Kepala Lembaga pendidikan memiliki tanggungjawab penuh
terhadap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban
keuangan Lembaga Pendidikan (Mulyasa: 2005:190), (Masditou 2017).
Dana Pendidikan di Lembaga Pendidikan direncanakan dan dialokasikan
secara baik dan tepat sesuai kebutuhan dan dimanfaatkan secara optimal
sesuai tujuan Pendidikan. dana Pendidikan juga harus diorganisir secara
baik dan tepat sasaran. Dalam pelaksanaan manajemen pembiayaan
Pendidikan di Lembaga Pendidikan, Lembaga Pendidikan harus dapat
melakukan pengelolaan dan pengalokasian dana Pendidikan yang berasal

1
Etty Andiawati. Pengelolaan Keuangan Lembaga Pendidikan/Sekolah. Surakarta:UNS Surakarta
3
dari berbagai sumber untuk membiayai Pendidikan secara tepat sehingga
tidak ada dana yang pengalokasiannya menimbulkan terjadinya
ketidakadilan.2

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan rumusan masalah tersebut muncul beberapa rumusan


masalah diantaranya :
1. Bagaimana pengertian anggaran pendidikan?
2. Bagaimana menentukan skala prioritas kebijakan penganggaran
dalam pendidikan?
3. Bagaimana system dan mekanisme anggaran dalam pendidikan?
4. Bagaimana penyusunan program kerja pelaksanaan anggaran
pendidikan?
5. Bagaimana Penentuan alokasi anggaran Pendidikan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami makna dari anggaran dalam
pendidikan.
2. Untuk mengetahui dan memahami skala prioritas kebijakan
pengaggaran dalam pendidikan.
3. Untuk mengetahui dan memahami system dan mekanisme
anggaran dalam pendidikan.
4. Untuk mengetahui dan memahami penyusunan program kerja
pelaksanaan anggaran pendidikan.
5. Untuk mengetahui dan memahami penentuan alokasi anggaran
pendidikan dan menyusun anggaran pendapatan.

2
Mujayaroh. 2020. Pengelolaan dan Pengalokasian Dana Pendidikan di Lembaga Pendidikan.
Arfannur: Journal of Islamic Education. Vol 1 No 1, hlm 42-43
4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anggaran Pendidikan

Anggaran adalah rencana kerja organisasi di masa mendatang yang


diwujudkan dalam bentuj kuantitatif, formal, dan sistematis. Anggaran
selain sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian manajemen, juga
merupakan alat bantu bagi manajemen dalam mengarahkan suatu
organisasi dalam posisi yang kuat atau lemah. Anggaran Pendidikan
adalah alokasi anggaran pada fungsi Pendidikan yang dianggarkan melalui
kementrian negara/Lembaga dan alokasi anggaran Pendidikan melalui
transfer ke daerah, termasuk gaji pendidik.3
Pengertian anggaran Pendidikan menurut UU No 2 Thn 2010
Tentang Perubaahan Atas Undang-Undang No 47 Thn 2009 Tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 Pasal 1
Angka 1 ke-42 bahwa: “anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaran
pada fungsi Pendidikan yang dianggarkan melalui kementrian
negara/Lembaga, alokasi anggaran Pendidikan melalui transfer ke daerah,
dan alokasi anggaran Pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan,
termasuk gaji pendidik, tetapi tidak termasuk anggaran Pendidikan
kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan Pendidikan yang menjadi
tanggung jawab pemerintah”
Anggaran Pendidikan memiliki banyak fungsi, di anatranya
sebagai alat untuk perencanaan, pengendalian dan juga alat bantu bagi
manajemen dalam mengarahkan suatu Lembaga Pendidikan dalam posisi
yang kuat atau lemah (Nanang Fattah, 20023:49). Fungsi anggaran
Pendidikan di antaranya:
1. Perencanaan, fungsi ini dapat membantu unit kerja mengetahui
arah kebijakan yang akan dilaksanakan ke dedepannya sesuai

