Anda di halaman 1dari 6

MANAJEMEN PENDIDIKAN

“Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah”

Dosen Pengampu :

Dr. YANTORO, M.Pd

Disusun oleh :

SHINTA ISNAINI SYAFA’ATIN A1D120050

FEBI TRIA A1D120058

SONIA SHAFANA ARIYANTI A1D120069

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
Link Youtobe : https://youtu.be/-_Mez3AkTKw
1. Vina Sulistia (A1D120068)
Bagaimana mengukur keberhasilan implementasi manejemen berbasis sekolah?
Jawaban:
Indikator keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yaitu meliputi:
1. Efektivitas proses pembelajaran;
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat;
3. Pengelolaan tenaga yang efektif;
4. Kepemilikan budaya mutu sekolah;
5. Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis;
6. Sekolah memiliki kemandirian;
7. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat;
8. Transparansi sekolah;
9. Sekolah memiliki kemampuan untuk mengubah dalam psikis dan fisik;
10. Responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan.
Manajemen berbasis sekolah dianggap sebagai faktor untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pendidikan di tingkat sekolah.\
Tambahan jawaban :
1. Fadila puji lestari (A1D120060)
Ukuran keberhasilan implementasi MBS tidak terlepas dari tiga pilar kebijakan pendidikan
nasional, khususnya pilar ke dua dan ketiga, yaitu pemerataan dan peningkatan akses serta
peningkatan mutu dan tata layanan.
Pada aspek pemerataan dan peningkatan akses,
keberhasilan MBS dapat dilihat dari kemampuan sekolah dan daerah dalam menangani
masalah pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan. MBS dikatakan berhasil apabila jumlah
anak usia sekolah yang bersekolah meningkat, khususnya dari kelompok masyarakat berasal dari
daerah pedesaan dan terpencil, keluarga yang kurang beruntung secara ekonomi, sosial dan
budaya, gender, dan lain lain, Sedangkan indikator tata layanan pendidikan ditunjukkan oleh
sejauh mana peningkatan layanan pendidikan di sekolah itu terjadi.
Di samping kinerja sekolah tersebut, indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur
keberhasilan implementasi MBS adalah meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan di sekolah yang menjadikan sekolah lebih demokratis, transparan dan akuntabel.
Dari segi indikator aspek peningkatan mutu, keberhasilan implementasi MBS dapat dilihat
dari meningkatnya prestasi akademik maupun nonakademik
Kesimpulan nya sekolah yang telah berhasil menerapkan MBS akan tercermin dari adanya
kinerja sekolah yang kian membaik atau meningkat. Dampak dari meningkatnya kinerja sekolah
adalah pengelolaan sekolah menjadi lebih efektif dan efisien.

2. Fatmawati (A1D120053)
Bagaimanakah contoh nyata dari suatu keberhasilan pengimplementasian MBS?
Jawaban:
MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat
sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. keputusan
partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,
karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan
kebijakan pendidikan nasional.
Nah contoh nyata keberhasilan pengimplementasian mbs adalah adanya partisipasi warga
sekolah dan masyarakat yang tinggi, meningkatnya mutu sekolah, sekolah semakin transparan,
sekolah memiliki kemandirian, sekolah responsif terhadap kebutuhan, pengelolaan tenaga
pendidik dan kependidikan secara berdaya guna.
Tambahan jawaban :
1. Inggrid Ria Kinasih (A1D120055)

Contoh nyata dari keberhasilan implementasi MBS adalah


a) Berkembangnya kemampuan kepala sekolah bersama guru, unsur komite
sekolah/mejelis madrasah dalam aspek manajemen berbasis sekolah untuk
peningkatan mutu sekolah
b) Berkembangnya kemampuan kepala sekolah bersama guru, unsur komite
sekolah/majelis madrasah dalam melaksanakan pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat setempat
c) Berkembangnya peran serta masyarakat yang lebih aktif dalam masalah umum
persekolahan dari unsur komite sekolah dalam membantu peningkatan mutu sekolah.

