DI SUSUN :
NUR IMANINA
UNIVERSITAS PAPUA
2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho Allah
SWT, karena tanpa Rahmat dan RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Firmansyah, S.Pd.,M.Pd.
selaku dosen pengampu yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam
makalah ini kami menjelaskan tentang individu dan masyarakat.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen.
Demi tercapainya makalah yang sempurna.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
UUD 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran” sedangkan pada ayat 2 menyebutkan “pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang”.
Sebagai derifikasi dari UUD tersebut, maka sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003
pasal 5 ayat 1 menyebutkan bahwa “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu”, ayat 5 “setiap warga negara berhak mendapat
kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat”. Lebih lanjut pada pasal 11
menyebutkan bahwa “pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negera
tanpa diskriminasi
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, disebutkan bahwa tujuan adalah arah;
haluan (jurusan); yang dituju; maksud; tuntutan (yang dituntut). Dengan demikian, yang
dimaksud dengan tujuan adalah arah yang ingin dicapai atau sesuatu yang dituju.
Mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri (Tiom
Peters dan Nancy Austin, 1985: 34). Mutu bagi setiap institusi, mutu adalah agenda
utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun
demikian, ada sebagian orang yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh
dengan teka-teki.Mutu dianggap sebagai sebagai suatu hal yang membingungkan dan
sulit untuk diukur. Mutu adalah ide yang sudah ada di hadapan kita. Mutu telah banyak
dibicarakan orang. The citizen’s Charter, The parents’s charter, Investors in people, The
European Quality Award, British Standard BS5750, dan Internasional Standard ISO
9000, merupakan bagian dari penghargaan dan standar mutu yang telah di perkenalkan
beberapa tahun belakangan untuk mempromosikan mutu dan keunggulannya.
Manajemen mutu dalam konteks pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah cara
atau metode meningkatkan performansi secara terus menerus (Continuous Performance
Improvement) pada hasil atau proses di sebuah lembaga pendidikan dengan
mendayagunakan semua sumber daya manusia (resource) dan modal yang tersedia.
1) Pengertian MPMS
Dalam konteks ini, MPMBS dapat didefinisikan sebagai model manajemen yang
memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara
langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang
tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dan sebagainya) untuk meningkatkan
mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan
diadakannya otonomi pendidikan, otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa
mengelola sumber daya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta agar sekolah lebih
tanggap terhadap kebutuhan lingkungan setempat (Hasbullah, 2006 : 82). Untuk
mencapai hasil yang lebih optimal, efektif dan efisien dalam menangani berbagai
permasalahan pendidikan, pemerintah daerah tidak mungkin dapat bekerja secara
sendirian, karena masih ada pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap bidang
pendidikan tersebut, seperti orang tua (masyarakat), sekolah (lembaga pendidikan), dan
institusi sosial lain. Karena itu kerja sama pihak yang berkepentingan tersebut menjadi
sangat penting dalamrangka pelaksanaan asas desentralisasi, terutama dalam bidang
pengelolaan pendidikan. Strategi pengelolaan pendidikan yang mengedepankan
kerjasama antara berbagai pihak seperti di atas saat ini lebih dikenal dengan istilah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) (Suryosubroto, 2004 : 195).
3) Karakteristik MPMS
Mutu pendidikan dapat dilihat dalam tiga hal, yakni input (masukan), proses, dan
output (keluaran) (Rohiat, 2010:52). Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus
tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksudkan
berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapan sebagai pemandu bagi
berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumber daya dan perangkat lunak
serta harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. input sumber daya manusia
meliputi (kepala sekolah, guru, karyawan, dan peserta didik) dan sumber daya selebihnya
(peralatan, perlengkapan, uang, dan bahan). Input perangkat lunak meliputi (struktur
organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program)
input harapan berupa (visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai sekolah).
Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input.
Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.
MPMBS/M memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah yang akan
menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin sukses dalam menerapkan MPMBS,
maka sejumlah karakteristik MPMBS berikut perlu dimiliki. Berbicara karakteristik
MPMBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik sekolah efektif. Jika MPMBS
merupakan wadah/kerangka, maka sekolah efektif merupakan isinya. Oleh karena itu,
karakteristik MPMBS berikut memuat secara inklusif elemen-elemen sekolah efektif,
yang dikategorikan menjadi input, proses dan output.
Hasil dari analisis ini berupa tantangan antara keadaan sekarang dengan sasaran
yang diharapkan.
3) Merumuskan Sasaran yang hendak dicapai
Dalam merumuskan sasaran harus tetap mengacu pada visi, misi, dan tujuan
sekolah
Rencana peningkatan mutu yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas
tentang: aspek-aspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan,
siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini diperlukan untuk
memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah
maupun dari orang tua peserta didik, baik secara moral maupun finansial untuk
melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan tersebut.
Hal yang harus diperhatikan sekolah dalam penyusunan rencana peningkatan mutu
pendidikan adalah keterbukaan kepada
semua pihak yang menjadi stekeholders pendidikan, khususnya orang tua dan BP3
atau komite sekolah.