Nim : 206200020
Kelas : MPI A
JAWABAN UAS OTONOMI PENDIDIKAN
1. Pemerataan layanan pendidikan harus dijalankan dengan baik karena dalam sebuah
pendiikan harus adanya penyamaratan yang jelas, hal tersebut harus dilaksanakan
secara merata tanpa adanya perbedaan. Sebuah uoaya harus dilajukan agar
pemerataan tersebut bisa berjalan dengan baik,. Sehingga diharapkan semua boisa
mendapatkan pendidikan secara ranta tanpa adanya perbedaan dari segi apaun.
Adapun upayaatau langkah lanhkah yang harus dilaukan adalah sebagai berikut :
a. Sosoalisasi secara berkelanjutan dimana sosialisasi ini bertujuan gar
masyarakat bisa mengetahui lebih lanjut tentang mutu pendidikan yang baik.
Sehingg adanya sosialisasi tesebut diharakpkan masyatakat bisa berkontribusi
untuk meningkatkan mutu pendididkan sehingg adan hubungan yang erat yang
mempermudah untuk bejalannya sebuah pendidikan itu sendiri
b. Kerjasana yang sinergritas. Dalam pelasanaan kerjasama sanbgat diperukan
dalam belajannya sebuah tujuan,. Tanpa adanya kerjasama yang baik maka
sebuah tujuan tersebut tidak akaberjalan baik pula.maka ketjasama harus benar
benar dilaksanakan dari semua pihak
c. Peningkatan kualitas sumber saya manusia. Dalam meningkatkan mutu
pendidikan pelu adanya senuah penikatan intelektual dari siswa maupun guru.
Sehingga semua sumber daya manusia yang da bisa membantu dalam proses
penibgkatan mutu. Dengan SDM yang unggul maka akan meendidikan yang
sesuai dengan tujuan oendidikan itu sendirimpemudah berjalannya sebuah
peningkatan mutu karena bisa bekerja dengan cepat dan baik sesuai dengan
yang diharapkan.
Dari beberapa langkah tersebiut maka dapat membantu dalam proses peningkatan
mutu pendidikan. Dimana langkah tersebut adalah sebuah upaya yang dilakukan
dalam ningkatkan mutu dan mewujudkan meoendidikan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan itu sendiri.
2. A. Menurut candoli, pengertian Manajemen Berbasis Sekolah adalah sebuah metode
untuk memaksa sekolah itu sendiri mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi
pada anak didik menurut yuridikasi dan mengikuti sekolahya.
Sedangkan smenurut Mulyasa, mengutip dari BPPN dan Bank dunia menyatakan
MBS merupakan alternatif sekolah dan program desentralisasi dalam bidang
pendidikan yang dapat ditandai dengan otonomi yang luas pada tingkat sekolah,
pertisipasi masyarakat dalam rangka kebijakan pendidikan nasional.
B. Tujuan dari MBS adalah menentukan dengan cara memperdayakan semua potensi
sekolah sesuai dengan kebijakan pemerintah dengan menjalankan kaidah manajemen
pendidikan sekolah profesional. Selain itu tujuan MBS adalah memberdayakan
sekolah terutama Sumber Daya Manusia seperti kepala sekolah, guru karyawan,
siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar.
C. Karakteristik Manajemen Berbisnis Manajemen dengan pendekatan sistem input-
proses output Depdiknas (2001:11) diperinci sebagai berikut :
Input dapat terdiri memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas,
sumber daya tersedia dan siap, staff yang berkompeten dan berdedikasi tinggi,
memiliki harapan dan prestasi yang tinggi, fokus pada siswa, dan input
manajemen (manajemen efektif)
Process, meliputi : proses pembelajaran yang efektif, kepemimpinan sekolah
yang kuat, lingkungan sekolah yang aman dan tertib, pengelolaan tenaga
kependidikan yang efektif, sekolah memiliki budaya mutu, sekolah memiliki,
teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis, sekolah memiliki kewenangan
atau kemandirian
Output, Menurut Depdiknas (2001:11-20) dapat terdiri dari prestasi Akademik
(academic achievement) dan Prestasi Non Akademik atau non academic
achievement.
D. Menurut M. Aliyenah (2010), manajemen berbasis sekolah memiliki Prinsi-prinsip
sebagai berikut :
Kemandirian sekolah, artinya sekolah memiliki prakasa, inisiatif, dan inovatif.
Keterbukaan artinya manajemen berbasis sekolah dijalankan secara terbuka
pada komponen sekolah.
Kebersamaan, aratinya MBS dilakukan bersama oleh sekolah dan masyarakat.
Bekelanjutan, artinya berkelanjutan tanpa dipengaruhi oleh pergantian
pimpinan.
Menyeluruh, hal ini berarti manajemen berbasis sekolah yang dissusun
mencangkup semua komponen.
Pertanggungjawaban, artinya dalam pelaksanaannya harus
dipertanggungjawabkan terhadap pihak yang berkaitan.
Demokrasi, keputusan yang diambil hendaknya dijalankan berdasarkan
musyawarah antara semua komponen.
Berorientasi artinya segala upaya yang dijalankan akan selalu berorientasi
untuk peningkatan mutu.
Pencapaian standar minimal sekolah secara total dan berkelanjutan.
Pendidikan untuk semua, semua anak berhak mendapatkan pendidikan.
3. A. Otonomi Pendidikan Dasar dan Menengah atau otonomi daerah adalah
kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dalam menetapkan kewenangan pusat dan daerah,
terdapat 11 jenis kewenangan yang diberikan kepada daerah dalam pelaksanaannya
sesuai dengan apa yang termaktub di dalam Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah Bab IV pasal 11, yaitu:
Pertahanan
Pertanian
Pendidikan dan kebudayaan
Tenaga kerja
Kesehatan
Lingkungan Hidup
Pekerjaan umum
Perhubungan
Perdagangan dan industri
Penanaman modal
Koperasi
B. Kendala dan tantangan dalam otonomi pendidikan dasar dan menengah
Kemampuan Sekolah
Pelaksanaan program MPMBS keberhasilannya bergantung dari dua faktor yaitu,
faktor leadership dan faktor ketersediaan resources yang memadai (Cholik, 2001).
Transparasi Manajemen
Transparansi manajemen adalah suatu keharusan dan menjadi alat kontrol pertama
dan utama dalam pelaksanaan MPMBS.
Akuntantabilitas
Adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan sekolah terhadap
keberhasilan penyelenggra pendidikan yang telah dilaksanakan.
4. A.Konsep Otonomi pendidikan bagi perguruan tinggi merupakan kewenangan dan
kemampuan perguruan tinggi untuk menjalankan kegiatan mandiri di bidang
akademik maupun non-akademik agar mutu pendidikan melalui perguruan tinggi di
Indonesia semakin meningkat sehingga dapat bersaing secara global.
B. Dasar Hukum Penyelenggaraan pendidikan tinggi melalui perguruan tinggi
berdasarkan pada Pasal 24 UU Sisdiknas dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti). Perguruan tinggi sebagai penyelenggara
pendidikan tinggi masih dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan, etika, dan nilai-
nilai kebijakan. Namun, kondisi perguruan tinggi di Indonesia masih diselimuti oleh
berbagai masalah sekaligus menjadi masalah bangsa Indonesia terkait dengan hak
konstitusional dan tanggung jawab Negara dalam pendidikan.