2. Ayuni Shakila (A1D120043)


Bagaimana pengaruh manajemen berbasis sekolah terhadap peningkatan prestasi belajar siswa?
Jawaban:
MBS merupakan salah satu gagasan yang diterapkan untuk meningkatkan pendidikan umum.
Tujuan akhirnya adalah meningkatkan lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran siswa.
Dengan demikian, ia bukan sekadar cara demokratis melibatkan lebih banyak pihak dalam
pengambilan keputusan. Keterlibatan itu tidak berarti banyak jika keputusan yang diambil tidak
membuahkan hasil lebih baik. Kita belum memiliki pengalaman untuk mengaitkan penerapan
MBS dengan prestasi belajar siswa.masih diragukan apakah benar penerapan MBS berkaitan
dengan prestasi siswa. Boleh jadi masih banyak faktor lain yang mungkin mempengaruhi prestasi
itu setelah diterapkannya MBS.
Pengamatan penerapan MBS menunjukkan bahwa dewan sekolah cenderung memusatkan
perhatian pada kegiatan-kegiatan seperti penghargaan dan pendisiplinan siswa ketimbang pada
pengajaran dan kurikulum. Selain itu, ada pula indikasi bahwa MBS membuat kepala sekolah
menjadi lebih berminat dengan hal-hal teknis administratif dengan mengorbankan aspek
pembelajaran. Dengan kata lain, peran kepemimpinan pendidikannya diabaikan.
Penerapan MBS yang efektif dapat mendorong kinerja kepala sekolah dan guru yang pada
gilirannya akan meningkatkan prestasi siswa. Oleh sebab itu, harus ada keyakinan bahwa MBS
memang benar-benar akan berkontribusi bagi peningkatan prestasi siswa.

3. Risma Anggreyani (A1D120072)


Tolong jelaska makna dan arti dari Bottom-up planning and decision making, dan mengapa hal
tersebut dijadikan prinsip dalam MBS ?
Jawaban:
Mbs sendiri disini di artikan sebagai bentuk otonomi pendidikan pada satuan pendidikan,
peran yang sangat penting dalam hal ini kan kepala sekolah dan di bantu oleh komite, button up
disini di artikan sebagai perencanaan awal untuk menyesuaikan strategi, nah dalam hal
pendidikan pastinya strategi ini untuk mengajukan satuan pendidikan tersebut, sedangkan
decision making disini di anggap sebagai hasil ataupun keputusan, mengapa dua hal ini di jadikan
patokan ya karena dalam hal ini baik butoom up dan juga decision making sudah memenuhi
semua, baik itu dari perencanaan dan juga hasil.
Button Up Planning adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan
permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan kebijakan
atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. decision making adalah
serangkaian langkah yang diambil oleh manusia untuk menentukan pilihan atau tindakan terbaik.
Tambahan Jawaban :
1. Listiana (A1D120063)
Bottom-up planning (perencanaan yang berasal dari bawah menuju ke atas) and decision
making (pengambilan keputusan). Keputusan harus dari bawah, berdasarkan musyawarah,
mufakat, jangan dimonopoli (maksudnya adalah jangan hanya 1 pihak saja yang memiliki
kuasa atas keputusan yang diambil). Jadi mengapa hal tersebut dijadikan prinsip dalam MBS
karena prinsip sendiri artinya aturan, ketentuan, hukum / standar. Jadi segala hal dalam MBS
ini harus menerapkan prinsip sehingga nantinya MBS ini memiliki acuan dan dapat dijadikan
pedoman saat tindakan MBS itu berlangsung.

4. Meli Haryanti (A1D120052)


Bagaimana penerapan manajemen berbasis sekolah agar dapat meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah?
Jawaban:
Untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui MBS ada beberapa hal yang bisa dilaksanakan:
1) Penyelenggaraan pendidikan perlu dilakukan secara sentralistik, untuk memenuhi kebutuhan
mutu sekolah dalam pendidikan nasional;
2) Meningkatkan peran kantor pendidikan pusat dan daerah;
3) Meningkatkan peran dewan sekolah (komite) dan pengawas sekolah;
4) Meningkatkan peran kepala sekolah dan guru;
5) Mengikutsertakan orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan di sekolah.
Tambahan jawaban :
1. Devi Aulia Ulva (A1D120070)
Implementasi/penerapan MBS antara lain bertujuan untuk meningkatkan, meningkatkan
kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, meningkatkan
tanggung jawab kepala satuan pendidikan, meningkatkan kompetisi sehat antar satuan
pendidikan, serta meningkatkan efisiensi, relevansi, dan pemerataan pendidikan di daerah.
Guna meningkatkan mutu pendidikan melalui partisipasi warga sekolah dan masyarakat,
maka diperlukan pengelolaan satuan pendidikan yang menerapkan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 27 disebutkan bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
kegiatan pendidikan anak usia dini dan Jenjang Pendidikan dasar dan menengah menerapkan
manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,
keterbukaan, dan akuntabilitas.

2. Risma Anggreyani (A1D120072)


Penerapan manajemen berbasis sekolah yg dilakukan agar dapat meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah yakni dengan memperhatikan Proses belajar mengajar, proses belajar
mengajar merupakan aktifitas yang sangat penting dalam proses Pendidikan sekolah. Di
sinilah guru dan siswa berinteraksi dalam rangka transfer ilmu dan pengetahuan kepada siswa.
Keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan sangat bergantung pada apa yang
dilakukan oleh gurudi kelas. Oleh karena itu guru diharapkan dapat:
a) Menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa,
b) mengembangkan model pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and learning),
c) jumlah siswa perkelas tidak lebih dari 40 siswa,
d) manfaat perpustakaan sebagai sumber belajar,
e) memanfaatkan lingkungan dan sumber daya lain di luar sekolah sebagai sumber
belajar,
f) pemanfaatan laboratorium untuk pemahaman materi, (g) pengembangan evaluasi
belajar untuk 3 ranah (cognitif, efektif, psikomotorik), (h) mengembangkan
bentuk evaluasi sesuai dengan materi pokok,
g) mengintegrasikan life skill dalam proses pembelajaran,
h) menumbuhkan kegemaran membaca.