3
Umi Arifah. 2018. Kebijakan public dalam anggaran Pendidikan. journal Cakrawala IAINU
Kebumen program Studi manajemen Pendidikan Islam (MPI). Hlm 29-31
5
dengan ketersediaan anggaran.
2. Pengendalian, menghindari pengeluaran yang berlebihan
(pemborosan) serta dapat menghindari penggunaan anggaran
yang tidak proporsional, yakni tidak tepat guna, tidak efisien
dan tidak efektif sebagaimana mestinya dapat merugikan
proses layanan Pendidikan.
3. Alat koordinasi dan komunikasi, dokumen anggaran yang
konprehensif dapat mendeteksi dan mengkoordinir tugas apa
saja yang harus dijalankan oleh unit-unit kerja atau bagian-
bagian lainnya sehingga tidak ada tupoksi yang ganda atau
tidak ada urusan yang tidak terdistribusi dengan baik ke semua
lini dalam organisasi.
4. Alat penilaian kinerja, dapat dijadikan barometer setiap unit
apakah sudah bekerja sesuai target dan sasaran kerja atau tidak.
Hal ini disebabkan dalam penyusunan rencana kerja telah
disesuaikan dengan anggaran yang dibutuhkan, sehingga
efektif atau tidaknya pelaksanaan program terlihat dari
penyerapan atau belanja anggaran atau pemanfaatan anggaran
dalam menuntaskan kegiatan/program.
5. Alat efisien atau motivasi, anggaran Pendidikan dapat
meantang hal-hal yang realistis (masuk akal) untuk dikerjakan
secara efisien. Suatu anggaran hendaknya tidak terlalu tinggi
sehingga sulit untuk dibiayai atau dibelanjakan, akan tetapi
juga jangan terlalu rendah sehingga sulit dilaksanakan. Dengan
demikian, ketetapan anggaran dapat menjadi motivasi bagi
pegawai untuk bekerja karena didukung dengan anggaran yang
memadai (proposional).
Dengan berbagai fungsi anggaran Pendidikan yang sudah
disebutkan, maka pengelolaan Pendidikan dapat mengestimasi anggaran
yang dibutuhkan secara ideal, sehingga mudah untuk membelanjakan dan
mempertanggung jawabkan.4
4
Arwildayanto, dkk. 2017. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan. Jawa Barat:
Widya Padjadjaran. ISBN: 978-602-8323-96-3. Hlm 34
6
B. Penentuan Skala Prioritas Kebijakan Penganggaran Pendidikan
Untuk menentukan urutan prioritas terhadap program-program,
proyek-proyek, dan kegiatan-kegiatan Pembangunan Pendidikan, ada
beberapa Langkah yang harus dilakukan secara berurutan, yaitu:5
1. Memeriksa, merumuskan, dan menjebarkan permasalahan
Dalam mengkaji dan memeriksa Kembali suatu masalah, para
analisis harus merumuskan masalah dengan tepat, penyelesaian
masalah dilakukan dengan cara mundur ke kebelakang mealui
Langkah-langkah berikut:
a) Laksanakan analisis data yang berkaitan dengan suatu masalah
secara cermat.
b) Susun kriteria-kriteria terpilih untuk mengevaluasi alternatif
kebiajkan.
c) Pikirkan alternatif yang mungkin akan dipilih.
d) Rumuskan Kembali masalah itu sehingga dapat dikurangi
kerancuannya dan dapat dikontrol berdasarkan data dan informasi
yang ada
Rumusan masalah yang rancu dapat membingungkan dan
menyesatkan dalam Upaya mencari sebab-sebab timbulnya masalah
serta menemukan alternatif pemecahan masalah atau kebijakan yang
tepat.

