Anda di halaman 1dari 6

Nama : M.

Faris Kholid
Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris / 2013 C

Implementasi Kebijakan Pendidikan di Indonesia

Salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan


merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara
berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang
dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan
gender. Pendidikan untuk semua menjamin keberpihakan kepada peserta didik yang
memiliki hambatan fisik ataupun mental, hambatan ekonomi dan sosial ataupun kendala
geografis, dengan menyediakan layanan pendidikan untuk menjangkau mereka yang
tidak terjangkau.
Pendidikan nasional bagi negara berkembang seperti Indonesia merupakan
program besar, yang menyajikan tantangan tersendiri. Hal ini karena jumlah penduduk
yang luar biasa dan posisinya tersebar ke berbagai pulau. Ditambah lagi Indonesia
merupakan masyarakat multi-etnis dan sangat pluralistik, dengan tingkat sosial-ekonomi
yang beragam. Hal ini menuntut adanya sistem pendidikan nasional yang kompleks,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan seluruh rakyat.
Sistem pendidikan semacam itu tidak mungkin dipenuhi tanpa adanya suatu
perencanaan pendidikan nasional yang handal. Perencanaan itu juga bukan perencanaan
biasa, tetapi suatu bentuk perencanaan yang mampu mengatasi perubahan kebutuhan
dan tuntutan, yang bisa terjadi karena perubahan lingkungan global. Globalisasi yang
menjangkau seluruh bagian bumi membuat Indonesia tidak bisa terisolasi.
Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi, membuat segala hal yang
terjadi di dunia internasional berpengaruh juga pada Indonesia.
Dalam mengimplementasikan desentralisasi di bidang pendidikan, sebagai
wujud dari implementasi kebijakan pemerintah maka diterapkanlah Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS). Dengan MBS, maka sekolah-sekolah yang selama ini
dikontrol ketat oleh pusat menjadi lebih leluasa bergerak, sehingga mutu dapat
ditingkatkan. Pemberdayaan sekolah dengan memberikan otonomi yang lebih besar
tersebut merupakan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat, sekaligus
sebagai sarana peningkatan efisiensi pendidikan. Tanggung jawab pengelolaan
pendidikan bukan hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh sekolah dan masyarakat dalam
rangka mendekatkan pengambilan keputusan ke tingkat yang paling dekat dengan
peserta didik. MBS ini sekaligus memperkuat kehidupan berdemokrasi melalui
desentralisasi kewenangan, sumber daya dan dana ke tingkat sekolah sehingga sekolah
dapat menjadi unit utama peningkatan mutu pembelajaran yang mandiri (kebijakan
langsung, anggaran, kurikulum, bahan ajar, dan evaluasi). Program MBS sendiri
merupakan program nasional sebagaimana yang tercantum dalam Undang Undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 51 (1): “Pengelolaan satuan
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madrasah”
Dalam konteks, MBS memungkinkan organisasi sekolah lebih tanggap, adaptif,
kreatif, dalam mengatasi tuntutan perubahan akibat dinamika eksternal, dan pada saat
yang sama mampu menilai kelebihan dan kelemahan internalnya untuk terus
meningkatkan diri.
Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan
pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya
yang ada, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi.
Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orangtua, kelenturan pengelolaan
sekolah, peningkatan profesionalisme guru, serta hal lain yang dapat
menumbuhkembangkan suasana yang kondusif. Pemerataan pendidikan tampak pada
tumbuhnya partisipasi masyarakat (stake-holders), terutama yang mampu dan peduli
terhadap masalah pendidikan. Implikasinya adalah pemberian kewenangan yang lebih
besar kepada kabupaten dan kota untuk mengelola pendidikan dasar dan menengah
sesuai dengan potensi dan kebutuhan daerahnya. Juga, melakukan perubahan
kelembagaan untuk memenuhi dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam
perencanaan dan pelaksanaan, serta memberdayakan sumber daya manusia, yang
menekankan pada profesionalisme.
Strategi Pelaksanaan MBS
Dalam mengimplementasikan desentralisasi pendidikan ini diperlukan strategi-
strategi tertentu, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Membuat Kurikulum yang Pro Kepada Siswa
Kurikulum layaknya sebuah momok besar bagi siswa-siswi dinegeri ini, hal ini
karena mereka tidak merasakan kesesuaian dengan kurikulum yang ada saat ini.
