Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh

perkembangan dunia pendidikan, dimana dunia pendidikan mempunyai

peran yang sangat strategis dalam menentukan arah maju mundurnya

mutu pendidikan. Hal ini bisa dirasakan, yaitu ketika sebuah lembaga

pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikannya itu dengan cara yang

benar-benar bagus, maka akan dapat dilihat mutunya. Berbeda dengan

lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan hanya dengan

sekedarnya maka hasilnyapun biasa-biasa saja.

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa

Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan

satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai

usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional,

antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru,

tugas guru dalam proses pendidikan, yaitu menanamkan sikap dan nilai pada

diri peserta didik. Oleh karena itu, guru disamping sebagai pengajar atau

penyampaian materi pelajaran guru juga berperan “...sebagai pelatih (coach),

pembimbing (counselor) dan manager belajar (learningmanager)”1,

pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana

dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai

1
Chairul Anwar, Hakikat Manusia Dalam Dunia Pendidikan, Sebuah Tinjauan Filosofi,
(Yogyakarta: Suka – Press, 2014), hlm. 93
indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.

Sebagian sekolah, terutama di kota-kota menunjukkan peningkatan mutu

pendidikan yang menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih

memprihatinkan.

Pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa

depan suatu bangsa bisa diketahui melalui sejauh mana komitmen

masyarakat, bangsa ataupunnegara dalam menyelenggarakan pendidikan

nasional. Oleh karena itu, supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi

kebiasaan, perubahan tingkah laku atau sikap menjadi perhatian.2 pendidikan

menjadi faktor utama atau penentu bagi masa depan bangsa. Tujuan

pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal

3 bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sebuah upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

tidak pernah berhenti dan selesai. Berbagai konsep dan wawasan baru akan

terus berproses seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi.

Konsep dan wawasan baru itu diharapkan dapat meningkatkan mutu sumber

daya manusia agar mampu bersaing secara global. Dengan demikian

persoalan peningkatan mutu pendidikan sangat perlu dikaji dan

diperjuangkan.

2
Chairul Anwar, Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer, (Yogyakarta :
IRCISOD, 2017), hlm 111
Mereliasisasikan perjuangan dalam meningkatkan mutu pendidikan

maka perlu adanya pembenahan dari segi sumber daya manusianya, lembaga

penyelenggara pendidikannya seperti SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA,

SMK/MAK, dan perguruan tinggi dan semuanya itu perlu didukung oleh

sumber daya pendidik yang layak. Sumber daya pendidikan itu antara lain:

tenaga ahli atau guru, manajemen, kurikulum, sarana dan prasarana, serta

dana yang diadakan dan didayagunakan oleh pemerintah, masyarakat,

keluarga, peserta didik baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk

kerjasama.3

Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan

kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat

serta upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. Pemberian otonomi

ini menuntut pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar

dapat mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan bebagai

komponen masyarakat secara efektif, guna mendukung kemajuan dan sistem

yang ada di sekolah. Dalam kerangka inilah, Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS) tampil sebagai alternatif paradigma baru manajemen pendidikan yang

ditawarkan.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu konsep yang

menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah

dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar

3
Sukirno, Pedoman Kerja Komite Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Widyamata, 2006), hlm.
3
dapat mengakomodasi keinginan masyarakat dan pemerintah.4 Dalam

pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), peran serta dan dukungan

masyarakat, baik dalam pengelolaan dan penyelengaraan pendidikan sangat

dibutuhkan. Untuk menampung peran serta masyarakat dalam dunia

pendidikan, maka dibentuklah komite sekolah.

Keberadaan komite sekolah ini telah mengacu kepada Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional

(Propenas) 2000-2004 dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan peran

serta masyarakat perlu dibentuk dewan pendidikan di tingkat kabupaten/kota,

dan komite sekolah di tingkat satuan pendidikan. Amanat rakyat ini sejalan

dengan konsepsi desentralisasi pendidikan, baik di tingkat kabupaten/kota

maupun di tingkat sekolah. Amanat rakyat dalam Undang-Undang tersebut

telah ditindaklanjuti dengan keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

004/U/2002 tanggal 2 April tentang dewan pendidikan dan komite sekolah.5

Komite sekolah merupakan sebuah badan mandiri yang mewadahi

peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan

efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan

prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah.

Untuk penanaman badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah

masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Majelis

4
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006) hlm. 11
5
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007),hlm..92.
Madrasah, Majelis Sekolah, Komite TK, atau nama-nama lain yang

disepakati Bersama 6.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan dewan

pendidikan dan komite sekolah memang dipandang strategis sebagai wahana

untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama pendidikan agama islam di

Indonesia. Beberapa kalangan masyarakat serta serta pakar dan pengamat

pendidikan yang diundang untuk memberikan masukan dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan, pada umumnya sangat antusias dan

mendukung sepenuhnya gagasan pembentukan dewan pendidikan dan komite

sekolah.

MAN 1 Bangka merupakan salah satu lembaga penyelenggaraan

pendidikan yang menyikapi dengan serius permasalahan pendidikan yang

telah lama menjangkrit terutama yang menyangkut masalah peningkatan

mutu pendidikan. Lembaga ini dalam menyikapi permasalahan tersebut

tidaklah bekerja sendiri, namun MAN 1 Bangka mengikutsertakan pihak

komite sekolah sebagai partner kerjanya. Langkah ini diambil karena pihak

lembaga menyadari bahwa berfikir, berbuat dan bekerja akan lebih baik jika

dilakukan dengan bersama (stakeholders).

Komite sekolah di MAN 1 Bangka selama ini dipandang kurang

berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Faktor

ketidaktahuan peran dan fungsi utama komite sekolah sebagai mitra dalam

membantu sekolah khususnya pada mutu pendidikan dirasa kurang efektif

karena dapat dibuktikan setiap ada rapat guna meningkatkan mutu pendidikan
6
Hasbullah, Otonomi Pendidikan (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006), lm 89
di MAN 1 Bangka, pihak komite sekolah seringkali tidak hadir atau terlambat

menghadiri rapat. Padahal peran dan fungsi komite sekolah sangat dibutuhkan

agar mutu pendidikan peserta didik di MAN 1 Bangka menjadi lebih baik.

Partisipasi anggota komite sekolah juga belum semua dilakukan sesuai

dengan tugas dan fungsi komite sekolah dibentuk.

Selain itu juga pihak sekolah berasumsi bahwa pendidikan merupakan

masalah semua pihak terutama dalam rangka peningkatan mutu pendidikan,

maka pihak MAN 1 Bangka berusaha seoptimal mungkin memberdayakan

dan mengikutsertakan keterlibatan komite sekolah dalam segala jenis usaha

yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.

Hal ini dimaksudkan, agar semua elemen masyarakat dapat ikut serta

dalam menyukseskan pendidikan putra-putrinya dengan mutu yang lebih

baik. Karena itu juga, hal ini sebagai bagian dari respon terhadap kebijakan-

kebijakan pemerintah dalam beberapa Undang-Undang dan Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional yang terkait dengan pengikutsertaan masyarakat

dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai. “Peran Komite Sekolah Dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan Di MAN 1 Bangka”. Diharapkan

penelitian ini bermanfaat untuk kedepannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di

MAN 1 Bangka ?

2. Apa kendala peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan

di MAN 1 Bangka ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Untuk Mengetahui peran komite sekolah dalam meningkatkan

mutu pendidikan di MAN 1 Bangka

2. Untuk mengetahui kendala peran komite sekolah dalam meningkatkan

mutu pendidikan MAN 1 Bangka.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis

a. Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan rujukan atau bahan

masukan dalam memberikan solusi atas peran komite sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan di MAN 1 Bangka

b. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan, sumber referensi dan

sumbangan pemikiran penulis.

c. Secara praktis

a. Sebagai tambahan informasi bagi para guru dan siswa, masyarakat

tentang pentingnya peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu

pendidikan

b. Bagi kepala sekolah hasil penelitian ini sebagai upaya pengembangan

peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.

E. Telaah Pustaka
Beberapa hasil penelitian yang memiliki korelasi dengan penelitian

yang akan dilakukan antara lain:

Pertama, hasil penelitian yang dilakukan oleh Nico Setiawan dalam

penelitiannya yang berjudul “Partisipasi Komite Sekolah Dalam

Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler Di SD Negeri Se-Kecamatan

Muntilan”.7 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Subyek

penelitian ini adalah Komite Sekolah yang terdiri dari wakil pihak sekolah,

wakil dari pihak orang tua siswa, dan perwakilan dari masyarakat di Sekolah

Dasar Negeri se Kecamatan Godean yang berjumlah 60 orang dimana

pengambilan sampel menggunakan proposional sample. Data penelitian

dikumpulkan dengan menggunakan angket/kuesioner dan studi dokumentasi.

Teknis analisis data yang digunakan adalah teknis analisis deskriptif

kuantitatif dengan persentase. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa

partisipasi Komite Sekolah dalam perencanaan kegiatan ekstra kurikuler

sudah baik. Perbedaanya adalah Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kuantitatif, sedangkan peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif.

Penelitian ini meneliti masalah peran komite sekolah dalam meningkatkan

mutu Pendidikan di MAN 1 Bangka.

Kedua, Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugeng Nurhadi dengan

judul skripsi “Peran Serta Komite Sekolah dalam Pengembangan Mutu

Sekolah di SMP Negeri 2 Rawalo Kabupaten Banyumas.”8 Skripsi ini

7
Nico Setiawan, “Partisipasi Komite Sekolah Dalam Penyelenggaraan Kegiatan
Ekstrakurikuler Di Sd Negeri Se-Kecamatan Muntilan” (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta,
2012)
8
Sugeng Nurhadi, Peran Serta Komite Sekolah dalam Pengembangan Mutu Sekolah di
SMP Negeri 2 Rawalo Kabupaten Banyumas, (Yogyakarta : Thesis Tidak Diterbitkan, 2008).
membahas tentang peran serta komite sekolah dalam pengembangan mutu di

sekolah. Hasil penelitian (1) badan pertimbangan komite sekolah di SMP N 2

Rawalo belum dilakukan dengan optimal. (2) Sebagai badan pendukung

dalam meningkatkan mutu sekolah dilakukan dengan cara membantu

memenuhi kebutuhan sekolah dengan memberikan dana maupun

keterlibatannya dalam menetapkan program sekolah. (3) Sebagai badan

pengontrol dilakukan dengan cara memantau perkembangan sekolah melalui

kegiatan rapat-rapat maupun secara informal dengan menggali. Perbedaan

dan persamaan penelitian diatas tidak jauh beda dengan yang dilakukan oleh

peneliti, dimana masalah yang terjadi cenderung sama namun komite sekolah

di tempat yang peneliti ambil kurang aktif dalam peningkatan mutu sekolah.

Ketiga, hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Mirhasan

dengan judul skripsi “Peran Komite Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2 Bandar Lampung.” 9 Skripsi ini

membahas tentang bagaimana mutu pendidikan dan peran komite sekolah

dalam meningkatkannya. Jenis penelitiannya juga sama-sama penelitian

kualitatif. Perbedaannya adalah penelitian ini membahas hubungan erat

komite sekolah dalam hal berdaya guna untuk meningkatkan mutu pendidikan

di sekolah.

Adapun dari beberapa penjelasan diatas terkait permasalahan yang

diangkat oleh peneliti sangatlah berbeda, dimana penelitian yang dilakukan

9
Muhammad Mirhasan, “Peran Komite dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2 Bandar Lampung” (Skripsi, UIN Raden Intan Lampung,
2019).
peneliti focus membahas mengenai peran komite sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Man 1 Bangka.

F. Kerangka Teoritis

1. Pengertian Mutu Pendidikan

Mutu merupakan topik penting dalam diskusi tentang pendidikan

pada sekarang ini. Mutu menciptakan lingkungan bagi pendidik, orangtua,

pejabat pemerintah, wakil-wakil masyarakat, dan pemuka bisnis untuk

bekerja sama guna memberikan kepada para siswa sumber-sumber daya

yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan masyarakat dan akademik

sekarang dan masa depan.10

Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran

yang dihasilkan. Mutu bukanlah benda magis atau sesuatu yang rumit.

Mutu didasarkan pada akal sehat. Fokus mutu didasari upaya positif yang

dilakukan oleh individu.11 Mutu dapat dipandang sebagai sebuah konsep

yang absolute sekaligus relative. Mutu dalam percakapan sehari-hari

sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolute, misalnya restoran

yang mahal dan mobil-mobil mewah. Menurut Edward Sallis sebagai suatu

konsep yang absolute, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan

benar, merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan.

Dalam definisi yang absolute, sesuatu yang bermutu merupakan bagian

dari standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. 12

10
Jarome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007) hlm
77
11
Ibid,,, hlm 75
12
Sri Minarti, Manajemen Sekolah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) hlm.326.
2. Tujuan Penerapan Mutu

Penerapan mutu dilingkungan sekolah bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pelayanan pendidikan.

b. Membangun kesadaran tentang perlunya melakukan pelayanan secara

prima terhadap pelanggan.

c. Mendidik diri sendiri (pengelola lembaga pendidikan) agar taat

terhadap sesuatu yang disepakati.

d. Menyiapkan dokumen mutu.13

Menurut Aminatul Zahroh, tujuan peningkatan mutu yaitu

mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru, unsur komite

sekolah/majelis sekolah dalam aspek manajemen berbasis sekolah untuk

meningkatkan mutu sekolah, mengembangkan kemampuan kepala sekolah

bersama guru, unsur komite sekolah/majelis sekolah dalam melaksanakan

pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, baik di lingkungan sekolah

maupun di masyarakat setempat, dan mengembangkan peran serta

masyarakat yang lebih aktif dalam masalah umum persekolahan dari unsur

komite sekolah dalam membantu peningkatan mutu sekolah.14

Dari pemaparan di atas di simpulkan bahwa dasarnya tujuan

penerapan mutu adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang ada

di sekolah agar kepuasan pelanggan terpenuhi. Bila tujuan penerapan mutu

terlaksanan dengan baik, maka sekolah akan memperoleh manfaat, pada

13
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), hlm. 307.
14
Aminatul Zahroh, Total Quality Management, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016),
hlm 32
dasarnya tujuan penerapan mutu ditetapkan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan dan kinerja stakeholder sekolah, sehingga nanti akan berdampak

pada kepuasaan pelanggan pendidikan baik internal maupun eksternal.

3. Komponen Mutu

Komponen-komponen mutu merupakan bagian-bagian yang harus

ada dalam upaya untuk mewujudkan mutu. Bagian-bagian ini merupakan

pendukung dan menjadi prasyarat dimilikinya mutu, beberapa komponen

mutu yang dimaksud adalah:

a. Kepemimpinan yang berorientasi pada mutu

b. Pendidikan dan pelatihan (diklat)

c. Struktur pendukung

d. Komunikasi Kegunaan smartphone di kehidupan sehari-hari

e. Ganjaran dan pengakuan

f. Pengukuran.15

Sedangkan menurut Gronroos menunjukan tiga kriteria pokok

menilai kualitas, yaitu outcome- related, process-related, dan related

criteria. Dalam ketiga kriteria itu memiliki enam unsur mutu yaitu:

a. Professionalism and skills

b. Attitude and behavior

c. Accessibility and flexibility

d. Reliability and trustworthiness

e. Recovery

15
Tim Dosen Administrasi pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta ,2010), hlm 298.
f. Reputation and credibility.16

Lebih lanjut komponen mutu adalah mutu lulusan sebagai hasil

pendidikan, mutu isi dan proses, mutu pendidik dan tenaga kependidikan,

mutu sarana dan prasaranan, mutu pengelolaan, mutu pembiayaan, dan

mutu penilaian.17 Dalam sistem pendidikan, lulusan adalah tujuan dalam

pencapaian mutu. Mutu lulusan tidak akan dicapai apabila tidak ada proses

dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar. Dalam proses belajar

mengajar adanya peningkatan mutu yang harus diperhatikan baik kinerja

tenaga pendidiknya, sarana dan prasarananya, system pengelolaannya serta

penilaian dan evaluasi untuk terus melakukan koreksi dan perbaikan secara

continue. Pada dasarnya komponen mutu ini bagian yang harus ada dalam

upaya mewujudkan mutu, karena mutu gambaran menyeluruh dari barang

atau jasa bagaimana kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang

diharapkan pelanggan.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa dasarnya komponen

harus di seimbangi dengan tindakan kepemimpinan yang mampu

mengendalikan sekolah yang melibatkan stakeholder, agar mampu

menciptakan sekolah yang bermutu. Karna menjaga reputasi dan

kepercayaan pelanggan adalah salah satu bentuk pelayanan yang diberikan

sekolah kepada pelanggan agar pelanggan merasa puas.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan

16
Engkoswara, dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm 305-306
17
Ibi,,,,hlm 313
Pelaksanaan pendidikan dari suatu lembaga pendidikan tidak lepas

dari lima faktor pendidikan, dimana faktor yang satu dengan lainnya saling

melengkapi atau saling menunjang untuk menentukan berhasil tidaknya

lembaga itu dalam melaksanakan pendidikan sekaligus upaya

peningkatannya. Adapun kelima faktor yang dimaksud adalah :

a. Tujuan

Mutu suatu lembaga pendidikan yang berjalan tanpa berpegang

pada tujuan akan sulit mencapai apa yang diharapkan. Untuk

meningkatkan mutu pendidikan, sekolah harus berpegang pada tujuan

sehingga mampu menghasilkan output yang berkualitas.

b. Guru (Pendidik)

Guru merupakan faktor penentu dalam upaya meningkatkan

mutu pendidikan, sebab gurulah yang merupakan penggerak utama

dalam melaksanakan kegiatan.

c. Siswa (Peserta Didik)

Anak didik atau siswa merupakan obyek dari pendidikan,

sehingga mutu pendidikan yang akan dicapai tidak akan lepas dengan

ketergantungan terhadap kondisi fisik tingkah laku dan minat serta

bakat dari anak didik.

d. Alat

Alat pendidikan adalah segala usaha atau tindakan dengan

sengaja digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sesuatu yang


dapat memenuhi pencapaian tujuan pendidikan dikategorikan sebagai

alat pendidikan yaitu sarana, prasarana dan kurikulum.

e. Kerjasama masyarakat dan pemerintah

Kemajuan pendidikan adalah sedikit banyak dipengaruhi oleh

masyarakat termasuk orang tua siswa, sebab tanpa adanya bantuan dan

kesadaran dari masyarakat sulitlah kiranya peningkatan mutu

pendidikan itu akan terwujud.18

Mutu pendidikan tidak bisa terlepas dari salah satu faktor yang

mempengaruhinya yaitu pendanaan yang besar sehingga dapat

mempengaruhi faktor lainnya terutama yaitu faktor utama peningkatan

mutu. Sarana dan prasarana pendidikan (gedung, perpustakaan dsb.) yang

memadai, kualitas guru, dan tersedianya laboratorium sekolah dan fasilitas

lainnya sangat berpengaruh bagi penyelenggaraan pendidikan yang

bermutu.

5. Komite Sekolah

a. Pengertian Komite Sekolah

Menyadari bahwa pentingnya proses peningkatan kualitas sumber

daya manusia, banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk

mewujudkan pendidikan yang bermutu salah satunya adalah

dibentuknya suatu wadah yang melibatkan masyarakat karena

masyarakat adalah stakeholder pendidikan yang memiliki kepentingan

akan keberhasilan pendidikan. Salah satu bentuk aktualisasinya adalah

18
Jamiludin Usman, Urgensi Manajemen Pembiayaan dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan Madrasah, (Jurnal Tadris Vol. 11 Nomor 2 Desember 2016), hlm. 241.
Komite Sekolah merupakan wadah yang berfungsi sebagai forum untuk

mempresentasi segala aspirasi, prakarsa, dan partisipasi para stakeholder

sekolah secara profesional 19.

Menurut Djam’an Satori dalam buku Mulyono sebagai

konsekuensi untuk perlu dikembangkan adanya wadah untuk

menampung dan menyalurkannya. Dalam wadah tersebut berfungsi

sebagai forum di mana representasi stakeholder sekolah terwakili secara

professional. Dalam pengertian lain, Djam’an Satori menyebutkan

bahwa komite sekolah merupakan suatu badan yang berfungsi sebagai

forum resmi untuk mengakomodasikan dan membahas hal-hal yang

menyangkut kepentingan kelembagaan sekolah.20

Menurut Bedjo Sujanto “komite sekolah adalah badan mandiri

yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka peningkatan mutu,

pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan.

Dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh stakeholder

pendidikan. Nama generic, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan

masing-masing satuan pendidikan. BP3, Komite Sekolah dan atau

Majelis Sekolah yang sudah ada dapat memperluas fungsi, peran, dan

keanggotaannya sesuai dengan acuan.21

Selain itu, menurut Engkoswara Dan Aan Komariah Dewan

Sekolah atau Komite Sekolah adalah lembaga/ badan khusus yang

19
Engkoswara, dan Aan Komariah, Ibid,,, hlm 297.
20
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), hlm. 258.
21
Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah: Model Pengelolaan Sekolah
di Era Otonomi Daerah, (Jakarta: CV. Sagung Seto, 2007), hlm. 61.
dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokrasi oleh para

stakeholders pendidikan di tingkat sekolah sebagai representasi dari

berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu

pendidikan di sekolah.22

Dari penjelasan di atas menunjukan bahwa komite sekolah sebagai

pelaksana pendidikan harus melibatkan peran serta masyarakat dalam

mengatur dan menampung aspirasi masyarakat di lingkungan sekolah

guna tercapainya tujuan mutu di lembaga pendidikan.

b. Tujuan Komite Sekolah

Selain itu, tujuan komite sekolah dalam buku Engkoswara dan Aan

Komariah adalah:

1) Mewadahi dan meningkatkan peranserta para stakeholder

pendidikan di tingkat sekolah dalam merumuskan berbagai

kebijakan sekolah.

2) Mewadahi dan meningkatkan peranserta para stakeholder

pendidikan di tingkat sekolah dalam memecahkan masalah

pendidikan.

3) Memfasilitasi upaya peningkatan kinerja dan profesionalisme

kepala sekolah, guru dan staf.

4) Menyediakan berbaga fasilitas yang dibutuhkan sekolah.

5) Mengembangkan dan menetapkan program kurikulum yang efektif.

22
Engkoswara, dan Aan Komariah, Ibid,,, hlm 298
6) Memfasilitasi dan mengontrol penerapan sistem manajemen sekolah

yang transparan dan demokrasi.23

Seperti halnya dikemukakan oleh Hasbullah di dalam buku

Otonomi Daerah menyebutkan bahwa tujuan komite sekolah yaitu :

1) Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam

melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan disatuan

Pendidikan

2) Meningkatkan tanggung jawab dan peran masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan.

3) Menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan

demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang

bermutu di satuan pendidikan.24

Dari kesimpulan di atas tujuan komite sekolah tidak hanya

sebagai tempat aspirasi masyarakat dalam peningkatkan mutu

pendidikan, melainkan dalam pelaksanaannya dibutuhkan

tanggungjawab serta ikut berperan aktif dalam membantu disemua

kegiatan sekolah bersama stakeholder sekolah dalam meningkatkan

mutu pendidikan. Sedangkan dalam pengelolaannya dibutuhkan

transparansi, akunntabel, dan demokratis. Komite sekolah dalam

peningkatan partisipasi harus menciptakan lingkungan yang terbuka dan

demokratis, dimana warga sekolah (karyawan, staf, guru, siswa) dan

23
Ibid,,, hlm 298
24
Hasbullah, Otonomi Daerah (Kebijakan Otonomi Daerah Dan Implementasi Terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan), (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,2010), hlm. 90.
masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, usahawan, dan

sebagainya) dapat terlibat langsung dalam proses penyelenggaraan

pendidikan.

c. Peran dan Fungsi Komite Sekolah

Dalam rangka memberdayakan masyarakat dan lingkungan

sekolah, peran komite sekolah antara lain dikemukakan sebagai berikut:

1) Memberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan

pelaksanaan kebijakan pendidikan disatuan pendidikan.

2) Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial,

pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di

satuan pendidikan.

3) Mengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan

akuntabilitas penyelenggaraan dan output pendidikan di satuan

pendidikan.

4) Mediator antara sekolah, pemerintah (eksekutif) dan dengan

masyarakat di satuan pendidikan.25

Sementara itu, menurut Bedjo Sujanto dalam bukunya Manajemen

Berbasis Sekolah. Komite sekolah berfungsi dalam hal-hal sebagai

berikut:

1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat

terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

25
Ibid,,,hlm 92-93
2) Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan atau

organisasi), dan dunia kerja, pemerintahan, DPRD dalam rangka

penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas.

3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai

kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

4) Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada

satuan pendidikan mengenai :

a. Kebijakan dan program pendidikan

b. Rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS)

c. Kriteria kinerja satuan Pendidikan

d. Kriteria tenaga pendidikan

e. Kriteria fasilitas Pendidikan

f. Hal- hal lain yang terkait dengan pendidikan

5) Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam

pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan

pendidikan.

6) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan

penyelenggaraan, pendidikan di satuan pendidikan.

7) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan program

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan26

Dalam peran komite sekolah pemberi pertimbangan komite ikut

berperan untuk menjalankan program sekolah yang sudah ditentukan

26
Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah: Model Pengelolaan Sekolah
di Era Otonomi Daerah, (Jakarta, CV. Sagung Seto, 2007), h. 62.
dalam kebijakan-kebijakan pendidikan yang diperoleh dari dan untuk

masyarakat yang sudah ada dalam tujuan pembentukan komite sekolah.

Peran komite sebagai pendukungan terhadap sekolah dalam membantu

menjalankan mendukung usaha-usaha sekolah baik berupa tenaga dan

pemikiran/menyumbangkan ide-ide untuk program sekolah kedepannya,

khususnya yang berkaitan dengan permasalahan pendanaan sekolah

demi berlangsungnya pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan

harapan masyarakat. Peran komite sekolah sebagai pengontrol yaitu

komite bertanggung jawab atas kegiatan penyelenggaraan pendidikan,

komite harus tarnsparan dan akuntabilitas dalam menjalankan perannya.

Peran komite sekolah sebagai mediator ini pada dasarnya hanya sebagai

acuan, karena komite sekolah pada dasarnya berhak memperluas

perannya tidak hanya sebagai mediator antara pemerintah dan

masyarakat saja. Untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan peran

masyarakat, sekolah harus dapat membina kerja sama dengan orang tua

dan masyarakat, menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan bagi

peserta didik dan warga sekolah.

Dengan adanya peran dan fungsi, komite sekolah akan dapat

melaksanakan peran dan fungsinya sebagai penunjang dalam

pelaksanaan proses pembelajaran yang sejalan dengan kondisi dan

permasalahan lingkungan masing-masing sekolah. Komite sekolah dapat

melaksanakan fungsinya sebagai partner dari kepala sekolah dalam

mengadakan sumber- sumber daya pendidikan dalam rangka


melaksanakan pengelolaan pendidikan yang dapat memberikan fasilitas

bagi guru-guru dan siswa untuk belajar sebanyak mungkin sehingga

pembelajaran menjadi semakin efektif. Adanya sinergi antara komite

sekolah dengan sekolah menyebabkan lahirnya tanggung jawab bersama

antara sekolah dan masyarakat sebagai mitra kerja dalam membangun

pendidikan, dari sini masyarakat akan dapat menyalurkan berbagai ide

dan partisipasinya dalam memajukan pendidikan di daerahnya 27.

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis metode penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriftif

kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang

diamati, diarahkan dari latar belakang individu secara utuh (holistic) tanpa

mengisolasikan individu dan organisasinya dalam variable tetapi

memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. 28

Secara umum, penelitian ini didasarkan pada prinsip-prinsip

deskriptif analitik/analisis deskriptif.Analisis deskriptif dipahami sebagai

suatu bentuk analisis yang ditujukan kepada pemecahan masalah yang

terjadi pada masa sekarang.Dikatakan analitik karena pada penelitian ini

intinya adalah menganalisa peranan komite dalam meningkat mutu

pendidikan faktor-faktor yang mendorong dan faktor-faktor yang

27
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja grafindo Persada, 2010), hlm 94-95
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV
Alfabeta, 2017), hlm. 39.
menghambat peranan komite dalam meningkat mutu pendidikan

tersebut.Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan

kemudian dianalisa.29

2. Tempat Penelitian

Tempat atau lokasi penelitian ini adalah di MAN 1 Bangka.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data pada penelitian ini dipergunakan

berbagaiteknik, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Ketiga

teknik tersebut dipergunakan untuk memperoleh data dan informasi yang

saling menunjang dan melengkapi tentang peran komite dalam

meingkatkan mutu pendidikan di MAN 1 Bangka

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan langsung yang dilakukan oleh dua

pihak dengan satu tujuan yang telah ditetapkan. Metode wawancara

identik dengan interview, secara sederhana dapat dimaknai sebagai

dialog yang dilakukan oleh pewawancara (intervewer) untuk

memperoleh informasi dari terwawancara.30

b. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah jenis observasi partisipan,

karenanya dalam studi ini peneliti bertindak tidak hanya sebagai

pengamat, tetapi sekaligus sebagai instrument penelitian dengan

tujuan berusaha menstimulus yang diteliti agar mengetahui realitas

29
Winarno Surachmad, Metode penelitian, (Bandung : Tartsito, 1990), hlm. 40
30
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 135
masalah yang sebenarnya sehingga data dapat diperoleh secara

obyektif dan akurat.31

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yakni mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, dokumen, pengambilan gambar dan

sebagainya.32 Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan

untuk mendapatkan data tentang peran komite serta aktivitas komite

sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAN 1 Bangka

4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam

kategori, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri dan orang lain.Untuk mengelola dan menganalisis data, peneliti

menggunakan analisis deskriptif kualitaif dari Bogdan, meliputi :

a. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum data yang diperoleh dilapangan

selama penelitian dengan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian

31
Reason dalam Norman K, Hand book of Quality Research, (London : New Delhi,
1994), hlm. 325.
32
Sutrisno Hadi, Statistik II, (Yogyakarta : UGM Press, 1986), hlm 131
data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas

dan mempermudah penelitian untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat

dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini dengan

memberi kode pada aspek –aspek tertentu.

b. Penyajian data

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchat dan sejenisnya. Dengan

mendisplaykan data, akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selajutnya berdasarkan pada yang telah

dipahami. Dengan mendisplaykan data, maka akan mempermudah

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selajutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Verifikasi data

Verifikasi (penarikan kesimpulan) kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan diawal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat penelitian kembali ke lapangan menumpulkan data

maka kesimpulan yang dikemukakan kesimpulan yang kredibel


H. Sistematika pembahasan Penelitian

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang

berisikan beberapa pembahasan antara lain:

Bab I berisikan pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub-sub

yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kegunaan

penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian serta rancangan sistematika

pembahasan.

Bab II landasan teori, ini akan dijelaskan tentang telaah pustaka

yaitu perbandingan penelitian yabg dilakukan peneliti dengan peneliti yang

telah dilakukan sebelumnya, dan pada bab ini juga akan dijelaskan kerangka

teoritis penelitian

Bab III tentang metodologi penelitian, penelitian menyajikan

beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian yang didalamnya

mengulas tentang pendekatan dan jenis penelitian, dan subjek penelitian,

sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV memuat hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

Peneliti mendeskripsikan mengenai hasil penelitian.

Bab V penutup, merupakan kesimpulan dan saran terhadap hasil

penelitian.
Daftar Pustaka Sementara

Anwar, Chairul. 2014. Hakikat Manusia Dalam Dunia Pendidikan, Sebuah

Tinjauan Filosofi. Yogyakarta: Suka – Press

Anwar, Chairul. 2017. Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer.

Yogyakarta : IRCISOD

Arcaro, Jarome S. 2007. Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Engkoswara. Aan Komariah. 2012. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Hadi, Sutrisno. 1986. Statistik II. Yogyakarta : UGM Press.

Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Hasbullah. 2010. Otonomi Daerah (Kebijakan Otonomi Daerah Dan

Implementasi Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan). Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada.

Minarti, Sri. 2011. Manajemen Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Mirhasan, Muhammad. 2019. Peran Komite dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2 Bandar Lampung.

Skripsi, UIN Raden Intan Lampung.

Mulyasa, E. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan

Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya


Mulyono. 2010. Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Nasution,S. 1996. Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara.

Nurhadi, Sugeng. 2008. Peran Serta Komite Sekolah dalam Pengembangan Mutu

Sekolah di SMP Negeri 2 Rawalo Kabupaten Banyumas. Yogyakarta :

Thesis Tidak Diterbitkan.

Reason. Norman K. 1994. Hand book of Quality Research. London : New Delhi

Setiawan, Nico. 2012. Partisipasi Komite Sekolah Dalam Penyelenggaraan

Kegiatan Ekstrakurikuler Di Sd Negeri Se-Kecamatan Muntilan. Skripsi,

Universitas Negeri Yogyakarta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

CV Alfabeta.

Sujanto, Bedjo. 2007. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah: Model

Pengelolaan Sekolah di Era Otonomi Daerah. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sukirno. 2006. Pedoman Kerja Komite Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Widyamata

Surachmad, Winarno. 1990. Metode penelitian. Bandung : Tartsito.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2010.

Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


Usman, Jamiludin. 2016. Urgensi Manajemen Pembiayaan dalam Peningkatan

Mutu Pendidikan Madrasah. Jurnal Tadris Vol. 11 Nomor 2

Zahroh, Aminatul. 2016. Total Quality Management. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Anda mungkin juga menyukai