2. Menyusun kriteria untuk menyeleksi prioritas


Untuk membandingkan, mengukur dan menyeleksi alternatif
kebijakan, perlu disuusn kriteria-kriteria evaluasi yang relevan.
Kriteria yang biasa dipakai di antaranya:
a) Kriteria biaya, digunakan untuk menilai alternatif mana di antara
alternatif-alternatif yang ada yang paling murah biayanya tetapi
tetap dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Alternatif
yang biayanya paling murah diberi skor (nilai) paling tinggi dan
semakin mahal biayanya diberi skor semakin rendah.
5
Matin. 2014. Manajemen Pembiayaan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada. ISBN : 978-979-769-714-3. Hlm 42-49
7
b) Kriteria nilai tambah, digunakan untuk menilai alternatif mana
yang di anatra alternatif-alternatif yang ada yang paling banyak
memberikan nilai tambah. Alternatif yang paling banyak
memberikan nilai tambah diberi skor tinggi. Semakin kecil nilai
tambah dari suatu alternatif mka semakin rendah skornya.
c) Kriteria efektivitas dan efesiensi, digunakan untuk menilai
alternatif mana di anatra sejumlah alternatif yang ada yang
memberikan hasil paling sesuai (hasil guna) dengan biaya dan
pengorbanan yang paling sedikit (efesien). Alternatif yang
menunjukkan hasil guna yang tertinggi diberi skor tinggi, semakin
rendah nilai hasil guna dari suatu alternatif maka semaki rendah
skornya.
d) Kriteria pemerataan dan keadilandigunakan untuk menilai
alternatif mana di antara alternatif-alternatif pemecahan masalah
yang ada yang memberikan manfaat secara merata dan adil.
Alternatif yang memberikan manfaat secara merata dan adil diberi
skor tinggi, semakin rendah kadar pemerataan dan keadilan dari
suatu alternatif maka semakin rendah pula skor yang diberikan.
e) Kriteria kemudahan administrasi, digunakan untuk mengukur
sejauh mana alternatif yang diusukkan dapat diimplementasikan
dengan lingkungan administrasi yang ada. apakah tersedia
personalia, apakah pegawai mau bekrja sama, apakah tersedia
fasilitas fisik yang dibutuhkan, dsb. Alternatif yang memiliki
kemudahan dalam hal administrasinya diberi skor tinggi. Semakin
sulit pelaksanaan administrasi dari suatu alternatif pemecahan
masalah maka skor yang diberikan semakin rendah.
f) Kriteria pemenuhan persyaratan hukum, digunakan untuk
mengukur sejauh mana alternatif yang diusulkan mendukung
pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Alternatif yang paling mendukung pelaksanaan peraturan
perundang-undangan yang berlaku diberi nilai tinggi. Semakin
kurang mendukung terhadap pelaksanaan peraturan perundang-

8
undangan, maka alternatif tersebut diberi nilai semakin rendah.
g) Kriteria waktu pelaksanaan, kriteria ini biasanya tidak berdiri
sendiri tetapi terkait dengan berbagai sumber daya lainnya seperti
manusia, dana, sarana dan prasarana, dll. Kriteria waktu digunakan
untuk mengukur sejauh mana alternatif yang diusulkan
membutuhkan ketersediaan waktu dalam pelaksanaannya. Semakin
singkat waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
alternatif akan semakin tinggi nilai yang diberikan, dan sebaliknya.
h) Kriteria social budaya, digunakan untuk mengukur sejauh mana
kemungkinan hasil akhir dari suatu alternatif yang diusulkan tidak
bertentangan dengan kondisi social dan budaya setempat.
i) Kriteria lingkungan sekitarnya, digunakan untuk menilai sejauh
mana alternatif yang diusulkan sesuai dengan kondisi lingkungan
fisik dan social.
j) Kriteria dukungan politik, digunakan untuk menialai suatu
alternatif dari kemungkinan hasil akhirnya dapat dietrima secara
politik.

