Anda di halaman 1dari 11

CRITICAL BOOK REPORT

OLEH :

NAMA : REYNALDI EINAR PASARIBU

NIM : 1163311081

MATA KULIAH : MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


BAB I

Pendahuluan

1.1 LATAR BELAKANG

Latar belakang munculnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) tak lepas dari kinerja
pendididkan di suatu Negara berdasarkan system pendidikan yang ada sebelumnya. Diantara
tahun 1960-an hingga 1970-an berbagai inovasi dilakukan melalui pengenalan kurikulum baru
dan pendekatan metode pengajaran baru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, namun
hasilnya tidak memuaskan. Demikian juga di banyak Negara lain seperti Kanada, Amerika,
Australia, Inggris, Perancis, Selandia Baru, dan Indonesia.

Sebelum berbagai inovasi yang diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan difokuskan
pada lingkup kelas, seperti perbaikan kurikulum, profesionalisme guru, metode pengajaran, dan
system evaluasi, dan kesemuanya itu kurang memberikan hasil yang memuaskan. Bersamaan
dengan berbagai upaya itu, pada tehun 1980-an terjadi perkembangan yang menggembirakan di
bidang manajemen modern, yaitu atas keberhasilan penerapannya di bidang industry dan
organisasi komersial. Keberhasilan aplikasi manajemen modern itulah yang kemudian diadopsi
untuk diterapkan di dunia pendidikan. Sejak saat itulah masyarakat mulai sadar bahwa untuk
meningkatkan kualitas pendidikan perlu melompat atau keluar dari lingkup pengajaran di dalam
kelas secara sempit ke lingkup organisasi sekolah. Oleh karena itu, diperlukan reformasi system
secara structural dan gaya manajemen sekolah.

Setelah adanya kesadaran itu muncullah berbagai gerakan reformasi seperti gerakan sekolah
efektif yang mencari dan mempromosikan karakteristik sekolah-sekolah efektif. Ada gerakan
sekolah mandiri, yang menekankan otonomi penggunaan sumber dana sekolah. Ada yang
memfokuskan pada desentralisasi otoritas dari kantor pendidikan pusat kepada aktivitas-aktivitas
yang dipusatkan disekolah seperti pengembangan kurikulum berbasis sekolah, bimbingan siswa
berbasis sekolah, dan sebagainya. Gerakan reformasi yang menggunakan pendekatan berbeda-
beda tersebut kemudian melahirkan model-model MBS.

Di Indonesia, latar belakang munculnya MBS tidak jauh berbeda dengan Negara-negara maju
yang terlebih dahulu menerapkannya. Perbedaan yang mencolok ialah lambatnya kesadaran para
pengambil kebijakan pendidikan di Indonesia. Bayangkan saja di banyak Negara gerakan
reformasi pendidikan model MBS ini sudah terjadi pada tahun 1970-an dan disusul banyak
Negara pada tahun 1980-an, namun di Indonesia baru dimulai 30 tahun kemudian. Hal ini tidak
terlepas dari system otoriter selama orde baru. Semua diatur dari pusat, yaitu di Jakarta baik
dalam penentuan kurikulum sekolah, anggaran pendidikan, pengangkatan guru, metode
pembelajaran, buku pelajaran, alat peraga hingga jam sekolah maupun jenis upacara yang harus
dilaksanakan di sekolah.

Selama bertahun-tahun upaya perbaikan pendidikan selalu dilaksanakan dengan cara tambal
sulam, karena belum ada upaya yang maksimal dari birokrat pendidikan di atas sana. Dengan
demikian, dapat dirumuskan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) muncul karena
beberapa alasan. Pertama, terjadinya ketimpangan kekuasaan dan kewenangan yang terlalu
terpusat pada atasan yang mengesampingkan bawahan. Kedua, kinerja pendidikan yang tidak
kunjung membaik bahkan cenderung menurun di banyak Negara. Ketiga, adanya kesadaran para
birokrat dan desakan dari para pecinta pendidikan untuk merestrukturisasi pengelolaan
pendidikan.

Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan


yang mana selama ini masih dirasa masih kurang, diantaranya dengan membuat program
progaram antara lain “aku anak sekolah” dan dana bantuan operasional. Program tersebut
diharapkan mampu menjunjung kualitas maupun kuantitas pendidikan di Indonesia, akantetapi
karena pengelolaannya masih terpusat dan kaku, program tersebut tidak dapat memberikan
dampak positif. Dugaannya adalah masalah manajemen yang belum sesuai. Hingga munculah
suatu pemikiran atau gagasan baru dalam pengelolaan pendidikan yang memberi kebijakan
kepada masing masing sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan dari
pemerintah. Pemikiran inilah yang disebut dengan manajemen berbasis sekolah (MBS).

BPPN dan Bank Dunia (1999) dalam Mulyasa, memberi pengertian bahwa MBS merupakan
bentuk alternatif sekolah dalam program desentralisasi di bidang pendidikan, yang ditandai oleh
otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat, dan dalam kerangka kebijakan nasional.
Sedangkan Depdikbud dalam , mengemukakan MBS adalah suatu penawaran bagi sekolah untuk
menyediakan pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi para peserta didik. Mulyasa
(2002) mengemukakan Manajemen Berbasis Sekolah adalah pradigma baru pendidikan, yang
memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam rangka kebijakan
pendidikan nasional.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
adalah kebijakan pemerintah yang diberikan masing-masing sekolah untuk mengelola dan
mengoptimalkan pendidikan di daerahnya sesuai dengan karakteristik di daerahnya masing-
masing dan keikutsertaan masyarakat dalam mewujudkan tujuan pendidikan.

1.2 TUJUAN
Tujuan dari dibuatnya Critical book report ini ialah sebagai bahan pertimbangan didalam
melihat kepahaman mahasiswa dari mata kuliah kepemimpinan, adapun tujuan lainnya yaitu
menjadikan mahasiswa lebih kritis didalam menanggapi sesuatu yang dibahas, kritis dibutuhkan
mahasiswa dalam memahami segala sesuatu, baik itu materi mata kuliah ataupun segala sesuatu
yang ada dikehidupan sehari-hari, Mahasiswa akan memahami kelebihan dan kelemahan buku
serta lebih analistis terhadap segala sesuatu yang akan dikerjakan, hal ini akan mendorong
mahasiswa unutk mau belajar memahami segala sesuatu.

1.3 MANFAAT
Adapun manfaat dari tugas ini ialah membiasakan mahasiswa untuk mau dan mampu
dalam memenuhi tanggung jawab dan berpikir secara sadar akan tanggung jawab yang telah
diberikan.Selain itu mahasiswa akan mampu untuk berpikir kreatif, kritis, analisis, dan mampu
menerapkan karakter pemimpin didalam dirinya.

Judul Buku                            : Manajemen Berbasis Sekolah

Penulis                                    : Dr. E.Mulyasa, M.Pd

Penerbit Buku                       : PT. Remaja Rosdakarya Bandung

ISBN                                       : 979-692-196-0

Layout isi                               : Dedi Junaedi

Tanggal Terbit                      : Juni  2012

Tebal buku                            : 216    Halaman

Harga                                     : Rp.40.000


BAB II

Ringkasan Buku

1. Ringkasan Buku

Selama ini sekolah/madrasah berupaya menerapkan berbagai konsep yang terbaik bagi
pendidikan anak-anak. Namun, beberapa sekolah pun masih mengalami kendala dalam upaya
menjadikan sekolah sebagai tempat terbaik peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah
bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, mengubah perilaku serta meningkatkan
kualitas manusia menjadi lebih baik sehingga mampu menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah. Oleh karenanya kemajuan suatu bangsa dapat ditandai dan diukur dari kemajuan
pendidikannya, karena kemajuan beberapa negara di dunia ini dimulai dan dicapai dari
pendidikannya.

