Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan semakin

meningkat, orang-orang yang dulunya kurang memperhatikan pendidikan kini

telah berubah dan menjadikan pendidikan sebagai hal terpenting. Hal ini

berdampak terhadap semakin banyaknya sekolah yang memawarkan layanan

pendidikan yang diinginkan oleh para konsumen. Namun banyaknya sekolah ini

juga berdampak terhadap semakin besarnya anggaran pemerintah yang harus

dikeluarkan pada bidang pendidikan demi memberikan hak belajar terhadap

masyarakatnya. Namun pihak sekolah seharusnya tidak serta merta menjadikan

dana bantuan pemerintah ini sebagai dana pemasukan utama, dimana harus ada

pemasukan-pemasukan dari pihak lain, misalnya dari para donatur atau bahkan

dengan mendirikan usaha sendiri. Berdasarkan tuntutan kebutuhan sekolah

tersebut, terutama kebutuhan pengembangan pembelajaran yang membutuhkan

biaya yang relatif besar, sumber pendapatan diupayakan dari berbagai pihak agar

membantu penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Akan tetapi, sekolah harus

melakukan usaha mandiri yang bisa menghasilkan dana. Hal ini akan terwujud

apabila manajemen sekolah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan

menjadikan kreativitas sekolah sebagai andalan utama.

Lembaga pendidikan Islam memiliki tanggung jawab dalam mewujudkan

cita-cita mencerdaskan kehidupan dan membentuk kepribadian bangsa yang

berbudi luhur serta mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas

1
2

sehingga mampu berkompetisi dalam persaingan dunia global. Untuk

mencapainya cita-cita tersebut maka mutu pendidikan harus ditingkatkan.

Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah tugas ringan karena mencakup

berbagai persoalan, yang menyangkut perencanaan, pendanaan, maupun efisiensi

dan efektifitas penyelenggaraan sistem sekolah.1 Lembaga pendidikan bercirikan

Islam mengemban tugas penting, yakni mengembangkan kualitas sumber daya

manusia agar umat Islam dapat berperan aktif dan tetap survive di era globalisasi.

Dalam konteks ini Indonesia sering mendapat kritik, karena dianggap masih

tertinggal dalam melakukan pengembangan kualitas manusianya. Padahal dari

segi kuantitas Indonesia memiliki sumber daya manusia melimpah yang

mayoritas beragama Islam. Mengapa pengembangan kualitas sumber daya

manusia menjadi sangat penting dan begitu urgen. Hal ini tak bisa dipungkiri

mengingat abad XXI sebagai era globalisasi dikenal dengan situasinya yang

penuh dengan persaingan (hypercompetitive situation).

J
ohn Naisbitt dan Patricia Aburdene sebagaimana dikutip A.Malik Fadjar,

pernah mengatakan bahwa terobosan paling menggairahkan dari abad XXI bukan

karena teknologi, melainkan karena konsep yang luas tentang apa artinya

manusia itu. Pengembangan kualitas SDM bukan persoalan yang gampang dan

sederhana, karena membutuhkan pemahaman yang mendalam dan luas pada

tingkat pembentukan konsep dasar tentang manusia serta perhitungan yang

matang dalam penyiapan institusi dan pembiayaan. 2 Paradigma pembangunan

1
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
h. 20.
2
A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), h. 156.
3

yang berorientasi pada keunggulan komparatif dengan lebih mengandalkan

sumber daya alam dan tenaga kerja yang murah, saat ini mulai mengalami

pergeseran menuju pembangunan yang lebih menekankan keunggulan daya alam

dan tenaga kerja yang murah, saat ini mulai mengalami pergeseran menuju

pembangunan yang lebih menekankan keunggulan kompetitif Dalam paradigma

baru ini, kualitas SDM, penguasaan teknologi tinggi dan peningkatan peran

masyarakat memperoleh perhatian. 3

Upaya meningkatkan mutu pendidikan merupakan prioritas dalam

pelaksanaan pembangunan pendidikan nasional di samping prioritas yang

lainnya, yaitu penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan

untuk memacu penguasaan ilmu engetahuan dan teknologi, dan peningkatan

relevansi melalui kebijaksanaan keterkaitan dan kesepadanan. Untuk mencapai

peningkatan mutu yang sesuai dengan keinginn berbagai pihak salah satu faktor

utama sangat berkaitan erat dengan masalah pembiayaan. Jadi, pembahasan

masalah sumberdaya pendidikan sarana dan prasarana itu tidak lepas dari

masalah pembiayaan. Dalam hubungan ini, semakin besar jumlah biaya

pendidikan itu akan lebih dimungkinkan untuk dapat meningkatkan mutu

pendidikan. Oleh karena itu, apabila kita ingin meningkatkan mutu maka dana

pendidikan itu haruslah berlipat ganda. Singkatnya, faktor biaya pendidikan

adalah penting dan strategis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan bukanlah tugas ringan karena mencakup

berbagai persoalan yang menyangkut tentang perencanaan, pendanaan, efisiensi

3
A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam …, h. 15.
4

dan efektifitas penyelenggaraan sistem sekolah.4 Dalam upaya setiap pencapaian

tujuan pendidikan baik bersifat kuantitatif dan kualitatif, biaya pendidikan

memiliki peranan yang sangat menentukan. Oleh karena itu, pendidikan tanpa

dukungan biaya yang memadai, proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan

sesuai dengan harapan.5 Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber

daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan

pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang

menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara

transparan kepada masyarakat dan pemerintah.6

Pengelolaan pembiayaan pendidikan merupakan pengelolaan semua

bentuk keuangan baik usaha memperoleh atau mengumpulkan modal untuk

membiayai aktifitas atau kegiatan program pendidikan yang secara langsung

maupun tidak langsung untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Dalam

penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang

sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian

manajemen pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan senantiasa berkaitan

ketersediaan biaya, sebab segala aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan

mutu pendidikan memerlukan biaya.

Dalam penyelenggaraan pendidikan, pembiayaan merupakan potensi yang

sangat menentukan kualitas sumber daya manusia dan merupakan bagian yang

4
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah …, h. 20.
5
Suhirman, Pengaruh Biaya Pendidikan Terhadap Hasil Belajar Melalui Proses Belajar
Mengajar di SMA Negeri se Kabupaten Rembang Tahun 2011 (Journal of Economic Education 1
(2) 2012), h. 118
6
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah …, h. 47.
5

tidak dapat terpisahkan dalam manajemen administrasi pendidikan. 7 Karena biaya

merupakan hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan, sehingga

sekolah perlu pengelolaan pembiayaan yang efektif dan efesien, agar

menghasilkan lulusan yang bermutu. Dalam meningkatkan mutu lulusan

diperlukan dukungan yang kuat dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan sarana

dan prasarana pendidikan sesuai dengan ketentuan standar nasional pendidikan.

Dari sekian banyaknya kriteria untuk meningkatkan mutu lulusan tidak terlepas

dari biaya dalam penyelenggaraan proses pendidikan. Oleh karena itu,

pembiayaan pendidikan sebagai penunjang peningkatan mutu pendidikan

diperlukan pengelolaan yang terencana agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai

dengan baik. Salah satu tujuan pelaksanaan manajemen pembiayaan adalah untuk

mendukung kelancaran kegiatan sekolah secara efektif dan efesien di tengah

keterbatasan sumber pembiayaan yang dimiliki oleh sekolah. Manajemen

pembiayaan bertujuan untuk memudahkan kelancaran kegiatan sekolah.

Manajemen pembiayaan pendidikan merupakan proses pengaturan dan

pengelolaan biaya secara efektif dan efesien dalam usaha pembiayaan pendidikan.

Biaya pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam

penyelenggaran pendidikan. Proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa

dukungan biaya.8 Merujuk paparan di atas bahwa pengelolaan dana bukan hanya

sekedar mengarah pada penyelenggaraan pendidikan yang efektif dan efisien,

tetapi juga dengan dana tersebut, sekolah harus mampu meningkatkan mutu

7
Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2010),
h. 1
8
Baihaqi & Nasis Usman, Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pada SMK Negeri di
Kabupaten Aceh Besar, (Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh, Volume, No 1 Agustus 2012), h. 16
6

lulusannya dan mampu bersaing dengan sekolah yang lainnya. Hal ini sesuai

dalam pasal 48 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa “Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsip

keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik”. Pendidikan swasta

dalam konteks pembiayaan pendidikan mendapat bagian paling kecil dari

pemerintah, karena pembiayaan atau pendanaan bagi satuan pendidikan yang

didirikan dan dikelola oleh masyarakat menjadi tanggung jawab masyarakat,

satuan pendidikan yang bersangkutan.9

Persoalan dana merupakan persoalan yang paling krusial dalam perbaikan

dan pembagunan sistem pendidikan di Indonesia. Sumber pembiayaan merupakan

salah satu syarat atau unsur yang sangat menentukan keberhasilan penyelengaraan

pendidikan. Berdasarkan hasil kajian, banyak permasalahan yang dihadapi oleh

lembaga pendidikan terkait sumber pembiayaan pendidikan, diantaranya: (1)

sumber dana terbatas, (2) pembiayaan program yang serampangan, tidak

mendukung visi, misi, dan kebijakan sebagaimana yang tertulis di dalam rencana

strategis lembaga pendidikan, (3) kurangnya bantuan pemerintah akibat otonomi

daerah, dengan berlakukanya otonomi daerah maka kewenangan pengelolaan

pendidikan dengan segera mengubah pola pembiayaan sektor pendidikan.10

Masalah pembiayaan harus dipecahkan secara bersama, jika ingin

mendapatkan peluang yang maksimal bagi semua penyelenggaraan pendidikan

agar dapat berkembang. Untuk pengembangan program sekolah swasta secara

9
Peraturan Pemerintah Repuplik Indonesia No 48 Tahu 2008 Tentang Pendanaan
Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Rus Media, 2010), h. 229-230.
10
Abubakar dan Taufani C, Manajemen Keuangan Dalam Manajemen Pendidikan
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 256.
7

berkelanjutan sangat dirasakan setiap pengelolaan lembaga pendidikan. Sekolah

swasta dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengelola dan

mengalokasikan dana pendidikan sehingga sumber daya yang berupa uang dapat

diberdayakan secara optimal, program yang telah direncanakan harus berjalan

sesuai dengan rencana, semakin banyak kegiatan yang dilakukan maka semakin

banyak dana yang dibutuhkan.11

Agar dapat mencapai peningkatan mutu yang sesuai dengan keinginn

berbagai pihak salah satu faktor utama sangat berkaitan erat dengan masalah

pembiayaan. Jadi, pembahasan masalah sumberdaya pendidikan sarana dan

prasarana itu tidak lepas dari masalah pembiayaan. Dalam hubungan ini,

semakin besar jumlah biaya pendidikan itu akan lebih dimungkinkan untuk dapat

meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, apabila kita ingin

meningkatkan mutu maka dana pendidikan itu haruslah berlipat ganda.

Singkatnya, faktor biaya pendidikan adalah penting dan strategis dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bukanlah tugas

ringan karena mencakup berbagai persoalan yang menyangkut tentang

perencanaan, pendanaan, efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan sistem

sekolah.12

Penyelenggara
pendidikan diharapkan mampu mengalokasikan

pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu upaya peningkatan mutu

pendidikan perlu didukung kemampuan manajerial pemimpin. Hendaknya

11
Syaiful Bahri Djamarah Dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 38
12
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah …, h. 20.
8

pengelola berupaya untuk mengatur sumber keuangan, secara efektif dan efisien

guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan secara optimal. Dalam

penyelenggaraan kegiatan Pendidikan, manajemen pembiayaan pendidikan

merupakan potensi yang sangat urgen,merupakan bagian tidak terpisahkan

dalam kajian manajamen pendidikan.13 Komponen pembiayaan pada sekolah

merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan

pendidikan dalam hal ini proses belajar mengajar. Setiap kegiatan pendidikan

akan terlaksana jika manajemen pembiayaan pendidikan baik. Komponen

pembiayaan akan menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Pengucuran

anggaran yang lancar dari pemerintah, akan berpengaruh terhadap kelancaran

penyelanggaraan pendidikan. Pemerintah telah mengatur standar pembiayaan,

agar pembiayaan berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini temaktub dalam

Undang Undang No 20 Tahun 2003, yang berisi bagaimana seharusnya sekolah

melakukan manajemen terhadap anggaran pendidikan yang telah di anggarkan

oleh pemerintah melalui APBN. Sementara itu pada pasal 49 menyatakan

alokasi dana pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD.14

Pengelolaan keuangan secara umum sebenarnya telah dilakukan dengan

baik oleh semua sekolah. Hanya kadar substansi pelaksanaannya yang beragam

antara sekolah yang satu dengan yang lain. Adanya keberagaman ini

dipengaruhi oleh status sekolah, sumber daya manusia, lokasi serta jumlah

siswa. Dari beberapa deskripsi tersebut dapat ditarik suatu konklusi bahwa

13
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah …, h. 25.
14
Armida, Model Pembiayaan di Indonesia, (Media Akademika, Volume 26, Nomor 1,
Januari 2011), h. 5.
9

manajemen pembiayaan pendidikan berfungsi melancarkan berbagai kegiatan

yang berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan. Manajemen pembiayaan

pendidikan yang memadai sangat menentukan pencapaian tujuan pendidikan.

Pendidikan dengan sedikit dana dapat berlangsung, tetapi pendidikan yang

bermutu membutuhkan dana cukup besar. Oleh sebab itu ada beberapa alasan

pentingnya manajemen pembiayaan pendidikan dalam mencapai kualitas layanan

pendidikan antara lain: Manajemen pembiayaan pendidikan sangat membantu

pengelolaan sumber keuangan organisasi pendidikan dalam menciptakan

mekanisme pengendalian yang tepat bagi pengambilan keputusan keuangan yang

transparan, akuntabel, dan efektif.

Pelaksanaan MBS yang memberikan kewenangan kepada sekolah untuk

mencari dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan keperluan

sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan dihadapkan pada keterbatasan

dana.15 Biaya merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

penyelenggaraan pendidikan. Penentuan biaya akan mempengaruhi tingkat

efisiensi dan efektifitas kegiatan didalam suatu organisasi. 16 Jika suatu kegiatan

dilaksanakan dengan biaya yang relative rendah tetapi dapat menghasilkan

produk yang berkualitas tinggi maka hal ini dapat dikatakan bahwa kegiatan

tersebut dilaksanakan secara efisien dan efektif.