3. Mengidentifikasi aternatif kebijaksanana untuk mencapai tujuan


pemecahan masalah
Seorang analisis harus memahami nilai-nilai, tujuan, dan target-
target yang ada pada pihak yang dilayani dan pihak yang terlibat.
Memahami apa yang dicari dan menentukan kriteria-kriteria relevan
yang terpilih akan membantu memudahkan mengidentifikasi alternatif
kebijakan yang tepat. Untuk keperluan ini, analisis dapat
mempertimbangkan beberapa pendekatan di antaranya:
a) Mulai dengan asumsi bahwa masalah yang dihadapi dapat di Atasi
dengan emengaruhi (mengubah, meningkatkan, menghilangkan)
hal-hal yang ada pengaruhnya terhadap system
b) Memilikirkan modifikasi terhadap system
c) Memikirkan system yang sama sekali baru
d) Kombinasi antara poin b dan c

9
4. Evaluasi alternatif dan penyusunan prioritas kebijakan
Setelah masalah dirumuskan dengannjelas, kriteria-kriteria yang
relevan dipilih dan alternatif pemecahan masalah ditemukan, maka
analisis dapat mengevaluasi alternatif pemecahan masalah
(kebijaksanaan) berdasarkan kriteria yang ada. berdasarkan hasil
evaluais alternatif kebijaksanaan, dapat disusun prioritas kebijaksanaan
yang akan diusulkan.6

C. System Dan Mekanisme Penganggaran Pendidikan


Sistem adalah sekelompok komponen dan elemen yang digabungkan
menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem berasal dari bahasa
Latin systema dan bahasa Yunani sustema adalah satu kesatuan yang
terdiri komponn atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu
tujuan. Sistem juga merupakan kesatuan bagian- bagian yang saling
berhubungan yang berada dalam satu wilayah serta memiliki item-item
penggerak. Menurut Jerry Fitz Gerald sistem adalah suatu jaringan kerja
dari prosedur yang saling berkaitan, berkumpul secara bersama-sama agar
dapat menjalankan suatu kejadian atau mencapai tujuan tertentu. Jadi
sistem adalah suatu aktifitas pelaksanaan dan penerapan suatu
pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya.
Pembiayaan pendidikan pada suatu lembaga biasa dikenal dengan
keuangan. Berkaitan dengan pembiayaan, maka sistem keuangan pada
penelitian ini adalah srangkaian aktifitas perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh lembaga pendidikan/
yayasan dalam rangka mengoptimalkan keuangan pada lembaga
pendidikan.
Secara teoritik mekanisme sistem keuangan pendidikan disusun
dengan tujuan agar operasioanlisasi pendidikan lebih terukur dan
mencapai aspek- aspek yang semestinya dibutuhkan. Adapun mekanisme
6
Matin. 2014. Manajemen Pembiayaan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada. ISBN : 978-979-769-714-3. Hlm 42-49
10
keuangan secara teoritis meliputi perencanaan finansial, pelaksanaan, dan
evaluasi. Sebagaimana menurut Jones yang dikutip oleh E Mulyasa
mengemukakan “Financial planning is called budgeting “merupakan
kegiatan koordinasi sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran
yang diinginkan secara sistmatis tanpa menyebabkan efek samping yang
merugikan. Implementation involves accounting (pelaksanaan anggaran)
ialah kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan
terjadi penyesuaian jika diperlukan. Evaluation involves merupakan proses
evaluasi terhadap pencapaian sasaran.7
Untuk dapat menyusun anggaran Pendidikan yang tepat, para
administrator dan manajer Pendidikan harus memahami dan menguasai
system penganggaran yang berlaku di suatu negara. Ada 6 sistem
penganggaran Pendidikan yang dikenal dan dianut oleh suatu negara,
yaitu:8
1. LIB (Line Item Budgeting), adalah system penganggaran Pendidikan
yang berorientasi kepada jenis barang yang diperlukan. Pengalokasian
anggaran Pendidikan dilakukan berdasarkan kepada barang-barang
yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan Pendidikan.
2. CAB (Capital Budgeting), adalah system penganggaran Pendidikan
yang berorientasi pada jangka waktu yang lama. Dalam CAB,
pengalokasian anggaran Pendidikan dilakukan dengan
memperhitungkan jumlah anggaran yang diperlukan untuk
perencanaan jangka Panjang.
3. PEB (Performance Budgeting), adalah system penganggaran
Pendidikan yang berorientasi selain pada jenis barang yang diperlukan,
dan pada jangka waktu yang lebih lama, juga berorientasi kepada
keluaran. Karena itu, pada system penganggaran ini, perumusan tujuan
umum maupun tujuan khusus dan kriteria pengukuran keluaran harus
jelas dan dapat diukur.
4. PROB (program budgeting), adalah system penganggaran Pendidikan
7
Hakikat Pembiayaan Pendidikan, “KAJIAN TEORI A . Sistem Pembiayaan Pendidikan,” 2015,
15–55.
8
Matin. 2014. Manajemen Pembiayaan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada. ISBN : 978-979-769-714-3. Hlm 55-76
11
yang dilaksanakan unruk menghindari terjadi duplikasi pelayanan pada
beberapa kegiatan yang dilaksanakan oelh unit yang berbeda. Dalam
system penganggaran ini, dibutuhkan koordinasi yang mantap untuk
mengurangi pemborosan dana.
5. PPBS (Planning Programing and Budgeting System), adalah system
penganggaran Pendidikan yang berorientasi kepada mutu keluaran, di
mana anggaran Pendidikan dialokasikan berdasarkan rencana dan
program Pendidikan yang diusulkan. System penganggaran ini hamper
sama dengan PEB, tetapi tujuan khusus pada PEB dirinsi lagi menjadi
kegiatan-kegiatan yang lebih operasional yang membentuk satu atau
beberapa rumpun kegiatan yang disebut proyek. Berdasarkan proyek-
proyek inilah biaya dialokasikan, digambarkan secara jelas tentang
kaitan antara rencana (tujuan umum), program (tujuan khusus), dan
kegiatan-kegiatan operasional yang akan dilakukan. Alokasi anggaran
disusun berdasarkan kepada kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
tersebut.
6. ZBB (Zero base budgeting), adalah system penganggaran Pendidikan
yang berorientasi kepada keterbatasan sumber dana. Karena dana
terbatas, maka dalam melakukan pengalokasian anggaran harus ada
penajaman prioritas baik mengenai program, kegiatan, maupun sasaran
yang ingin dicapai