5. Dandi Kurniawan (A1D120042)


Setelah diberi wewenang atau otonomi kepada instansi pendidikan masing masing, permasalahan
atau kelemahan apa yang muncul dihadapi sekolah dalam menerapkan MBS?
Jawaban:
Masalah-masalah yang dirasakan dalam penerapan MBS di lingkungan sekolah yaitu :
a) Penolakan terhadap perubahan
b) Kurangnya pemahaman akan konsep sekolah sebagai sistem
c) Kesulitan dalam penyusunan rencana pengembangan sekolah (RPS)
d) Kurangnya pemahaman akan konsep MBS itu sendiri
e) Kesulitan dalam menerapkan prinsip MBS yang sesuai
f) Kurangnya kejelasan dalam pengaturan tenaga kependidikan
g) Kurangnya kesiapan sekolah dalam melaksanan kurikulum berbasis kompetensi

6. Gusnia Rindiani (A1D120062)


Hambatan apa yang sangat dirasakan sekolah dalam melaksanakan dan menerapkan manajemen
berbasis sekolah ?
Jawaban:
Beberapa hambatan yang mungkin dihadapi pihak-pihak berkepentingan dalam penerapan
MBS adalah sebagai berikut :
1) Tidak Berminat Untuk Terlibat.
Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang
mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut
mereka hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih banyak menggunakan
waktunya dalam hal-hal yang menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala
sekolah dan guru tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa untuk memikirkan aspek-
aspek lain dari pekerjaan mereka. Tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan
anggaran atau tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan itu.

2) Tidak Efisien.
Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan
frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis. Para
anggota dewan sekolah harus dapat bekerja sama dan memusatkan perhatian pada tugas,
bukan pada hal-hal lain di luar itu.

3) Pikiran Kelompok.
Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan besar akan
semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan saling
mendukung satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu
kompromis hanya karena tidak merasa enak berlainan pendapat dengan anggota lainnya.
Pada saat inilah dewan sekolah mulai terjangkit “pikiran kelompok.” Ini berbahaya karena
keputusan yang diambil kemungkinan besar tidak lagi realistis.

4) Memerlukan Pelatihan.
Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum
berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan
besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan
bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya.

5) Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru.


Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi dengan iklim
kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab
pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan
menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung
jawab pengambilan keputusan.

6) Kesulitan Koordinasi.
Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam
mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam
akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali
menjauh dari tujuan sekolah.
Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan sejak awal, mereka dapat
memastikan bahwa setiap hambatan telah ditangani sebelum penerapan MBS. Dua unsur
penting adalah pelatihan yang cukup tentang MBS dan klarifikasi peran dan tanggung jawab
serta hasil yang diharapkan kepada semua pihak yang berkepentingan. Selain itu, semua yang
terlibat harus memahami apa saja tanggung jawab pengambilan keputusan yang dapat dibagi,
oleh siapa, dan pada level mana dalam organisasi.
Anggota masyarakat sekolah harus menyadari bahwa adakalanya harapan yang
dibebankan kepada sekolah terlalu tinggi. Pengalaman penerapannya di tempat lain
menunjukkan bahwa daerah yang paling berhasil menerapkan MBS telah memfokuskan
harapan mereka pada dua maslahat: meningkatkan keterlibatan dalam pengambilan
keputusan dan menghasilkan keputusan lebih baik.

7. Syafrida Dwi Hestiana (A1D120076)


Bagaimana peran Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam meningkatkan kualitas pendidikan
di Indonesia khususnya pada sekolah dasar?
Jawaban:
Peran manajemen dalam meningkatkan mutu dan prestasi sekolah yaitu dengan melakukan
pengelolaan manajemen peningkatan mutu, perubahan pola pikir dan orientasi kerja guru,
peningkatan mutu guru dengan berbagai program peningkatan mutu, peningkatan mutu peserta
didik dengan mencakup ranah kognitif afektif dan psikomotor, serta pelaksanaan studi banding
dan inovasi pendidikan. Permasalahan yang dihadapi dalam manejemen sekolah yaitu kurangnya
dukungan dari masyarakat, kemampuan guru masih kurang pada penguasaan tekhnologi, dan
fasilitas sarana prasarana masih kurang.

Anda mungkin juga menyukai