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di SMAS Intergral

Hidayatullah Kendari bahwa lembaga ini merupakan lembaga pendidikan yang

15
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah …, h. 48.
16
Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2014), h. 1.
10

berada dibawah naungan yayasan Hidayatullah, dalam perjalanan sejarahnya

mengalami perkembangan yang signifikan. Salah satu yang dapat dilihat dari

perkembangan SMAS Intergal Hidayatullah yakni dari bagunan fisik lembaga

yang semakin baik, ruang kelas semakin bertambah banyak, sarana dan

prasarananya yang mulai lengkap, dan kualitas pembelajaran yang juga semakin

baik. Perkembagan ini tidak akan terpenuhi jika tidak memiliki biaya yang

memadai dan pengelolaan dana yang efektif dan efesien

Sebagai sekolah swasta SMAS Integral Hidayatullah tidak akan kalah

saing dengan sekolah lain, walupun dalam masalah pendanaan SMAS Integral

Hidayatullah sebagian besar dari usaha yang dikelolah secara mandiri, sumbangan

dari masyarakat, dan bantuan dari pemerintah. Keinginan untuk menjadi SMA

unggulan yang ternama tidak lepas dari dana yang memadai. Telah kita ketahui

bersama permasalahan yang selalu dihadapi sekolah swasta mayoritas masalah

dana yang tidak memadai, sarana dan prasarana yang tidak terlengkapi. Berbeda

halnya dengan sekolah negeri yang mana dalam masalah pendanaan mendapatkan

bagian yang lebih besar dari pemerintan dan sudah ada yang ngatur dari pihak

pemerintah. Sehingga animo masyarakat lebih bermutu pendidikan negeri dari

pada swasta.

Keberhasilan suatu organisasi akan berbeda tergantung dari kemampuan

lembaga tersebut dalam mengelola sumber dana yang ada, karena dalam

meningkatkan mutu pendidikan masing-masing sekolah berbeda-beda dalam

mengelolah keuangan. SMAS Integral Hidayatullah meskipun tidak memiliki

sumber pendanaan yang tetap dan besar seperti sekolah-sekolah negeri tetap
11

mampu bertahan, bahkan menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas bahkan

beberapa aspek mengungguli sekolah-sekolah negeri, seperti kemampuan

siswanya dalam menghafal al Quran, prestasi dalam lomba tingkat lokal dan

nasional, serta kemampuan melengkapi sarana pendidikan secara mandiri.

Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian

terkait masalah manajemen pembiayaan dalam sebuah judul penelitian sebagai

berikut: Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Pembiayaan

(Studi Kasus Pada SMAS Integral Hidayatullah Kendari).

B. Fokus Penelitian

Berdasarakan uraian latar belakang di atas, maka fokus dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Sumber pembiayaan pendidikan di SMAS Integral Hidayatullah Kendari.

2. Perencanaan pembiayaan pendidikan di SMAS Integral Hidayatullah

Kendari.

3. Pelaksanaan pembiayaan pendidikan di SMAS Integral Hidayatullah

Kendari.

4. Pengawasan pembiayaan pendidikan di SMAS Integral Hidayatullah

Kendari.

5. Peran manajemen pembiayaan dalam meningkatkan mutu pendidikan di

SMAS Integral Hidayatullah Kendari.

C. Rumusan Masalah
12

Berdasarkan fokus dan sub fokus penelitian yang telah diuraikan di

atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah sumber pembiayaan pendidikan di SMAS Integral

Hidayatullah Kendari?

2. Bagaimanakah perencanaan pembiayaan pendidikan di SMAS Integral

Hidayatullah Kendari?

3. Bagaimanakah pelaksanaan pembiayaan pendidikan di SMAS Integral

Hidayatullah Kendari?

4. Bagaiamanakah pengawasan pembiayaan pendidikan di SMAS Integral

Hidayatullah Kendari?

5. Bagaimanakah peran manajemen pembiayaan dalam meningkatkan mutu

pendidikan di SMAS Integral Hidayatullah Kendari?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa sumber pembiayaan pendidikan di

SMAS Integral Hidayatullah Kendari.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa perencanaan pembiayaan pendidikan

di SMAS Integral Hidayatullah Kendari.

3. Untuk mengetahui dan menganalisa pelaksanaan pembiayaan pendidikan

di SMAS Integral Hidayatullah Kendari.

4. Untuk mengetahui dan menganalisa pengawasan pembiayaan pendidikan

di SMAS Integral Hidayatullah Kendari.


13

5. Untuk mengetahui dan menganalisa peran manajemen pembiayaan dalam

meningkatkan mutu pendidikan di SMAS Integral Hidayatullah Kendari.

E. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai strategi peningkatan

mutu pendidikan melalui manajemen pembiayaan.

2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran dan

pengetahuan bagi akademisi dalam strategi peningkatan mutu dan

manajemen pembiayaan, sehingga mampu memberikan kontribusi positif

bagi perkembangan praktek peningkatan mutu pendidikan melalui

manajemen pembiayaan.

3. Dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah, masyarakat dan

pemerintah.

Secara praktis, penelitian ini dapat:

1. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi pemilik

yayasan dan guru di SMAS Integral Hidayatullah, yakni menjadi bahan

masukan berupa informasi tentang strategi peningkatan mutu melalui

manajemen pembiayaan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi bagi pihak

yayasan untuk mengukur keberhasilan manajemen pembiayaan di SMAS

Integral Hidayatullah Kendari.

3. Menjadi sumber referensi bagi penelitian lain yang sejenis di masa

mendatang.
14

F. Definisi Istilah

Demi menghindari persepsi yang berbeda mengenai penelitian ini, maka

penulis perlu untuk memberikan penegasan pada beberapa istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:

1. Strategi adalah suatu pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan

dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan pelaksanaan sebuah

aktivitas dalam kurun waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

2. Mutu pendidikan adalah ukuran baik atau buruk proses pendidikan terkait

dengan pemenuhan kriteria standar nasional pendidikan, mencakup standar

kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana

dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan serta

tingkat kelulusan dan serapan dunia kerja pada lulusan.

3. Manajemen pembiayaan adalah segenap kegiatan berkenaan dengan

sumber pembiayaan, perencanaan pembiayaan, pelaksanaan pembiayaan,

dan pengawasan pembiayaan yang mendukung aktivitas sekolah untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan.


15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Mutu Pendidikan

1. Pengertian Mutu Pendidikan

Sebelum membahas tentang mutu pendidikan, maka terlebih dahulu akan

didefinisikan tentang pengertian mutu. Secara umum, mutu dapat diartikan

sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang

menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau

yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input,

proses, dan output pendidikan.17

Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena

dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumber

daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi

berlangsungnya proses pendidikan. Input sumber daya meliputi sumber daya

manusia (kepala madrasah, guru, karyawan, siswa) dan sumber daya selebihnya

(peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dan sebagainya). Input perangkat lunak

meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi

tugas, rencana dan program. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan

sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh madrasah. Kesiapan input sangat

17
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah (Dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 53
16

diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Makin tinggi tingkat

kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.

Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang

lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input,

sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro

(tingkat madrasah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan,

proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar

mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses

belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan

proses-proses lainnya. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian

dan penyerasian serta pemaduaan input madrasah (guru, siswa, kurikulum, uang,

peralatan dan sebagainya) dilakukan secara harmonis, sehingga menciptakan

situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu

mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan

peserta didik. Kata memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik tidak

sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi

pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati,

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting lagi peserta didik

tersebut mampu belajar cara belajar (mampu mengembangkan dirinya).

Output pendidikan adalah merupakan kinerja madrasah. Kinerja sekolah

adalah prestasi madrasah yang dihasilkan dari proses/perilaku madrasah. Kinerja

madrasah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya,

efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya.


17

Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah dapat dijelaskan

bahwa output sekolah dikatakan berkualitas atau bermutu tinggi jika prestasi

sekolah, khususnya prestasi siswa, menunjukan pencapaian yang tinggi dalam:

a. Prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, nilai ujian akhir, karya
ilmiah, lomba-lomba akademik.
b. Prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran,
kesopanan, olaharaga, kesenian, keterampilan, kejuruan, dan kegiatan-
kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh
banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti
misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.18

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan,

proses, keluaran dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari berbagai sisi.

Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia seperti kepala

sekolah, guru, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria

masukan material berupa alat peraga, buku-buku kurikulum, prasarana dan sarana

sekolah. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa alat lunak,

seperti peraturan struktur organisasi, deskripsi kerja, dan struktur organisasi.

Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan seperti visi,

motivasi, ketekunan dan cita-cita.19 Tenaga pendidik (guru) berdasarkan Undang-

Undang Guru dan Guru pasal 10 (1) bahwa tenaga pendidik mempunyai empat

kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi

kepribadian dan kompetensi social yang diperoleh melalui pendidikan profesi.20

18
Mulyasa, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), h.158
19
Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendididan, (Yogjakarta: Pustaka
Pelajar, 2003), Cet. 1, h. 53
20
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Guru dan Guru,
(Bandung: Nuansa Aulia, 2006), h. 5
18

Beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh Abdul Hadis, dan Nurhayati,

:
dalam Manajemen Mutu Pendidikan menurut para ahli yaitu

a. Menurut Juran, mutu produk ialah kecocokan penggunaan produk


(fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Kecocokan pengguna produk tersebut didasarkan atas lima ciri utama
yaitu (1) teknologi; yaitu kekuatan; (2) psikologis, yaitu rasa
atau status; (3) waktu, yaitu kehandalan; (4) kontraktual, yaitu
ada jaminan; (5) etika, yaitu sopan santun.
b. Menurut Crosby mutu ialah conformance to requirement, yaitu
sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan.Suatu produk
memiliki mutu apabila sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang
telah ditentukan, standar mutu meliputi bahan baku,proses produksi,
dan produk jadi .
c. Menurut Deming mutu ialah kesesuaian kebutuhan pasar atau
konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang
menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan
kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi
konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia
dalam membeli produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa.
d. Menurut Feigenbaum mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya
(full customer satisfication). Suatu produk dianggap bermutu apabila
memberikan kepuasan kepada konsumen, yaitu sesuai dengan
harapan konsumen atas produk yang dihasilkan.
e. Garvi dan Davis menyatakan mutu ialah suatu kondisi yang
berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.21

Beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh para ahli, maka penulis

mengambil kesimpulan bahwa mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan

dengan kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk. Menurut Sallis dalam

Thomas mengatakan bahwa mutu dapat diartikan sebagai derajat kepuasan luar

biasa yang di terima oleh pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan

keinginannya.22 Menurut Marus Suti, mutu dapat dilihat dari dua sisi yaitu segi

21
Hadis, Abdul & Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2010), h. 84-85.
22
Thomas Partono, Faktor Determinan Produktivitas Sekolah, Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan Tahun 17, Nomor 1, 2013, h. 3.
19

normatif dan segi diskriptif. Dalam arti normatif mutu berdasarkan pertimbangan

instrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang

terdidik sesuai standar ideal. Sedangkan secara ekstrinsik, pendidikan

merupakan instrument untuk mndidik tenaga kerja yang terlatih. Dalam arti

deskriptif,mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya misalnya hasil tes.23

Dengan demikian, penulis simpulkan bahwa mutu pendidikan adalah

derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien

untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstra kulikuler pada peserta didik

yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan

pembelajaran tertentu. Mutu dalam konteks "hasil pendidikan" mengacu pada

prestasi yang dicapai sekolah pada kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai

dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, UN atau

UAMBN). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah

raga, seni atau keterampilan. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang

tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban,saling

menghormati, kebersihan, dan ssbagainya.

Achmad mengemukakan bahwa, mutu pendidikan di sekolah dapat

diartikan sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan

efesien terhadap komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga

menghasilkan nilai tambah terhadap norma atau standar yang berlaku.24 Apapun

yang dilakukan harus berpatokan pada aturan dan standar. Ada banyak pendapat

23
Marus Suti, Strategi Peningkatan Mutu di Era Otonomi Daerah, Jurnal MEDTEK,
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011, h. 5.
24
Dedy Achmad, Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar di Bandung, Jurnal
Penelitian Pendidikan Vol. 12. No I April 2011, h. 5.
20

mengenai kriteria mutu pendidikan. Mutu pendidikan menurut standar nasional

pendidikan adalah pendidikan yang menghasilkan lulusan sesuai dengan

harapan masyarakat, baik dalam kualitas pribadi, moral pengetahuan maupun

kompetensi kerja.

Mutu merupakan sebuah konsep yang kontradiktif sebab di satu sisi mutu

dapat diartikan sebagai konsep yang absolut dan di sisi lain bisa diartikan konsep

yang relatif. Sebagai konsep yang absolut,mutu dipahami sebagai dasar penilaian

untuk kebaikan dan kebenaran yang memungkinkan standar tinggi dan tidak

dapat diungguli. Sedangkan mutu yang bersifat relatif ialah mutu dapat dinilai

terus kelanjutannya, mutu merupakan produk konseptual yaitu apa yang dianggap

sekarang bermutu belum tentu besok bisa dianggap bermutu sehingga perlu

adanya perbaikan terus menerus. Secara terminology mutu telah didefinisikan

secara beragam, Edward Dening mendefinisikan mutu sebagai “ kesesuaian

dengan kebutuhan pasar”, dari definisi ini, Armand V. Feigenbaun mengatakan

ukuran relatif dari suatu produk atas jasa sesuai dengan standar mutu desain.

Mutu desain meliputi spesifikasi produk dan mutu kesesuaian, yaitu seberapa

jauh suatu produk telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dengan

berbagai pengertian mutu tersebut maka manajemen mutu berarti sebagai

keseluruhan metode untuk mengatur mutu dalam suatu organisasi yang

meliputi produk, jasa, kinerja, proses dan sumber daya manusia. Manajemen

mutu menggabungkan trilogi mutu,yaitu perencanaan mutu, pengendalian mutu,

dan perbaikan mutu.25

25
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan (Konsep, Prinsip dan
Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah ), (Yogyakarta: Kaukaba, 2012), h. 320-321.
21

Dengan demikian dapat simpulkan bahwa mutu pendidikan bukan

ditentukan dari lembaga pnyelenggara pendidikan tetapi mutu pendidikan adalah

spesifikasi yang dikehendaki dan kesesuaian dengan apa yang menjadi

pandangan serta harapan masyarakat, dengan mengoptimalkan keseluruhan

penunjang mutu pendidikan, yaitu input, proses, sehingga akan menghasilkan

kualitas output mutu pendidikan yang tinggi.Indikator sekolah bermutu dari

perspektif service provider adalah sekolah sebagai lembaga pendidikan harus

memenuhi indikator produk sebagai berikut:

a. Sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan atau confoormance to

specification.

b. Sesuai dengan penggunaan atau finess for purpose or use.

c. Produk tanpa cacat atau zero defect.

d. Sekali benar dan seterusnya atau right first every time .

Mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri. 26

Mutu terkait dengan produk dan jasa yang ditawarkan pada pelanggan. Total

Quality Manajemen adalah perencanaan metode kuantitatif dan pengetahuan

kemanusiaan untuk:

a. Memeperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan organisasi.


b. Memperbaiki semua proses penting dalam organisasi.
c. Memperbaiki upaya memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan
jasa pada masa kini dan diwaktu yang akan datang.27

Garvin yang dikutip Hadis mengemukakan bahwa sebagai suatu konsep

sudah lama dikenal tetapi kemunculannya sebagai fungsi manajemen baru terjadi

26
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2011),
h. 73
27
Soewarso Hardjosoedarmo, Total Quality Management, (Yogyakarta: ANDI, 2004), h.
1
22

akhir-akhir ini. Garvin membagi pendekatan modern terhadap mutu kedalam

empat era mutu, yaitu inspeksi, pengendalian mutu secara statistik, jaminan mutu

dan manajemen mutu strategik.28

Pada konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan,

proses, keluaran dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari berbagai sisi.

Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia seperti kepala

sekolah, guru, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria

masukan material berupa alat peraga, buku-buku kurikulum, prasarana dan sarana

sekolah. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa alat

lunak,seperti peraturan struktur organisasi, deskripsi kerja, dan struktur organisasi.

Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan seperti visi,

motivasi, ketekunan dan cita-cita.29

Mutu mengacu pada proses dan hasil pendidikan. Pada proses pendidikan,

mutu pendidikan berkaitan dengan bahan ajar, metodologi, sarana dan prasarana,

ketenagaan, pembiayaan, lingkungan dan sebagainya. Namun pada hasil

pendidikan, mutu berkaitan dengan prestasi yang dicapai sekolah dalam kurun

waktu tetentu yang dapat berupa tes kemampuan akademik, seperti ulangan

umum, raport, ujian nasional, dan prestasi non-akademik seperti dibidang olah

raga, seni atau keterampilan.30 Mutu dalam pendidikan dapat dilihat dari segi

relevansinya dengan kebutuhan masyarakat, dapat tidaknya lulusan dapat

melanjutkan ke jenjang selanjutnya bahkan sampai memperoleh suatu pekerjaan


28
Abdul Hadis & Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.
92- 93
29
Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, (Yogjakarta: Pustaka
Pelajar, 2003), h. 53
30
Choirul Fuad Yusuf, Budaya Sekolah dan mutu Pendidikan, (Jakarta: PT. Pena
Citrasatria, 2008), h. 21
23

yang baik, serta kemampuan seseorang didalam mengatasi persoalan hidup. Mutu

pendidikan dapat ditinjau dari kemanfaatan pendidikan bagi individu, masyarakat

dan bangsa atau Negara. Secara spesifik ada yang melihat mutu pendidikan dari

segi tinggi dan luasnya ilmu pengetahuan yang ingin dicapai oleh seseorang yang

menempuh pendidikan.

Mutu pendidikan merupakan salah satu isu sentral dalam pendidikan

nasional, terutama berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan pada setiap

jenjang dan satuan pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah. Menyadari hal tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya

untuk meningkatkan mutu pendidikan nasioanal, antara lain melalui berbagai

pelatihan dan peningkatan kompentensi guru, pengadaan buku dan media

pembelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu

manajemen sekolah.

2. Standar Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan adalah upaya untuk menghasilkan manusia yang sehat

dan cerdas dengan kepribadian yang kuat, religius dan menjunjung tinggi nilai

luhur bangsa, kesadaran demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

kesadaran moral-hukum yang tinggi dan kehidupan yang makmur dan sejahtera 31.

Apabila dikonversikan pada pendidikan, maka mutu harus diukur dari kreteria

masyarakat bukan kriteria perencanaan dan peyelenggaraan pendidikan. Sehingga

dibedakan dua jenis mutu dalam pendidikan yaitu mutu fungsional. Yang berupa

31
Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah,
(Yogyakarta: Adicita, 2001), h. 67
24

ukuran yang mengenai apa yang diukur oleh sistem, dan mutu teknikal yakni apa

ukuran mengenai bagaimana sistem mengukurnya32.

Standar mutu pendidikan di Indonesia ditetapkaan dalam suatu standarisasi

Nasional dan dikenal dengan standar Nasional Pendidikan Menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional

pendidikan pasal 1 ayat (1) memberikan pengertian bahwa standar nasional

pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh

wilayah hukum negara kesatuan republik indonesia. Standar nasional pendidikan

tersebut meliputi:

a. Standar kompentensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan


yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
b. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompentensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang tamatan, kompentensi bahan kajian,
kompentensi mata pelajaran, silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
c. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompentensi lulusan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan
dalam jabatan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yan
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel
kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber
belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
f. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi,
atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan.
g. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu
tahun.

32
Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, Reformasi…, h. 33
25

h. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang


berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen hasil belajar
peserta didik.33

Dalam konteks pendidikan nasional maka ke empat indikator mutu

tersebut di atur dalam SNP sesuai dengan UU No 32 Tahun 2013 yaitu: standar

isi, standar kompetensi lulusan, standaar proses, standar pembiayaan, standar

pengelolaan, standar sarana prasarana, standar penilaian pendidikan. Sedangkan

indikator mutu pendidikan menurut spesifikasi costemer ialah kepuasan

pelanggan bila produk dan jasa memenuhi harapan pelanggan dan setia

kepada pelanggan bila produk dan jasa memenuhi harapan. Pelanggan sesuai

dengan konsep bahwa pendidikan adalah layanan jasa maka indikator kepuasan

pengguna dapat dilihat dari penampilan, respons, handal, keyakinan, empati.

Indikator peningkatan mutu pendidikan disekolah dilihat pada setiap

komponen pendidikan antara lain: mutu lulusan, kualitas guru, kepala sekolah,

staf sekolah, proses pembelajaran sarana dan prasarana, pengelolaan sekolah,

implementasi kurikulum, sistem penilaian, dan komponen lainya. Ini berarti

melalui pengawasan harus terlihat dampaknya terhadap kinerja sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan. Pengawas sekolah harus menjadi bagian

intergral dalam meningkatkan mutu pendidikan agar bersama guru, kepala

sekolah, staf sekolah dan lain sebagainya berkolaborasi membina dan

mengembangkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan seoptimal

mungkin sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.34

33
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 1 Ayat (1), h. 2-3.
34
Undang-undang Standar Nasional Pendidikan …., h. 2-3
26

Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dalam pelaksanaan tugasnya

juga harus memiliki standarisasi sekolah yang bermutu sehingga mampu bersaing

dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan.

Engkoswara memaparkan standar sekolah yang bermutu adalah:

a. Administrator dan jajaran serta guru-guru adalah para profesional


yang handal.
b. Tersedia kurikulum yang luas bagi seluruh siswa
c. Memiliki filosofi yang selalu dikomunikasikan bahwa seluruh anak
dapat belajar dengan harapan yang tinggi.
d. Iklim yang baik untuk belajar, aman, bersih, memperdulikan dan
mengorganisasian dengan baik
e. Suatu sistem penilaian berkelanjutan yang didukung supervisi
f. Keterlibatan masyarakat yang tinggi
g. Membantu mengembangkan strategi, teknik intruksional dan
mendorong kerja sama kelompok
h. Pengorganisasian SDM untuk melayani seluruh siswa
i. Komunikasi dengan orang tua dan meyediakan waktu cukup untuk
dialog
j. Menetapkan dan mengartikulasikan tujuan secara jelas
k. Bekerja untuk memelihara moril tinggi yang berkontribusi terhadap
stabilitas organisasi dan membatasi tingkat turn over (perputaran guru)
l. Bekerja keras untuk memelihara ukuran kelas sesuai dengan aturan
yang ada.
m. Kembangkan dengan staf dan orang tua kebijakan sekolah dalam
disiplin, penilaian, kehadiran, pengujian, promosi dan ingatan
n. Memelihara hubungan baik dengan pemerintah daerah.35

Kaitan dengan standarisasi yang harus dicapai, E. Mulyasa 36 dalam

bukunya mengatakan bahwa dalam pendidikan terdapat dua jenis standar, yaitu

“standar akademis dan standar kompetensi. Standar akademik mendeskripsikan

pengetahuan dan keterampilan esensial setiap disiplin ilmu yang harus dipelajari

oleh semua peserta didik yang terdapat dalam kurikulum. Sedangkan standar

kopetensi ditunjukan dalam bentuk proses atau hasil kegiatan yang

35
Jerry H Makawimbang, Supervisi Dan Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: CV.
Alvabeta. 2011), h. 64
36
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya,
2005), h. 24
27

didemonstrasikan oleh peserta didik sebagai penerapan dari pengetahuan dan

keterampilan yang dipelajarinya. Oleh karena itu, standar akademis bisa saja sama

untuk semua peserta didik akan tetapi standar kopetensi bisa beda.37

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ukuran dari kualitas

pendidikan adalah jika setiap orang memiliki penetahuan yang dapat

dimanifestasikan kedalam pola berfikir, dan bisa pula ditunjukan dalam

berprilaku. Sebuah pendidikan belum bisa berhasil jika output yang dikeluwarkan

belum mampu dikeluwarkan belum mampu menunjukan keterampilan dan sikap

yang baik atau pengetahuan yang diperoleh hanya sekedar simbol yang ada pada

diri peserta didik.

3. Indikator Mutu Pendidikan

Indikator mutu pendidikan sebagaimana telah diuraikan terlebih dahulu

adalah tolak ukur yang digunakan untuk menentukan mutu pendidikan.

Pembahasan mengenai indikator mutu pendidikan ini, tidak bisa lepas dari

pandangan yang mengemukakan bahwa lembaga pendidikan merupakan suatu

sistem dari sistem kemasyarakatan. Karena lembaga pendidikan merupakan suatu

sistem maka akan diperoleh beberapa komponen sistem yang saling berinteraksi

dalam suatu proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Dirto komponen-

komponen yang dapat dijadikan tolak ukur mutu pendidikan adalah sebagai

berikut:

a. Raw input; murid-murid yang berada dalam sistem pendidikan di


sekolah.
b. Instrumental input; terdiri dari unsur-unsur; 1) tujuan pendidikan, 2)
kurikulum, 3) fasilitas dan media pendidikan, 4) sistem administrasi

37
E. Mulyasa, Kurikulum …, h. 25
28

pendidikan, 5) sistem penyampaian informasi, 6) tenaga pengajar, 7)


sistem evaluasi, 8) bimbingan dan penyuluhan.
c. Lingkungan; terdiri dari lingkungan ekologi dan masyarakat yang
dapat mempengaruhi proses pendidikan.
d. Hasil langsung pendidikan merupakan tingkah laku anak didik setelah
mereka mengalami proses pendidikan.
e. Hasil akhir pendidikan merupakan tingkah laku peserta didik setelah
terjun ke dalam kehidupan di masyarakat luas sebagai hasil proses
pendidikan.38

Mengkaji proses pendidikan merupakan suatu sistem, seperti yang

diuraikan tersebut, maka dapat ditelusuri dari elemen-elemen tersebut yang dapat

dijadikan sebagai tolak ukur, untuk menentukan mutu pendidikan. Beberapa

indikator yang dapat dijadikan tolak ukur mutu pendidikan:

a. Hasil akhir pendidikan. Hasil akhir pendidikan merupakan tujuan


akhir pendidikan (ultimate goal), yang hasilnya baru memberikan
gambaran secara umum,
b. Hasil langsung pendidikan. Hasil langsung pendidikan merupakan
hasil yang diperoleh oleh para siswa setelah mereka menyelesaikan
proses pendidikannya. Hasil langsung ini berupa; pengetahuan, sikap
dan keterampilan.
c. Proses pendidikan. Proses pendidikan merupakan interaksi antara raw-
input-instrumental input dan lingkungan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
d. Instrumental input. Input atau baru berarti kalau alat tersebut
berinteraksi dengan raw input (siswa) dalam proses pendidikan.
e. Raw input dan lingkungan. Kedua komponen ini meskipun
mempengaruhi hasil pendidikan, tidak dapat dianggap sebagai ukuran
mutu pendidikan.39

Berdasarkan uraian tersebut, mutu pendidikan dapat diukur berdasarkan

hasil yang dicapainya baik ditinjau dari input pendidikan, sumber daya manusia

pelaksana pendidikan dan sarana prasarana pendukung kegiatan pendidikan serta

manfaat yang diperoleh oleh peserta didik maupun msyarakat sebagai akibat dari

proses pendidikan itu sendiri.


38
Dirto H, Wawasan Kependidikan Guru (WKG), (Jakarta: Depdikbud Dirjen PT,
P2LPTK, 1980), h. 391
39
Dirto H, Wawasan…, h. 392.
29

4. Upaya-Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan

Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan melalui

upaya membenahi input, proses yang pada akhirnya dapat menghasilkan out put

(kualitas) sebagaimana yang diharapkan. Input tersebut menyangkut ketersediaan

sumber daya baik kualitas maupun kuantitasnya meliputi guru, sarana prasarana

dan pembiayaan pendidikan yang memadai. Demikian pula halnya dengan proses

pembelajaran yang dapat dilihat dari upaya manajemen sekolah yang ideal baik

dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan proses

evaluasi, terutama dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar

sebagaimana kerangka kurikulum yang diberlakukan.40

Pada akhirnya kerja-kerja tersebut dapat memberikan kemungkinan

tercapainya mutu pendidikan (out put) yang maksimal. Indikator pencapaian mutu

ini secara umum dapat dilihat dari kualitas peserta didik baik dalam bentuk

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Menurut Wahab Perubahan di

sekolah hanya dapat terjadi apabila kepala sekolah dan guru memiliki dan

memahami visi, misi, dan tujuan dari sekolah, mampu menciptakan kondisi yang

kondusif, kemampuan untuk mengantisispasi dan proaktif terhadap perubahan,

memelihara dan menumbuhkan nilai-nilai keyakinan, sikap dan budaya sekolah

yang baik.41

Mulai dewasa ini dan pada masa mendatang, secara bertahap sekolah

diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sesuai dengan

40
Anonim, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Dirjen Diknasmen
Diknas, 2001), h. 10
41
Abdul Aziz Wahab, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 294-295
30

kondisi lingkungan dan kebutuhan peserta didiknya. Mulai tahun 1999, pada

beberapa SLTP dan SMU telah dikembangkan pendekatan Manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah disingkat MPMBS (school based quality

improvement). Pendekatan ini menawarkan kerjasama yang erat antara madrasah,

masyarakat, dan pemerintah dalam upaya mendorong peningkatan mutu

pendidikan di tingkat madrasah. madrasah harus mampu menerjemahkan dan

menangkap esensi kebijakan makro pendidikan serta memahami kondisi

lingkungannya. Kemudian, melalui proses perencanaan sekolah memformulasikan

kedalam kebijakan “mikro” yaitu bentuk program-program prioritas yang harus

dilaksanakan dan dievaluasi oleh madrasah yang bersangkutan sesuai visi dan

misinya masing-masing”.42

Kualitas atau mutu peserta didik sangat bergantung pada kompetensi guru

selaku subyek pengajaran. Oleh karena guru diharapkan senantiasa memiliki sense

of develop (rasa membangun) dan sense of educate (rasa mendidik) yang tinggi.