Walaupun kurikum seringkali berubah (diganti) akan tetapi rasanya masih selalu
kurang sesuai. Sudah seharusnya pihak yang berwenang merubah kurikulum yang
disesuaikan dengan minat dan bakat para peserta didik.
2. Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Menyenangkan
Untuk sebagian peserta didik, sekolah merupakan tempat yang tidak
menyenangkan. Untuk mengantisipasi hal tersebut diharapkan sekolah bisa
menciptakan proses belajar mengajar disekolah yang menyenangkan. Disinilah
peran penting para pendidik yang seharusnya bisa memahami karakteristik para
peserta didiknya sehingga suasana dikelas menjadi lebih nyaman.
3. Meningkatkan Mutu Para Pendidik.
Program Manajemen Berbasis Sekolah akan berjalan baik dengan peran aktif dari
para pendidik yang bermutu. Para pendidik yang bermutu diharapkan bisa bisa
memanage sumber daya yang tersedia disekolahnya seoptimal mungkin. Upaya
yang umumnya dilakukan pemerintah (Depdikbud) untuk meningkatkan mutu
para pendidik adalah dengan mengadakan program pelatihan.
4. Dukungan Tenaga Kependidikan di Sekolah.
Stakeholder didalam sekolah lainnya yang memiliki peran penting dalam
desentralisasi pendidikan adalah tenaga kependidikan di Sekolah. Tenaga
kependidikan yang dimaksud adalah anggota masyarakat (selain tenaga pendidik)
yang mengabdikan dirinya untuk pendidikan disekolah. Dukungan tenaga
kependidkan disekolah sangat penting guna menciptakan kemandirian disekolah.
5. Keaktifan Peserta Didik.
Keaktifan peserta didik disekolah sangat diperlukan guna menciptakan School-
Based Management yang baik. Meskipun peserta didik bukan pengambil
kebijakan disekolah, tapi peserta didik bisa memberikan saran dan masukan agar
tercipta kemandirian disekolah sehingga sekolah bisa mengalokasikan sumber
daya yang tersedia secara optimal.
6. Peran Aktif Orang Tua Peserta Didik.
Orang tua siswa memiliki peran penting didalam penyelenggaraan program
Manajemen Berbasis Sekolah ini. Orang tua peserta didik juga diharapkan turut
mengawasi perilaku anak-anaknya dan tidak sepenuhnya membebankan kepada
pihak sekolah. Orang tua peserta didik juga diharapkan aktif dalam memberikan
pandangan-pandangannya guna memajukan sekolah.
7. Sarana Prasarana Pendukung yang Memadai.
Untuk memajukan mutu pendidikan disekolah, sarana dan prasarana pendukung
sangatlah diperlukan. peserta didik akan menjadi lebih mudah dalam menyerap
berbagai pelajaran disekolah dengan bantuan sarana prasarana yang ada. Apalagi
saat ini merupakan era ICT, dimana para peserta didik akan semakin mudah
memahami pelajaran-pelajaran dengan bantuan multimedia.
8. Pengawasan Masyarakat Sekitar.
Pengawasan dari masyarakat sekitar merupakan bentuk dukungan untuk
menciptakan sekolah yang baik. Jika sekolah tersebut berprestasi, ada baiknya
masyarakat memberikan apresiasi. Bagitu pula sebaliknya, apabila sekolah
tersebut memiliki citra negatif, ada baiknya masyarakat mengkritik kebijakan
didalam sekolah tersebut atau mengadukannya ke Depdikbud.
9. Dukungan Finansial
Faktor penting lainnya dalam menciptakan Manajemen Berbasis Sekolah yang
baik adalah dukungan finansial. Semakin kuat dukungan finansialnya, maka
kemungkinan terciptanya kemandirian sekolah akan semakin besar. Kita bisa
mencontoh dari (sebagian) sekolah-sekolah swasta dinegeri ini yang memiliki
reputasi manajemen baik dengan dukungan finansial yang kuat.
10. Peran Pemerintah.
Peran pemerintah sangat vital didalam memajukan pendidikan nasional, dalam hal
ini adalah dengan program School-Based Management. Pemerintah diharapkan
bisa membuat kebijakan-kebijakan yang pro kepada pendidikan nasional seperti
membuat kurikulum yang pro kepada siswa, mengimplemetasikan kebijakan 20%
APBN untuk pendidikan, dan lain-lainnya.
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Yang efektif
Penerapan MBS yang efektif secara spesifik mengidentifikasi beberapa manfaat
spesifik dari penerapan MBS sebagai berikut :
a. Memungkinkan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil
keputusan yang akan meningkatkan pembelajaran.
b. Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan
keputusan penting.
c. Mendorong munculnya kreativitas dalam merancang bangun program
pembelajaran.
d. Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang
dikembangkan di setiap sekolah.
e. Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika orang tua dan guru
makin menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya
program-program sekolah.
f. Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan baru di semua
level.

