Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Praktik Manajemen
Sekolah yang diampu oleh bapak Ridwan Purnama, S. H., M. Si dan bapak Asep
Ridwan Lubis, MAB.

Oleh:
Mutiara Chaivazahra Putri Soleh
2107554

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BISNIS


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dapat dilakukan
melalui pendidikan, dan berbagai pelatihan. Upaya meningkatkan pendidikan
haruslah mencakup semua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan seperti yang
terdapat dalam sistem pendidikan suatu bangsa (Pratiwi, 2016). Terdapat beberapa
faktor yang ikut berpengaruh terhadap ualitas pendidikan, salah satu yang paling
besar pengaruhnya ialah faktor manajemen pendidikan, terutama Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS).
Pada hakikatnya, esensi manajemen berbasis sekolah adalah peningkatan
otonomi sekolah, peningkatan partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan, dan peningkatan fleksibilitas pengelolaan sumber
daya sekolah. Pengubahan manajemen berbasis pusat menjadi manajemen
berbasis sekolah bukan merupakan proses sekali jadi dan bagus hasinya, akan
tetapi merupakan proses yang berlagsung secara terus-menerus dan melibatkan
semua pihak yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pendidikan sekolah
(Pratiwi, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana landasan dan alasan manajemen berbasis sekolah (MBS)?
2. Bagaimana konsep pengembangan masa depan?
3. Bagaimana karakteristik dan model manajemen berbasis sekolah (MBS)?
4. Bagaimana mutu pendidikan di sekolah?
5. Bagaimana konsep, ruang lingkup, cara pengemangan manajemen, kurikulum
di sekolah?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana landasan dan alasan manajemen berbasis
sekolah (MBS).
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep pengembangan masa depan.
3. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan model manajemen berbasis
sekolah (MBS).
4. Untuk mengetahui bagaimana mutu pendidikan di sekolah.
5. Untuk mengetahui bagaimana konsep, ruang lingkup, cara pengembangan
manajemen, kurikulum dan pembelajaran di sekolah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Manajemen berbasis sekolah pada dasarnya memberikan kewenangan
terhadap sekolah untuk melakukan pengelolaan dan perbaikan. Landasan filosofis
MBS secara umum adalah cara hidup Masyarakat. Menurut Lestari, (2015)
landasan munculnya MBS yang berasal dari kehidupan masyarakat diantaranya:
a. Pendidikan nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat yaitu nilai-nilai
kebersamaan yang bersumber dari nilai sosial budaya yang terdapat di
lingkungan keluarga dan masyarakat serta pada pendidikan agama
MBS merupakan salah satu pendekatan yang dapat diterapkan untuk
mengakomodikasikan pendidikan nilai, pendidikan kewarganegaraan dan
agama sangat penting untuk menumbuhkembangkan tanggung jawab bersama
didalam kehidupan suatu masyarakat. Manajemen berbasis sekolah dengan
dukungan masyarkat berupaya memperkuat jati diri peserta didik dengan nilai
sosial budaya setempat, mensinergikannya dengan nilai-nilai kebangsaan serta
nilai-nilai agama yang dianut.
b. Kesepakatan-kesepakatan yang diberlakukan dalam kehidupan masyarakat
Kesepakatan atas pranata sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dengan
kata lain maka segala bentuk perubahan harus melibatkan masyarakat
setempat agar semuanya lancar sesuai harapan. Tuntutan penerapan MBS
semakin nyata seiring dengan perubahan karakteristik masyarakat. Perubahan
dalam bidang social, ekonomi, hukum, pertahanan, keamanan, secara nasional,
regional, maupun global, mendorong adanya perubahan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang dimiliki siswa. Artinya telah terjadi perubahan
kebutuhan siswa sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat luas dimasa
mendatang dibandingkan dengan masa lalu.
Oleh karena itu, pelayanan terhadap siswa, program pengajaran, dan jasa
yang diberikan kepada siswa juga harus sesuai dengan tuntutan baru tersebut.
Secara umum perubahan lingkungan menuntut adanya pola kebiasaan dan

3
tingkah laku baru oleh semua pihak. Untuk menyesuaikan keadaan tersebut
dibutuhkan adanya reformasi dalam pendidikan, salah satunya dengan MBS.