Kondisi ini dapat dicapai sekiranya guru memiliki kemampuan menerapkan

prinsip-prinsip, metode, media dan strategi belajar mengajar yang efektif dan

efisien pada proses belajar mengajar yang dilakukannya. Dengan kata lain guru

diharapkan memiliki kemampuan mengelola kelas yang baik.

Selain kualitas guru dukungan kebijakan dan suasana madrasah yang

kondusif merupakan sebentuk input yang diperlukan demi menunjang proses

belajar mengajar. Dukungan ini mencangkup kerjasama antar guru, kewibawaan

kepala madrasah serta ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran yang

42
Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah
(Yogyakarta: Adicyta Karya Nusa, 2001), h. 23.
31

memadai. Siregar merunut dan mengumpulkan berbagi referensi literal yang

berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan. Berbagai ahli mencoba

menguraikan perspektifnya terhadap upaya membangun kualitas proses

pendidikan. Masalah peningkatan mutu pendidikan sebagai isue sentral

pembangunan telah dilakukan dengan berbagi cara dan upaya, namun hasilnya

belum optimal.43 Teknologi pendidikan yang merupakan bagain dari pendidikan,

yang berhubungan dengan segala aspek pemecahan masalah belajar manusia

melalui proses yang rumit dan saling berkaitan, juga upaya peningkatan mutu

pendidikan dengan cara-cara yang khas.

B. Deskripsi Manajemen Pembiayaan

1. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa Inggris manage yang memiliki arti

mengatur, mengurus, melaksanakan, mengelola.44 Dalam dunia pendidikan,

manajemen lebih ditekankan kepada upaya untuk mempergunakan sumber daya

seefektif dan seefisien mungkin.45 Manajemen berasal dari kata to manage artinya

mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan

fungsi manajemen itu.46 Jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk

mewujudkan tujuan yang diinginkan. Menurut Henry L. Sisk mendefinisikan

bahwa: “Management is the coordination of all resources through the processes

43
Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan: Peningkatan Mutu Pendidikan Resensi
Buku (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 26
44
John M. Echols dan Hasan Shadaly, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1992), h. 372
45
Soebagio Admodinata, Manajemen Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Ardya Jaya,
2000), h. 228
46
Malayu Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2001), h. 2.
32

of planning, organizing, directing, and controlling in order to attain stated

objectives.”47 Artinya, manajemen adalah mengkoordinasikan semua sumber daya

melalui proses perencanaan, pengorganisaian, penggerakan, dan kontrol guna

mencapai tujuan secara obyektif. Menurut Stewart, Mitchell, dan Aileen

manajemen sebagai suatu konseptual yang memiliki kajian yang berfokus kepada

masalah kesejahtraan dan pemenuhan kebutuhan bagi ummat manusia dimana

senantiasa berusaha mendahulukan penyelesaian suatu pekerjaan yang harus

dilakukan, kemudian baru menunggu hasil yang diharapkan, oleh sebab itu dalam

manajemen yang terpenting bagaimana suatu pekerjaan dapat dikerjakan atau

dengan kata lain diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah

dipertimbangkan dan baiaya yang telah diperhitungkan sebelumnya, baru

kemudian mengharapkan hasil yang akan diperoleh.48

Adapun pengertian manajemen menurut Miller, sebagaimana yang dikutip

oleh Sufyarma. M, mengemukakan tentang manajemen sebagai berikut:

“Management is the prosess of directing and facilitating the work of people

organized in formal group to achieve a desired goal”. Berdasarkan definisi

tersebut di atas, dapat dirumuskan bahwa manajemen pendidikan sebagai seluruh

proses kegiatan bersama dan dalam bidang pendidikan dengan memanfaatkan

semua fasilitas yang ada, baik personal, material, maupun spiritual untuk

mencapai tujuan pendidikan.49

47
Henry L. Sisk, Principles of Management, (Brighton: South-Western Publishing
Company, 2006), h. 10
48
Stewart, Mitchell, dan Aileen, Empowering People (Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia). Terjemahan: Agus M. Hardjana. (Yogyakarta: Kanisius, 1994), h. 76
49
H. Sufyarma. M, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2003), h.
189.
33

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disintesiskan bahwa secara

substansial manajemen adalah upaya mengkordinasikan berbagai sumber daya

melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengawasan

dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Berdasarkan uraian di

atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah kegiatan menyelenggarakan

organisasi yang mana di dalamnya terdapat pengelolaan unsur-unsur dan sumber

daya organisasi dengan menggunakan orang-orang untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Manajemen pendidikan adalah aplikasi prinsip, konsep, dan teori

manajemen dalam aktifitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara

efektif dan efisien. Pencapaian tujuan secara efektif artinya suatu keadaan yang

menunjukkan ketercapaian tujuan atau target dengan kualitas dan kuantitas yang

baik dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sementara itu, pencapaian tujuan secara

efisien artinya keadaan yang menunjukkan ketercapaian tujuan dengan kualitas

dan kuantitas yang baik tanpa menghabiskan banyak sumber daya.

2. Manajemen Pembiayaan Pendidikan

Manajemen keuangan (pembiayaan) adalah segala akivitas yang

berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktivitas dengan

beberapa tujuan tertentu.50 Suad Husnan juga berpendapat dalam bukunya

manajemen keuangan (pembiayaan) menyangkut kegiatan perencanaan, analisi

dan pegendalian keuangan.51 Manjemen keuangan (pembiayaan) pendidikan

dalam penelitian ini merupakan suatu tindakan untuk mengatur keuangan

50
Heru Sutojo, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, (Jakarta: Selemba Empat, 1997),
h. 2.
Suad Husnan & Enny Pudjiastutik, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, (Yogjakarta:
51

AMP YKPN, 2002), h. 4.


34

(pembiyaan) dengan baik dan sesuai dengan tata cara yang sudah ditentukan.

Manajemen keuangan pendidikan merupakan proses pengaturan dan pengelolaan

biaya secara efektif dan efesien dalam usaha pembiayaan pendidikan yang

menyangkut perencanaan, pemenuhan biaya, dan pengevaluasian, agar dalam

suatu lembaga tersebut bisa bermutu, baik dari kopetensi guru, sarana dan

prasaranya. Menurut Agus Sartono manajemen keuangan adalah manajemen dana

baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi

secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau

pembelanjaan secara efisien.52

Manajemen keuangan merupakan tindakan pengurusan/ketata usahaan

keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggung

jawaban dan pelaporan. Jadi manajemen (pembiayaan) menurut para pakar diatas

dapat penulis simpulkan bahwa Manajemen pembiayaan pendidikan merupakan

proses pengaturan dan pengelolaan biaya secara efektif dan efesien dalam usaha

pembiayaan pendidikan yang menyangkut perencanaan, pemenuhan, evaluasi dan

pertanggung jawaban baik dari mana perolehan dana tersebut. Melalui kegiatan

manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan pendidikan dapat

direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan

digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan

efisien. Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah:

a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah


b. Meningkatkan akuntabilitas transparansi keuangan sekolah
c. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.53
52
Agus Sartono, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, (Jogjakarta: Andi Offset,
2001), h. 6
53
Suryobroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 86.
35

Agar dapat mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas

pimpinan menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang

menguasai dalam pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan serta

memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Hal

ini dilakukan agar sumber anggaran dapat memenuhi kebutuhan sekolah serta

penggunaanya dapat tepat sasaran sehingga bermanfaat bagi sekolah.

3. Model-model Pembiayaan Pendidikan

Sistem pendidikan di Indonesia memperlihatkan bahwa biaya sekolah masih

dibebankan sebagian besar kepada pemerintah. Berbeda halnya dengan model

pembiayaan pendidikan yang dilakukan di negara lain, di negara berkembang

pada waktu pembangunan dan menguntungkan bagi sektor pendidikan. Menurut

Jones, ada enam model pembiayaan pendidikan, yaitu:

a. Flat Grant

Flat grant merupakan tipe bantuan pembiayaan pendidikan yang pertama

dan tertua. Dalam rencana ini, setiap sekolah memiliki sejumlah dana yang sama,

yang dihitung per siswa atau per unit pendanaan lainnya. Sebagaimana penjelasan

terdahulu, akibat dari sistem bagi rata, maka sekolah yang jumlah siswanya

banyak akan mengeruk uang lebih besar, sehingga atas dasar hal tersebut flat grant

tidak dianggap sebagai equalizing.54

b. Power Equalizing

Power equalizing dibebankan kepada distrik-distrik yang sangat kaya

untuk membayarkan sebagian pajak sekolah yang mereka pungut kembali ke

54
T.H. Jones, Introduction to School Finance: Technique and Social Policy, (New York:
Macmillan Publishing Company Jones, 1985), h. 100-131
36

kantong negara bagian. Negara bisa menggunakan uang yang dari distrik-distrik

kaya untuk manambah bantuan bagi distrikdistrik yang miskin. Setiap daerah akan

menerima jumlah dana berbeda tergantung pada kemampuan penghasilan daerah

(APBD). Daerah miskin akan menerima 5 per mil ditambah dengan 7 per mil dana

dasar daerah. Dengan demikian akan ada keseimbangan dana antar daerah-daerah

yang sumber daya alamnya kaya.

c. Complete State Model

Complete state model adalah satu-satunya rencana pembiayaan pendidikan

yang dirancang untuk menghapus semua perbedaan lokal, baik dalam

pembelanjaan maupun dalam pemerolehan pajak tidak akan ada pajak property

sekolah lokal dengan berbagai taraf dan basis pajak lokal adalah unequal (tidak

seimbang). Para pendukung juga mengatakan bahwa pengawasan keuangan lokal

tidak efisien untuk masyarakat secara keseluruhan. Maka complete state model

menempatkan lebih banyak tanggung jawab untuk akuntabilitas pendidikan secara

merata di tingkat negara bagian.55

d. Foundation Plan

Foundation plan, dirancang untuk menggali empat masalah besar dalam

pendidikan dan keuangan, yaitu: kesetaraan pembelanjaan, penetapan-penetapan

standar pajak dan pembelanjaan sekolah minimum, pemisahan (demarkasi)

wewenang politik antara distrik distrik sekolah lokal dengan negara bagian, dan

provisi untuk perbaikan berkesinambungan atas proses pendidikan. Para

pendukungnya menganggap bahwa negara harus mematok batas-batas minimum

Ferdi W. P., Pembiayaan Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis, Jurnal Pendidikan dan
55

Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, Desember 2013


37

dan pemerintah lokal harus diperbolehkan untuk melampaui batas-batas minimum

hingga ke tingkatan yang memang ingin mereka lakukan. Cara kerja foundation

plan adalah, pertama, negara harus menentukan biaya per siswa per tahun bagi

program pendidikan yang memuaskan. Kedua, negara harus mematok tarif pajak

minimum yang harus diberlakukan oleh semua distrik sekolah. Ketiga, negara

memberikan hibah (grants) kepada tiap distrik sekolah dengan jumlah yang sama.

Sedangkan besarnya bantuan adalah situasional terhadap kekayaan lokal tetapi

tidak pada upaya pajak. Foundation plan membagi kue dengan porsi yang sama,

namun distrik-distrik miskin lebih diutamakan.

e. Guaranteed Percent Equalizing

Model Guaranteed percent equalizing model ini dimaksudkan bahwa

negara membayar persentase tertentu dari total biaya pendidikan yang diinginkan

oleh tiap sekolah lokal. Penyertaan persentase negara diberlakukan tinggi pada

distrik-distrik sekolah melarat, dan persentase sekolah rendah pada distrik yang

kaya. Para pendukung model ini menyatakan bahwa memaksimalkan pengawasan

lokal, kesetaraan wajib pajak, dan efisiensi sekolah lokal. Model ini juga

mendukung kesetaraan pembayar pajak. Model ini memastikan atau menjamin

tiap distrik sekolah lokal dengan sejumlah dana tertentu persiswa untuk tiap pajak

yang dipungut secara lokal.56

f. Complete Local Support Model

Dalam complete local support model, semua sumber dana dari pemerintah

negara bagian atau dana dari provinsi diharapkan seluruh biaya pendidikan

56
Armida, Model Pembiayaan Pendidikan di Indonesia, Jurnal Media Akademika, Vol.
26, No. 1, Januari 2011
38

menjadi tanggung jawab pemerintah lokal atau daerah. Sistem ini akan

memberikan dampak pada sistem pendidikan yang ada didaerah, karena bisa saja

pendapatan daerahnya yang tinggi memberi jumlah dana yang tinggi pula, yang

pada akhirnya berbuah pada kualitas hasil (output) yang berbeda. Model

pembiayaan yang dijelaskan di atas memberi gambaran bahwa ada keunggulan

dan kelemahan pada masing-masing model.57 Sistem ini akan memberikan

dampak pada sistem pendidikan yang ada didaerah, karena bisa saja pendapatan

daerahnya yang tinggi memberi jumlah dana yang tinggi pula, yang pada akhirnya

berbuah pada kualitas hasil (output) yang berbeda.

Sistem pembiayaan di Indonesia agaknya sulit merujuk kepada salah satu

model. Di Indonesia masing-masing elemen seperti pemerintah pusat, pemerintah

daerah, orang tua murid, dan masyarakat secara ideal harus memberi biaya untuk

pendidikan. Ada baiknya beberapa model di atas akan dapat dimodifikasi menjadi

sebuah model yang ideal untuk disesuaikan dengan setting area pendidikan

ataupun setting sosial budaya daerah.