MBS berpotensi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta


manajemen yang bertumpu pada tingkat sekolah. MBS dimaksudkan untuk meningkatkan
otonomi sekolah, jauh dari itu MBS juga berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan yang
dapat menentukan sendiri apa yang perlu diajarkan, dan mengelola sumber daya yang ada untuk
merenovasi. MBS juga memiliki potensi yang besar untuk menciptakan kepala sekolah, guru,
dan administrator yang profesional. Dengan demikian, sekolah akan bersifat responsif terhadap
kebutuhan masing-masing siswa dan masyarakat sekolah. Prestasi belajar siswa dapat
dioptimalkan melalui partisipasi langsung orang tua dan masyarakat.

Manajemen berbasis sekolah adalah suatu pendekatan pengelolaan sekolah dalam rangka
desentralisasi pendidikan yang memberikan wewenang yang lebih luas kepada sekolah untuk
mengambil keputusan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan yang didukung dengan
partisipasi yang tinggi dari warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua
siswa dan masyarakat), jadi indikator keberhasilan MBS yang harus dapat di ukur dan dirasakan
oleh para stakeholders pendidikan adalah adanya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Dengan demikian, E. Mulyasa telah memaparkan tori menerapkan Manajemen berbasis sekolah
berdasarkan konsep, strategi, dan contoh implementasinya baik di negara indonesia maupun luar
negeri, tidak hanya itu di buku ini menjelaskan secara mendetail bagaimana strategi pemimpin
dalam menerapkan manajemen sekolah yang baik, didukung dengan pendanaan sekolah dalam
konteks manajemen berbasis sekolah.

Berikut merupakan review dari buku Manajemen berbasis sekolah:

1. Pendahuluan

MBS sebagai salah satu pendekatan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan mendekati
suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang dan dalam perspektif yang lebih luas. Salah satu
model yang banyak digunakan di negara – negara yang telah menerapkan MBS adalah dengan
melibatkan masyarakat secara intensif. Bukan hanya karena pemerintah mulai bangkrut untuk
membiayai pendidikan warganya, melainkan karena masyarakat memiliki kekuatan yang besar
dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Masyarakat akan ikut bertanggung jawab terhadap
kualitas pendidikan apabila mereka diberi peran yang cukup dalam pengambilan keputusan.
MBS akan dapat berjalan apabila masing-masing sekolah memiliki otonomi dan para
konstituennya mampu berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Dua hal tersebut
tidak mungkin ada pada sistem manajemen dan kepemimpinan otoriter. Oleh karena itu, dalam
manajemen berbasis sekolah diperlukan seorang pemimpin yang demokratis dan
transformasional.

2. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah

School based Management (SBM) atau manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah bentuk
alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan, yang ditandai dengan adanya
otonomi luas ditingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi, dan dalam kerangka
kebijakan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya
dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta agar sekolah lebih tanggap
terhadap kebutuhan lingkungan setempat. Masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih
memahami kompleksitas pendidikan, membantu, serta turut mengontrol pengelolaan pendidikan.
Adapun kebijakan nasional yang menjadi prioritas pemerintah harus pula diperhatikan oleh
sekolah. Dengan demikian sekolah dituntut memiliki accountability (Akuntabilitas) baik pada
masyarakat maupun pemerintah, karena keduanya merupakan penyelenggara pendidikan di
sekolah.

Tujuan utama dari MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.
Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan sumber daya yang ada, partisipasi
masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang
tua, ke lenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan
hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh-kembangkan suasana yang
kondusif. Pemerataan pendidikan tampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat terutama yang
mampu dan peduli, sementara yang kurang mampu akan menjadi tanggung jawab pemerintah.

3. Manajemen Komponen-Komponen Sekolah

Istilah Manajemen sekolah, merupakan terjemahan dari “School Management” dan akan melihat
bagaimana manajemen substansi-substansi pendidikan disuatu sekolah atau manajemen berbasis
sekolah (School Based Management) agar berjalan dengan tertib, lancer dan benar-benar
terintegrasi dalam suatu sistem kerjasama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Hal
yang paling penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah manajemen
terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri. Sedikitnya terdapat tujuh komponen sekolah
yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu kurikulum dan program pengajaran,
tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan
hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan.

4. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah

Untuk mengimplementasikan manajemen brbasis sekolah secara efektif dan efisien, kepala
sekolah perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan, dan pandangan yang luas
tentang sekolah dan pendidikan. Kepala sekolah dituntut melakukan fungsinya sebagai manajer
sekolah dalam meningkatkan proses belajar mengajar, dengan melakukan supervisi kelas,
membina, memberikan saran-saran positif kepada guru.

Setrategi dalam mengimplementasikan MBS perlu adanya pengelompokan sekolah berdasarkan


tingkat kemampuan manajemen masing-masing, kemudian dia dakan pentahapan yang tepat
yaitu adanya program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Implementasi MBS
tidak lepas dari perangkat implementasi MBS yang terdiri dari perencanaan, monitoring, dan
evaluasi serta laporan pelaksanaan.

Model MBS yang telah di implementasikan di Australia menempatkan sekolah sebagai lembaga
yang memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakan menyangkut visi, misi, dan tujuan/
sasaran sekolah yang membawa implikasi terhadap pengembangan kurikulum sekolah dan
program-program operatif lainya. MBS dibangun dengan memperhatikan kebijakan dan panduan
dari pemerintah negara bagian di stau pihak dan partisipasi masyarakat. Per paduan dari dua
kepentingan ini dituangkan dalam dokumen 1) School policy (yang memuat visi, misi, sasaran,
pengembangan kurikulum, dan prioritas program), 2) school planning review (Untuk jangka
waktu tiga tahun), 3) School annual planning quality assurance, dan accountability dilakukan
melalui kegiatan yang disebut external dan internal monitoring.

5. Efektifitas, Efesiensi, dan Produktivitas Manajemen Berbasis Sekolah.

Efektifitas dalam MBS dapat diliht dari kualitas program , ketepatan penyusunan, kepuasan,
keluwesan dan adaptasi, semangat kerja, motivasi, ketercapaian tujuan, ketepatan waktu, serta
ketepatan pendayagunaan sarana, prasarana, dan sumberbelajar dalam meningkatkan kualitas
pendidikan disekolah.

Efisiensi dalam MBS yaitu berkenan dengan sistem pendataan yang akurat, tepat guna dan waktu
perlu dibangun secara mendasar melalui peningkatan infrastruktur teknologi informasi pada
setiap sekolah , yang meliputi pusat-pusat pelatihan pendataan, serta sarana dan prasarana
pendukung. dalam meningkatkan efisiensi MBS, analisis serta pengkajian data dan informasi
perlu dilakukan secara terus menerus dan mendalam agar setiap unit kerja di sekolah dapat
melaksanakan MBS yang efisien.

Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan proses penataan dan penggunaan sumber
daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Termasuk produktifitas MBS
mengemukakan kajian yang berkaitan dengan tenaga kerja kependidikan, guru, gaji guru, ahli
ekonomi dan sekolah, serta pendidikan, dan pertumbuhan ekonomi, yang diakhiri dengan analisis
produktivitas pendidikan.

6. Kepemimpinan dalam Manajemen Berbasis Sekolah

Kepemimpinan yaitu kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap


pencapaian tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang
pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya. Untuk memahami gaya
kepemimpinan, dapat di ketahui dari tiga pendekatan utama yaitu, pendekatan sifat, perilaku, dan
situasional.

Gaya kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja pegawai, setiap pemimpin bertanggung jawab
mengarahkan dan dapat menjadi contoh yang baik. Dalam MBS kepala sekolah, sebagai
pemimpin yang harus memiliki berbagai kemampuan diantaranya yang berkaitan dengan
pembinaan disiplin pegawai dan motivasi.

Kinerja kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS adalah segala upaya yang
dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan MBS
di sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Untuk memiliki
kemampuan, erutama keterampilan konsep, para kepala sekolah diharapkan melakukan kegiatan-
kegiatan berikut: 1) senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari, 2) melakukan observasi
kegiatan manajemen secara terencana, 3) membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan yang sedang dilaksanakan, 4) memanfaatkan hasil penelitian orang lain, 5) berpikir
untuk masa yang akan datang, 5) merumuskan ide-ide yang dapat di uji cobakan.

7. Koordinasi, komunikasi, dan supervisi dalam manajemen berbasis Sekolah.

Dalam mewujudkan tujuan sekolah, koordinasi merupakan proses penyatupaduan kegiatan yang
dilakukan pegawai dan berbagai satuan lembaga sehingga dapat berjalan dengan selaras dan
serasi. Koordinasi akan berlangsung efektif apabila dilaksanakan terus menerus dan
berkesinambungan dari tahap awal sampai akhir. Koordinasi ini terbagi menjadi dua macam
yaitu koordinasi intern, dan koordinasi estern. Koordinasi dapat dilakukan secara formal maupun
informal, melalui konferensi lengkap, pertemuan berkala, pembentukan panitia gabungan,
pembentukan staff, wawancara dengan bawahan,  dan lain sebagainnya.

Manfaat koordinasi dalam MBS adalah menumbuhkan sikap egaliter, serta meningkatkan rasa
kesatuan dan persatuan diantara kepala sekolah maupun guru-guru dengan tetap menghargai
kewajiban dan wewenang masing-masing. Dengan demikian, setiap kepala sekolah dan guru
tidak terjebak oleh kepentingan masing-masing atau bagian yang sempit sehingga dapat
menjalankan perannya secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan secara optimal.

Komunikasi dalam MBS meliputi komunikasi intern dan ekstern.  Komunikasi intern terdiri dari
dasar, tujuan dan manfaat  yang berkaitan dengan kondisi intern sekolah, sekolah memiliki
prinsip komunikasi, dan memecahkan masalah bersama disekolah. Komunikasi ekstern meliputi
komunikasi yang dilaksanakan oleh lingkungan luar sekolah terdiri dari hubungan sekolah
dengan orang tua dan  hubungan sekolah dengan masyarakat.

Supervisi merupaka suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan dilakukan
sesuai dengan ketentuan. Supervisi dalam MBS supervisi lebih ditekankan pada pembinaan dan
peningkatan kepampuan dan kinerja tenaga kependidikan desekolah dalam melaksanakan tugas.
Supervisi bertujuan mengembangkan iklim sekolah yang kondusif dan lebih baik dalam
peningkatan profesi mengajar. Teknik supervisi dapat  dilakukan  dengan cara kunjungan dan
observasi kelas, pembicaraan individual, diskusi kelompok, demonstrasi mengajar, dan
perpustakaan profesional.
8. Dana pendidikan dalam konteks manajemen berbasis sekolah.

Fungsi dana dalam MBS untukmenunjang penyediaan sarana prasarana yang mampu menunjang
segala aktivitas dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan. Di dalamnya harus
terdapat penglasifikasian dana pendidikan meliputi dana langsung dan tak langsung, dan dana
masyarakat dan dana pribadi.

Manajemen keuangan  meliputi perencanaan finansial, pelaksanaan, dan evaluasi. Komponen


utama manajemen keuangan meliputi pengelolaan dana sekolah, perencanaan pengelolaan dana,
perencanaan pengelolaan dana,proses penyusunan anggaran, penyusunan rencana Anggran
belanja sekolah, dan Proses pengaturan (penerimaan, penggunaan, pertanggung jawaban).

1. Isi Pembahasan Buku

Dalam buku yang berjudul “Manajemen Berbasis Sekolah” karangan Dr. E. Mulyasa, M.Pd
memaparkan pentingnya proses pembangunan nasional yang turut menentukan pertumbuhan
ekonomi suatu negara, diman pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumberdaya
manusia.

Buku ini memberikan paradigma pendidikan baru pada tahun sekitar 2000, yang  memaparkan
konsep-konsep dalam pengimplementasianya, memaparkan contoh implementasi dari negara lain
yang telah sukses menerapkan MBS. Dengan adanya paradigma baru ini, penulis mengharapkan
setiap lembaga mampu mengelola manajemen sekolah secara efektif dan efisien serta produktif
dalam meningkatkan kinerja pendidik dan tenaga pendidik di sekolah.
Walaupun MBS ini telah di sampaikan dan disosialisasikan sejak sekitar tahun 2000, namun
masih banyak sekolah-sekolah yang belum mampu untuk menerapkannya, dengan demikian
buku ini menunjukkan dan memberikan panduan dalam menerapkan manajemen berbasis
sekolah khususnya dalam pengelolaan bidang keuangan sekolah yang transparan dan juga
diharapkan efisien dalam penggunaan seiring dengan kegiatan yang berjalan efektif.

Pada era 2016 ini, menurut saya manajemen berbasis sekolah mungkin cukup dipandang usang
atau lama jika di bicarakan atau di kaji sekarang. Namun, dalam implementasi di bidang
pengelolaan kuangan, konsep MBS ini masih bertahan dan efisien jika di terapkan dalam
manajemen pendidikan disekolah menyangkut kerjasama dalam pihak internal maupun eksternal.

Dibuktikan bahwa berdasarkan petunjuk dan teknis tata kelola Bantuan dana operasional yang
diberikan pemerintah masih menggunakan prinsip ini dalam penggunaannya.

Penulis bahkan telah melakukan cetakan ke empat belas sejak tahun 2002 hingga 2012, hal ini
membuktikan bahwa betapa buku ini masih banyak diminati oleh dunia akademisi baik untuk
bahan referensi penelitian, hingga menjadi dasaran teori dari pengembangan manajemen sekolah
tertentu.

Seiring dengan perkembangan zaman manajemen pendidikan bersifat dinamis, sehingga dengan
berjalannya waktu memberikan pembaharuan sistem dan proses pengelolahan yang berkembang 
misalnya Manajemen peningkatan mutu, manajemen peserta didik berbasis sekolah dan
manajemen-manajemen pembaharuan lainya.

Karena MBS merupakan  salah satu wujud dari reformasi pendidikan, yang  menawarkan pada
sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik sesuai
dengan karakteristik sekolah, maka MBS dapat di kembangkan sesuai dengan karakteristik yang
ingin dicapai oleh satuan pendidikan, misalnya sekolah dengan manajemen berbasis Lingkungan,
dalam pengelolaannya dapat digunakan prinsip-prinsip MBS.

Dari  berbagai kelebihan  konsep yang telah di sampaikan di atas pasti memiliki kekurangan
yaitu:

1. Penulisan dalam buku ini menggunakan bahasa yang jelas, akan tetapi kurang menarik
dalam mengemukakan konsepnya, sehingga pembaca cenderung langsung pada teori,
ibarat tidak terdapat angin segar pada pembuka konsep.
2. Cover dalam buku ini terbilang kurang menarik khusunya bagi pembaca yang inovatif.
3. Adanya beberapa sub bab yang sulit dipahami, karena tidak menyebutkan penjelasan
serta contoh secara realistis yang terjadi dilingkungan sekitar.
4. Buku cetakan ke empatbelas ini rupanya masih sama dengan edisi sebelumnya, tidak
terdapat revisi.
BAB III

PENUTUP

1. Penutup

Buku manajemen berbasis sekolah ini sangat layak untuk dibaca sebagai tambahan wawasan
manajemen pendidikan, dan perlu diketahui konsep-konsepnya dalam mengembangkan dan
meningkatkan manajemen sekolah yang baik. Namun, dalam membacanya diharapkan pembaca
memiliki pengetahuan  tentang manajemen sekolah yang tepat sebelumnya ,serta lebih tepat jika
dapat mengetahui keadaan lapangan yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai