Anda di halaman 1dari 7

Kode matakuliah : PDGK4502

Tutor : Heri Dermawan, M.Pd


Mahasiswa : Dian Jiarti
Nim : 857344546

TUGAS TUTORIAL 2 PENGEMB. KUR. & PEMBEL. DI SD

1. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah model pengelolaan yang memberikan


otonomi/kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Apa tujuan MBS tersebut? dan apa prinsip umum yang
dijadikan pijakan pelaksanaan MBS tersebut ? jelaskan!
A. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu model pengelolaan yang memberikan
otonomi atau kemandirian kepada sekolah atau madrasah dan mendorong pengambilan
keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah atau
madrasah sesuai dengan standar pelayanan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat,
Provinsi, Kabupaten dan Kota.Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) cms-
formulasi Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-based
management”. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi
luas pada tingkat sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional. Menurut Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam
pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas
sekolah. Nurcholis mengatakan Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah bentuk
alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan.
Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dapat
diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada
sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara
langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa,
dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan
nasional. Lebih lanjut istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah
administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama,
mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti
dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi
(administrasi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap bahwa
manajemen identik dengan administrasi. Dalam hal ini, istilah manajemen diartikan sama
dengan istilah administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk
mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan
efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal.
Pengertian manajemen menurut Hasibuan merupakan ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi manajemen tersebut menjelaskan pada kita
bahwa untuk mencapai tujuan tertentu, maka kita tidak bergerak sendiri, tetapi
membutuhkan orang lain untuk bekerja sama dengan baik.
B. Tujuan MBS
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia,
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama,
3) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolahnya,
4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang
akan dicapai.
C. Prinsip umum yang dijadikan pijakan pelaksanaan MBS
1) Kemandirian
Sekolah yang mandiri dapat diartikan sebagai sekolah yang mampu menyelesaikan
segala permasalahan tanpa terlalu mengandalkan campur tangan dari pemerintah
pusat. Sekolah diharapkan dapat berupaya menciptakan dan meningkatkan situasi,
kondisi, dan budaya kemandirian melalui berbagai cara seperti mengembangkan
unit-unit usaha sekolah, membangun kerja sama dengan pihak lain dalam bidang
komersial, dan upaya-upaya lain untuk meningkatkan pemasukan pendanaan dan
peningkatan program sekolah.
2) Kemitraan
Prinsip kemitraan adalah suatu bentuk kerja sama antara sekolah dengan para
pemangku kepentingan. Esensi kemitraan pada dasarnya adalah untuk
meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dari masyarakat baik
berupa dukungan moral, pemikiran, tenaga, material, maupun finansial. Bentuk
kemitraan yang dapat dilakukan dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
sekolah sesuai kategori sekolah. Pastikan kemitraan yang terjalin saling
menguntungkan dan bersifat sejajar.
3) Partisipasi
Partisipasi dapat dimaknai sebagai keterlibatan para pemangku kepentingan secara
aktif. Konteks partisipasi dalam implementasi MBS antara lain dalam hal
pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pendidikan di sekolah. Tujuan utama peningkatan partisipasi antara
lain untuk meningkatkan kontribusi, memberdayakan kemampuan pemangku
kepentingan, meningkatkan peran pemangku kepentingan, dan menjamin agar
setiap keputusan yang diambil mewakili aspirasi pemangku kepentingan. Upaya
peningkatan partisipasi di satuan pendidikan dapat diwujudkan melalui penyediaan
sarana partisipasi, advokasi, publikasi sekaligus transparansi terhadap pemangku
kepentingan.
4) Keterbukaan
Sebagai lembaga pendidikan formal yang memberikan pelayanan pendidikan
kepada masyarakat, maka prinsip keterbukaan sangat penting diimplementasikan.
Keterbukaan dapat membangun kepercayaan publik terhadap program-program
yang dijalankan oleh sekolah. Upaya yang dapat dilakukan oleh satuan pendidikan
untuk membangun keterbukaan kepada publik yaitu dengan mendayagunakan
berbagai jalur komunikasi yang tersedia untuk menyampaikan berbagai program
yang akan dijalankan serta menyampaikan laporan dari setiap program yang telah
berjalan.
5) Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan prinsip yang sangat penting dijalankan oleh sekolah.
Akuntabilitas memiliki arti suatu keadaan dimana suatu hal dapat
dipertanggungjawabkan. Upaya peningkatan akuntabilitas dapat dilakukan dengan
menyusun pedoman pemantauan kinerja satuan pendidikan, menyusun rencana
pengembangan sekolah, memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dan
pengaduan publik.
2. Kurikulum harus berkembang dan mengalami perbaikan sesuai dengan berkembangnya
zaman dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan masyarakat. Apa arti
Kurikulum berbasis Kompetensi, dan apa saja yang termasuk kompetensi dasar yang
harus dimiliki oleh peserta didik? Jelaskan!
A. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah konsep kurikulum yang dikembangkan
Departemen Pendidikan Nasional RI untuk menggantikan Kurikulum 1994. Kurikulum
ini dirancang sejak tahun 2000 dan diterapkan pada tahun 2004. Dalam tahap-tahap
pengembangannya kurikulum ini dikenal dengan Kurikulum KBK atau Kurikulum 2004.
Pada kurikulum berbasis kompetensi ini diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik agar dapat melakukan
sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan dengan tanggungjawab.
Kemudian KBK juga memfokuskan pada penguasaan kompetensi-kompetensi
tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah
kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa,
sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan sebagai
suatu kriteria keberhasilan.
Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai
sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat,
setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.
Kurikulum Berbasis Kompetensi dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum
yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas
dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik,
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Kurikulum berbasis Kompetensi berorientasi pada: pertama, hasil dan dampak yang
diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang
bermakna dan kedua, keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan
kebutuhan.
B. Kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik, antara lain :
Menurut Wina Sanjaya (2005) memberikan apresiasi terdapat 4 kompetensi dasar
yang harus dimiliki siswa sesuai dengan tuntutan KBK, yaitu:
1) Kompetesi akademik, yaitu peserta didik harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup
2) Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan mampu
beradaptasi terhadap duania kerja
3) Kompetansi kultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik
baiknya dalam sistim budaya dan tata nilai masyarakat
4) Kompetensi temporal, yaitu peserta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupanya
sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

3. Jelaskan implikasi penerapan Menajemen Berbasis Sekolah terhadap tugas dan peran
guru!
Penerapan manajemen pendidikan berbasis sekolah (MBS) di lingkungan
persekolahan telah melakukan berbagai terobosan agar sekolah mandiri dan mampu
menyerap aspirasi stakeholder pendidikan. Profesional personil sekolah merupakan salah
satu ciri kemandirian sekolah. Guru sebagai personil yang berhadapan langsung dengan
peserta didik dituntut mampu melaksanakan tugas-tugas sebagai pendidik, pengajar, dan
pelatih peserta didik. Tugas guru yang kompleks sesuai dengan tuntutan zaman menuntut
profesional guru. Guru harus memiliki komitmen yang jelas dengan tugasnya karena
MBS mensyaratkan adanya pemuasan dan pemenuhan keinginan stakeholder pendidikan
tersebut. Dalam melakukan tugas profesionalnya, MBS menuntut guru agar dapat
memahami kurikulum secara konsisten agar target pembelajaran tercapai. Profesional
guru merupakan suatu kebutuhan dalam implementasi MBS. sebab guru yang memiliki
profesionalitas akan mampu menjabarkan semua peran kependidikan yang dilakukannya.
Peran guru dalam proses pendidikan di sekolah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kemandirian sekolah.
Kedudukan guru dalam konteks manajemen berbasis sekolah, sebagai bagian dari
implementasi desentralisasi pendidikan, menjadi krusial agar stakeholder pendidikan
merasakan arti dari kepercayaan dan keyakinannya dalam memilih sebuah sekolah.

4. Apa perbedaan dan persamaan dari kurikulum SD yang berlaku di Indonesia sejak tahun
1952 sampai dengan 1975? (Kurikulum 1952, 1964, 1968 dan 1975)
A. Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia
Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian
Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi
standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945,
kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952,
1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan
iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat
rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok
dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Berikut beberapa Kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia sejak tahun 1952,
1964, 1968, sampai 1975:
1) Kurikulum Rencana Pelajaran Terurai (1952)
Kurikulum ini dapat dikatakan sebagai cikal bakal sistem pendidikan Indonesia.
Dalam Kurikulum Rencana Pelajaran Terurai sudah terdapat rincian mata pelajaran
dan menggunakan silabus sebagai pokok-pokok atau isi materi pelajarannya. Di
kurikulum ini juga seorang guru memiliki tanggung jawab untuk mengajar satu
mata pelajaran.
2) Kurikulum 1964
Pada Kurikulum 1964 pemerintah menerapkan program Pancawardhana sebagai
pembekalan di jenjang Sekolah Dasar (SD), yakni pendidikan yang meliputi
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Kemudian, untuk mata
pelajaran diklasifikasikan menjadi 5 kelompok bidang studi yaitu, moral,
kecerdasan, emosional atau artistik, keterampilan, dan jasmani.
3) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 adalah penyempurnaan dari Kurikulum Pelajaran Terurai (1952)
hingga Kurikulum 1964. Terjadi perubahan dari program Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum
1968 bertujuan untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat secara jasmani,
menjunjung kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
beragama.
4) Kurikulum 1975
Pada Kurikulum 1975 sistem pendidikan memiliki orientasi pada tujuan dengan
harapan dapat lebih efektif dan efisien. Di Kurikulum 1975 inilah mulai dikenal
istilah satuan pelajaran atau rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran diperinci lagi menjadi petunjuk umum, tujuan instruksional khusus,
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Banyak
yang mengkritik Kurikulum 1975 tidak ideal dikarenakan beban tugas guru yang
terlalu banyak dalam melakukan rincian tersebut.
B. Kesimpulan Perbedaan Kurikulum Pendidikan di Indonesia :
1) Kurikulum Rencana Pelajaran Terurai (1952) : Terdapat silabus mata pelajaran
yang lengkap dengan satu pelajaran diajarkan oleh seorang guru.
2) Kurikulum 1964 : Pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional, keterampilan dan jasmani.
3) Kurikulum 1968 : Perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
4) Kurikulum 1975 : Menggunakan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI) untuk merencanakan metode, materi, dan tujuan pembelajaran.

5. Gambarkan struktur Program Kurikulum SD tahun 1984 dengan Struktur Program


Kurikulum SD tahun 1994 dan jumlah jam pelajaran per minggu!
Kurikulum 1984
A. Kurikulum tahun 1984
Menjelang tahun 1983 antara kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan ilmu
pengetahuan atau teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975 dianggap tidak
sesuai lagi, oleh karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 tampil
sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
1) Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
2) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif
(CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional
dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik
dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
3) Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman
dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin
dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
4) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep
yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan
latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media
digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.

Pengembangan kurikulum Sekolah Dasar 1984 berorientasi pada pendekatan


proses belajar mengajar yang diarahkan agar murid memiliki kemampuan untuk
memproses perolehannya. Kurikulum Sekolah Dasar 1984 mengacu pada tiga aspek
perkembangan murid, yaitu ranah kognitif yang berisi kemampuan berfikir, ranah
afektif yang mengungkapkan pengembangan sikap, dan ranah psikomotorik yang
berisi kemampuan bertindak. Kurikulum 1984 dapat dilaksanakan dengan
memanfaatkan bahan- bahan dan buku-buku yang ada. Perubahan yang ada lebih
mengarahkan pada penyederhanaan materi pada setiap mata pelajaran sehingga
mencakup materi-materi yang penting saja.

Kelas
No. Mata Pelajaran
I II III IV V VI
1 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2
2 Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2
Pendidikan Sejarah
3 1 1 1 1 1 1
Perjuangan Bangsa
4 Bahasa Indonesia 8/7 8/7 8/7 8/7 8/7 8/7
5 Matematika - - 2 3 3 3
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 6 6 6 6 6 6
7 Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 3 4 4 4
8 Olahraga dan Kesehatan 2 2 3 3 3 3
9 Pendidikan Kesenian 2 2 3 4 4 4
10 Keterampilan Khusus 2 2 3 4 4 4
11 Bahasa Daerah (2) (2) (2) (2) (2) (2)
Jumlah Jam 27/26 27/26 34/33 37/36 37/36 37/36
Pelajaran/Minggu 29(28) 29(28) 36(35) 39(38) 39(38) 39(38)

B. Kurikulum tahun 1994


Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya
sebagai berikut:
1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
2) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran atau isi).
3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum
untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri
disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah
kepada jawaban konvergen divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu
jawaban), dan penyelidikan.

Mata-mata pelajaran yang ditetapkan dalam struktur program kurikulum SD tahun


1994 terdiri atas: (1) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; (2) Pendidikan Agama;
(3) Bahasa Indonesia; (4) Matematika; (5) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); (6) Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS); (7) Kerajinan Tangan dan Kesenian; (8) Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan; (9) Bahasa Inggris; dan (10) Muatan Lokal (sejumlah mata pelajaran).
Penekanan pentingnya kemampuan dasar bagi peserta didik pendidikan dasar 9 tahun
nampak pada pemberian alokasi waktu untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dan
Matematika sebagai mana ditunjukan pada table Struktur Kurikulum 1994 berikut.
Demikian pula pengurangan beban belajar untuk SD dapat dilihat alokasi waktu total per-
minggu untuk kelas I, II, dan III yang lebih kecil daripada kurikulum sebelumnya.
Lamanya 1 jam pelajaran per-minggu adalah sebagai berikut:
1) Untuk kelas I dan II SD, 1 jam pelajaran = 30 menit
2) Kelas III, IV, V, dan VI SD, 1 jam pelajaran= 40 menit
3) Kelas I, II, dan III SMP, 1 jam pelajaran = 45 menit
Jumlah jam pelajaran per-minggu adalah sebagai berikut:
1) Untuk SD Kelas I dan II masing-masing 30 jam pelajaran
2) Untuk SD kelas III 38 jam pelajaran
3) Untuk SD Kelas IV 40 jam pelajaran
4) Untuk Kelas V dan VI masing-masing 40 jam pelajaran
5) Untuk Kelas I, II, dan III SLTP masing-masing 42 jam pelajaran

Kelas
No. Mata Pelajaran
I II III IV V VI
1 PPKn 2 2 2 2 2 2
2 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 1 1 1 1 1 1
4 Matematika 8/7 8/7 8/7 8/7 8/7 8/7
5 Ilmu Pengetahuan Alam - - 2 3 3 3
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 6 6 6 6 6 6
Kerajinan Tangan dan
7 2 2 3 4 4 4
Kesenian
Pendidikan Jasmani dan
8 2 2 3 3 3 3
Kesehatan
9 Muatan Lokal 2 2 3 4 4 4
Jumlah Jam 27/26 27/26 34/33 37/36 37/36 37/36
Pelajaran/Minggu 29(28) 29(28) 36(35) 39(38) 39(38) 39(38)

Jumlah jam pelajaran dalam satu minggu sebagaimana tabel di atas merupakan jam pelajaran
minimum.

Anda mungkin juga menyukai