Penggunaan system penganggaran oleh suatu negaea sangat


bergantung kepada kondisi dan situasi negara yang bersangkutan.indonesia
menerapkan system penganggaran Pendidikan dengan nama System
Perencanaan, Penyususnan Program dan Anggaran (SIPPA) atau Sistem
Perencanaan, Penyusunan Program dan Penganggaran (SP4) sebagai
modifikasi dari Planning programing Budgeting System (PPBS) yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi Indonesia. SIPPA/SP$
dilaksanakan untuk memudahkan proses pengambilan keputusan dalam
penatalaksanaan organisasi-organisasi besar dan rumit. Ada 4 mekanisme
penganggaran, di antaranya :

12
1. Mekanisme penentuan alokasi anggaran rutin,
2. Mekanisme penentuan alokasi anggaran pembangunan
3. Mekanisme alokasi anggaran SPP/DPP
4. Mekanisme alokasi anggaran Sumbangan BP3/POMG9

D. Penyusunan Program Kerja Pelaksanaan Anggaran Pendidikan


Program kerja sekolah merupakan sekumpulan rencana kerja
sekolah yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh
sekolah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta untuk memperoleh
alokasi anggaran, program kerja sekolah mengacu pada mutu sekolah
dimana penggunaan anggaran harus terealisasi sesuai dengan program
kerja yang telah dibuat.
Triwiyanto mengemukakan “program kerja sekolah dapat diartikan
sebagai sekumpulan rencana kerja sekolah yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah untuk mencapai sasaran dan
tujuan, serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang
dikordinasikan sekolah”.
Agus Riyanto mengemukakan “program kerja sekolah dapat
diartikan sebagai proses perencanaan terhadap semua hal yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan di suatu sekolah untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa program
kerja sekolah merupakan sekumpulan rencana kerja yang berisi satu atau
lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah untuk mencapai sasaran dan
tujuan secara efektif dan efisien dengan memperoleh alokasi anggaran. 10
Tiga aktvitas penting yang harus diperhatikan saat menyusun program
kerja pelaksanaan anggaran pendidikan, yaitu: (1) menganalisis kegiatan
dan sasaran pendidikan, (2) menganalisis dan menyusun jaringan kegiatan,
dan (3) menganalisis biaya pendidikan.
1. menganalisis kegiatan dan sasaran Pendidikan.