2.2 Alasan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Manajemen berbasis sekolah (MBS) dilakukan untuk meningkatkan
pendidikan terutama di daerah, karena sekolah dan masyarakat tidak perlu
menunggu perintah dari pusat, tetap dapat mengembangkan suatu visi pendidikan
yang sesuai dengan kondisi daerah dan melaksanakan visi pendidikan secara
mandiri (Pratiwi, 2016). Tujuan MBS bermuara pada lima hal, yakni: 1)
meningkatkan mutu pendidikan dalam mengelola dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, 2) meningkatkan
kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
melalui pengambilan keputusan, 3) meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada
orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolah, 4) meningkatkan
kompetisi yang sehat antar sekolah dan pemerintahan tentang mutu sekolah yang
diharapkan, dan 5) memberdayakan potensi sekolah yang ada agar menghasilkan
lulusan yang berhasil guna dan berdaya guna.

2.3 Konsep Pengembangan Masa Depan


Pengembangan pendidikan masa depan adalah proses, cara, atau perbuatan
untuk menjadi maju dalam proses pembelajaran yang dilakukan untuk kehidupan
dikurun waktu yang akan datang. Terdapat empat pilar pendidikan sebagai
berikut: 1) belajar untuk mengetahui (learning to know), 2) belajar untuk berbuat
(learning to do), 3) belajar untuk hidup bersama (learning to life together), dan 4)
belajar untuk menjadi (learning to be). Pendidikan masa depan dicirikan sebagai
berikut:
1. Berfokus pada pemupukan potensi unggul setiap peserta didik.
2. Keseimbangan beragam kecerdasan (intelektual, emosional, sosial, spritual,
kinestetis, dst.)
3. Mengajarkan life skills.
4. Sistem penilaiannya berbasis portofolio dari hasil karya siswa.
5. Pembelajaran berbasis kehidupan nyata dan praktik di lapangan.

4
6. Guru lebih berperan sebagai motivator dan fasilitator agar peserta didik
mengembangkan minatnya masing-masing.
7. Pembelajaran didasarkan pada kemampuan, cara/gaya belajar, dan
perkembangan psikologis anak masing-masing.

2.4 Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Menurut Rakhil Fajrin, (2018) manajemen berbasis sekolah (MBS)
memiliki tiga karakteristik yang menjadi ciri khas dan harus dikedepankan dari
yang lain pada manajemen tersebut, yaitu sebagai berikut: 1) kekuasaan dan
tanggung jawab dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
peningkatan mutu pendidikan yang didesentralisasikan kepada para stakeholder
sekolah, 2) domain manajemen peningkatan mutu pendidikan yang mencakup
keseluruhan aspek peningkatan mutu pendidikan, mencakup kurikulum,
pegawaian, ekuanan, sarana prasarana, dan penerimaan siswa baru, dan 3)
walauapun keseluruhan domain manajemen peningkatan mutu pendidikan
didesentralisasi kepada sekolah-sekolah, diperlukan regulasi yang mengatur
fungsi kontrol pusat terhadap keseluruhan pelaksanaan kewenangan dan tanggung
jawab pemerintah.
Manajemen berabasis sekolah (MBS) memiliki karakteristik yang harus
dipahami oleh sekolah yang menerapkan. Karakteristik MBS didasarkan atas
input, proses, dan output. Sekolah yang melaksanakan MBS adalah yang secara
efektif dapat melaksanakan semua programnya, sehingga sekolah memiliki
kualitas yang handal. Jadi sekolah bermutu seharusnya adalah sekolah efektif.
sekolah juga sebagai sebuah system, maka pendekatan system (input-proses-
output) akan digunakan untuk menetapkan sekolah efektif tersebut. Berikut
merupakan tujuan input-proses-ouput pendidikan.
A. Tinjauan input pendidikan:
1. Siswa: sebagai masukan utama
2. Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas
3. Sumberdaya tersedia dan siap
4. Staf yang kompten dan dedikasi tinggi
5. Memiliki harapan prestrasi yang tinggi

5
6. Fokus pada pelanggan (siswa/masyarakat)
7. Input manajemen: tugas jelas, rencana rinci dan sistematis, program kerja,
aturan jelas, pengendalian mutu yang jelas.
B. Tinjauan proses pendidikan:
1. Proses belajar-mengajar yang efektif
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat
3. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib
4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif
5. Sekolah memiliki budaya mutu
6. Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas,dan dinamis
7. Sekolah memiliki kewenangan/kemandirian
8. Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat
9. Sekolah memiliki keterbukaan (transparasi) manajemen
10. Sekolah memiliki kemauan untuk berubah (secara psikologis dan fisik)
11. Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
12. Sekolah responsif dan antisipatif terhadap perubahan kebutuhan
13. Mampu memelihara dan mengembangkan komunikasi yang baik
14. Sekolah memiliki akuntabilitas public yang kuat
C. Tinjauan ouput pendidikan
1. Prestasi siswa yang tinggi: sebagai hasil PBM yang bermutu
2. Prestasi sekolah (akademik dan non akademik)

2.5 Model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Dewasa ini telah banyaknya digunakan model-model dan prinsip-prinsip
manajemen modern terutama dalam dunia bisnis untuk kemudian diadopsi dalam
dunia pendidikan. Salah satu model yang diadopsi adalah shool based
management. Dalam rangka desentralisasi di bidang pendidikan, model ini mulai
dikembangkan untuk diterapkan. Menurut Akbar, (2019) diproposisikan bahwa
manajemen berbasis sekolah (MBS): a) akan memperkuat rujukan referensi nilai
yang dianggap strategis dalam arti memperkuat relevansi, b) memperkuat
partisipasi masyarakat dalam keseluruhan Kegiatan pendidikan, c) memperkuat
preferensi nilai pada kemandirian dan kreativitas baik individu maupun

6
kelembagaan, dan d) memperkuat dan mempertinggi kebermaknaan fungsi
kelembagaan sekolah.

2.6 Mutu Pendidikan


Mutu adalah hal yang esensial sebagai bagian dalam proses pendidikan.
Proses pembelajaran adalah tujuan organisasi pendidikan. Mutu pendidikan adalah
mutu lulusan dan pelayanan yang memuaskan pihak terkait pendidikan. Mutu
lulusan berkaitan dengan lulusan dengan nilai yang baik (kognitif, afektif, dan
psikomotor) diterima melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yang berkualitas
dan memiliki kepribadian yang baik. Sedangkan mutu pelayanan berkaitan dengan
aktivitas melayani keperluan peserta didik, guru dan pegawai serta masyarakat
secara tepat dan tepat sehingga semua merasa puas atas layanan yang diberikan
oleh pihak sekolah (Siahaan et al., 2023). Taylor, West dan Smith (2006) pada
lembaga CSF (Central for the School of the Future) Utah State University dalam
Siahaan et al., (2023) mengungkapkan indikator sekolah bermutu adalah: 1)
dukungan orang tua, 2) kualitas pendidik, 3) komitmen peserta didik, 4)
kepemimpinan sekolah, 5) kualitas pembelajaran, 6) manajemen sumber daya di
sekolah, dan 7) kenyamanan sekolah.
Di samping kriteria diatas, Sitompul (2006: 57) dalam Siahaan et al.,
(2023) menambahkan kualitas pendidikan yang berhasil ditandai dari: 1)
Tingginya rasa kepuasan pengajaran, termasuk tingginya pengharapan murid, 2)
Tercapainya target kurikulum pengajaran, 3) Pembinaan yang sangat baik
terhadap spiritual, moral, sosial dan pengembangan budaya pengajar, 4) Tidak ada
murid yang bermasalah dalam kejiwaan atau resiko emosional, dan 5) Tidak ada
pertentangan antara hubungan murid dengan para guru/ staf.

2.7 Konsep, Ruang Lingkup, dan Cara Pengembangan Manajemen di SDN


Kordon 03
2.7.1 Konsep Manajemen di Sekolah
Manajemen sekolah dasar memiliki dua aspek, manajemen internal dan
manajemen eksternal. Manajemen kegiatan pendidikan internal di sekolah
dilakukan dalam kerangka autonomi sekolah (Sekolah Autonomi) atau manajemen

7
berbasis situs. Dunia pendidikan telah berubah dengan konsep MBS atau
Manajemen Berbasis Sekolah sesuai dengan realisasi Hukum Autonomous
Regional. MBS menyatakan bahwa peningkatan kualitas dalam manajemen
sekolah adalah tanggung jawab sekolah dan bahwa sekolah memiliki otoritas
besar untuk mengelola dirinya sendiri dengan mendukung manajemen berbasis
sekolah. Manajemen internal sekolah dasar meliputi manajemen penerimaan,
perpustakaan, laboratorium, gedung dan sumber daya fisik dan material lainnya.
Manajemen inti eksternal mencakup hubungan dengan komunitas, departemen
dan orang-orang, serta entitas yang terlibat dalam pendirian dan pengoperasian
sekolah.
2.7.2 Ruang Lingkup Manajemen di SDN Kordon 03
Dalam pengelolaan SDN Kordon 03 memiliki ruang lingkup manajemen
yang luas, sebagai berikut:
1. Perencanaan, mendiskusikan dan merencanakan semua kegiatan dan program
sekolah seperti kegiatan pembelajaran, kelas tambahan atau les, ujian, rapat
staf, pertemuan pendidik serta orang tua, kegiatan ekstrakulikuler.
2. Penganggaran, penyusunan anggaran tahunan yang menunjukkan proyeksi
pendaatan dan pengeluaran dari setiap kegiatan.
3. Pengorganiasasian, pengorganisasian kegiatan kurikulum.
4. Pengarahan, pengoordinasian pekerjaan pendidik dan memotivasi pendidik,
serta pengarahan pendidik untuk mengisi kelas yang tidak ada gurunya saat
satu pendidik tidak masuk, karena di SDN Kordon 03 masih kekurangan guru.
5. Pengontrolan, pemeliharaan halaman, kelas, dan sekolah, pemantauan
pendidik, dan pemantauan catatan kerja.
6. Pengoordinasian kegiatan pembelajaran
7. Evaluasi, menilai dan memperbaiki proses yang dilakukan selama satu
periode, serta melakukan modifikasi.
2.7.3 Cara Pengembangan Manajemen di SDN Kordon 03
Berikut pengembangan manajemen di SDN Kordon 03 dengan cara:
1. Pemrosesan data siswa, setiap tahun ajaran baru jumlah pendaftar baru akan
tinggi, hal ini dapat berpotensi menimbulkan kesalahan. Maka dari itu,

8
diperlukannya sistem yang mampu mengotomatiasaikan pengumpulan data
siswa, sehingga akan lebih efektif.
2. Manajemen guru dan penjaga sekolah, diperlukan untuk mengelola absensi,
gaji, asuransi dan pajak bagi karyawan.
3. Manajemen investaris, diperlukannyya manajemen ini untuk merawat
inventaris yang ada di sekolah atau mengganti inventaris yang telah rusak,
sehingga tidak ada kemungkinan untuk inventaris tersebut tidak ada saat
dibutuhkan.
4. Menyederhanakan akuntansi sekolah, pemggunaan sistem yang sudah
terintegrasi membuat hasil lebih akurat dan dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam mengembangkan sekolah
.
2.8 Konsep, Ruang Lingkup, dan Cara Pengembangan Kurikulum di SDN
Kordon 03
2.8.1 Konsep Kurikulum di SDN Kordon 03
Kurikulum adalah seperangkat rencana-rencana dan pengarutan-pengatiran
mengenai tujuan, isi, dan bahan Pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan
tertentu. Secara umum, terdapat empat konsep kurikulum yaitu 1) konsep
humanistik yang mendorong setiap individu untuk mengatualisasikan diri, 2)
konsep rekontruksi sosial mengacu pada pemenuhan kebutuhan sosial setiap
individu, 3) konsep teknologi yang artinya kurikulum harus menyesuaikan
perkembangan teknologi, serta 4) konsep akademik berguna untuk mengawasi
sekaligus menentukan materi yang akan dipelajari oleh peserta belajar. Pada
dasarnya, SDN Kordon 03 telah menerapkan keempat konsep kurikulum tersebut,
namun pada pelaksanaannya karena keterbatasan inventaris, maka konsep
teknologi masih kurang diterapkan.
2.8.2 Ruang Lingkup Kurikulum di SDN Kordon 03
Pada dasarnya SDN Kordon 03 saat ini menggunakan 2 kurikulum K13
dan Kurikulum Merdeka, kurikulum Merdeka telah diterapkan pada kelas 5 dan
kelas 1, sedangkan yang lainnya masih menggunakan K13. Adapun ruang lingkup
kurikulum sebagai berikut:

9
A. Konsep kurikulum: Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai
pegangan guna mencapai tujuan pendidikan.
B. Fungsi kurikulum:
1. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
2. Fungsi kurikulum bagi anak yaitu sebagai organisasi belajar tersusun yang
disiapkan untuk siswa sebagai salah satu konsumsi bagi pendidikan
mereka.
3. Fungsi kurikulum bagi guru ada tiga macam yaitu :
a. Sebagai pedoman dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman
belajar bagi anak didik.
b. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan
anak.
c. Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan
pengajaran.
4. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembinaan sekolah yaitu
sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, mengembangkan
kurikulum lebih lanjut, sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi
kemajuan belajar mengajar.
5. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid adalah dapat turut serta membantu
usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya.
C. Komponen kurikulum: tujuan, bahan Pelajaran, proses belajar mengajar, dan
evaluasi serta penilaian.
D. Pengembangan kurikulum: pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang
mengacu untuk menghasilkan kurikulum baru.
E. Landasan-landasan kurikulum: Dalam pengembangan kurikulum harus
berpijak pada landasan-landasan yang kuat dan kokoh, karena landasan
kurikulum dapat menjadi titik tolak. Adapun landasan-landasan
pengembangan kurikulum meliputi : 1) Landasan filosofis, 2). Landasan sosial
budaya, 3). Landasan psikologis, dan 4). Landasan organisatoris.

2.8.3 Cara Pengembangan Kurikulum di SDN Kordon 03

10
Cara pengembangan kurikulum sekolah di SDN Kordon 03 menggunakan
model administratif. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk pengembangan
kurikulum model Administratif, antara lain yaitu: top down approach dan line staf
procedure. Semuanya memiliki arti yang sama yaitu suatu pendekatan atau
prosedur pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh suatu tim atau para
pejabat tingkat atas sebagai pemilik kebijakan. Pengembangan kurikulum
dilakukan dari atas ke bawah, artinya pemerintah sebagai pemegang kebijakan
menyiapkan tim pengembang kurikulum tersendiri, sedangkan satuan pendidikan
dan para guru tinggal mengoperasikannya dalam pembelajaran.
Secara teknis operasioanal pengembangan kurikulum model administratif
ini adalah sebagai berikut:
a) Tim pengembangan kurikulum mulai mengembangkan konsep-konsep umum,
landasan, rujukan maupun strategi naskah akademik.
b) Analisis kebutuhan.
c) Secara operasional mulai merumuskan kurikulum secara komprehensif.
d) Kurikulum yang sudah selesai dibuat kemudian dilakukan uji validasi dengan
cara melakukan uji coba dan pengkajian secara lebih cermat oleh tim pengarah
tenaga ahli.
e) Revisi berdasarkan masukan yang diperoleh.
f) Sosialisasi dan desiminasi.
g) Monitoring dan evaluasi.

2.9 Konsep, Ruang Lingkup, dan Cara Pengembangan Pembelajaran di SDN


Kordon 03
2.9.1 Konsep Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
intruksiona untuk membut siswa belajar secara aktif yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
2.9.2 Ruang Lingkup dan Pembelajaran di SDN Kordon 03
Ruang lingkup merupakan cakupan atau Batasan kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai

11
tujuan secara efektif dan efisien. Ruang lingkup di SDN Kordon 03 sebagai
berikut:
a) Materi: materi pembelajaran sesuai dengan Kurikulum Merdeka untuk kelas 1
dan kelas 5, sedangkan kelas 2, 3, 4, dan 6 sesuai dengan K13.
b) Media pembelajaran: media yang digunakan untuk pembelajaran
menggunakan media papan tulis, proyektor, dan LKPD.
c) Pendekatan pembelajaran: pendekatan yang digunakan dalam peoses
pembelajaran di SDN Kordon 03 adalah pendekatam contextual teaching and
learning (CTL), CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari. Materi kemudian dihubungkan dengan kehidupan
nyata dengan mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
d) Metode pembelajaran: metode yang digunakan dalam proses pembelajaran
yaitu metode ceramarah, tanya jawab, dan diskusi.
e) Penentuan hasil akhir: dilakukan dengan cara tes, memberikan tugas, lalu
menganalisisnya untuk mengetahui bagian-bagia mana yang masih terdapat
kesalahan-kesalahan maupun yang belum dimengerti oleh siswa.
2.9.3 Cara Pengembangan Pembelajaran di SDN Kordon 03
Pengembangan pembelajaran di SDN Kordon 03 dilakuakn dengan cara
mengevaluasi terlebih dahulu hasil dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan
pada periode sebelumnya, lalu membangun rencana baru sebagai solusi untuk
memecahkan masalah yang ada periode sebelumnya. Setelah itu, dilakukannya uji
coba dan jika rencana tersebut berhasil maka akan digunakan seterusnya.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen berbasis sekolah adalah suatu bentuk manajemen dimana
pemerintah memberikan otonomi atau tanggung jawab yang lebih besar kepada
pihak sekolah untuk dapat merencanakan hingga mengelola kegiatan
pendidikannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan melibatkan
seluruh tenaga di sekolah sekaligus masyarakat sekitar secara mandiri dan
terbuka. Tujuan dari penerapan manajemen berbasis sekolah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas pendidikan dan inisiatif sekolah dalam
memberdayakan dan mengelola potensi serta sumber daya yang ada.
2. Meningkatkan partisipasi warga di sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan
secara keseluruhan.
3. Meningkatkan rasa tanggung jawab pihak sekolah kepada murid, pemerintah,
orang tua/wali murid, dan masyarakat sekitar tentang kualitas sekolah.
4. Meningkatkan persaingan yang sehat antar sekolah untuk mencapai kualitas.

3.2 Saran
Meningkatkan kembali penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) di
SDN Kordon 03. Karena dengan terus meningkatkan MBS kualitas peserta didik
juga akan turut ikut meningkat karena MBS juga melibatkan pengajaran dan tidak
hanya terpaku pada pemahaman teori saja.

13
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. A. (2019). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Implementasinya.


Paedagog: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah, 2(1), 20–29.
Lestari, N. T. (2015). Landasan Filosofis Manajemen Berbasis Sekolah Secara
Umum. Kompasiana.Com.
https://www.kompasiana.com/noviana-trilestari/550e62d2a33311b72dba80b
5/landasan-filosofis-manajemen-berbasis-sekolah-secara-umum
Pratiwi, S. N. (2016). Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Meningkatkan
Kualitas Sekolah. EduTech, 2(1), 86–96.
Rakhil Fajrin. (2018). Strategi Implementassi Manajemen Berbasis Sekolah. 1(2),
125–156.
Siahaan, A., Akmalia, R., Amelia, Y., Wulandari, T., Hrp, S. A. F., & Pasaribu,
K. (2023). Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Journal on Education,
5(2), 3840–3848. https://doi.org/10.31004/joe.v5i2.1068

14

Anda mungkin juga menyukai