4. Macam-macam Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan pendidikan dalam teori dan praktek, baik pada tataran makro

maupun mikro, dikenal berbagai katagori biaya pendidikan. Dalam arti luas, biaya

dalam pendidikan meliputi dua komponen, yaitu:

a. Biaya langsung (direct cost)

Biaya langsung adalah segala pengeluaran yang secara langsung

menunjang penyelenggaraan pendidikan. Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya

yang dilakukan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar


57
T.H. Jones, Introduction to School…., h. 131
39

mengajar mahasiswa berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya

transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua maupun

mahasiswa sendiri.

b. Biaya tidak langsung (indirect cost)

Biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang tidak secara langsung

menunjang proses pendidikan tetapi memungkinkan proses pendidikan tersebut

terjadi di sekolah, misalnya biaya hidup siswa, biaya tranprotasi kesekolah, biaya

jajan, biaya kesehatan, dan harga kesempatan (opportunity cost).58

Dilihat dari sifat cara perhitungannya, biaya pendidikan dapat dibedakan

menjadi dua kajian, yaitu:

a. Biaya yang bersifat budgetair

Biaya budgetair adalah biaya pendidikan yang diperoleh dan dibelanjakan

oleh sekolah sebagai satuan pendidikan, Biaya budgertair

ekolah meliputi tiga bidang, yaitu:

1) Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun


ketahun, seperti gaji pengawai (guru dan non guru)
2) Biaya oprasional adalah biaya untuk pemeliharaan gedung,
fasilitas, dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis pakai)
3) Biaya investasi adalah biaya untuk pembelian dan pengembangan
tanah, pembagunan gedung, perbaikan atau pengeluaran lain
untuk barang-barang yang tidak habis dipakai.
b. Biaya yang bersifat no budgetair
Biaya non burgetair meliputi biaya-biaya pendidikan yang dibelanjakan
oleh siswa atau orang tua/keluarga dan biaya kesempatan yang hilang.59

5. Sumber Pembiayaan Pendidikan

58
Dedi Supriyadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menegah, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), h. 4
59
Mulyono, Manajemen & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008),
h. 24-25
40

Anggaran pada dasarnya terdiri dari dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi

pengeluaran. Sisi penerimaan atau perolehan biaya ditentukan oleh besarnya dana

yang diterima oleh lembaga dari setiap sumber dana. Besarnya, dalam

pembahasan pembiayaan pendidikan, sumber-sumber biaya itu dibedakan dalam

tiap golongan, yaitu pemerintah, masyarakat, orang tua dan sumbersumber lain.60

a. Pemerintah

Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah, maupun kedua-duanya yang

bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan.

Besarnya biaya pendidikan yang bersumber dari pemerintah ditentukan

berdasarkan kebijakan keuangan pemerintah di tingkat pusat dan daerah setelah

mempertimbangkan skala prioritas.61 Jadi sumber pembiayaan yang dari

pemerintah pusat masih umum bisa berupa uang, sarana dan prasaran, buku dan

dll.

b. Orang Tua atau Peserta Didik

Sumber pendanaan pendidikan Islam tidak terlepas dari kontribusi orang

tua mahasiswa ini kemungkinan merupakan keharusan karena pemerintah belum

mampu mendanai seluruh kebutuhan dasar dana sekolah. Hal ini umumnya terjadi

di negara-negara berkembang seperti kita. Namun, di negara maju yang

pemerintahannya dapat membangun fasilitas sekolah dan fasilitas pendidikan

yang baik, mulai dari menyediakan guru yang baik, menyediakan dana yang

cukup untuk berbagai program sekolah. Dalam hal ini di dunia pendidikan kita

60
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Rosda Karya, Bandung: 2006), h.
48.
61
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h.
268.
41

orang tua mahasiswa masih berkehendak untuk menyumbang dana atau berbagai

peralatan yang diperlukan sekolah, mereka menginginkan anak-anak mereka

memasuki dunia nyata dengan bekal pendidikan terbaik yang dapat mereka

peroleh.

c. Kelompok Masyarakat

Sumber pendanaan tidak terlepas dari sumbangsih masyarakat atau

kelompok-kelompok masyarakat, kelompok masyarakat ini juga merupakan

sumber yang penting dalam hal pendanaan lembaga pendidikan Islam. Adapun

masyarakat menggalang pendanaan untuk lembaga pendidikan dalam hal:

1) Dalam hal pengembangan sekolah


2) Berpartisifasi dalam hal membangun sekolah
3) Mencari donatur dan dermawan baik mengikat maupun tidak
mengikat.62

6. Perencanaan Anggaran Pendidikan

Planning berasal dari kata plan artinya rencana, rancangan maksud, dan

niat. Planning (perencanaan) adalah proses kegiatan. Perencanaan adalah kegiatan

yang berkaitan dengan usaha merumuskan program yang di dalamnya memuat

segala suatu yang akan dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijaksanaan, arahan

yang akan ditempuh, prosedur dan metode yang akan diikuti dalam pencapain

tujuan.63 Menurut Afifuddin perencanaan bisa diartikan sebagai proses

penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan

datang untuk mencapai tujuan yang telan ditentukan.64

62
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta, Ciputat Press: 2005), h.
269.
63
Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h. 211
64
Afifuddin, Perencanaan dan Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: Insane Mandiri, 2005), h. 7.
42

Dari berbagai pegertian di atas, dapat dipahami bahwa perencanaan dalam

manajemen pembiayaan pendidikan ialah kegiatan yang di rencanakan untuk

menunjang tercapainya suatu tujuan pendidikan, perencanaan juga menghimpun

sejumlah sumber daya yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan. Untuk

menciptakan perencanaan yang efektif dan efesien perlu dilakukan dengan

melibatkan seluruh dimensi dan komponen sekolah, sehingga sasaran peningkatan

mutu pendidikan sekolah dapat dicapai dengan baik. Perencanaan peningkatan

mutu sekolah meliputi, pengelolaan jurusan, perencanaan keuanganya,

perencanaan peningkatan sarana pendukung perpustakaan, laboraturium dan srana

prasaranya.

Proses perncanaan anggaran akan menghasilkan keputusan yang

mempunyai konsekuensi siginifikkan dalam jangka waktu tahun anggaran.

Kesalahan dalam penyusunan perencanan anggaran akan mengakibatkan kesulitan

dalam pembiayaan sehingga kengiatan tidak akan berjalan dengan semestinya,

oleh karena banyak para ahli perencanaan setuju bahwa evaluasi perencanaan

anggaran sangat penting bagi peningkatan mutu pendidikan. Perencanaan

keuangan sekolah disesuaikan dengan rencana pengembagan sekolah secara

keseluruhan, baik pengembangan jangka pendek maupun jangka panjang.

Pengembagan jangka pendek berupa pengembangan satu tahun. Pengembagan

jangka panjang berupa pengembagan lima tahunan, sepuluh tahunan, bahkan bisa

dua puluh lima tahun kedepan. Berdasarkan rencana pengembagan sekolah, baik

jangka pendek maupun jangka panjang, maka dibuatlah perencanaan keuangan

sekolah baik jangka pendek maupun panjang. Kalau dianalissi pembuatan


43

perencanaan keuangan, Garner merumuskan sikuensi perencanaan keuangan yang

strategis sebagai berikut:

a. Misi
b. Tujuan jangka panjang
c. Tujuan jangka pendek
d. Program, layanan, aktivitas (program, services, activities), tujuan
jagka panjang, tujuan jangka pendek berdasarkan kondisi riil unit
sekolah.
e. Target: baik outcomes maupun outputs,
f. Anggaran (budget)
g. Perencanaan keuangan yang strategis.65

Selanjutnya proses penyiapan perencanaan keuangan yang strategis dapat

dilihat dilihat pada gambar dibawah:

Misi, tujuan jangka pendek dan


jangka panjang

Tujuan jangka panjang, pendek Perencanaan keuangan yang


dan target berdasakan kondisi riil strategis
sekolah

Perencanaan keuangan yang


strategis berdasarkan kondisi riil
sekolah

Gambar 2.1. Perencanaan Srategis Keuangan66

Siklus tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan rencana strategis

memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Misi, tujuan jangka panjang dan jangka pendek perlu dirumuskan oleh
pimpinan sekolah.

65
Direktorat Tenaga Kependidikan, Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keuangan
Sekolah, (Jakarta: Kemendiknas, 2007), h. 1-3
66
Direktorat Tenaga Kependidikan, Pendidikan dan Pelatihan…., h. 2
44

b. Tujuan jangka panjang, pendek dan target berdasakan kondisi riil unit
sekolah dan perlu dipahami oleh seluruh staf sekolah.
c. Berdasarkan kondidi riil unit sekolah, maka dirumuskan perencanaan
keuangan yang strategis.
d. Perencanaan keuangan yang trategis sudah rumuskan, menjadi bahan
masukan pada pengembagan misi dan tujuan universitras pada priode
berikutnya.67

Dalam pendidikan islam, perencanaan merupaka langkah pertama yang

harus diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan islam. Allah

memberikan arahan kepada arahan kepada setiap orang yang beriman untuk

mendesain sebuah rencana yang akan dilakukan pada kemudian hari, sebagaimana

firman-Nya dalam Al Quran surat Al Hasyr ayat 18 sebagai berikut:

        


          
Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah


Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.68

Dalam ayat tersebut tersirat bahwa setiap orang hendaknya

mememperhatikan segala yang telah direncanakan untuk hari esoknya. Seorang

manajer hendaknya memerhatiakan perencanaan yang telah dibuat. Dengan

demikian, pendidikan Islam membutuhkan manajemen. Inti dari manjemen adalah

perencanaan tanpa adanya perencanaan akan berakibat buruk terhadap

keberlangsungan pendidikan pendidikan. Perencanaan sebagai salah satu fungsi

manajemen, merupakan suatu proses pengambilan keputusan dari sejumlah

pilihan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang. Perencanaan sebagai

67
Direktorat Tenaga Kependidikan, Pendidikan …, h. 1-3
68
Kementerian Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2017), h.
548
45

syarat mutlak yang harus ada sebelum kegiatan berlangsung. Tanpa adanya

perencanaan yang matang, maka suatu kegiatan yang dilaksanakan akan

mengalami hambatan, bahkan terancam gagal untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Maka dari itu suatu organisasi ataupun lembaga pendidikan sangatlah

membutuhkan adanya perencanaan strategik baik itu jangka panjang dan jangka

pendek.

Perencanaan pembiayaan sekolah juga memerlukan dana yang akurat dan

lengkap sehingga semua perencanaan kebutuhan untuk masa yang akan datang

dapat dialokasikan dalam rancangan anggaran. Upanya mengefektifkan

pembuatan perencanaan keuangan sekolah, maka yang sangat bertanggung jawab

sebagai pelaksana adalah pimpinan sekolah. Posisi pimpinan sekolah sebagai top

manager harus mampu mengembangkan sejumlah dimensi perbuatan

atministratif. Kemampuan untuk mengaplikasi program pendidikan ke dalam

evaluasi biaya merupakan hal penting dalam penyusunan anggaran belanja.

Kegiatan membuat anggaran belanja bukan pekerjaan rutin atau makanis,

melibatkan pertimbangan tentang maksud dasar dari pendidikan dan program.69

Saefullah menyatakan bahwa langkah-langkah dalam perencanaan

(pembiayaan) adalah sebagai berikut:66

a. Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.


b. Meneliti masalah atau pekerjaan yang akan dilakukan.
c. Menentukan tahap-tahap atau rangkain tindakan.
d. Merumuskan bagaimana masalah trsebut akan dipecahkan dan
bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu harus diselesaikan.
e. Menetukan siapa yang akan melakukan dan apa yang mempengaruhi
pelaksanaan tindakan tersebut.
69
Baihaqi, Nasir Usman & Cut Zahri, Manajemen Pembiayaan Pendidikan pada SMK
Negeri di Kabupaten Aceh Besar, Jurnal Administrasi Pendidikan Volume 1, No 1 Agustus 2012,
h. 37
46

f. Menentukan cara mengadakan perubahan dalam penyusunan


rencana.70

Jika langkah-langkah perencanaan tersebut dilaksanakan dengan baik

maka, mendapatkan hasil memuaskan dan sesuai dengan tujuan yang kita ingikan,

jadi perlu menerapkan langkah-langkah tersebut. Perencanaan keuangan

(pembiayaan) pendidikan disesuaikan dengan rencana pengembangan pendidikan

secara keseluruhan, baik pengembagan jangka pendek maupun jangka panjang.

Pengembang jangka pendek berupa pengembagan satu tahunan, pengembagan

jangka panjang berupa pengembangan lima tahun, sepuluh tahun, bahkan dua

puluh lima tahunan. Berdasarkan pengembangan sekolah, baik jagka pendek

maupun jangka panjang, maka dibuatlah perencanaan keuangan (pembiayaan)

pendidikan. RAPBS merupakan rencana perolehan pembiayaan pendidikan dari

berbagai sumber pendapatan serta susunan program kerja tahunan yang terdiri dari

sejumlah kegiatan rutin serta beberapa kegiatan lainnya disertai rincian rencana

pembiayaan dalam satu tahun anggaran. Dengan demikian RAPBS berisi tentang

ragam sumber pendapatan dan jumlah nominalnya baik rutin maupun

pembagunan, ragam pembelajaran dan jumlah nominalnya dalam satu tahun

anggaran. Dalam perencanaan anggaran pendapatan belanja sekolah (RAPBS),

ada dua hal pokok yang harus dilakukan pimpinan sekolah, bersama guru dan

anggota staf lainnya, yaitu penyusunan rencana pendapatan atau penerimaan dan

penyusunan rencana pembelajaran atau pengeluaran anggaran.

Penyusunan rencana pendapatan pada dasarnya merupakan

pengidentifikasikasian sumber keuangan dan pembuatan perkiraan dana yang

70
Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 218
47

diharapkan dapat diperoleh dari setiap sumber biaya tersebut. Sedangkan

penyusunan rencana belanja atau pengeluaran anggaran pada dasarnya merupakan

segala aktivitas perencanaan biaya yang diperlukan dalam melaksanakan semua

program yang telah direncanakan.71

7. Strategi Pemenuhan Anggaran Pendidikan

Strategi secara sederhana dapat didefenisikan sebagai keputusan atau

tindakan yang berusaha untuk mencapai sasaran organisasi. Menurut T. Hani

Handoko strategi merupakan program umum untuk mencapai suatu tujuan

organisasi dalam melaksanakan misi. Kata program dalam pengertian yang

disampaikan oleh T. Hani Handoko tersebut menyangkut suatu peran aktif, sadar

dan rasional yang dimainkan oleh seorang manajer dalam perumusan strategi

organisasi. Selain defenisi di muka strategi juga dapat didefenisikan sebagai pola

tanggapan organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu.72

Strategi pemenuhan pembiayaan pendidikan dapat diuraikan sebagai

kegiatan atau usaha-usaha untuk mendapatkan dan menghasilkan uang yang dapat

dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan atau kebutuhan

penyelenggaraan pendidikan. Strategi pemenuhan pembiayaan bisa dilakukan

dengan cara menggali dana dari berbagai sumber. Strategi suatu lembaga

pendidikan dalam menggali dana pendidikan secara administrative dengan

bangaiman seorang pimpinan melakukan upaya penegelolaan sumber daya dan

sumber dana yang terdapat dalam lingkungan suatu lembaga pendidikan.