Komponen Manajemen Berbasis Sekolah.


Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Agama dan Keagamaan Depag RI
(2001, 32-34) menyatakan diberlakukannya MBS, yaitu terletak pada empat komponen:
1. Pelimpahan dan Pembagian Wewenang
Desentralisasi kewenangan dilakukan dengan cara pelimpahan wewenang
kepada aktor tingkat Sekolah (kepala Sekolah, guru, dan orangtua) untuk
mengambil keputusan. Untuk mengoperasikan pelimpahan wewenang tersebut
dibutuhkan adanya pembagian kewenangan yang jelas antara dewan Sekolah,
pemerintah maupun para pelaksana pendidikan diSekolah. Dewan Sekolah yang
anggotanya terdiri dari kepala Sekolah, tokoh masyarakat, tokoh pemerintah,
orang tua, guru dan murid diberi kewenangan untuk membuat kebijakan, aturan-
aturan dan menyetujui program sekolah yang dilaksanakan. Pemerintah
memiliki kewenanganuntuk menyiapkan anggaran (block grant quota),
menetapkan kurikulum nasional serta menyelenggarakan Unas untuk sertifikasi
lanjutan studi danbekerja.
2. Informasi Dua Arah dan Tanggung Jawab
Informasi yang dua arah akan memungkinkan terjadinya proses komunikasi
yang dialogis dan efektif sehingga semua pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan pendidikan dapat berbagi informasi dalam upaya pengambilan
keputusan atau perbaikan-perbaikan penyelenggaraan pendidika. Selain itu,
desentralisasi informasi juga bermanfaat untuk menguatkan rasa pemilikan dan
tanggung jawab bersama untuk memajukan sekolah atau pendidikan.

3. Bentuk dan Distribusi Penghargaan


Penghargaan dalaam bentuk penggajian, insentif maupun penghargaan non
material dalam bentuk internal (produk kerja, kepuasankerja) maupun bentuk
penghargaan eksternal (pujian, uang, danpenghargaan lainnya) akan
terdistribusikan secara tepat terhadap individu-individu sesuai dengan
kontribusi, partisipasi dan tingkat keberhasilannyadi dalam pelaksanaan tugas
yang diembannya. Kondisi seperti itu akanmemungkinkan setiap pegawai untuk
merasa bangga terhadap tugas yang diembannya, mendorong untuk
berpartisipasi/bekerja sepenuhnya sertaakan bertanggung jawab terhadap segala
keputusan dan tindakan yang dilakukannya

4. Penetapan Standar Pengetahuan dan Keterampilan


Desentralisasi pengetahuan dan keterampilan berkaitan erat dengan pentapan
standar kompetensi yang variatif sesuai dengan tuntutan yang ada serta
memberikan peluang kepada pihak-pihak pelaksana pendidikan untuk senantiasa
meningkatkan kompetensinya secara mandiri dengan penuh kesadaran dan
bertanggung jawab terhadap kinerja yang dihasilkannya. Kondisi tersebut
diharapkan akan menghilangkan sikap saling melemparkan tanggung jawab atas
hasil pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai