Disusun Oleh
Kelompok 1 Kelas A
Ahmad Suja’i (2224170046)
Lia Nurhayati (2224170009)
Niki Putri Wijaya (2224170001)
Retno Siti Tafriziah (2224170067)
3. Manfaat MBS
Manajemen berbasis sekolah (MBS) memberikan kebebasan dan
kewenangan yang luas kepala sekolah disertai seperangkat tanggung jawab.
Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan
sumber daya dan pengembangan strategi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan
guru sehingga guru dapat berkonsentrasi dalam tugas utamanya, yaitu
mengajar.
Sejalan dengan pemikiran diatas, B Suryosubroto mengutarakan bahwa
otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta agar sekolah lebih
tanggap terhadap kebutuhan lingkungan setempat. Maka dengan adanya
otomoni tersebut, sekolah akan lebih leluasa dalam mengimprovisasi dirinya
sesuai dengan kemapuan. (Uno, 2011: 85)
Dengan MBS, sekolah dapat meningkatkan kemampuannya dalam
merencana, mengelola, membiayai, dan menyelenggarakan pendidikan di
sekolahnya. Sekolah juga dapat memanfaatkan dan memberdayakan
sumberdaya yang tersedia dan dapat meningkatkan kepedulian warga
sekolahdan masyarakat dalam pnyelenggaraan pendidikan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
MBS dapat diterapkan dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1) Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, sekolah akan
lebih inisiatif dan kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah;
2) Dengan pemberian fleksibilitas atau keluwesan yang lebih besar kepada
sekolah untuk mengelola sumber dayanya, sekolah akan lebih luwes dan
lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumber daya sekolah secara
optimal untuk meningkatkan mutu sekolah;
3) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi
dirinya sehingga ia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk memajukan sekolahnya;
4) Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, khususnya input pendidikan yang
akan dikembangkan dan didaya gunakan dalm proses pendidkan sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik;
5) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tau apa
yang terbaik bagi sekolahnya;
6) Penggunakan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif jika dikontrol
oleh masyarakat setempat;
7) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan sekolah menciptakan transparansi dan akuntabilitas sekolah;
8) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing
pada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat sehingga ia akan
berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sinaran
mutu pendidikan yang telah direncanakan’;
9) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain
dalam peningkatan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif yang
didukung oleh orang tua siswa, masyarakat sekitar, dan pmerintah daerah
setempat;
10) Sekolah dapat segera merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang
berubah dengan cepat.
4. Landasan Yuridis Penerapan MBS
Penerapan MBS dijamin oleh peraturan perundang-undangan berikut :
1) Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 5
ayat 1 “pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah atau madrasah”;
2) Kepmendiknas no 087 tahun 2004 tentang standar akreditasi sekolah,
khususnya tentang manajemen berbasis sekolah;
3) Peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan,
khusus standar pengelolaan sekolah, yaitu manajemen berbasis sekoalah.
B. Konsep Dasar
1. Pengertian Mutu Pendidikan
Mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan,
pendidikan mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.
Input pendidikan adalah segala hal yang harus tersedia karena dibutuhkan
untuk berlangsungnya proses. Segala hal yang dimaksud meliputi sumber daya
dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi
berlangsungnya proses. Input sumberdaya meliputi sumber daya (kepala
sekolah, guru-termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan sumber daya selebihnya
(peralatan,perlengkapan, uang, bahan dsb). Untuk perangkat lunak meliputi
struktur organisasi sekolah, praturan perundang-undangan, deskripsi tugas,
rencana, program, dsb. Untuk input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan
dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah.Kesiapan input sangat
diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi
rendahnya mutu input dapat diukur dari kesiapan input. Makin tinggi tingkat
kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.
Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input.
Sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Output pendidikan
merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang
dihasilkan dari proses atau perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari
kualitas, efektivitas, produktifitas, efisiensi, inovasi, kualitas kehidupan kerja
dan moral kerjamya. Khusus yang berkaitan dengan kualitas/mutu output
sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas, atau
bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswa
menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam (1) Prestasi akademik, berupa nilai
ulangan harian, nilai portofolio, nilai ulangan umum atau nilai pencapaian
ketuntasan kompetensi, UN/UAS, karya ilmiah, lomba akdemik, karya-karya
lain peserta didik (2) Prestasi nonakademik seperti imtaq, kejujuran,
kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan, kejujuran dan sebagainya. Mutu
sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan
(proses) seperti pelaksanaan dan pengawasan.
Bukti-bukti empirik lemahnya pola lama manajemen pendidikan nasional
dan digulirkannya otonomi daerah telah mendorong dilakukannya penyesuaian
diri dari ola lama manajemen pendidikan menuju pola baru manajemen
pendidikan masa depan yang lebih bernuansa otonomi dan lebih demokratis.
2. Proses
Sekolah yang efektif pada umumnya memilki sejumlah karakteristik
proses, sebagai berikut :
a) Proses Belajar Mengajar dengan Efektifitas yang Tinggi
PBM yang efektif menekankan pada belajar mengetahui (learning
know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning life
together), danbelajar menjadi diri sendiri (learning to be).
b) Kepemimpinan Sekolah yang Kuat
Kepada sekolah yang menerapkan MBS, kepala sekolah memiliki peran
yang kuat dalam mengoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan
semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Oleh karen itu, kepala sekolah
dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh
agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif prakarsa untuk
meningkatkan mutu sekolah.
c) Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib
Sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang aman,
nyaman, dan tertib melalui pengupayaan faktor-faktor yang dapat
menumbuhkan iklim tersebut.
d) Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif
Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan juwa dari sekolah.
Oleh karena itu, Pengelolaan tenaga kependidikan, mulai analisa kebutuhan,
perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga imbal
jasa merupakan garapan penting bagi seorang kepala sekolah. Tenaga
kependidikan yang diperlukan untuk menyukseskan MBS adalah tenga
kependidikan yang mempunyai komitmen tinggi dan selalu mampu dan
sanggup menjalankan tugasnya dengan baik.
e) Sekolah Memilki Budaya Mutu
Budaya mutu memilki elemen-elemen sebagai berikut : (a) informasi
kualitas yang harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk mengendali
orang, (b) kewenangan harus sebatas tanggungjawab, (c) hasil harus diikuti
penghargaan atau sangsi, (d) kolaborasi dan sinergi, bukan kopentensi, harus
menjadi basis untuk kerjasama, (e) warga sekolah merasa aman terhadap
pekerjaannya, (f) atmosfir kehadiran harus ditanamkan, (g) imbal jasa harus
sepadan dengan nilai pekerjaannya, (h) warga sekolah merasa memilki
sekolah.
f) Sekolah Memiliki Teamwork yang Kompak, Cerdas, Dinamis
Kebersamaan (Teamwork) merupakan karakteristikyang dituntut oleh
MBS karena output pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah,
bukan hasil individual.
g) Sekolah memiliki Wewenangan (Kemandirian)
Sekolah memilki kewenangan untuk melakukan yang terbaikbagi
sekolahnya sehingga dituntut untuk memilki kemampuan dan kesanggupan
kerja yang tidak selalu bergantung pada atasan.
h) Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan Masyarakat
Sekolah yang menerapkan MBS memilki karakteristik bahwa partisipasi
warga sekolah dan masyarakat merupakan bagian kehidupannya.
i) Sekolah Memilki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen
Keterbukaan/ transparansi ini ditunjukan dalaam pengambilan
keputusan, perencanaan dan pelaksanaan kegiataan, penggunaan uang, dan
sebagainya yang selalu melibatkan pihak-pihak lain sebagai alat kontrol.
j) Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah (Psikologis dan Fisik)
Perubahan harus meruapaakan sesuatu yang menyenangkan bagi semua
warga sekolah. Setiap perubahan dilakukan, hasilnya diharapkan lebih baik
dari sebelumnya (ada peningkatan) terutama mutu peserta didik.
k) Sekolah melakukan Evaluasi dan Perbaikan secara berkelanjutan
Fungsi evaluasi menjadi sangat penting oleh krena itu, harus ada sistem
mutu yang baku sebagai acuan bagi perbaikan. Sistem mutu yang diamksud
harus mencangkup struktur organisasi, tanggungjawab, prosedur, proses, dan
sumber daya untuk menerapkan manajemen mutu.
l) Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap kebutuhan
Sekolah harus selalu dapat membaca lingkungan dan menanggapinya
secara cepat dan tepat. Sekolah dituntut untuk tidak hanya mampu
menyesuaikan diri terhadap perubahan atau tuntutan, akan tetapi juga
mampu mengantisipasi hal-halyang mungkin akan terjadi.
m) Memilki komunikasi yang Baik
Sekolah yang efektif umumnya memilki komunikasi yang baik,
terutama antar warga sekolah dan juga antara sekolah dan masyarakat
sehingga kegiatan yang dilakukan oleh tiap-tiap warga sekolah dapat
diketahui.
n) Sekolah memilki Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan
sekolah terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan.
Akuntabilitas ini berbentuk laporan prestasi yang dicapai dan dilaporkan
kepada pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat.
o) Manajemen Lingkungan Hidup Sekolah Baik
Sekolah melakukan upaya-upaya unruk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kesadaran warga sekolah tentang nilai-nilai lingkungan
hidup dan mampu merubah prilaku dan sikap warga sekolah untuk menuju
lingkungan hidup yang sehat.
p) Sekolah Memilki Kemampuan Menjaga Sustainabilitas
Sustainabilitas program dapat dilihat dari keberlanjutan program yang
telah dirintis sebelumnya dnbahkan berkembang menjadi program-program
baru yang belum pernah ada sebelumnya.
3. Input Pendidikan
a) Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang Jelas
Secara formal, sekolah menyatakan dengan jelas tentang keseluruhan
kebijakan, tujuan, dan sasaran sekolah yang berkaitan dengan mutu dan
dinyatakan oleh kepala sekolah dan disosialisasikan kepada semua warga
sekolah sehingga tertanam pemikiran, tindakan, kebiasaan, sampai pada
kepemilikan karakter mutu oleh warga sekolah.
b) Sumberdaya Tersedia dan Siap
Sumberdaya merupakan input penting yang diperlukan untuk
kelangsungan proses pendidikan di skolahn dan tanpa adanya sumberdaya
memadai, proses pendidkan tidak akan berlangsung dan sasaran sekolah
tidak akan tercapai. Sumber daya dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu
sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya (uang peralatan,
perlengkapan, bahan, dan sebagainya) dengan penegasan bahwa sumberdaya
selebihnya tidak mempunyai arti apapun bagi pewujudan sasaran sekolah
tanpa campur tangan sumberdaya manusia.
c) Staf Yang Kompeten Dan Berdedikasi Tinggi
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki staf yang mampu
(kompeten) dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya. Implikasinya jelas,
yaitu bagi sekolah yang ingin memiliki efektivitas yang tinggi, kepemilikan
staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi merupakan suatu keharusan.
d) Memiliki Harapan Prestasi Yang Tinggi
Terdapat 3 unsur harapan terbesar yaitu kepala sekolah, guru dan peserta
didik. Harapan dari ketiga unsur sekolah ini merupakan saah satu faktor
yang menyebabkan sekolah selalu dinamis untuk menjadi lebih baik dari
keadaan sebelumnya.
e) Fokus Pada Pelanggan (Khususnya Siswa)
Pelanggan, terutama siswa, harus menjadi fokus dari semua kegiatan
ekolah. Artinya, semua input dan proses yang dikerahan di sekolah tujuan
utamanya adalah meningkatkan mutu dan kepuasan pserta didik.
Konsekuensi logis dar semua hal tersebut adalah penyiapan input dan proses
belajar mengajar harus benar-benar mewujudkan sosok utuh mutu dan
kepuasan yang diharapkan dari siswa.
f) Input Manajemen
Input anajemen yang dimaksud meliputi : tugas yang jelas, rencana yang
rinci dan sistematis, program yang mendukungbagi pelaksanaan rencana,
ketentuan-ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai panutan bagi warga
sekolahnya untuk bertindak, dan adanya sistem pengendalian mutu yang
efektif dan efesien untuk meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati
dapat dicapai.
E. Prakondisi MBS
Adapun prakondisi yang diperlukan untuk melaksanakan MBS adalah sebagai
berikut :
1. Kapasitas kelembgaan yang memadai untuk menerapkan MBS seperti
manajemen sekolah yang memadai, kesiapan sumberdaya manusia dan
sumberdaya selebihnya (dana, peralatan, perlengkapan, bahan, dsb).
2. Budaya yang kondusif bagi penyelenggara MBS , yaitu menghargai perbedaan
pendapat, menunjung tinggi hak asasi manusia, melaksanakan musyawarah
mufakat, menumbuhkan demokrasi pendidikan, menyadarkan masyarakat akan
pentingnya pendidikan, dan menggerakan masyarakat untuk mendukung MBS.
3. Sekolah memilki kemampuan membuat kebijakan rencana dan program sekolah
untuk menyelenggarakan MBS.
4. Sekolah memilki sistem untuk mempromosikan akuntabilitas sekolah terhadap
publik sehingga sekolah akan menjadi bagian dari masyarakat dan bukannya
sekolah yang berada di masyarakat.
5. Dukungan pemerintah pusat dan daerah yang ditunjukan melalui arahan,
bimbingan, pengaturan serta monitoring dan evaluasi yang diperlukan untuk
kelancaran penyelenggaraan MBS.
F. Pelaksanaan MBS
Tahap-tahap pelaksanaan
1) Melakukan Sosialisasi MBS
Langkah pertama yang dilakukan oleh sekolah adalah menyosialisasikan
konsep MBS kepada setiap unsur sekolah (guru, siswa, wakil kepsek, guru BK,
karyawan, ortu siswa, pengawas, pejabat dinas pendidikan kabupaten/kota,
pejabat dinas pendidikan provinsi dan sebgainya) melalui berbagai mekanisme
misalnya seminar, lokakarya, diskusi, rapat kerja, simposium, forum ilmiah,
dan media massa.
2) Memperbanyak Mitra Sekolah
Sekolah harus memperbanyak mitra baik dari dalam maupun dari luar
sekolah guna terciptanya kesuksesan MBS. Kemitraan dalam sekolah antara
lain meliputi kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan
siswa, siswa dengan siswa, dst. Kemitraan sekolah dengan luar sekolah
(masyarakat) antara lain meliputi kepala sekolah dengan komite sekolah, guru
dengan orangtua siswa, kepala sekolah dengan kepala dinas pendidikan
kota/kabupaten.
3) Merumuskan Kembali Aturan Sekolah, Peran Unsur-Unsur Sekolah, Serta
Kebiasaan Dan Hubungan Antar Unsur-Unsur Sekolah
Aturan sekolah perlu dirumuskan kembali agar sesuai dengan tuntutan
MBS, yaitu otonomi,fleksibilitas, dan partisipasi. Peran masing-masing unsur
sekolah perlu ditinjau kembali sesuai dengan tuntutan MBS, yaitu demokratis
sekolah. Ini berarti bahwa peran-peran yang semula lebih bersifat otoriter perlu
diubah agar menjadi egaliter. Istilah-istilah peran yang bersifat egaliter,
misalnya kepala sekolah dan guru sebagai fasilitator, mediator, pendukung,
pemberi pertimbangan, pemberdaya, pembimbing, tutor, mentor dan istilah-
istilah lain yang sederajat dengan bahasa demokrasi.
4) Menerapkan Prinsip-Prinsip MBS Yang Baik
Prinsip-prinsip MBS yang baik pada dasarnya mengikuti prinsip tata
pengelolaan atau tata pemerintahan yang baik yang meliputi partisipasi,
transparansi, tanggung jawab, akuntabilitas, wawasan kedepan, penegakan
hukum, keadilan, demokrasi, prediktif, kepekaan, profesionalisme, efektivitas,
dan efesiensi dan kepastian jaminan hukum. Penerapan tata pengelolaan yang
baik harus diupayakan oleh sekolah melalui berbagai cara seperti pembuatan
aturan main sekolah/pedoman tentang tata cara pelaksaan prinsip-prinsip MBS
yang baik, penyediaan sarana untuk memfasilitasi pelaksanaan prinsip-prinsip
MBS yang baik.
5) Mengklarifikasi Fungsi Dan Aspek Manajemen Pendidikan (Sekolah)
Fungsi-fungsi manajemen secara umum meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksaan, pengoordinasian, dan pengawasan/pengontrolan.
Aspek-aspek pendidikan antara lain meliputi kurikulum, proses, pendidik dan
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana kesiswaan, keuangan, penilaian,
hubungan sekolah dan masyarakat, pendidikan lingkungan hidup,
penanggulangan narkona, dan sebagainya. Fungsi dan aspek pendidikan ini
perlu diklarifikasi secara bersma-sama antara sekolah dan dinas pendidikan,
dengan cara seperti ini akan terbentuk manajemen yang koheren, saling
komplemen, dan terhindar dari duplikasi, konflik dan benturan antara sekolah
dan dinas penddikan serta komite sekolah dan dewan pendidikan.
6) Meningkatkan Kapasitas Sekolah
MBS merupakan model baru bagi sekolah maupun dinas pendidikan
kabupaten/kota, komite sekolah,dan dewan pendidikan. Oleh karena itu,
pengembangan kapasiatan (kemampuan dan kesanggupan) bagi para pelksana
kepentingan pendidikan sekolah perlu dilakukan melalui berbagai
upaya,misalnya panduan tentang konsep, pelaksanaan dan evaluasi MBS
,pelatihan, lokarnya,diskusi kelompok terfokus, seminar tentang praktik-praktik
yang baik dan pelajaran yang dapat dipetik oleh sekolah-sekolah yang
melaksanakan MBS serta studi banding ke sekolah yang sukses melaksanakan
MBS.
Keberhasilan MBS tergantung pada kesiapan kapasitas kemampuan dan
kesanggupan sekolah). Makin tinggi tingkat kesiapan kapasitas sekolah dalam
melaksanakan MBS ,makin tinggi pula tinggi pula tingkat keberhasilan MBS di
sekolah yang bersangkutan.
7) Meredistribusi Kewenangan Dan Tanggung Jawab
Dalam era sentralistik, kewenangan dan tanggung jawab dan semuanya
trgandung pada kepala sekolah seolah kepala sekolah adalah raja. Dalam MBS,
demokrasi merupakan jiwanya. Oleh karena itu, kewenangan dan tanggung
jawab tidak lagi semata-mata terpusat kepada kepala sekolah, tetapi
didistribusikan kepada para pelaksana kepentingan pendidikan sekolah. Jadi,
kekuatan bergeser dari satu orang (kepala sekolah) menuju ke kekuatan kolektif
dan sangat penting bagi sekolah memilki teamwork yang kompak, cerdas, dan
dinamis.
8) Menyusun rencana pengembangan sekolah (RPS), melaksanakan, memonitor,
dan mengevaluasi