Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya peningkatan mutu pendidikan melalui pendekatan pemberdayaan


sekolah dalam mengelola institusinya, telah dilakukan Depdiknas. Baik sebelum
otonomi daerah maupun sesudah otonomi daerah. Pada era otonomi daerah
muncul program pemberdayaan sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS).

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah salah satu strategi wajib


yang Indonesia tetapkan sebagai standar dalam  mengembangkan keunggulan 
pengelolaan sekolah. Penegasan ini dituangkan dalam USPN Nomor 20 tahun
2003 pada pasal 51 ayat 1 bahwa pengelolaan satuan pendidikan pendidikan
menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan model aplikasi


manajemen institusional yang mengintegrasikan  seluruh sumber  internal dan
eksternal  dengan lebih menekankan pada pentingnya menetapkan kebijakan
melalui  perluasan otonomi sekolah.  Sasarannya adalah mengarahkan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan dalam rangka mencapai tujuan.
Spesifikasinya berkenaan dengan visi, misi, dan tujuan yang dikemas dalam
pengembangan kebijakan dan perencanaan (Wikipedia, 2009) .

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) akan terlaksana apabila didukung


oleh sumber daya manusia (SDM ) yang memiliki kemampuan, integritas dan
kemauan yang tinggi. Salah satu unsur SDM dimaksud adalah guru, di mana guru
merupakan faktor kunci keberhasilan peningkatan mutu pendidikan karena
sebagai pengelola proses belajar mengajar bagi siswa.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan


nasional khususnya pendidikan dasar dan menengah pada setiap jenjang dan
satuan pendidikan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan
kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 1


prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun
berbagai indikator mewujudkan bahwa, mutu pendidikan masih belum meningkat
secara signifikan. Sebagian kecil saja sekolah menunjukkan peningkatan mutu
pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih
memprihatinkan.

SDN 25 Dungingi Kota Gorontalo sebagai salah satu lembaga pendidikan


berusaha mengikuti perkembangan yang ada sesuai dengan konsep otonomi
daerah yang kemudian mengarah kepada otonomi sekolah. Untuk itu
pengembangan program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) juga sudah mulai
digerakkan bagi kemajuan sekolah. Beberapa upaya yang dilakukan dapat terlihat
sebagai salah satu rintisan untuk mengembangkan Manajemen Berbasis Sekolah.
Sesuai dengan prosedur dan langkah-langkah bagi pembentukan proses mengarah
kepada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dilakukan identifikasi masalah


penelitian pada SDN 25 Dungingi Kota Gorontalo yang berkaitan dengan
pengembangan Program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah sebagai
berikut :

 Pelaksanaan Otonomi dalam Pengembangan Program sekolah di SDN 25


Dungingi Kota Gorontalo melalui program Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS)

 Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang di terapkan pada SDN


25 Dungingi Kota Gorontalo

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :

 Mengetahui langkah-langkah yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan


mutu pendidikan melalui penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

 Mengetahui pelaksanaan Otonomi Sekolah dalam Pengembangan Program


Sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

 Mengetahui penerapan konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang


diterapkan di SDN 25 Dungingi Kota Gorontalo

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 2


1.4 Manfaat

Hasil penelitian terhadap pelaksanaan Otonomi dalam Pengembangan


Program Sekolah melalui penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SDN
25 Dungingi ini diharapkan memberikan sejumlah manfaat, antara lain :

 Secara teoritis / akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya


khasanah kepustakaan pendidikan, khususnya pelaksanaan Otonomi dalam
Pengembangan Program Sekolah melalui penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) serta dapat menjadi bahan masukan bagi mereka yang berminat
menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mengambil kancah penelitian yang
berbeda dan dengan sampel penelitian yang lebih banyak

 Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi SDN 25
Dungingi untuk mengetahui pelaksanaan Otonomi dalam Pengembangan
Program Sekolah melalui penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 3


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

2.1.1 Pengertian

Istilah Manajemen berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari


School Based Management.. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika
Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan
dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat.

Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menurut beberapa


ahli antara lain :

Menurut E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan
kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan
memadai bagi para peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan
potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staff, menawarkan
partisipasi langsung kelompok-kelompok yang terkait, dan meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap pendidikan.

Menurut Nanang Fatah, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


merupakan pendekatan politik yang bertujuan untuk mendesain ulang
pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah
dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja
sekolah yang mencakup guru, siswa, komite sekolah, orang tua siswa dan
masyarakat. Manajemen berbasis Sekolah mengubah sistem pengambilan
keputusan dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan keputusan dan
manajemen ke setiap yang berkepentingan di tingkat lokal Local
Stakeholder.

