3. Jelaskan implikasi penerapan Menajemen Berbasis Sekolah terhadap tugas dan peran
guru!
Penerapan manajemen pendidikan berbasis sekolah (MBS) di lingkungan
persekolahan telah melakukan berbagai terobosan agar sekolah mandiri dan mampu
menyerap aspirasi stakeholder pendidikan. Profesional personil sekolah merupakan salah
satu ciri kemandirian sekolah. Guru sebagai personil yang berhadapan langsung dengan
peserta didik dituntut mampu melaksanakan tugas-tugas sebagai pendidik, pengajar, dan
pelatih peserta didik. Tugas guru yang kompleks sesuai dengan tuntutan zaman menuntut
profesional guru. Guru harus memiliki komitmen yang jelas dengan tugasnya karena
MBS mensyaratkan adanya pemuasan dan pemenuhan keinginan stakeholder pendidikan
tersebut. Dalam melakukan tugas profesionalnya, MBS menuntut guru agar dapat
memahami kurikulum secara konsisten agar target pembelajaran tercapai. Profesional
guru merupakan suatu kebutuhan dalam implementasi MBS. sebab guru yang memiliki
profesionalitas akan mampu menjabarkan semua peran kependidikan yang dilakukannya.
Peran guru dalam proses pendidikan di sekolah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kemandirian sekolah.
Kedudukan guru dalam konteks manajemen berbasis sekolah, sebagai bagian dari
implementasi desentralisasi pendidikan, menjadi krusial agar stakeholder pendidikan
merasakan arti dari kepercayaan dan keyakinannya dalam memilih sebuah sekolah.
4. Apa perbedaan dan persamaan dari kurikulum SD yang berlaku di Indonesia sejak tahun
1952 sampai dengan 1975? (Kurikulum 1952, 1964, 1968 dan 1975)
A. Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia
Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian
Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi
standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945,
kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952,
1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan
iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat
rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok
dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Berikut beberapa Kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia sejak tahun 1952,
1964, 1968, sampai 1975:
1) Kurikulum Rencana Pelajaran Terurai (1952)
Kurikulum ini dapat dikatakan sebagai cikal bakal sistem pendidikan Indonesia.
Dalam Kurikulum Rencana Pelajaran Terurai sudah terdapat rincian mata pelajaran
dan menggunakan silabus sebagai pokok-pokok atau isi materi pelajarannya. Di
kurikulum ini juga seorang guru memiliki tanggung jawab untuk mengajar satu
mata pelajaran.
2) Kurikulum 1964
Pada Kurikulum 1964 pemerintah menerapkan program Pancawardhana sebagai
pembekalan di jenjang Sekolah Dasar (SD), yakni pendidikan yang meliputi
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Kemudian, untuk mata
pelajaran diklasifikasikan menjadi 5 kelompok bidang studi yaitu, moral,
kecerdasan, emosional atau artistik, keterampilan, dan jasmani.
3) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 adalah penyempurnaan dari Kurikulum Pelajaran Terurai (1952)
hingga Kurikulum 1964. Terjadi perubahan dari program Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum
1968 bertujuan untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat secara jasmani,
menjunjung kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
beragama.
4) Kurikulum 1975
Pada Kurikulum 1975 sistem pendidikan memiliki orientasi pada tujuan dengan
harapan dapat lebih efektif dan efisien. Di Kurikulum 1975 inilah mulai dikenal
istilah satuan pelajaran atau rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran diperinci lagi menjadi petunjuk umum, tujuan instruksional khusus,
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Banyak
yang mengkritik Kurikulum 1975 tidak ideal dikarenakan beban tugas guru yang
terlalu banyak dalam melakukan rincian tersebut.
B. Kesimpulan Perbedaan Kurikulum Pendidikan di Indonesia :
1) Kurikulum Rencana Pelajaran Terurai (1952) : Terdapat silabus mata pelajaran
yang lengkap dengan satu pelajaran diajarkan oleh seorang guru.
2) Kurikulum 1964 : Pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional, keterampilan dan jasmani.
3) Kurikulum 1968 : Perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
4) Kurikulum 1975 : Menggunakan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI) untuk merencanakan metode, materi, dan tujuan pembelajaran.
Kelas
No. Mata Pelajaran
I II III IV V VI
1 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2
2 Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2
Pendidikan Sejarah
3 1 1 1 1 1 1
Perjuangan Bangsa
4 Bahasa Indonesia 8/7 8/7 8/7 8/7 8/7 8/7
5 Matematika - - 2 3 3 3
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 6 6 6 6 6 6
7 Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 3 4 4 4
8 Olahraga dan Kesehatan 2 2 3 3 3 3
9 Pendidikan Kesenian 2 2 3 4 4 4
10 Keterampilan Khusus 2 2 3 4 4 4
11 Bahasa Daerah (2) (2) (2) (2) (2) (2)
Jumlah Jam 27/26 27/26 34/33 37/36 37/36 37/36
Pelajaran/Minggu 29(28) 29(28) 36(35) 39(38) 39(38) 39(38)
Kelas
No. Mata Pelajaran
I II III IV V VI
1 PPKn 2 2 2 2 2 2
2 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 1 1 1 1 1 1
4 Matematika 8/7 8/7 8/7 8/7 8/7 8/7
5 Ilmu Pengetahuan Alam - - 2 3 3 3
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 6 6 6 6 6 6
Kerajinan Tangan dan
7 2 2 3 4 4 4
Kesenian
Pendidikan Jasmani dan
8 2 2 3 3 3 3
Kesehatan
9 Muatan Lokal 2 2 3 4 4 4
Jumlah Jam 27/26 27/26 34/33 37/36 37/36 37/36
Pelajaran/Minggu 29(28) 29(28) 36(35) 39(38) 39(38) 39(38)
Jumlah jam pelajaran dalam satu minggu sebagaimana tabel di atas merupakan jam pelajaran
minimum.