71
Ibrahim Bafadal, Dasar-Dasar Manajemen Dan Supervise Taman Kanak-Kanak,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 49.
72
T. Hani Handoko, Manajemen (Edisi Kedua), (Yogyakarta: BPFE Anggota IKPI,
1995),
h. 79.
48

Pengelolaan pendidikan harus mampu berusaha sebaik mungkin dalam mencarai

pemasukan dana, guna memenuhi kebutuhan dalam pembiayaan pendidikan.

Sebagaiman orang-orang terdahulu yang berusaha panyah dalam mencari

pembiayaan pendidikan.73 Dengan demikian berdasarkan pemikiran di atas,

kemampuan pengelolaan lembaga utamanya.

Penganggaran adalah suatu proses pengambilan keputusan untuk

mengatur pemakaian sumber daya pada masa yang akan datang. 74 Anggaran

sering kali dimaknai sebagai suatu rencana, namun dalam bidang manajemen

pembiayaan di lembaga pendidikan sering disebut dengan RAPBS. Ada dua

bagian dalam penganggaran, yaitu perkiraan pendapatan dan pengeluaran.

Perkiraan dan penyajian pendapatan harus dapat dipertanggungjawabkan

sehingga dapat direalisasikan.75 Biaya pendidikan pada umumnya diartikan

sebagai pengeluaran sejumlah uang untuk membiayai pendidikan. Investasi dalam

pendidikan diperlukan untuk merespon kebutuhan ekonomi tenaga kerja menurut

jenis pendidikan. Investasi merupakan pengorbanan sejumlah nilai tertentu saat

ini untuk memperoleh nilai (pengembalian) mendatang yang tentunya dengan

harapan lebih besar dari nilai saat ini.76 Biaya investasi sekolah meliputi biaya

penyediaan sarana dan prasarana serta biaya pengembangan sumber daya

manusia.Sementara itu, biaya personal meliputi segala macam pembiayaan yang

73
Mukhtar & Iskandar, Orientasibaru Supervise Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada GP
Press, 2009), h. 152
74
Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2014), h. 4.
75
E. Mulyasa, Manajemen …, h. 47-48.
76
Nanang Fattah, Ekonomi …, h. 39.
49

harus dikeluarkan oleh siswa sekolah, antara lain SPP (tuition fee) dan biaya

praktikum, agar dapat mengikuti pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Adapun biaya operasional sekolah menurut Peraturan Pemerintah Nomor

32 Tahun 2013 Pasal 62 meliputi biaya investasi, biaya operasional dan biaya

personal. Biaya investasi meliputi penyediaan sarana prasarana, pengembangan

sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Sedangkan biaya operasional

mencakup tiga komponen, yaitu: (1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta

segala tunjangan yang melekat pada gaji; dan (2) bahan atau peralatan

pendidikan habis pakai (boardmarker/kapur, penghapus, tinta, kertas tik dan

sebagainya); (3) dan biaya operasional pendidikan tidak langsung yakni biaya

pemeliharaan sarana dan prasarana,uang lembur, transportasi, air, jasa, daya

listrik, telekomunikasi, asuransi dan sebagainya.77 Penerimaan biaya pendidikan

di sekolah H. M. Levin dalam Armida menyatakan adalah school revenue refer

to the financial receipts of school for supporting their operations. Such revenues

can be derived from taxation, tuition charges, and student fees as well as from

contributions and income from the provisions of goods and services78.

Kaitannya dalam penyusunan anggaran adalah harus menerapkan prinsip

anggaran berimbang, artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus

berimbang diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus. Dengan

anggaran berimbang maka kehidupan sekolah akan menjadi efektif dan efisien

77
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 12-13
78
Armida, Sistem Anggaran Pendidikan (Studi Tentang Sistem Penganggaran
Pendidikan dan Efektivitas Penggunaan Biaya Pendidikan serta Dampaknya Terhadap
Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah di Kota Jambi)”, Jurnal Penelitian Pendidikan
Volume 12, Nomor 1, 1 April 2011, h. 5.
50

dalam hal keuangan, sehingga sentralisasi pengelolaan keuangan perlu

difokuskan pada bendaharawan sekolah, untuk mempermudah

pertanggungjawaban keuangan.

Penulis menyimpulkan bahwa anggaran ialah suatu rencana yang berisi

jumlah uang yang dimiliki untuk membiayai kegiatan penyelenggaraan

pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Adapun Pengembangan

Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS) pada umumnya melalui

pendekatan dengan prosedur sebagai berikut:

a. Pada tingkat kelompok kerja yang dibentuk sekolah yang terdiri para

pembantu kepala sekolah memiliki tugas antara lain melakukan

dentifikasi kebutuhan biaya selanjutnya diklasifikasikn dan dilakukan

perhitungan sesuai dengan kebutuhan.

b. Pada tingkat kerjasama dengan sekolah madrasah dengan kelompok

kerja yang telah terbentuk perlu diadakan rapat pengurus dan rapat

anggota dalam mengembangkan kegiatan yang harus dilakukan

sehubungan dengan pengembangan RAPBS.

c. Sosialisasi dan legalitas setelah RAPBS dibicarakan dengan komite

madrasah selanjutnya disosialisasikan kepada berbagai pihak. Pada

tahap sosialisasi dan legalitas ini kelompok kerja melakukan

konsultasi dan laporan pada pihak pengawas, serta mengajukan

usulan RAPBS kepada Kadis Departemen Pendidikan Nasional untuk

mendapat pertimbangan dan pengesahan.


51

Pada dasarnya, konsep strategi pengelolaan dana pendidikan ada enam

konsep strategi, yaitu:79

a. Suatu pola yang intregriti, coherent, dan menyatu setiap komponen.

b. Menentukan dan mengembangkan tujuan lembaga yang dinyatakan

dalam sasaran jangka pendek, jangka menegah, jangka panjang,

program dan prioritasisasi dari alokasi sumber-sumber daya

pendidikan.

c. Memilih jenis kemampuan, keterampilan, pengetahuan apa saja yang

mungkin akan diperlukan oleh masyarakat dimasa yang akan datanag.

d. Merespon dengan cepat semua peluang dan ancaman, kelemahan dan

keunggulan yang ada dilembaga pendidikan.

e. Membagun komitmen dari semua pihak, mahasiswa, orang tua,

masyarakat, pemerintah, unit-unit departemen (Diknas/Depag) sampai

pada intern sekolah (pimpinan) untuk bersama-sama meningkatkan

mutu sekolah.

f. Menetukan tingkat kontribusi dari setiap input pendidikan yang

bermuatan biaya terhadap mutu pendidikan atau prestasi belajar siswa

(efesiensi internal) dan angka permintaan masyarakat terhadap lulusan

sekolah (efesiensi eksternal).

Dengan memahami keenam konsep strategi pendidikan diatas, dapat

disimpulkan bahwa strategi RAPBS sangat dipengaruhi oleh misi dan faktor

lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan dapat digolongkan menjadi dua

yakni lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal


79
Nanang Fatah, Ekonomi …, h. 46.
52

mancakup tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, kelengkapan fasilitas, dan

biaya yang tersedia disetiap lembaga. Sedangkan lingkungan eksternal mencakup

kondisi sosial ekonomi dan aspirasi masyarakat, keadaan sosial ekonomi orang

tua, globalisasi informasi. Teknologi dan indrusti yang berkembang sangat cepat

sehingga sangat berpengaruh terhadap pendidikan.

Berdasarkan hasil studi pembiayaan yang dilakukan oleh Fattah

terungkap.71 Bahwa dalam faktor-faktor internal yang memberikan kontribusi

signifikan terhadap mutu adalah: kesejahteraan guru, kemampuan guru, sarana

kelas, buku-buku pelajaran. Keempat komponen tersebut di dalam RAPBS

memerlukan skala prioritas dalam mendapatkan alokasi biaya. 80 Salah satu cara

berfikir, yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan (pembiayaan) di lembaga

pendidikan adalah kreatif dan dinamis selaras dengan kebutuhan dan

perkembagan yang terjadi di masyarakat dan lingkungan pendidikan.

8. Pelaksanaan Rencana Anggaran Belanja Sekolah

Pelaksanaan penyusunan rencana anggaran pendapatan belanja sekolah

swasta di lingkungan kementerian pendidikan nasional tampaknya memadukan

antara peraturan pusat dan sekolah swasta. Dalam hal ini ada beberapa anggaran

yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah, yang intinya pihak sekolah tidak

dapat mengubah dari petunjuk penggunaan atau pengeluarannya. Dengan

demikian, pola pengelolaan anggaran sekolah terbatas pada tinggkatan

operasional. Salah satu kebijakan tingkat satuan pendidikan adalah adanya

pencarian tambahan dana dari partisipasi masyarakat, selanjutnya cara

80
Nanang Fatah, Ekonomi …, h. 86
53

pengelolaannya dipadukan sesuai dengan tatanan yang lazim sesuai dengan

peraturan yang berlaku.81

Pelaksanaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah dalam garis

besarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kegiatan yakni penerimaan

pengeluaran dan penggunaan.

a. Penerimaan

Penerimaan keuangan sekolah dari sumber dana perlu dibukukan

berdasarkan prosedur pengelolaan yang disepakati, baik berupa konsep teoritis

maupun peraturan pemerintah. Prosedur pembukuan penerimaan keuangan

sekolah di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional, tampaknya menganut

pola panduan antara pengaturan pemerintah pusat dan sekolah. Artinya terdapat

beberapa anggaran yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah yang intinya

pihak sekolah tidak boleh menyimpang dari petunjuk penggunaan atau

pengeluarannya, dan sekolah hanya sebagai pelaksana pengguna dalam tingkat

makro kelembagaan. Namun demikian, sesuai dengan semangat otonomi daerah

dan desentralisasi pendidikan dengan pengembangan konsep manajemen berbasis

sekolah, maka sekolah memiliki kewenangan dan keleluasaan yang cukup lebar

dalam kaitannya dengan manajemen keuangan untuk mencapai efektifitas

pencapaian tujuan sekolah. Pada umumnya disetiap sekolah telah ditetapkan

bendahara sesuai dengan peran dan fungsinya.

Uang yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD), ditunjuk bendahara

oleh pihak berwenang dan sebagai atasan langsungnya adalah kepala sekolah.

Uang yang dibukukan merupakan aliran masuk dan keluar setelah mendapat
81
E. Mulyasa, Manajemen …, h. 176
54

perintah dari atasan langsung. Sedangkan uang yang diterima dari masyarakat,

ditunjuk bendahara lain dengan sepengetahuan dan kesepakatan pihak komite

sekolah ditunjuk dari anggota sesuai dengan persetujuan musyawarah. Berkaitan

dengan aliran keuangan yang berasal dari masyarakat, sekolah dalam hal ini

pengguna harus mendapat persetujuan komite sekolah.

b. Pengeluaran

Pengeluaran sekolah berhubungan dengan pembayaran keuangan sekolah

untuk pembelian sumber atau input dari proses sekolah seperti tenaga

administrasi, guru, bahan-bahan perlengkapan dan fasilitas. Dalam manajemen

keuangan sekolah, pengeluaran keuangan harus dibukukan sesuai dengan pola

yang telah ditetapkan oleh peraturan. Beberapa hal yang harus dijadikan patokan

bendahara dalam pertanggungjawaban pembukuan, meliputi format buku kas

harian, dan format laporan daya serap penggunaan anggaran serta beban pajak.

Aliran pengeluaran keuangan harus dicatat sesuai dengan waktu serta

peruntukannya. Untuk mengefektifkan pembuatan perencanaan keuangan

sekolah, maka yang sangat bertanggung jawab sebagai pelaksana adalah kepala

sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengembangkan sejumlah dimensi

pembuatan administratif.

Pengefektifan pembuatan anggaran belanja sekolah, yang sangat

bertanggungjawab sebagai pelaksana adalah pimpinan sekolah. Pimpinan sekolah

harus mampu mengembangkan sejumlah dimensi perbuatan administratif.

Kemampuan untuk menerjemahkan program pendidikan ke dalam ekuivalensi

keuangan merupakan hal yang penting dalam penyusunan anggaran belanja.


55

Kegiatan membuat anggaran bulanan bukan merupakan pekerjaan yang rutin atau

makanis, akan tetapi melibatkan pertimbagan tentang maksud-maksud dari

pendidikan dan program. Berdasarkan presfektif tersebut, pembuatan anggaran

belanja dapat mebuka jalan bagi pembagunan dan penjelasan konsep-konsep

tentang tujuan-tujuan pendidikan yang diharapkan dan diinginkan, serta

merancang cara untuk bagaimana dapat mencapainya serta merealisasikan.

Dalam penyusunan anggaran pendapatan dan belanja sekolah dilaksanakan

pada akhir tahun ajaran untuk digunakan tahun berikutnya. 82 Perencanaan

anggaran sebagaimana yang tertuang dalam RAPBS harus sangat diperhatikan

oleh setiap satuan pendidikan, karna dengan perencanaan dana yang akurat akan

dapat dijadikan sebagai pengendalian manajemen dalam suatu pendidikan. Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh Edward J. Blocher, yaitu:

a. Perencanaan dana yang baik mendorong perencanaan strategis dan


mengimplementasikan rencana kegiatan.
b. Perencanaan dana menjadi kerangka kerja untuk menilai kinerja.
c. Perencanaan dana yang akurat akan memotivasi pengelolaan
(pimpinan) dan staf.
d. Perencanaan yang baik akan meningkatkan koordinasi di antara
berbagai sub-sub.83

9. Evaluasi Anggaran Pendidikan

Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata tersebut

diserap ke dalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan

mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi

“evaluasi” berarti penilain merupakan kata benda dari “nilai”. Juga berarti

82
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problem Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h, 94
83
Edward J. Blocher & Kung H. Chen, Manajemen Biaya, (Jakarta: Salemba Empat,
2007),
h. 454.
56

“pengukuran” mengacu pada kegiatan membandingkan suatu hal dengan suatu

ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.84 Supriadi berpendapat

dalam bukunya bahwa evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi,

dimana suatu tujuan telah dicapai.85 Darwin mengemukakan bahwah evaluasi pada

dasarnya adalah suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan

membuahkan hasil yaitu dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan

tujuan atau target yang ditentukan.86

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, kaitannya dengan evaluasi

pembiayaan dapat diartikan suatu kegiatan atau proses penilaian terhadap kinerja

instusi atau lembaga yang bergerak dalam pengelolaan biaya yang ada, sebagai

bahan pertimbagan untuk memperbaiki, penambahan, atau pengembangkan

kearah yang lebih efektif dan efesien. Menurut pendapat Matin evaluasi

merupakan penggunaan anggaran pendidikan adalah aktivitas melakukan

pengukuran untuk menilai perkembangan atau tingkat keberhasilan pelaksanaan

rencana dan program berdasarkan krietria tertentu. Kegiatan ini merupakan tindak

lanjut dari kegiatan monitoring yang hasinya sangat diperlukan oleh pimpinan

dalam rangka melakukan perumusan kebijaksanaan, termasuk didalamnya untuk

mengantisipasi keadaan masa yang akan datang, menyempurnakan rencana dan

program tahunan, dan penyempurnaan pelaksanaan suatu kegiatan. Kriteria yang

84
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara. 2004), h. 1.
85
Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Prinsip & Operasionalnya, (Jogjakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 1
86
Mukhtar, Orientasi Baru Supervise Pendidikan, (Jakarta: GP Press, 2009), h. 228
57

digunakan dalam melakukan penilaian adalah efesiensi dan efektivitas

penggunaan sumber daya dan pencapain tujuan.87

Evaluasi adalah aktivitas melakukan pengukuran untuk menilai

perkembangan keberhasiln pelaksanaan rencana dan program berdasarkan

kriteria tertentu.88 Dengan tujuan untuk menilai tingkat keberhasialn

pelaksanaan rencana dan program pendidikan, menetapkan kriteria sebagai dasar

pengambilan kebijaksanaan, menyempurnakan rencana dan program tahunan

serta melaksanakan perbaikan pelaksanaan kegiatan dan menilai tingkat efisiensi

dan efektifitas dalam mencapai tujuan pendidikan.