Menurut Bedjo sudjanto, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


merupakan model manajemen pendidikan yang memberikan otonomi lebih
besar kepada sekolah. Disamping itu, MBS juga mendorong pengambilan
keputusan partisipatif yang melibatkan langsung semua warga

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 4


sekolah yang dilayani dengan tetap selaras pada kebijakan nasional
pendidikan.

Jadi, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan sebuah strategi


untuk memajukan pendidikan dengan mentransfer keputusan penting
memberikan otoritas dari negara dan pemerintah daerah kepada individu
pelaksana di sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menyediakan
kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua kontrol yang sangat besar dalam
proses pendidikan dengan member mereka tanggung jawab untuk
memutuskan anggaran, personil, serta kurikulum.

2.1.2 Karakteristik

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memiliki karakter yang perlu


dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya, karakteristik tersebut
merupakan ciri khas yang dimiliki sehingga membedakan dari sesuatu yang
lain. MBS memiliki karakteristik sebagai berikut :

a) Adanya otonomi yang luas kepada sekolah

b) Adanya partisipasi masyarakat dan orang tua siswa yang tinggi

c) Kepemimpinan sekolah yang demokratis dan professional

d) Adanya team work yang tinggi, dinamis dan professional

Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat dilihat pula


melalui pendidikan sistem. Hal ini didasari oleh pengertian bahwa sekolah
merupakan Sebuah sistem sehingga penguraian karakteristik Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) berdasarkan pada input, proses dan output.

 Input Pendidikan, Dalam input pendidikan ini meliputi; (a) memiliki


kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas, (b) sumber daya yang
tersedia dan siap, (c) staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi, (d)
memiliki harapan prestasi yang tinggi, (e) fokus pada pelanggan.

 Proses Pendidikan, Dalam proses terdapat sejumlah karakter yaitu; (a)


Proses Belajar Mengajar (PBM) yang memiliki tingkat efektifitas yang
tinggi , (b) Kepemimpinan sekolah yang kuat, (c) Lingkungan sekolah
yang aman dan tertib, (d) Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif,

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 5


(e) Sekolah memiliki budaya mutu, (f) Sekolah memiliki team work yang
kompak, cerdas, dan dinamis.

 Output yang diharapkan, Output Sekolah adalah Prestasi sekolah yang


dihasilkan melalui proses pembelajarn dan manajemen di sekolah. Pada
umumnya output dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu output berupa
prestasi akademik yang berupa NEM, lomba karya ilmiah remaja, cara-
cara berfikir ( Kritis, Kreatif, Nalar, Rasionalog, Induktif, Deduktif dan
Ilmiah. Dan output non akademik, berupa keingintahuan yang tinggi,
harga diri, kejujuran, kerjasama yang baik, toleransi, kedisiplinan,
prestasi olahraga, kesenian dari para peserta didik dan sebagainya.

2.2 Otonomi Sekolah

Otonomi merupakan kewenangan daerah Otonomi untuk mengatur dan


mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat itu sendiri (Thoha, 1998). Dengan Otonomi semacam ini wewenang
pusat dilimpahkan kepada daerah Otonomi untuk mengurusnya dan yang
terpenting bahwa otonomi merupakan penerapan asas desentralisasi dalam
pemerintahan (Soetopo, 2000).

Dari istilah Geenberg (1995), desentralisasi atau Otonomi daerah


tersebut, maka dalam dunia pendidikan istilah Otonomi atau desentralisasi
memiliki pengertian proses pendelegasian atau pelimpahan kekuasaaan atau
wewenang dari pimpinan atau atasan ketingkat bawahnya dalam suatu Organisasi
(Soetopo, 2000). Dalam konteks tersebut, segala keputusan yang dibuat dalam
tubuh Organisasi didelegasi kebawah untuk meningkatkan efesiensi dan kepuasan
kerja Pegawai.

Jika hal tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan, maka desentralisasi


adalah merupakan proses pendelegasian wewenang penyelenggaraan pendidikan
dari pemerintah pusat kepada daerah, misalnya pemerintah Kabupaten ke
pemerintah Kecamatan. Dalam pelaksanaan desentralisasi di bidang pendidikan
ini akan berdampak pada system manajemen yang diterapkan masing – masing
Otonom. Sebagai akibat dari tuntutan terhadap dunia pendidikan yang diakibatkan
rendahnya kualitas dan mutu pendidikan, maka desentralisasi pendidikan menjadi
suatu alternative untuk memecahkan masalah mutu pendidikan.

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 6


Sebagai langkah awal desentralisasi pendidikan maka terlebih dahulu
dilakukan desentralisasi dengan memberikan hak otonomi pada pengelolaan
ditingkat daerah sampai tingkat sekolah, dimana daerah dan sekolah diberi
wewenang sendiri dalam mengelola pendidikan melalui program Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) sebagai pilot projek pemindahan dan pemberian
kewewenangan tertentu pada sekolah dalam mengelola pendidikan.

Otonomi diartikan sebagai kewenangan atau kemandirian dalam


mengatur dan mengurus diri sendiri, merdeka, tidak sepenuhnya tergantung pada
yang lain. Kemandirian tersebut terdapat pada beberapa aspek diantaranya
kemandirian dalam penyusunan rencana dan program serta kemandirian dalam
pendanaan yang akan menjadi tolak ukur kemandirian sekolah. Sekolah memiliki
kewenangan untuk menentukan dan memilih langkah terbaik yang akan dilakukan
yang tetap berorientasi pada peningkatan mutu dan pengembangan program
sekolah.

Jadi, Otonomi Sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan


mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang – undangan pendidikan
nasional yang berlaku. Hal tersebut tentu menuntut kemampuan pengambilan
keputusan yang terbaik, kemampuan menghargai pendapat orang lain,
kemampuan memobiltas sumber daya, kemampuan memilih cara yang terbaik
serta kemampuan bersinergi untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 7


BAB III

KAJIAN EMPIRIK

3.1 Konsep dan Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Manajemen Berbasis Sekolah adalah model manajemen yang


memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan
keputusan bersama / partisipatif dari semua warga sekolah dan masyarakat. Untuk
mengelola sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan
kebijakan pendidikan nasional. Otonomi yang demikian memberikan kebebasan
sekolah untuk membuat program-program sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Pengambilan keputusan bersama dengan warga sekolah dan dedikasi tanggung
jawab bersama untuk kemajuan sekolah. Dengan tidak mengurangi otonomi
sekolah, demi kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok untuk menguasai
sekolah tanpa partisipasi warga sekolah dan masyarakat

Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah yaitu :

a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah


dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam


penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama /
partisipatif.

c) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua masyarakat dan


pemerintah tentang sekolahnya.

d) Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan


yang akan dicapai.

3.2 Langkah-Langkah Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

3.2.1 Perencanaan (planning)

Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan


yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984)
bahwa: planning may be defined as the proses by which manager set

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 8


objective, asses the future, and develop course of action designed to
accomplish these objective. Sedangkan T. Hani Handoko (1995)
mengemukakan bahwa : “Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau
penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek,
program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi
ini”

Upaya perencanaan yang dilakukan oleh SDN 25 Dungingi Kota


Gorontalo adalah membuat Visi, Misi dan Tujuan Sekolah serta membuat
rancangan Program Kerja Tahunan yang melibatkan seluruh warga sekolah.
Dengan keterlibatan seluruh elemen sekolah dapat terlihat adanya upaya
untuk menerapkan MBS dalam setiap bidang kegiatan yang berlangsung.

Penyusunan perencanaan strategik di SDN 25 Dungingi Kota


Gorontalo, sebagai berikut:

1) Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang


misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan
tanggung jawab Kepala Sekolah. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-
nilai yang dibawakan Sekolah. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-
masalah pendidikan, sosial, dan etika dari para siswa sekolah tersebut
serta masalah-masalah umum lainnya.

2) Pengembangan profil sekolah, yang mencerminkan kondisi internal dan


kemampuan Sekolah dan merupakan hasil analisis internal untuk
mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas
dan kualitas sumber daya - sumber daya Sekolah yang tersedia. Profil
Sekolah menunjukkan kesuksesan Sekolah di masa lalu dan
kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai
implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa yang akan
datang.

3) Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi


cara-cara dan apa perubahan-perubahan lingkungan yang dapat
mempengaruhi Lingkungan Sekolah baik pada para Siswa, Guru maupun
pada warga sekolah lainnya.

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 9


3.2.2 Pengorganisasian (organizing)

Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing).


George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah
tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara
orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan
memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu,
dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran
tertentu”.

Lousie E. Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan


pengorganisasian : “… as the act of planning and implementing
organization structure. It is the process of arranging people and physical
resources to carry out plans and acommplishment organizational
obtective”.

Pada tahap pengorganisasian, upaya yang telah dilakukan oleh SDN


25 Dungingi Kota Gorontalo adalah dengan melakukan koordinasi yang
baik dengan seluruh warga sekolah, sehingga mereka dapat mengetahui
TUPOKSI nya masing-masing. Dengan adanya konsep seperti itu maka
kegiatan akan dapat berjalan dengan baik dan terarah.

3.2.3 Pelaksanaan (actuating)

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)


merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi
perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan
aspek-aspek abstrak proses manajemen.

Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa


actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai
sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh
karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.

3.2.4 Pengawasan (controlling)

Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak


kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 10


akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E.
Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang
pengawasan sebagai : “… the process by which manager determine wether
actual operation are consistent with plans”.

Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait


mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut
dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya
merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.

Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat


tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki
peranan yang amat vital. Karena bagaimanapun sekolah merupakan suatu sistem
yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang
perlu dikelola secara baik dan tertib.

Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di SDN 25 Dungingi Kota


Gorontalo telah memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian
yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah
untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara
berkelanjutan.

3.3 Pengembangan Program Sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah


(MBS) di SDN 25 Dungingi Kota Gorontalo

3.3.1 Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di


sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur
pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan
terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan
manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap : (a)
perencanaan; (b) pengorganisasian dan koordinasi; (c) pelaksanaan; dan (d)
pengendalian.

Dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), SDN 25


Dungingi Kota Gorontalo menerapkan siklus manajemen kurikulum yang
terdiri dari empat tahap, yaitu :

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 11


1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai : (1) analisis
kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3)
menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat rencana induk (master
plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.

2. Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah : (1) perumusan


rasional atau dasar pemikiran; (2) perumusan visi, misi, dan tujuan; (3)
penentuan struktur dan isi program; (4) pemilihan dan pengorganisasian
materi; (5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; (6) pemilihan
sumber, alat, dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara mengukur hasil
belajar.

3. Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah: (1)


penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran); (2) penjabaran materi (kedalaman dan
keluasan); (3) penentuan strategi dan metode pembelajaran; (4)
penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara
dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan (6) setting lingkungan
pembelajaran.

4. Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan


dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk
penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat
mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks:
memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual,
masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada
kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan
cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada
penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan
program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses
dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif).

3.3.2 Manajemen Kesiswaan

Untuk pengembangan manajemen kesiswaan, SDN 25 Dungingi Kota


Gorontalo menerapkan empat prinsip dasar, yaitu : (a) siswa harus
diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 12


untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan
yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam,
ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat
dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam,
sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal;
(c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang
diajarkan; dan (d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut
ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor.

3.3.3 Manajemen Personalia

Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yang diterapkan


di SDN 25 Dungingi Kota Gorontalo yaitu : (a) dalam mengembangkan
sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga; (b)
sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan
baik, sehingga mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan suasana
organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh
terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d) manajemen
personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga
dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.

Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat


penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan
kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya
pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak
diperlukan.

3.3.4 Manajemen Keuangan

Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan


efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana
yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin
operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan
transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah,
masyarakat dan sumber-sumber lainnya.

Manajemen Keuangan di SDN 25 Dungingi Kota Gorontalo terutama


berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 13


mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan
sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan
pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan.

3.3.5 Manajemen Perawatan Preventif Sarana dan Prasana Sekolah

Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah


merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk
merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah
lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia
pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan
sarana dan pra sarana sekolah.

Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di


sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana
dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar
evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian
dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan
kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat
sarana dan prasarana sekolah.

Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim


pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan
prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif
untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan
terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 14


BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Sebagai salah satu upaya pengembangan untuk menuju kepada


Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), pelaksanaan pengembangan program
sekolah di SDN 25 Dungingi Kota Gorontalo telah menerapkan konsep
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang dapat dijadikan acuan bagi
penyelenggaraan proses pendidikan ke depan. Diharapkan dengan adanya konsep
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini penyelenggaraan Otonomi Pendidikan di
tingkat sekolah dapat lebih maju dibanding pada masa sebelumnya.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan


beberapa hal sebagai berikut :

 Manajemen pendidikan berbasis sekolah, menuntut adanya sekolah yang


otonom dan kepala sekolah yang memiliki otonomi, khususnya otonomi
kepemimpinan atas sekolah yang dipimpinnya. Oleh karena itu, perlu
langkah-langkah yang bersifat implementatif dan aplikatif untuk merealisir
manajemen pendidikan berbasis sekolah di lembaga pendidikan persekolahan.

 Keberhasilan penerapan manajemen pendidikan berbasis sekolah sangat


ditentukan oleh political will pemerintah dan kepemimpinan di persekolahan.

 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah model manajemen sekolah yang


memberikan otonomi kepada sekolah dan menekankan keputusan sekolah
sbersama/ partisipatif dari semua warga sekoalh dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.

 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memberikan kemungkinan sekolah


memiliki kewenangan yang besar mengelola sekolahnya agar lebih berdaya
kreatif sehingga dapat mengembangkan program - program yang lebih cocok
dengan kebutuhan dan potensi sekolah.

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 15


4.2 Saran

Pengelola sekolah dan seluruh warga sekolah baik intern maupun ekstern
diharapkan dapat berperan aktif dalam peningkatan mutu pendidikan dengan
menerapkan konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini.

Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang diterapkan di SDN 25


Dungingi Kota Gorontalo dapat terwujud dengan hasil yang maksimal dan dapat
dirasakan oleh seluruh warga sekolah apabila pengelola sekolah dan seluruh
warga sekolah baik intern maupun ekstern berperan aktif.

Laporan |Manajemen Berbasis Sekolah 16

Anda mungkin juga menyukai