9
Matin. 2014. Manajemen Pembiayaan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada. ISBN : 978-979-769-714-3. Hlm 55-76
10
Amalia Yunia Rahmawati, “Program Kerja Sekolah,” no. July (2020): 1–23.
13
kegiatan ini merupakan penjabaran tugas dan fungsi suatu unit kerja
dalam rangka mencapai tujuan yang telah digariskan. Tujuan kegiatan
ini adalah agar kegiatan yang telah diprogramkan dapat dilaksanakan
sesuai dengan jumlah dana yang tersedia. Dan biasanya dana ini lebih
kecil dari pada dana yang di usulkan. Perencanaan pelaksanaan
anggaran merupakan kegiatan penyesuaian anggaran dengan
memperhatikan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku,
baik peraturan perundang-undangan pada anggaran rutin maupun pada
anggaran pembangunan.
2. menganalisis dan menyusun jaringan kegiatan.
Dalam hal ini diperlukan mengkaji setiap kegiatan yang ada, meneliti
aspek pendukung dan penghambatnya, menentukan prioritas dari
setiap aspek kegiatan serta menyusun jaringan kegiatan. Untuk
mencapai sasaran yang utuh, dengan mendayagunakan sumber dana
yang telah tersedia maka kegiatan yang akan dikerjakan harus disusun
dengan baik sehingga terlihat dengan jelas kegiatan mana yang
mendapatkan skala prioritas. Kegiatan yang membutuhkan waktu dan
biaya dibagi menjadi 2 yaitu:
a) kegiatan kritis, yaitu kegiatan yang memiliki jumlah waktu
terpanjang dalam urutan pelaksanaannya
b) kegiatan yang tidak kritis, yaitu kegiatan yang dalam
pengerjaannya memungkinkan adanya penundaan karena
membutuhkan waktu yang tidak lama.
3. Menganalisa biaya Pendidikan
Biaya Pendidikan akan efektif jika:
a) Data dan informasi yang tepat, baik berkaitan dengan jumlah
guru, siswa dll
b) Rasa memiliki, mencintai adalah bagian penting dalam rangka
menjaga eksistensi sebuah Lembaga
c) Tersedia sumber daya, sarana, manusia dan pendanaan
d) Socially acceptable
e) Economically beneficial

14
f) Organizationaly manageable
g) Pemahaman Analisa terhadap data Pendidikan yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif 11

E. Penentuan Alokasi Anggaran Pendidikan


Pengalokasian atau distribusi anggaran pendidikan adalah suatu
rencana penetapan jumlah dan prioritas uang yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pendidikan disekolah. Dalam konteks ini fungsi pemimpin
madrasah/sekolah sangat mentukan karena pengabilan kebijakan dalam
masalah anggaran ditentukan oleh kepala sekolah. Dalam rangka
pengalokasian dana pendidikan selalu mengacu pada Rencana Anggaran
Pendapatan Belanja Madrasah (RAPBM). yang penyusunannya bisa
dilakukan secara rutin tiap satu tahun sekali dan bisa dilakukan tiap
semester dilakukan oleh kepala madrasah, guru, siswa, bendahara dan
komite sekolah sesuai dengan tahapan tahapan penyusunan anggaran.
Anggaran mempunyai fungsi manajemen, baik perencanaan
maupun pengawasan. oleh karena itu. ketepatan desain anggaran menjadi
salah satu faktor yang sangat menentukan. Pihak madrasah menyusun
RAPBS berdasarkan anggaran rutin meliputi belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, biaya pemeliharaan, serta belanja modal. APBK
diperuntukan untuk insentif wali kelas. Pengalokasian dana yang
bersumber dari APBN diperuntukan untuk pengembangan kompetensi
lulusan seperti biaya insentif pengayaan sore hari, pengembangan profesi
guru, pembiayaan remedial dan pengayaan, PMR dan rehabilitas gedung,
pengadaan mebeler yang dianggap sedang dan tidak terlalu beasr dana
yang dibutuhkan. Adapun pengalokasian dana pendidikan dapat
diperuntukan sebagai berikut :
a. Pengalokasian dana DIPA
Menurut undang undang no 17 tahun 2003 tentang keuangan
Negara dan undang undang No1 tahun 2004 tentang
perbendaharaan negara pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
11
https://www.academia.edu/31066974/
SISTEM_DAN_MEKANISME_PENGANGGARAN_PENDIDIKAN
15
Belanja Negara (APBN) pada suatu tahun anggaran dimulai
dengan penyusunan dan pengesahan dokumen pelaksanaan
anggaran, dokumen pelaksanaan anggran yang selanjutnya disebut
sebagai Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). DIPA adalah
dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh pengguna
anggaran dan disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas
nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN).
Adapun penggunaan dana DIPA adalah sebagai berikut:
1. Belanja pegawai
2. Belanja barang
3. Belanja modal
4. Belanja gaji pegawai, belanja tunjangan seperti sertifikasi dan
tukin
b. BOS (Dana Bantuan Operasional Sekolah )
Adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk
penyediaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan
dasar sebagai pelaksana program wajib belajar, Adapun dana BOS
dialokasikan sebagai berikut
1) Penerimaan peserta didik baru (PPDB)
2) Pengembangan perpustakaan
3) Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler
4) Kegiatan asesmen /evaluasi pembelajaran
5) Administrasi kegiatan sekolah
6) Pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan
7) Layanan daya dan jasa
8) Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
9) Penyediaan alat multimedia pembelajaran
10) Pembayaran guru berstatus non Aparatur Sipil Negara (ASN)
c. Komite Sekolah
Komite sekolah mrupakan adalah lembaga mandiri yang
beranggotakan orang tua/ wali peserta didik, komunitas sekolah

16
serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan. Komite sekolah
dibentuk atas prakarsa dari masyarakat dan sudah diatur dalam
UUSPN No 20 tahun 2003 pasal 56 ayat 3 menyatakan komite
sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan
dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana prasarana, serta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Jadi
komite sekolah harus mampu menyakinkan orang tua,pemerintah
setempat, dunia usaha dan masyarakat pada umumnya bahwa
sekolah itu dapat dipercaya.Salah satu peran sekolah adalah
mobilisasi sumbangan.Adapun penggunaan dana komite di
alokasikan antara lain:
1. Pengadaan sarana dan prasarana
2. Dana sosial untuk siswa sakit
3. Penghargaan siswa berprestasi dan beasiswa siswa
berprestasi jalur akademik maupun non akademik
4. Kegiatan kreatifitas siswa12

12
Mujayaroh Mujayaroh and Rohmat Rohmat, “Pengelolaan Dan Pengalokasian Dana Pendidikan
Di Lembaga Pendidikan,” Arfannur 1, no. 1 (2020): 41–54,
https://doi.org/10.24260/arfannur.v1i1.151.
17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anggaran adalah rencana kerja organisasi di masa mendatang yang


diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal, dan sistematis. Anggaran
selain sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian manajemen, juga
merupakan alat bantu bagi manajemen dalam mengarahkan suatu
organisasi dalam posisi yang kuat atau lemah. fungsi ini dapat membantu
unit kerja mengetahui arah kebijakan yang akan dilaksanakan ke
dedepannya sesuai dengan ketersediaan anggaran. menghindari
pengeluaran yang berlebihan serta dapat menghindari penggunaan
anggaran yang tidak proporsional, yakni tidak tepat guna, tidak efisien dan
tidak efektif sebagaimana mestinya dapat merugikan proses layanan
Pendidikan.

Untuk menentukan prioritas program kegiatan yang harus


dilakukan adalah: Memeriksa, merumuskan, dan menjebarkan
permasalahan, Menyusun kriteria untuk menyeleksi prioritas,
mengidentifikasi aternatif kebijaksanana untuk mencapai tujuan
pemecahan masalah, Evaluasi alternatif dan penyusunan prioritas
kebijakan

Sistem adalah sekelompok komponen dan elemen yang


digabungkan menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem berasal
dari bahasa Latin systema dan bahasa Yunani sustema adalah satu
kesatuan yang terdiri komponn atau elemen yang dihubungkan bersama
untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai
suatu tujuan. Sistem juga merupakan kesatuan bagian- bagian yang saling

18
berhubungan yang berada dalam satu wilayah serta memiliki item-item
penggerak.

Program kerja sekolah merupakan sekumpulan rencana kerja


sekolah yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh
sekolah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta untuk memperoleh
alokasi anggaran, program kerja sekolah mengacu pada mutu sekolah
dimana penggunaan anggaran harus terealisasi sesuai dengan program
kerja yang telah dibuat

Anggaran pendidikan dialokasikan atau didistribusikan untuk


menentukan berapa banyak uang yang akan digunakan untuk
melaksanakan pendidikan di sekolah Anggaran mempunyai fungsi
manajemen, baik perencanaan maupun pengawasan. oleh karena itu.
ketepatan desain anggaran menjadi salah satu faktor yang sangat
menentukan ada tiga pengalokasian dana: pengalokasian dana DIPA, BOS
(Dana Bantuan Oprasional Sekolah) dan Komite sekolah

B. SARAN

Sebagaimana yang dijelaskan pada materi modifikasi perilaku


merupakan sebuah pengembangan daripada perilaku itu sendiri yang
dimana perilaku tersebu diamati dan dibenahi kekurangan dan
kelabihannya. Sehingga perilaku tersebut memunculkan dampak positif
dan negatif atas pengembangan hal tersebut. Karena perilaku tidak dapat
terdeteksi dari dirisendiri melainkan membutuhkan orang lain dalam
prosesnya. Karena memang hakikatnya manusia tidak dapat berdiri sendiri
dan membutuhkan peranan orang lain dalam keberlangsungan kehidupan
manusia

19
DAFTAR PUSTAKA

Amalia Yunia Rahmawati. “Program Kerja Sekolah,” no. July (2020)

Andiawati, Etty. Pengelolaan Keuangan Lembaga Pendidikan/Sekolah.


Surakarta:UNS Surakarta

Arwildayanto, dkk. 2017. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan.


Jawa Barat: Widya Padjadjaran. ISBN: 978-602-8323-96-3.

Etty Andiawati. Pengelolaan Keuangan Lembaga Pendidikan/Sekolah.


Surakarta:UNS Surakarta

https://www.academia.edu/31066974/
SISTEM_DAN_MEKANISME_PENGANGGARAN_PENDIDIKAN

Mujayaroh, Mujayaroh, and Rohmat Rohmat. “Pengelolaan Dan Pengalokasian


Dana Pendidikan Di Lembaga Pendidikan.” Arfannur 1, no. 1 (2020)
https://doi.org/10.24260/arfannur.v1i1.151.

Matin. 2014. Manajemen Pembiayaan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya.


Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. ISBN : 978-979-769-714-3

Pendidikan, Hakikat Pembiayaan. “KAJIAN TEORI A . Sistem Pembiayaan


Pendidikan,” 2015,

Umi Arifah. 2018. Kebijakan public dalam anggaran Pendidikan. journal


Cakrawala IAINU Kebumen program Studi manajemen Pendidikan Islam
(MPI).

20

Anda mungkin juga menyukai