Besarnya peranan manajemen keuangan dalam kegiatan pendidikan

dan pengajaran di sebuah lembaga pendidikan dijalankan oleh bagian yang

menangani khusus manajemen keuangan, atau setidaknya ada orang yang khusus

ditunjuk dalam melaksanakan manajemen keuangan. Sedangkan

pertanggungjawaban keuangan sekolah dalam bentuk laporan bulanan dan

triwulan kepada: a) Kepala Dinas Pendidikan Nasional. b) Kepala Badan

Administrasi Keuangan Daerah (BAKD) c) Kantor Departemen Pendidikan

Nasional Setempat. Pertanggungjawaban dalam bentuk pelaporan setiap bulan

kepada pihak yang di tetapkan sesuai dengan format dan ketetapan waktu.89

Dengan demikian penulis simpulkan bahwa pelaksanaan manajemen keuangan di

sekolah akan berjalan dengan lancar bila pengelolaan keuangan ditangani oleh

87
Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: Rajawali,
2014), h. 205.
88
Matin, Manajemen …, h. 205.
89
E. Mulyasa, Manajemen …, h. 201-206.
58

seseorang yang mengerti betul cara pengelolaan keuangan sekolah dan

mempunyai pengetahuan.

Evaluasi merupakan tahapan-tahapan terakhir setelah tahap perencanaa,

pengorganisasia, pengawasan, dan evaluasi. Evaluasi didefenisikan oleh fatah

sebagai proses pembuatan pertimbagan menurut suatu perangkat criteria yang

disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan. Fattah juga mengemukakan bahwa

diantara tujuan evaluasi adalah untuk:

a. Memperoleh dasar bagi pertimbagan akhir suatu preode kerja, apa


yang telah dicapai, dan apa yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
b. Menjamin cara kerja yang efektif dan efesien yang membawa
oerganisasi kepada pengguna sumber daya pendidik (manusia atau
tenaga, sarana dan prasarana, biaya) secara efisien dan ekonomis.
c. Memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan dilihat
dari aspek tertentu seperti program tahunan, kemajuan belajar.90

Evaluasi merupakan elemen kunci dalam perencanaan, jika sebuah

unersitas mau belajar dari pengalaman dan tidak statis, maka proses evaluasi dan

ummpan balik harus menjadi elemen yang esensial dalam kulturnya. Proses

evaluasi harus fokus dapa pelannggan, dan mengeksplorasi dua isu; pertama,

tingkatan dimana sekolah mampu memenuhi kebutuhan individual para

pelanggannya, baik internal maupun eksternal, dan kedua, sejauhmana sekolah

mampu mencapai misi dan tujuan strategisnya. Untuk memastikan bahwa sebuah

evaluasi mampu mengawasi tujuan individual dan sekolah tersebut, maka evaluasi

tersebut harus dilakukan dalam waktu tiga level evaluasi, diantaranya:

a. Sengera, yaitu melibatkan pemeriksaan harian, tipe evaluasi ini


biasanya berlangsung secara informal dan dilakukan oleh individu
guru atau pada tingkat tim.
b. Jangka pendek, yaitu membutuhkan cara yang lebih terstruktur dan
lebih spesifik, yang menjamin bahwa pelajar berada dalam jalur yang
90
Nanang Fattah, Landasan …, h. 107-108
59

seharusnya sedang meraih potensinya. Tujuan evaluasi pada tingkatan


ini adalah untuk memastikan perbaikan bagi segala sesuatu yang harus
diperbsiki bagi segala sesuatu yang harus diperbaiki. Evaluasi jangka
pendek dapat digunakan sebagai sebuah metode control mutu yang
menyoroti kesalahan dan masalah.
c. Jangka panjang, yaitu sebuah evaluasi terhadap kemajuan dalam
mencapai tujuan strategiis. Evaluasi ini merupakan evaluasi yang
dipimpin langsung oleh intitusi secara keseluruhan. Tipe evaluasi
dilakukan sebagai sebuah usaha pembukaan dalam memperbarui
rencana strategis. Tujuan terpenting dari evaluasi ini adalah
pencengahan.91

Fungsi pada masing-masing tahap berbeda satu sama lainnya. Evaluasi

sering dilihat sebagai sebuah upaya pencegahan.Ia bertujuan untuk menemukan

apa yang benar dan apa yang salan. Serta menggunakan hasil evaluasi untuk

meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang. Pencegahan dari kesalahan agar

tidak terulang kembali merupakan fungsi evaluasi yang valid, namun ia memiliki

kekurangan yang mendasar. Evaluasi dan pertanggungjawaban keuangan sekolah

dapat diidentifikasikan ke dalam tiga hal yaitu: pendekatan pengendalian

penggunaan alokasi dana, bentuk pertangguang jawaban keuangan sekolah, dan

keterlibatan pengawasan pihak eksternal sekolah.

C. Kerangka Pikir

Strategi Peningkatan Mutu Melalui Manajemen


Pembiayaan

Teori manajemen pembiayaan untuk peningkatan mutu


Oleh:
Khaeruddin dan Mahfud Junaedi (2007: 67)
91
Salis Edward, Total Quality Management In Education Manajemen Mutu Pendidikan,
(Jogjakarta, IRCioD, 2006), h. 236-237
60

Manajemen Pembiayaan:
1. Sumber pembiayaan
2. Perencanaan pembiayaan
3. Pelaksanaan pembiayaan
4. Pengawasan pembiayaan
(Suad Husnan & Enny
Pudjiastutik, 2002: 4)

Gambar 2.2. Kerangka pikir

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Azinatul Ayu, W.L., Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Madrasah

Aliyah Al-Barkah Kecamatan Lalembuu Kebupaten Konawe Selatan

(Studi Kasus di Madrasah Aliyah Swasta Al-Barkah Tahun 2016). Hasil

penelitiannya menunjukan bahwa strategi peningkatan mutu dalam

perspektif manajemen berbasis sekolah di MAS Al-Barkah yaitu: (1)

menyusun program kerja dengan melibatkan semua elemen sekolah, (2)

peningkatan kualitas guru dengn memberdayakan MGMPAI, workshop,

pelatihan GMPAI, (3) Peningkatan kualitas siswa dengan mengadakan

ulangan harian, les remidi, (4) Peningkatan sarana prasarana dengan

pengadaan bahan ajar, (5) Mengadakan monitoring evaluasi (Monev)

melalui kunjungan kelas, (6) Rapat rutin kepala sekolah dengan dewan

guru dan staf minimal 3 bulan.92

92
Azinatul Ayu, W.L., Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Madrasah Aliyah Al-
Barkah Kecamatan Lalembuu Kebupaten Konawe Selatan (Studi Kasus di Madrasah Aliyah
Swasta Al-Barkah Tahun 2016), (Tesis) Pascasarjana IAIN Kendari 2017
61

2. Wa Ode Kabotuli, Manajemen Pengembangan Siswa Berprestasi di

Madrasah Aliyah Negeri 1 Muna Kabupaten Muna. Hasil penelitianya

menyatakan bahwa manajemen pengembangan siswa berprestasi di

Madrasah Aliyah Negeri 1 Muna Kabupaten Muna mencakup mencakup

penerimaan siswa baru meliputi analisis kebutuhan dan dan kemampuan

daya tampung madrasah, pengelompokan siswa berdasarkan prestasi,

bimbingan dan pembinaan, serta monitoring perkembangan prestasi siswa.

Strategi pengembangan siswa berprestasi mencakup menggunakan

beberapa metode yaitu bimbingan belajar secara intensif, pembelajaran

siswa secara individu, metode pembelajaran yang berfariasi, pemberian

bimbingan khusus, pengelompokan siswa dalam kelompok berdsarkan

bidang yang dibimbing oleh guru yang profesional.93

3. Edy Karno, Pemerintah Responsif Pendidikan: Kajian Atas "Program

Cerdas Sultraku" di Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian ini menyatakan

bahwa pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara merancang program

beasiswa cerdas sultraku sebagai bentuk respon atas amanat undang-

undang dan kondisi riil sumber daya manusia Sulawesi Tenggara yang

secara kualitas masih rendah. Hasil dari program ini adalah terwujudnya

harapan masyarakat Sulawesi Tenggara untuk mendapatkan layanan

pendidikan mulai pada jenjang pendidikan dasar, menengah, hingga

93
Wa Ode Kabotuli, Manajemen Pengembangan Siswa Berprestasi di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Muna Kabupaten Muna (Tesis) Pascasarjana IAIN Kendari 2018
62

pendidikan tinggi. Program ini diharapkan untuk dilaksanakan secara

berkelanjutan, terutama sebagai jembatan bagi masyarakat tidak mampu.94

4. Alviyani, Manajemen Keuangan di MI Muhammadiyah Tlogorandu

Juwiring Klaten. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: pertama,

perencanaan keuangan di MI Muhammadiyah Tlogorandu, diawali dengan

rapat penyusunan RKAM secara bersama-sama pada awal tahun pelajaran.

Perencanaan keuangan melibatkan kepala sekolah, bendahara sekolah dan

staf pendidik untuk menyusun kegiatan apa saja yang akan dilakukan

sehingga akan terlihat berapa besaran dana yang akan dibutuhkan. Kedua,

pelaksanaan keuangan di MI Muhammadiyah Tlogorandu, dalam satu

tahun mendapatkan dana BOS sebesar Rp. 84.000.000,- (Delapan puluh

empat juta rupiah) digunakan untuk membayar gaji guru, sarana prasarana

dan lain-lain. Dengan mendapatkan dana BOS, pelaksanaan di

sekolah/madrasah tidak ada save money, karena menggunakan sistem

lunas bayar. Ketiga, evaluasi manajemen keuangan eksternal dari TIM

Kementerian Agama Kabupaten Klaten, Sedangkan internal dilakukan

setelah pelaporan BOS pada rapat kecil setiap tiga bulan.95

5. Samiyah, Manajemen Pembiayaan Dalam Mutu Pendidikan di Universitas

Islam Malang (Unisma). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)

perencanaan anggaran pendidikan Universitas Islam Malang disusun dan

dituangkan dalam bentuk RAPBPT yang diadakan pada tiap akhir tahun

94
Edy Karno, Pemerintah Responsif Pendidikan: Kajian Atas "Program Cerdas
Sultraku" di Sulawesi Tenggara, Jurnal Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-35 Th. XXII, November 2016
95
Alviyani, Manajemen Keuangan di MI Muhammadiyah Tlogorandu Juwiring Klaten
(Naskah Publikasi) Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016.
63

dengan menetapkan semua program beserta anggaran masing-masing

program. 2) Strategi pemenuhan anggaran untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Universitas Islam Malang yakni: a. strategi unit kerja

mandiri, b. sumbangan dana dari yayasan dan mahsiswa, c. memiliki link

dengan luar negeri, dan d. pengajuan proposal kepada pemerintah. 3)

Evaluasi Pembiayaan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

di Universitas Islam Malang dilakukan melalui: 1) evaluasi program

dilakukan setiap persatu semester atau setahun, 2) evaluasi hasil kinerja

pegawai, 3) evaluasi mekanisme organisasi, 4) evaluasi hasil analisa

internal dan eksternal.96

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya identik dengan judul

yang diteliti oleh penulis. Namun demikian tidak berarti penulis melakukan

duplikasi terhadap penelitian sebelumnya. Aspek yang memiliki perbedaan

dengan penelitian yang penulis lakukan, diantaranya sebab penelitian/ latar

belakang, kajian teori, lokasi dan waktu penelitian berbeda satu sama lain, serta

sumber data penelitian.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui secara objektif suatu aktifitas dengan

96
Samiyah, Manajemen Pembiayaan Dalam Mutu Pendidikan di Universitas Islam
Malang (Unisma), (Thesis) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2016
64

tujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui.

Dalam penelitian ini peneliti mencari data faktual dan akurat secara sistematis dari

suatu aktifitas kemudian dideskripsikan secara kualitatif, yaitu menggambarkan

objek penelitian dalam lingkungan hidupnya sesuai hasil pengamatan dan

pengkajian dimana hasil yang akan dimunculkan bukan hanya dari modifikasi,

tetapi dapat menambah khazanah keilmuan. Oleh karena itu, penelitian ini harus

dilakukan berdasarkan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif,

berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku serta keadaan

SMAS Integral Hidayatullah Kendari terkait dengan strategi peningkatan mutu

melalui manajemen pembiayaan. Jadi, penulis dalam penelitian ini menjadi

partisipan yang aktif dengan informan untuk dapat memahami lebih jauh dalam

menginterpretasikan makna peristiwa interaksi penulis selama berada di SMAS

Integral Hidayatullah Kendari, sehingga menghasilkan data yang baru, mengenai

hasil penelitian yang ditemukan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAS Intergral Hidayatullah

Kendari. Pemilihan lokasi penelitian in berdasarkan pertimbangan bahwa

kemampuan SMAS Integral Hidayatullah Kendari dalam meningkatkan mutu

pendidikan padahal sekolah tersebut merupakan sekolah swasta yang mendapat

bantuan dana terbatas dari pemerintah merupakan suatu hal yang unik dan

menarik untuk diteliti. Pertimbangan lain adalah lokasi penelitian dan informan

penelitian yang memiliki relasi yang baik dengan penulis, sehingga diharapkan

dapat memberikan kemudahan bagi penulis selama melakukan penelitian. Adapun


65

waktu penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan sejak Februari sampai

dengan April 2018.

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah

berpedoman kepada langkah-langkah penelitian yang dikemukakan oleh Spradley

yaitu: (1) menyusun pertanyaan berdasarkan sub fokus; (2) menetapkan informan;

(3) membuat catatan lapangan; (4) mengajukan pertanyaan deskriptif; (5)

mengajukan pertanyaan struktural; (6) membuat analisis taksonomik; (7)

membuat analisis komponen; (8) temuan umum; dan (9) menulis laporan.

Kemudian untuk mendapatkan data yang valid, maka peneliti

menerapkan strategi berikut: (1) intensive long-term (field) involvement; (2)

“Rich” data; (3) respondent validation; (4) seach for discrepant evidence and

negative cases; (5) triangulation; (6) quasi-statistic; (7) comparison. Dipahami

bahwa keterlibatan (lapangan) intensif jangka panjang untuk menghasilkan

pemahaman lengkap dan mendalam akan situasi lapangan termasuk kesempatan

untuk melakukan observasi dan wawancara ulang; “kekayaan” data untuk

melengkapi penuh observasi langsung dan wawancara terperinci dan data yang

bervariasi; kevaliditasan responden untuk memperoleh feedback dari orang-orang

yang dipelajari untuk mengurangi kesalahpahaman lapangan perilaku dan sudut

pandang mereka; mencari data yang tidak sesuai dan kasus negative untuk

menguji lawan atau penjelasan saingan; triangulasi untuk mengumpulkan data dari

berbagai sumber yang berbeda.


66

Penelitian ini adalah penelitian sosial, yaitu mendeskripsikan dan

menganalisis tentang strategi peningkatan mutu pendidikan melalui manajemen

pembiayaan. Penulis ingin mengungkap kondisi obyektif berdasarkan fakta.

Berdasarkan pendapat-pendapat sebagaimana tersebut di atas, maka rancangan

penelitian ini dilakukan dalam beberapa langkah yaitu:

Pertama, peneliti akan mengadakan penelitian pendahuluan untuk

menggali realitas dengan menjumpai informan terpilih guna mengadakan

penjajakan dan memahami mereka untuk menangkap pandangan atau perspektif

dan penghayatan sipemilik realitas.

Kedua, setelah melakukan penelitian pendahuluan, peneliti kembali

untuk mengadakan analisis secara kritis temuan awal yang ada dilapangan,

kemudian peneliti menentukan fokus, dan selanjutnya memberikan alasan

mengapa peneliti memilih fokus tersebut.

Ketiga, setelah peneliti menentukan fokus yang akan diteliti, maka

peneliti kembali ke lapangan untuk mencari dan menemukan pemahaman

mendalam, menggali makna dan realitas. Dalam hal ini penulis memfokuskan

penelitiannya pada strategi yang diterapkan SMAS Integral Hidayatullah Kendari

dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui strategi pembiayaan. Pada tahap ini

peneliti berkesempatan untuk melihat, mendengar, memahami, merasakan,

menghayati, berkumpul, memasuki realitas secara empatis, melakukan cek dan

ricek/ triangulasi terhadap berbagai temuan sampai akan menemukan makna

terdalam dari realitas yang diteliti.


67

Keempat, peneliti melakukan analisis data sejak awal penelitian. Ketika

masuk kelapangan yang harus dilakukan peneliti adalah: (1) mencatat semua hasil

pengamatan, melakukan wawancara, dan mengedarkan angket; (2) melakukan

analisis untuk menentukan informasi, data dan keterangan-keterangan yang

dibutuhkan yang harus dilengkapi dan didalami; (3) menentukan pekerjaan

apalagi yang harus dilakukan; dan (4) siapa lagi yang harus diajak wawancara.

Peneliti harus melakukan itu sampai datanya akurat dan memperoleh temuan

sementara dari hasil penelitian.

Kelima, yang merupakan langkah terahir adalah simpulan dan

rekomendasi. Pada tahap ini peneliti membuat simpulan dari hasil analisis data

yang ada dan membuat rekomendasi yang ditemukan sesuai dengan temuan

penelitian.

D. Data dan Sumber Data

Disebabkan fokus penelitian ini adalah mengenai strategi peningkatan

mutu pendidikan melalui manajemen pembiayaan, maka sumber datanya berasal

dari data primer dan data skunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah

pengurus yayasan dan guru di SMAS Integral Hidayatullah Kendari, dan

masyarakat sekitar yang sering memberikan bantuan pada SMAS Integral

Hidayatullah Kendari. Kemudian sumber data sekunder diperoleh melalui

pencatatan dokumen dari kantor SMAS Integral Hidayatullah Kendari, Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan maupun instansi terkait. Sumber data primer yang

diperoleh melalui wawancara dan pengamatan diperlukan untuk mendapatkan

gambaran yang lebih detail tentang strategi peningkatan mutu pendidikan melalui
68

manajemen pembiayaan. Sedangkan sumber data skunder diperoleh terutama

melalui studi literatur. Dalam penelitian ini penulis tidak membatasi jumlah

informan, melainkan menggunakan teknik snowball sampling, yakni metode

sampling dimana sampel diperoleh melalui proses bergulir dari satu informan ke

informan yang lainnya.

Dalam penelitian kualitatif bersifat uraian atau narasi yang berasal dari

penjelasan informan baik lisan maupun tertulis. Perilaku subyek yang diamati

dilapangan juga menjadi subyek dalam penelitian ini. Data dalam penelitian

kualitatif meliputi:

a. Rekaman audio

Dalam melakukan wawancara, peneliti merekam isi wawancara

dengan informan. Data hasil rekaman ini dideskripsikan dalam bentuk

transkrip wawancara.

b. Catatan Lapangan.

Dalam membuat catatan lapangan, peneliti mencatat seluruh

peristiwa yang didengar, dilihat, dan dipikirkan selama proses

pengumpulan data yang berhubungan dengan strategi peningkatan mutu

pendidikan melalui manajemen pembiayaan. Bagian dari catatan

lapangan yang dibuat peneliti adalah sebagai berikut: (1) isi catatan

lapangan, baik yang bersifat diskriptif maupun reflektif; (2) model dan

bentuk catatan lapangan; (3) proses penulisan catatan lapangan; (4)

perlengkapan catatan lapangan; dan (5) transkrip wawancara.

c. Dokumen.
69

Dokumen adalah setiap bahan tertulis atau berupa film, tapi tidak

dipersiapkan untuk suatu keperluan atau suatu permintaan. Dokumen

dibedakan jadi 2 (dua) yaitu dokumen resmi milik SMAS Integral

Hidayatullah Kendari dan dokumen peribadi milik masyarakat.

d. Foto.

Foto merupakan data, gambar atau data yang sangat deskriptif.

Foto memberi informasi dan mendiskripsikan berbagai peristiwa serta

situasi dan kondisi dalam suatu setting yang dapat dijadikan sebagai

bahan diskusi atau analisis. Foto dalam penelitian ini dapat berupa foto

terkait mutu pendidikan, seperti prestasi dan foto pelaksanaan

manajemen pembiayaan.

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Teknik dan prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang sangat

penting dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diharapkan.

Sebagaimana diketahui bahwa penelitian ini adalah penelitian deskriptif, maka

teknik pengumpulan data yang akan dipakai adalah observasi, interview, dan

dokumentasi.

1. Pengumpulan data dengan observasi

Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi terus terang,

yaitu peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus


70

terang kepada SMAS Integral Hidayatullah Kendari, bahwa penulis

sedang melakukan peneltian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak

awal sampai akhir tentang aktifitas peneliti. Dalam melakukan pengamatan

peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya

berupa rambu-rambu pengamatan yang dianggap sebagai poin penting

berkaitan dengan fokus dalam penelitian ini.

2. Pengumpulan data dengan interview (wawancara).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara

tidak terstruktur yakni wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis

dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang

digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan

ditanyakan sesuai dengan fokus penelitian ini.

3. Pengumpulan data dengan dokumen.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,

sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, dan sketsa. Dokumen

yang berbentu karya misalnya karya seni yang dapat berbentuk gambar,

patung, dan film. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Segala

dokumen milik SMAS Integral hidayatullah Kendari dan miliki


71

masyarakat jika dianggap relevan dengan fokus penelitian ini, maka akan

dijadikan sebagai salah satu sumber informasi bagi penulis.

F. Prosedur Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan

cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting, dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan pada

saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap

jawaban yang diwawancarai. Langkah-langkah dalam teknik analisis dimaksud

adalah reduksi data, penyajian data, penariakan kesimpulan, dan ferivikasi data.

1. Data reduction

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mengingat banyak data

hasil wawancara dan pengamatan yang terkumpul, maka perlu dilakukan

analisis data penelitian melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan

gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti mengumpulkan data

selanjutnya.

2. Penyajian data (data display).


72

Langkah berikut yang dilakukan dalam menganalisis data

kualitatif adalah menyajikan data, dengan tujuan agar data teroganisir,

tersusun dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami.

Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, dan sejenisnya.

3. Pengambilan kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification)

Langkah ketiga adalah melakukan penerikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan ini masih bersifat sementara dan akan berubah bila

ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahab pengumpulan

data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel, sebab data telah

mencapai titik jenuh, yakni tidak ada lagi informasi baru yang peneliti

temukan ketika kembali ke lapangan.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada uji

validitas dan reliabilitas. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang

terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Reliabilitas berkenan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data penelitian kualitatif antara

lain dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1. Perpanjangan pengamatan.
73

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali

kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data

yang telah ditemui maupun yang baru, yakni pengurus yayasan

Hidayatullah, Guru SMAS Integral Hidayatulla Kendari dan masyarakat

yang sering memberikan bantuan dana. Dengan perpanjangan pengamatan

ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin akrab,

semakin terbuka dan saling mempercayai.

2. Peningkatan ketekunan.

Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data

dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

Dalam penelitian ini peningkatan ketekunan dilakukan penulis dengan cara

mengamati secara cermat data hasil wawancara dan pengamatan yang

dikumpulkan penulis di lapangan.

3. Triangulasi.

Triangulasi dalam penelitian ini mencakup triangulasi waktu,

sumber, dan tempat. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan

wawancara pada informan yang sama dalam rentang waktu yang berbeda.

Penulis merencanakan untuk memberikan jeda waktu sekitar 1 minggu

pada informan sebelum penulis menanyakana kembali pertanyaan yang

sama pada informan. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara penulis

menanyakan informasi yang sama pada pihak pengurus Yayasan

Hidayatullah dan guru SMAS Integral Hidayatullah Kendari serta


74

masyarakat yang sering memberikan bantuan dalam pembiayaan sekolah.

Triangluasi teknik dilakukan penulis dengan cara mengumpulkan data

dengan menggunakan beberapa metode kemudian membandingkan

hasilnya. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara, observasi, dan dokumentasi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
75

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sumber pembiayaan pendidikan di SMAS Integral Hidayatullah Kendari

berasal dari pemerintah melalui pemberian dana BOS; orang tua dan

melalui pembayaran iuran uang konsumsi dan uang sumbangan yang

bersifat sukarela; hasil usaha melalui unit kerja mandiri yang menjual

majalah dan buletin serta hewan ternak berupa kambing.

2. Perencanaan pembiayaan pendidikan di SMAS Integral Hidayatullah

Kendari diawali dengan rapat koordinasi dengan seluruh stakholder

dengan memprioritaskan skala kebutuhan sekolah yang paling urgen dan

berdampak langsung pada siswa dalam KBM dengan memperhatikan 8

standar nasional pendidikan yang merupakan arahan dalam menjalankan

pembiayaan pendidikan terutama distandar pembiayaan sebagai

panduannya. Seluruh kegiatan tersebut diorganisasikan berdasarkan

perencanaan yang telah disusun dalam dokumen RAPBS, selanjutnya

ditetapkan menjadi dokumen yang disebut APBS (anggaran pendapatan

belanja sekolah), yang disahkan Kepala Sekolah dan Komite Sekolah

3. Pelaksanaan pembiayaan pendidikan di SMAS Integral Hidayatullah

Kendari mencakup pelaksanaan pembiayaan pendidikan berdasarkan

rencana yang telah ditetapkan dalam APBS, guna memenuhi kebutuhan

sekolah, dimana realisasi pembiayaan pendidikan dapat dilaksanakan

mulai awal tahun pelajaran baru biasanya pada awal bulan Juli. Prosedur

pelaksanaan pembiayaan pendidikan pada setiap program kegiatan diawali

dengan kepala urusan mengajukan anggaran dengan proposal kegiatan


76

yang sesuai program kerja yang tercantum dalam APBS kepada kepala

sekolah, kemudian kepala sekolah membaca, meneliti, kalau telah sesuai

di acc, kepala sekolah memerintahkan bendahara sekolah untuk pencairan

pembiayaan kegiatan

4. Pengawasan pembiayaan pendidikan di SMAS Integral Hidayatullah

Kendari berfungsi untuk mengontrol semua proses pelaksanaan

pembiayaan pembiayaan pendidikan yang sedang berlangsung di sekolah

berdasarkan 8 standar nasional pendidikan guna mengetahui sejauh mana

keberhasilannya. Pengawasan adalah proses pemeriksaan pembelanjaan

keuangan sekolah dengan mencocokkan besarnya penerimaan dan

pengeluaran, yang dilakukan secara periodik oleh petugas yang

berwenang, yakni kepala sekolah dan ketua yayasan yang melakukan

pengawasan setiap triwulan, dan Diknas Provinsi Sulawesi Tenggara yang

melakukan pengawasan minimal sekali dalam setahun.

5. Peran manajemen pembiayaan dalam meningkatkan mutu pendidikan di

SMAS Integral Hidayatullah Kendari yakni dengan memprioritaskan

penggunaan anggaran pada hal-hal yang dianggap sangat penting, yakni

pengembangan prestasi peserta didik. Penggunaan anggaran yang

berorientasi pada peserta didik dimaksudkan untuk menyelenggarakan

proses pendidikan yang bermutu bagi siswa, menghasilkan siswa yang

berprestasi dan mampu bersaing dan memenangi berbagai kegiatan lomba

yang diikuti.

B. Saran
77

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Agar SMAS Integral Hidayatullah Kendari lebih aktif dan variatif dalam

mencari sumber-sumber pembiayaan baru yang dapat membantu sumber

pembiayaan sekolah.

2. Agar pemerintah khususnya pemerintah daerah dapat meningkatkan dan

menambah jumlah dana bantuan yang diberikan kepada SMAS integral

Hidayatullah Kendari.

3. Agar masyarakat ikut berpartisipasi secara lebih luas bukan hanya dalam

aspek pembiayaan, namun juga pada aspek pengawasan dan partisipasi

dalam menentukan arah kebijakan sekolah.

Anda mungkin juga menyukai