Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

IMPLEMENTASI MANAJEMEN DALAM PENGELOLAAN


SEKOLAH\MADRASAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah : Pengelolaan Pendidikan

DI SUSUN :

NUR IMANINA

LALA KUMALA DEWI MATANUBUN

NATALIA CHRISTIN FURAY

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAPUA

2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho Allah
SWT, karena tanpa Rahmat dan RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Firmansyah, S.Pd.,M.Pd.
selaku dosen pengampu yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam
makalah ini kami menjelaskan tentang individu dan masyarakat.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen.
Demi tercapainya makalah yang sempurna.

Manokwari, 31 oktober 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

UUD 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran” sedangkan pada ayat 2 menyebutkan “pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang”.
Sebagai derifikasi dari UUD tersebut, maka sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003
pasal 5 ayat 1 menyebutkan bahwa “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu”, ayat 5 “setiap warga negara berhak mendapat
kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat”. Lebih lanjut pada pasal 11
menyebutkan bahwa “pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negera
tanpa diskriminasi

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang akan di bahas adalah :

1) Apa pengertian manajemen sekolah?


2) Apa tujuan dari Manajemen sekolah?
3) Bagaimana penerapan tujuan manajemen sekolah?
4) Apa itu Manajemen peningkatan Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah?
5) Bagaimana implementasi manajemen berbasis sekolah?

C. TUJUAN

Untuk mengetahui tentang Implementasi Manajemen dalam Pengelolaan Sekolah/Madrasah


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN SEKOLAH

Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumberdaya yang dimiliki oleh


sekolah/organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin dan
pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses.

Pengelolaan sumberdaya berarti adalah melakukan pemberdayaan terhadap semua


sumberdaya yang ada dengan integrasi dan koordinasi untuk mencapai tujuan suatu
organisasi/sekolah. Yang memiliki kewenangan dalam pemgelolaan tersebut adalah
kepala sekolah karena kepala sekolah sebagai seorang manajer sekolah dengan komando-
komando atau keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dalam bentuk pengarahan
untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, manajemen juga dapat disebut sebagai alat
untuk mencapai tujuan, dalam hal ini adalah tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, maka
seorang kepala sekolah harus benar-benar memahami cara pengelolaan sumberdaya yang
dimiliki dengan pendayagunaan yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
Sehingga peranan dari kepala sekolah sebagai manajer dalam pengelolaan sekolah
membutuhkan kompetensi atau skil

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan strategi untuk


mewujudkansekolah yang efektif dan produktif. MBS merupakan paradigma baru
pendidikan yang memberikan luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam
kerangka kebijakanpendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa
mengelola sumber dayaatau sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan
prioritas kebutuhan,serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Pelibatan
masyarakat dimaksudkanagar mereka lebih memahami, membantu dan mengontrol
pengelolaan pendidikan.Dalam pada itu, kebijakan nasional yang menjadi prioritas
pemerintah harus puladilakukan oleh sekolah. Pada sistem MBS, sekolah dituntut secara
mandiri menggali,mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan
mempertanggungjawabkanpemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat
maupun pemerintan.

Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah bentuk manajemen yang memberikan


otonomi yang lebih besar kepada sekolah dalam mengambil keputusan yang partisipatif
yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah untuk meningkatkan mutu
sekolah.

B. TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, disebutkan bahwa tujuan adalah arah;
haluan (jurusan); yang dituju; maksud; tuntutan (yang dituntut). Dengan demikian, yang
dimaksud dengan tujuan adalah arah yang ingin dicapai atau sesuatu yang dituju.

Sementara itu Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi


manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar
pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan
pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dinamis. guna mencapai
tujuan hidup kemanusiaan.

Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia


adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk
berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan hanya
menekankan pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya UN sebagai tolak ukur
keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti
anak. Berikut ini merupakan tujuan-tujuan pendidikan nasional :

a) Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen)


1. Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
2. Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”

b) Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003Jabaran


UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun
2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
C. PERANAN MANAJEMEN SEKOLAH DALAM TUJUAN PENDIDIKAN
NASIONAL

Implementasi manajemen pendidikan berbasis sekolah menjadi sebuah pilihan


dalam mengembangan sekolah yang memiliki keotomian dalam mengembangkan
sekolahnya dengan melibatkan semua anggota /pihak sekolah yang terkait sampai pada
keterlibatan masyarakat. Implementasi dari penerapan paradigma desentralisasi itu adalah
di sektor pendidikan. Sektor pendidikan selama ini ditengarai terabaikan dan dianggap
hanya sebagai bagian dari aktivitas sosial, budaya, ekonomi dan politik. Akibatnya,
sektor pendidikan dijadikan komoditas berbagai variabel di atas oleh para pengambil
kebijakan, baik oleh eksekutif maupun legislatif ketika mereka menganggap perlu
mengangkat isu-isu kependidikan yang dapat meningkatkan perhatian publik terhadap
mereka. Memang ironis

dan memprihatinkan ketika bangsa lain justru menjadikan pendidikan sebagai


leading sektor pembangunannya, menuju keadilan dan kesejahteraan masyarakatnya.

Tujuan MBS adalah untuk mewujudkan kemerdekaan pemerintah daerah dalam


mengelola pendidikan. Dengan demikian peran pemerintah pusat akan berkurang.
Sekolah diberi hak otonom untuk menentukan nasibnya sendiri. Paling tidak ada tiga
tujuan dilaksanakannya MBS, yaitu Peningkatan Efesiensi, Peningkatan Mutu, dan
Peningkatan Pemerataan Pendidikan.

D. MANAJEMEN DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH/MADRASAH

Mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri (Tiom
Peters dan Nancy Austin, 1985: 34). Mutu bagi setiap institusi, mutu adalah agenda
utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun
demikian, ada sebagian orang yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh
dengan teka-teki.Mutu dianggap sebagai sebagai suatu hal yang membingungkan dan
sulit untuk diukur. Mutu adalah ide yang sudah ada di hadapan kita. Mutu telah banyak
dibicarakan orang. The citizen’s Charter, The parents’s charter, Investors in people, The
European Quality Award, British Standard BS5750, dan Internasional Standard ISO
9000, merupakan bagian dari penghargaan dan standar mutu yang telah di perkenalkan
beberapa tahun belakangan untuk mempromosikan mutu dan keunggulannya.

Manajemen mutu dalam konteks pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah cara
atau metode meningkatkan performansi secara terus menerus (Continuous Performance
Improvement) pada hasil atau proses di sebuah lembaga pendidikan dengan
mendayagunakan semua sumber daya manusia (resource) dan modal yang tersedia.

1) Pengertian MPMS

Manajeman Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah atau MPMBS adalah sebutan


atau nama lain dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Istilah manajemen berbasis
sekolah merupakan terjemahan dari "School Based

Management". Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika


masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan
perkembangan masyarakat setempat. MBS merupakan paradigmabaru pengelolaan
pendidikan, khususnya di Indonesia, yang memberikan otonomi luas kepada lembaga
sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional (Mulyasa,
2002: 24). Untuk Indonesia, model baru pengelolaan sekolah ini diterapkan pada tahun
1999 di sejumlah sekolah dan madrasah rintisan dengan sebutan MPMBS. Sedangkan
untuk Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris dan Australia model pengelolaan ini
sudah disosialisasikan dan diterapkan sekitar tahun 1980-an (Syafaruddin, 1993: 17).

Dalam konteks ini, MPMBS dapat didefinisikan sebagai model manajemen yang
memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara
langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang
tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dan sebagainya) untuk meningkatkan
mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

MPMBS/M merupakan bagian dari manajemen berbasis sekolah (MBS). Jika


MBS bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas, kualitas/mutu,
efesiensi, inovasi, relevansi, dan pemeratan serta akses pendidikan), maka MPMBS lebih
difokuskan pada peningkatan mutu. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa mutu
pendidikan nasional saat ini sangat memprihatinkan sehingga memerlukan perhatian.

2) Konsep Dasar MPMS

Konsep dasar MPMBS/M adalah adanya otonomi dan pengambilan keputusan


partisipatif. Artinya MPMBS memberikan otonomi yang lebih luas kepada masing-
masing sekolah/madrasah secara individual dalam menjalankan program sekolahnya dan
dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi. Selain itu dalam menyelesaikan
masalah dan dalam pengambilan keputusan harus melibatkan partisipasi setiap konstituen
sekolah seperti siswa, guru, tenaga administrasi, orang tua, masyarakat lingkungan dan
para tokoh masyarakat. Oleh karena itu esensi MPMBS = otonomi sekolah +
pengambilan keputusan partisipatif untuk mencapai sasaran mutu sekolah (Depdiknas,
2001: 9-10).

Salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan
diadakannya otonomi pendidikan, otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa
mengelola sumber daya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta agar sekolah lebih
tanggap terhadap kebutuhan lingkungan setempat (Hasbullah, 2006 : 82). Untuk
mencapai hasil yang lebih optimal, efektif dan efisien dalam menangani berbagai
permasalahan pendidikan, pemerintah daerah tidak mungkin dapat bekerja secara
sendirian, karena masih ada pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap bidang
pendidikan tersebut, seperti orang tua (masyarakat), sekolah (lembaga pendidikan), dan
institusi sosial lain. Karena itu kerja sama pihak yang berkepentingan tersebut menjadi
sangat penting dalamrangka pelaksanaan asas desentralisasi, terutama dalam bidang
pengelolaan pendidikan. Strategi pengelolaan pendidikan yang mengedepankan
kerjasama antara berbagai pihak seperti di atas saat ini lebih dikenal dengan istilah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) (Suryosubroto, 2004 : 195).

3) Karakteristik MPMS

Mutu pendidikan dapat dilihat dalam tiga hal, yakni input (masukan), proses, dan
output (keluaran) (Rohiat, 2010:52). Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus
tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksudkan
berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapan sebagai pemandu bagi
berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumber daya dan perangkat lunak
serta harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. input sumber daya manusia
meliputi (kepala sekolah, guru, karyawan, dan peserta didik) dan sumber daya selebihnya
(peralatan, perlengkapan, uang, dan bahan). Input perangkat lunak meliputi (struktur
organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program)
input harapan berupa (visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai sekolah).
Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input.
Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.

MPMBS/M memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah yang akan
menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin sukses dalam menerapkan MPMBS,
maka sejumlah karakteristik MPMBS berikut perlu dimiliki. Berbicara karakteristik
MPMBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik sekolah efektif. Jika MPMBS
merupakan wadah/kerangka, maka sekolah efektif merupakan isinya. Oleh karena itu,
karakteristik MPMBS berikut memuat secara inklusif elemen-elemen sekolah efektif,
yang dikategorikan menjadi input, proses dan output.

4) Fungsi- fungsi didesentralisasi sekolah


Wohlstetter dan Mohrman (1994: 37) berpendapat bahwa terdapat empat sumber
daya yang harus didesentralisasikan ke sekolah yaitu power/authority, knowledge,
information dan reward.

a. Kekuasaan/kewenangan (power/authority) harus didesentralisasikan ke sekolah-


sekolah secara langsung yaitu melalui dewan sekolah. Sedikitnya terhadap tiga
bidang penting yaitu budget, personnel dan curriculum. Termasuk dalam
kewenangan ini adalah menyangkut pengangkatan dan pemperhentian kepala
sekolah, guru dan staff sekolah.
b. Pengetahuan (knowledge) juga harus didesentralisasikan sehingga sumberdaya
manusia di sekolah mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi kinerja
sekolah. Pengetahuan yang perlu didesentralisasikan meliputi: keterampilan yang
terkait dengan pekerjaan secara langsung (job skills), keterampilan kelompok
(teamwork skills) dan pengetahuan keorganisasian (organizational knowledge).
Keterampilan kelompok diantaranya adalah pemecahan masalah, pengambilan
keputusan dan keterampilan berkomunikasi. Termasuk dalam pengetahuan
keorganisasian adalah pemahaman lingkungan dan strategi merespon perubahan.
c. Hakikat lain yang harus didensentralisasikan adalah informasi (information). Pada
model sentralistik informasi hanya dimiliki para pimpinan puncak, maka pada
model MBS harus didistribusikan ke seluruh constituent sekolah bahkan ke
seluruh stakeholder. Apa yang perlu disebarluaskan? Antara lain berupa visi, misi,
strategi, sasaran dan tujuan sekolah, keuangan dan struktur biaya, isu-isu sekitar
sekolah, kinerja sekolah dan para pelanggannya. Penyebaran informasi bisa secara
vertikal dan horizontal baik dengan cara tatap muka maupun tulisan.
d. Penghargaan (reward) adalah hal penting lainnya yang harus didesentralisasikan.
Penghargaan bisa berupa fisik maupun non-fisik yang semuanya didasarkan atas
prestasi kerja. Penghargaan fisik bisa berupa pemberian hadiah seperti uang.
Penghargaan non-fisik berupa kenaikan pangkat, melanjutkan pendidikan,
mengikuti seminar atau konferensi dan penataran.

Sementara Depdiknas (2001: 21) merumuskan 9 hal yang dapat didesentralisaskan


ke sekolah yaitu:

a. Perencanaan dan evaluasi program sekolah. Sekolah diberi kewenangan untuk


melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya, misalnya kebutuhan untuk
meningkatkan mutu sekolah. Sekolah juga diberi wewenang untuk melakukan evaluasi,
khususnya evaluasi internal atau evaluasi diri.

b. Pengelolaan kurikulum. Sekolah dapat mengembangkan, namun tidak boleh


mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional yang dikembangkan oleh
Pemerintah Pusat. Sekolah juga diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum
muatan lokal.

c. Pengelolaan proses belajar mengajar. Sekolah diberi kebebasan untuk memilih


strategi, metode dan teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik guru dan kondisi
nyata sumber daya yang tersedia di sekolah.

d. Pengelolaan ketenagaan. Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan


perencanaan, rekrutmen, pengembangan, penghargaan dan sangsi, hubungan kerja hingga
evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah dapat dilakukan oleh sekolah kecuali guru pegawai
negeri yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya.

e. Pengelolaan peralatan dan perlengkapan. Pengelolaan fasilitas seharusnya


dilakukan oleh sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan hingga
pengembangannya. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling
mengetahui kebutuhan fasilitas baik kecukupan, kesesuaian dan kemutakhirannya
terutama fasilitas yang sangat erat kaitannya secara langsung dengan proses belajar
mengajar.

f. Pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan, terutama


pengalokasian/penggunaan uang sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Sekolah juga
harus diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan
penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah.

g. Pelayanan siswa. Pelayanan siswa mulai dari penerimaan siswa baru,


pengembangan, pembinaan, pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau
untuk memasuki dunia kerja hingga pengurusan alumni dari dulu telah
didesentralisasikan. Yang diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitasnya.

h. Hubungan sekolah dan masyarakat. Esensi hubungan sekolah dan msyarakat


adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan dan dukungan dari
masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial yang dari dulu telah
didesentralisasikan. Yang diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitasnya.
i. Pengelolaan iklim sekolah. Iklim sekolah yang kondusif-akademik merupakan
prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Lingkungan
sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari warga sekolah,
kesehatan sekolah dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa adalah contoh iklim
sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Iklim sekolah sudah
merupakan kewenangan sekolah dan yang diperlukan adalah peningkatan intensitas dan
ekstensitasnya.

5) Strategi Pelaksaan MPMS

Strategi pelaksanaan atau implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis


Sekolah/Madrasah akan tercapai dengan baik jika didukung oleh sumber daya manusia
yang profesional dalam mengelola dan mengoperasionalkan sekolah; dana yang cukup,
sarana prasarana yang memadai dan dukungan masyarakat (orang tua) yang tinggi.
tahapan-tahapan pelaksanaan MPMBS/M adalah sebagai berikut:

1) Mensosialiasikan konsep MPMBS

Sosialisasi konsep disampaikan kepada keseluruh stakeholderssekolah (guru,


konselor, wakil kepala sekolah, siswa, karyawan, dst) melalui pelatihan, diskusi dan
seterusnya.

2) Melakukan analisis situasi sasaran (output),

Hasil dari analisis ini berupa tantangan antara keadaan sekarang dengan sasaran
yang diharapkan.
3) Merumuskan Sasaran yang hendak dicapai

Dalam merumuskan sasaran harus tetap mengacu pada visi, misi, dan tujuan
sekolah

4) Menyusun Rencana Peningkatan Mutu;

Rencana peningkatan mutu yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas
tentang: aspek-aspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan,
siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini diperlukan untuk
memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah
maupun dari orang tua peserta didik, baik secara moral maupun finansial untuk
melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan tersebut.

Hal yang harus diperhatikan sekolah dalam penyusunan rencana peningkatan mutu
pendidikan adalah keterbukaan kepada

semua pihak yang menjadi stekeholders pendidikan, khususnya orang tua dan BP3
atau komite sekolah.

5) Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu;

Pelaksanaan rencana peningkatan mutu dengan mendayagunakan sumberdaya


pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin, menggunakan pengalaman-pengalaman
masa lalu yang dianggap efektif, dan menggunakan teori-teori yang terbukti mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala sekolah dan guru bebas mengambil inisiatif
dan kreatif dalam menjalankan program-program yang telah diproyeksikan dapat
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Karena itu, sekolah harus dapat
melepaskan ikatan-ikatan birokratis yang banyak menghambat laju penyelenggaraan
pendidikan.Untuk menghindari berbagai penyimpangan, kepala sekolah perlu melakukan
supervisi dan monitoring terhadap kegiatan-kegiatan peningkatan mutu yang dilakukan di
sekolah. Kepala sekolah sebagai manajer dan pemimpin pendidikan di sekolah berhak
dan perlu memberikan arahan, bimbingan, dukungan, dan teguran kepada guru dan
tenaga lainnya jika ada kegiatan yang tidak sesuai dengan jalur-jalur yang telah
ditentukan. Namun demikian, bimbingan dan arahan jangan sampai membuat guru dan
tenaga lainnya menjadi terkekang dalam melaksanakan kegiatan, sehingga kegiatan tidak
mencapai sasaran.

6) Melakukan Evaluasi Pelaksanaan;


7)

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, baik jangka


pendek maupun jangka panjang. Evaluasi jangka pendek dilakukan setiap akhir catur
wulan, sedang evaluasi jangka panjang dilakukan setiap akhir tahun, untuk mengetahui
seberapa jauh program peningkatan mutu telah mencapai sasaran-sasaran mutu yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Dalam melaksanakan evaluasi ini, kepala sekolah harus mengikutsertakan setiap


unsur yang terlibat dalam program, khususnya guru dan tenaga lainnya agar mereka dapat
menjiwai setiap penilaian yang dilakukan dan memberikan alternatif pemecahan. Dengan
demikian, orang tua peserta didik dan masyarakat sebagai pihak eksternal harus
dilibatkan untuk menilai keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Keikutsertaan
pihak luar dalam evaluasi ini,

E. IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


Peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung kemampuan manajerial
para kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang maju dari tahun ke tahun. Kerena itu,
hubungan baik antar guru perlu diciptakan akan terjalin iklim dan suasana kerja yang
kondusif dan menyenangkan. Demikian halnya penataan penampilan fisik dan
manajemen sekolah perlu dibina agar sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang dapat
menumbuhkan kreatifitas., disiplin, dan semangat belajar peserta didik. Dalam kerangka
inilah dirasakan perlunya implementasi MBS.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Manajemen Berbasis Sekolah


(MBS)berasal dari kita kata yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Jadi, dapat
disimpulkam MBS adalah suatu manajemen yang menggunakan sumber daya secara
efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar
atau asas. Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan
memberikan pelajaran. Berdasarkan makna leksikal tersebut MBS dapat diartikan sebagai
penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses
pengajaran atau pembelajaran.

Dalam pengimplementasian konsep management sekolah/madrasah memiliki


tanggung jawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahan administrasi,
sekolah/madrasah, keuangan dan fungsi setiap personil sekolah/madrasah didalam
kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Bersama-sama
dengan orang tua dan masyarakat, sekolah/madrasah harus membuat keputusan,
mengatur skala prioritas disamping harus menyediakan lingkungan kerja yang lebih
profesional bagi guru, dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta meyakinkan
masyarakat tentang sekolah/madrasah. Kepala sekolah/madrasah harus tampil sebagai
koordinator dari sejumlah orang yang mewakili berbagai kelompok yang berbeda
didalam masyarakat sekolah/madrasah dan secara profesional harus terlibat dalam setiap
proses perubahan di sekolah/madrasah melalui penerapan prinsip-prinsip pengelolaan
kualitas total dengan menciptakan kompetisi dan penghargaan didalam sekolah/madrasah
itu sendiri maupun sekolah/madrasah lain.
Dalam mengimplementasi Manajemen Berbasis Sekolah atau MBS agar dapat
berjalan dan berlangsung secara efektif dan efisien, maka perlu dukungan dari sumber
daya manusia yang professional untuk mengoperasikan sekolah, dan yang cukup agar
sekolah mampu menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana dan prasarana yang
memadai untuk mendukung proses belajar mengajar, serta dukungan orangtua siswa atau
masyarakat yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai