Anda di halaman 1dari 15

MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH DAN

MANAGAMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS


SEKOLAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan

Oleh
VANESSA BELLA CHRISTINA 292020035
HANA CAROLIN 292020052

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2022
Pendahuluan

Awalnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) terjadi karena perubahan


dalam manajemen pendidikan nasional yang selama ini bersifat sentralistik.
Kemudian muncullah Undang-undang Repuplik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999
sebagai landasan pelaksanaan otonomi daerah memiliki makna adanya pelimpahan
wewenang yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah dalam
pemanfaatan sumber daya nasional dan secara otomatis membawa perubahan baru
dalam sistem pengelolaan pendidikan. Oleh karena itu, manjemen pendidikan
berbasis pusat diubah menjadi manajemen pendidikan berbasis sekolah. Pada pasal
51 Undang-Undang RI Nomor 20 tahun Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan
bahwa pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.

Pengertian Managemen Berbasis Sekolah (MBS)

Istilah MBS merupakan terjemahan dari School Based Management, istilah


ini muncul pertama kali di Amerika Serikat pada saat masyarakat mulai
mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan
masyarakat setempat. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang
memberikan otonomi luas pada pada tingkat sekolah dengan melibatkan
masyarakat dalam rangka kebijakan pendidikan nasional.

Manajemen Berbasis Sekolah berasal dari tiga kata, yaitu manjemen,


berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah proses menggunakan sumber daya secara
efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti
dasar atau asas. Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
untuk menerima dan memberikan pelajaran .Berdasarkan makna dari tiga kata
tersebut, kita bisa mengartikan bahwa MBS sebagai penggunaan sumber daya yang
berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran.
MBS juga diartikan sebagai suau proses kerja komunitas sekolah dengan cara
menerapkan kaidah-kaidah otonomi, akuntabilitas, partisipasi, untuk mencapai
tujuan pendidikan dan pembelajaransecara bermutu.

Menurut Wohlstetter dan Mohram (1996) yang dikutip dari Nurkolis (2006:
2). Secara luas manajemen berbasis sekolah berarti pendekatan politis untuk
mendesain ulang organisasi sekolah dengan memberikan kewenangan dan
kekuasaan kepada partisipan sekolah pada tingkat lokal guna memajukan
sekolahnya. Selain itu menurut Malen, Ogawa Krans (dalam Ali Idrus, 2009:25-26)
mendefinisikan MBS secara konseptual dapat digambarkansebagai suatu
perubahan formal struktural penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk desentralisasi
yang mengidentifikasikan sekolah itu sendiri sebagai unit utama peningkatan serta
bertumpu pada redistribusi kewenangan.

Depdiknas (2009: 10) mengartikan manajemen berbasis sekolah sebagai


model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah,
memberikan fleksibilitas/keluwesan kepada sekolah, dan mendorong partisipasi
secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan
masyarakat (orang tua siswa, pengusaha, dan sebagainya) untuk meningkatkan
mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan
perundangan yang berlaku. Dengan otonomi tersebut, sekolah diberikan
kewenangan dan tanggungjawab untuk mengambil keputusankeputusan sesuai
dengan kebutuhan, kemampuan dan tuntutan sekolah serta masyarakat atau
stakeholder yang ada. Baik peningkatan otonomi sekolah, fleksibilitas pengelolaan
sumber daya sekolah maupun partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaran sekolah, kesemuanya itu ditujukan untuk meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional dan peraturan perundangan
yang berlaku.

Dari definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa manjemen berbasis


sekolah merupakan model pengelolaan pendidikan dengan memberikan otonomi
kepada kepala sekolah untuk secara aktif dan mandiri dalam mengembangkan dan
melaksanakan berbagai program peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan
kebutuhan sekolah itu sendiri agar mencapai suatu tujuan.
Tujuan Managemen Berbasis Sekolah

Manajemen berbasis sekolah bertujuan agar mendorong sekolah untuk


dapat mengambil keputusan melalui pemberian wewenang (otonomi) untuk
memberdayakan sekolah tersebut, terutama sumber daya manusiannya (kepala
sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua, dan masyarakat sekitarnya). Menurut
Subakir dan Sapari (20001), tujuan utama penerapan manajemen berbasis sekolah
adalah untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan dan mengingkatkan revelansi
pendidikan di sekolah, dengan adanya wewenang yang lebih besar dan lebih luas
bagi sekolah untuk mengelola urusannya sendiri.

Menurut Mulyasah (2006), tujuan manajemen berbasis sekolah yaitu:

1. peningkatan efisiensi, antara lain diperoleh melalui perusahaan pengelola


sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi
2. penigkatan mutu, antara lain melalui proses partisipasi orang tua terhadap
sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan
profesionalisme guru dan kepala sekolah
3. peningkatan pemerataan, antara lain melalui peningkatan partisipasi
masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada
kelompok tertentu.

Tujuan utama MBS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan


demikan, sekolah maupun masyarakat tikda perlu menunggu perintah dari pusat
untuk mengembangkan sekolah. Mereka bisa langsung mengembangkan suatu visi
pendidikan yang sesuai dengan kondisi setempat dan melaksanakan visi tersebut
secara mandiri.

Manfaat Managemen Berbasis Sekolah

Pelaksanaan MBS di sekolah bermanfaat untuk memandirikan atau


memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan
sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah. MBS dapat menjamin partisipasi
warga sekolah, orang tua, peserta didik, dan masyarakat yang lebih luas dalam
perumusan-perumusan keputusan megenai pendidikan di sekolah. Dan pada
akhirnya dapat mendukung efektivitas dalam mencapai tujuan sekolah.

Menurut Depdiknas (2000), manfaat manajemen berbasis sekolah adalah


sebagai berikut:

1. Sekolah sebagai lambang pendidikan lebih mengetahui kekuatan,


kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya dibandingkan dengan
lembaga-lembaga lainnya, sehingga dia dapat mengotimalkan sumber daya
yang tersedia untuk memajukan lembaganya.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayyagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik.
3. Sekolah bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing
kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya,
sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan
mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.
4. Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan
dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah
setempat.

Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah

MBS memiliki karakterisitik yang perlu dipahaami oleh sekolah dalam


melaksanakan. Maksud dari hal ini adalah, jika sekolah ingin berhasil dalam
melaksanakan MBS, maka karakteristik MBS harus dipelajari dan dipahami dengan
baik. Menurut Nurkholis (2003:56), MBS memiliki delapan karakteristik,
diantaranya adalah:

1. Sekolah dengan MBS memiliki misi atau cita-cita menjalankan sekolah


untuk mewakili sekelompok harapan bersama, keyakinan dan nilai-nilai
sekolah, membimbing warga sekolah di dalam aktivitas pendidikan dan
memberi arah kerja. Misi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap
fungsi dan efektivitas sekolah, karena dengan misi ini warga sekolah dapat
mengembangkan budaya organisasi sekolah yang tepat, membangun
komitmen yang tinggi terhadap sekolah, dan mempunyai insiatif untuk
memberikan tingkat layanan pendidikan yang lebih baik.
2. Aktivitas pendidikan dijalankan berdasarkan karakteristik kebutuhan dan
situasi sekolah. Hakikat aktivitas sangat penting bagi sekolah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, karena secara tidak langsung
memperkenalkan perubahan manajemen sekolah dari menajemen kontrol
eksternal menjadi model berbasis sekolah.
3. Terjadinya proses perubahan strategi manajemen yang menyangkut hakikat
manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemim-
pinan, penggunaan kekuasaan, dan keterampilan-keterampilan manajemen.
Oleh karena itu dalam konteks pelaksanaan MBS, perubahan strategi
manajemen lebih memandang pada apek pengembangan yang tepat dan
relevan dengan kebutuhan sekolah.
4. Keleluasaan dan keweangan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif
untuk mencapai tujuan pen-didikan, guna memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang dihadapi, baik tenaga kependidikan, keuangan dan
sebagainya.
5. MBS menuntut peran aktif sekolah, adiministrator sekolah, guru, orang tua,
dan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan di sekolah. Dengan MBS
sekolah dapat menngembangkan siswa dan guru sesuai dengan karakteristik
sekolah masing-masing. Dalam konteks ini, sekolah berperan
mengembangkan insiatif, memecahkan masalah, dan mengeksplorasi semua
kemungkinan untuk memfasilitasi efektivitas pembelajaran. Demikian
halnya dengan unsur-unsur lain seperti guru, orang tua, komite sekolah,
administrator sekolah, dinas pendidikan, dan sebagainya sesuai dengan
perannya masing-masing.
6. MBS menekankan hubungan antar manusia yang cenderung terbuka,
bekerja sama, semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan.
Oleh karena itu, iklmi orgnanisasi cenderung mengarah ke tipe komitmen
sehingga efektivitas sekolah dapat tercapai.
7. Peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di
dalamnya kualitas yang dimiliki administrator.
8. Dalam MBS, efektivitas sekolah dinilai menurut indikator multitingkat dan
multisegi. Penilaian tentang efektivitas sekolah harus mencakup proses
pembelajaran dan metode untuk membantu kemajuan sekolah. Oleh karena
itu, penilaian efektivitas sekolah hatus memperhatikan multitingkat, yaitu
pada tingkat sekolah, kelompok, dan individu, serta indikator multisegi
yaitu input, proses dan output sekolah serta perkembangan akademik siswa.

Prinsip Manjemen Berbasis Sekolah

Terdapat empat prinsip manajemen berbasis sekolah sebagai bentuk


implementasi otonomi daerah bidang pendidikan yang menjadi landasan dalam
menerjemahkan konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah sesuai
dengan tujuannya, yaitu otonomi, fleksibilitas, partisipasi, dan inisiatif.

a. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi diartikan sebagai kemandirian, yaitu kemandirian
dalam mengatur dan mengurus diri sendiri. Kemandirian dalam program
dan pendanaan merupakan tolok ukur utama kemandirian sekolah.
Kemandirin yang berlangsung secara terus menerus akan menjamin
keberlangsungan hidup dan perkembangan sekolah.
b. Prinsip fleksibelitas
Prinsip fleksibelitas dapat diartikan sebagai keluwesan uang diberikan
kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan
sumber daya sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan mutu
sekolah. Prinsip ini akan melahirkan sekolah yang lebih lincah dalam
bergerak dan tanggap terhadap permasalahan yang harus dihadapi.
c. Prinsip partispasi
Prinsip partisipasi dapat diartikan dengan penciptaan lingkunagn yang
terbuka dan demokratik. Warga sekolah (guru, siswa, karyawan) dan
masyarakat didorong untuk telibat langsung dalam penyelenggaraan
pendidikan, mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan
evaluasi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini dilandasi dengan
keyakinan bahwa jika seorang dilibatkan maka yang bersangkutan akan
mempunyai “rasa memiliki” terhadap sekolah, sehingga yang
bersangkutan juga akan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pendidikan ke arah yang lebih bermutu.
d. Prinsip inisiatif
Prinsip ini didasari atas konsepsi bahwa manusia bukanlah sumber daya
yang statis, melainkan dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber daya
manusia harus selalu digali, ditemukan, dan dikembangkang untuk
menjadi sumber daya yang inisiatif dalam pengelolaan pendidikan
(Hidayat dan Machali, 2012: 56).

Pengertian Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

Danim mendefinisikan MPMBS sebagai desentralisasi kewenangan


pembuatan keputusan pada tingkat sekolah. Pembuatan keputusan merupakan inti
dari keseluruhan proses dan substansi tugas manajemen sekolah. Definisi ini
memberikan penjelasan bahwa melalui MPMBS, pihak sekolah dan para
stakeholder mempunyai wewenang untuk membuat keputusan sesuai dengan
sistem pendidikan nasional. Keputusan yang diambil menyangkut seluruh aspek
yang berhubungan dengan setiap pelaksanaan pendidikan di lingkungan sekolah
berdasarkan peraturan yang berlaku. Sedangkan Ibtisam berpendapat bahwa
MPMBS secara konseptual digambarkan sebagai suatu perubahan formal struktur
penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi
sekolah itu sediri sebagai unit utama peningkatan, serta bertumpu pada redistribusi
kewenangan pembuatan keputusan sebagai sarana penting yang dengannya
peningkatan dapat didorong dan ditopang.

Sekolah berada pada bagian terdepan dari proses pendidikan, sehingga


menjadi bagian utama dalam proses pembuatan keputusan untuk peningkatan mutu
pendidikan, masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih memahami, membantu,
dan mengontrol proses pemdidikan. Sedangkan pemerintah berperan sebagai
peletak kerangka dasar kebijakan pendidikan serta menjadi fasilitator yang akan
mendukung secara kondusif tercapainya peningkatan kualitas pendidikan di
sekolah. Hal yang sama juga dikemukakan Miarso bahwa MPMBS sebagai
pelimpahan wewenang pada sekolah untuk mengambil keputusan mengenai alokasi
dan pemanfaatan sumber-sumber berdasarkan aturan akuntabilitas yang berkaitan
dengan sumber tersebut. Dengan demikian, pihak sekolah tidak hanya
bertanggungjawab kepada pimpinan yang lebih tinggi atau instansi pemerintahan
tetapi juga kepada stakeholder.

Dengan demikian, MPMBS merupakan segala usaha untuk memberikan


kewenangan kepada sekolah dalam mengatur pendidikan dan pengajaran,
merencanakan, mengorganisasi, mengawasi, mempertanggung jawabkan,
mengatur serta memimpin sumber daya insani serta sarana dan prasarana untuk
membantu pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan sekolah yang
berartu sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar daripada sebelumnya.

Prinsip dan Tujuan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan Manajemen


Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) adalah sebagai berikut. (a)
Pendidikan yang efektif melibatkan semua pihak dalam mendidik anak; (b) Sekolah
adalah unit terpenting bagi pendidikan yang efektif; (c) Segala keputusan sekolah
dibuat oleh oleh pihak-pihak yang benar-benar mengerti tentang sekolah termasuk
seluruh warganya; (d) Guru-guru harus membantu dalam pembuatan keputusan
program pendidikan dan kurikulum; (e) Sekolah mandiri membuat keputusan
pengalokasian dana, dan (f) Perubahan akan bertahan lebih lama apabila melibatkan
stakeholder.

Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, MPMBS bertujuan: a) meningkatkan


mutu pendidikan melalui pemberian wewenang dalama menata sekolah; b)
meningkatkan kepedulian warga sekolah dan amasyarakat dalam pengelolaan
sekolah; c) meningkatkan tanggung jawab sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan; d) meningkatkan kompetensi dalam bersaing antar sekolah.

Aedi berpendapat bahwa secara umum MPMBS bertujuan untuk


memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan
(otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah
untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah
dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan secara khusus
MPMBS bertujuan untuk meningkatkan: (a) kinerja sekolah (mutu, relevansi,
pemerataan, efisiensi, efektivitas, inovasi, produktivitas sekolah) melalui
kemandirian dan inisiatif sekolah, (b) transformasi proses belajar mengajar secara
optimal, (c) meningkatkan motivasi kepala sekolah untuk lebih bertanggung jawab
terhadap mutu peserta didik, (d) tanggung jawab sekolah kepada stakeholders, (e)
tanggung jawab baru bagi pelaku MPMBS, (f) kepedulian warga sekolah dan
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, (g) kompetensi sehat antar
sekolah, (h) efisiensi dan efektivitas sekolah, (i) usaha mendesentralisasi
manajemen pendidikan, dan (j) pemberdayaan sarana dan prasarana sekolah yang
ada sesuai kebutuhan peserta didik.

Karakteristik Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

MPMBS mempunyai karakteristik dan perlunya dipahami oleh sekolah


dalam menjalankannya. Hal ini berarti, apabila sekolah ingin berhasil dalam
menerapkan MPMBS, maka harus memiliki beberapa karakteristik dari MPMBS
tersebut. Untuk mengurai karakteristik MPMBS ini, pendekatan sistem input-
proses-output akan digunakan untuk memandunya.

A. Input Pendidikan
Menurut Depdiknas (2001) ada beberapa input pendidikan yang diharapkan
yaitu :
1. Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas. Kebijakan
dibuat sesuaidengan tujuan dan peningkatan mutu.
2. Sumber daya tersedia dan siap, baik sumber daya manusia maupun
sumberdaya selebihnya.
3. Memiliki harapan prestasi yang tinggi untuk meningkatkan prestasi
peserta didikdan sekolahnya. Sekolah harus memiliki ekspektasi yang
tinggi mengenaipencapaian prestasi, tak hanya prestasi yang diraih
murid tetapi prestasi yangdiraih sekolah juga.
4. Fokus pada pelanggan (khususnya peserta didik) sebagai tujuan
utamanyauntuk meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik. Tujuan
utama sekolahialah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang: berimandan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab.
5. Input manajemen untuk menjalankan roda sekola. Input manajemen
yangdimaksudkan adalah tugas yang jelas, rencana yang rinci dan
sistematis,program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, aturan
main yang jelassebagai panutan bagi warga sekolah untuk berbuat, dan
adanya sistempengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk
menyakinkan agar sasaranyang telah disepakati dapat dicapai.
B. Proses Pendidikan
Menurut Depdiknas (2001) menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik
proses pada sekolah yang menerapkan MPMBS, yaitu sebagai berikut:
1. Effektivitas proses belajar mengajar tinggi berupa pemberdayaan
peserta didikmaupun belajar cara belajar (learning to learn)
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat dalam
mengkoordinasikan,sekolahmenggerakkan dan menyerasikan semua
sumber daya pendidikan yang tersedia.
3. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif terutama guru yang selalu
mampudan sanggup menjalankan tugasnya dengan baik.
4. Sekolah memiliki budaya mutu yang mempunyai elemen-elemen
sebagai berikut: 1) Informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan,
bukan untuk mengontrol SDM; 2) Kewenangan harus sebatas tanggung
jawab; 3) hasil harus diikuti rewards dan punishment; 4) kolaborasi,
sinergi bukan kompetisi,harus merupakan basis untuk kerja sama; 5)
warga sekolah merasa amanterhadap pekerjaannya; 6) imbal jasa harus
sepadan dengan nilai pekerjaannya; 7) warga sekolah merasa memiliki
sekolah.
5. Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis dimana
seluruh pihak berpartisipasi dalam seluruh kegiatan organisasi.
6. Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian).
7. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat, semua warga sekolah
berperan dalambidangnya masing masing.
8. Sekolah memiliki keterbukaan (tranparansi) manajemen dan
pengelolaansekolah, seluruh warga sekolah berhak tahu tentang
manajemen danpengelolaan sekolah.
9. Sekolah memiliki kemampuan untuk berubah untuk peningkatan mutu
pesertadidik, sekolah telah diberi wewenang untuk mengatur urusannya
sendiri.
10. Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan
untukmengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik
danmemanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki
danmenyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah.
11. Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan dan berbagai
aspirasiyang muncul bagi peningkatan mutu.
12. Sekolah memiliki akuntabilitas (bentuk pertanggung jawaban) yang
harusdilakukan sekolah terhadap keberhasilan program yang telah
dilaksanakan.
13. Sekolah memiliki sustainabilitas yang tinggi karena di sekolah tersebut
terjadiproses skumulasi peningkatan mutu sumber daya manusia,
diversifikasi sumber dana, pemilikan aset sekolah yang mampu
menggerakkan income generatingactivities dan dukungan yang tinggi
dari masyarakat terhadap eksistensi sekolah.
C. Output Pendidikan
Depdiknas (2001) menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan pada
umumnya,output diklasifikasikan menjadi dua yaitu output berupa prestasi
akademik danoutput berupa prestasi non akademik. Contoh output berupa
prestasi akademikmisalnya nilai UN, Nilai Raport,dan prestasi dalam
beberapa perlombaan kemudian output berupa prestasi dalam bidang non
akademik dapaat berupa perubahankepribadian seperti kesopanan, lebih
rajin,lebih taat, kedisiplinan, kemampuanbersosialisasi dan prestasi dalam
bidang olahraga.

Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

Dalam melaksanakan MPMBS perlunya sosialisasi seperti melalui


pelatihan, workshop, semiloka, diskusi, forum ilmiah, dan media massa. Dalam
sosialisasi tersebut, dijelaskan apa, mengapa, dan bagaimana konsep MPMBS
diselenggarakan. Kepala sekolah membaca dan membentuk budaya MPMBS di
sekolahnya masing-masing. Caranya sebagai berikut. (1) baca dan fahami sistem
budaya, sumber daya yang ada secara cermat dan refleksikan kecocokannya dengan
sistem, budaya baru yang dapat mendukung MPMBS; (2) identifikasi sistem,
budaya, dan sumberdaya yang perlu diperkuat dan diubah, kenalkan sistem, budaya
baru yang diperlukan untuk menyelenggarakan MPMBS; (3) buatlah komitmen
rinci yang diketahui semua unsur yang bertanggungjawab, jika terjadi perubahan
sistem, budaya, dan sumberdaya cukup mendasar; (4) bekerjalah dengan semua
unsur sekolah untuk mengklarifikasi visi, misi, tujuan, sasaran, rencana, dan
program-program MPMBS, (5) hadapilah status quo terhadap perubahan, jangan
menghindar dan menarik diri serta jelaskan perlunya perubahan; (6) garisbawahi
prioritas sistem, budaya, dan sumberdaya yang belum ada sekarang untuk
mendukung visi, misi, tujuan, sasaran, rencana, dan program-program MPMBS;
dan (7) pantaulah dan arahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi,
tujuan, sasaran, rencana, dan program-program MPMBS (Depdiknas,2002).
Hubungan MBS dengan MPMBS

Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) adalah bagian


dari program antithesis atas manajemen terpusat melalui program desentralisasi
bidang pendidikan dan partisipasi masyarakat yang tinggi. Otonomi tersebut
diberikan dalam upaya agar sekoloh lebih bebas dalam mengelola semua sumber
daya dengan mengelola sesuai dengan kepentingan kebutuhan sehingga sekolah
lebih tanggap dengan kebutuhan penggunanya atau masyarakat sekitarnya.

Depniknas mengemukakan bahwa jika MBS bertujuan untuk meningkatkan


semua kinerja sekolah baik mutu, relevansi, inovasi dan pemerataan akses
pendidikan maka MPMBS lebih berorientasi pada peningkatan mutu. Manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) sebagai wujud MBS biasanya
diawali dengan desentralisasi, yaitu pemberian otoritas yang luas dari pusat kepada
sekolah. Dalam mengambilan keputusan melibatkan semua kelompok kecil yang
berkepentingan dengan pendidikan di sekolah yang terdiri dari administrasi, guru,
orang tua, anggota masyarakat dan kadang juga melibatkan siswa. Oleh karena itu,
MPMBS juga dapat dipandang sebagai model manajemen melalui pengambilan
keputusan secara partisipatif, mengikutsertakan seluruh stakeholder, dan
pemberdayaan sekolah dengan segala sumber dayanya untuk mencapai tujuan
dalam peningkatan mutu pendidikan dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Achadah, Alif. "Manajemen Berbasis Sekolah (MBS): Konsep Dasar dan


Implementasinya Pada Satuan Pendidikan.” Jurnal Pendidikan Ilmiah Vol. 4 No. 2
(Desember) 2019. Hlm 77 - 88
Depdiknas. 2002, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:
Direktorat SLTP Dirjen Dikdasmen.
Hamid, H. “Manajemen Berbasis Sekolah.” Jurnal Al-Khwarizmi Vol 1, No
1 (2013).
Hamzah, H. (2013, June 15). MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU
PENDIDIKAN BERBASIS SEKOLAH. HUNAFA: Jurnal Studia Islamika, 10(1),
151-175. https://doi.org/https://doi.org/10.24239/jsi.v10i1.23.151-175
HM, M. (2018). Manajemen Berbasis Sekolah (Alternatif Peningkatan
Mutu Pendidikan Madrasah). Ekspose: Jurnal Penelitian Hukum dan Pendidikan,
17(2), 601-614. doi:https://doi.org/10.30863/ekspose.v17i2.117
Modelu, Rosna dan Siti Asiah. “Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (MPMBS): antara Harapan dan Realita di SMA Negeri 3 Atinggola.”
Jurnal Pendidikan Islam Vol.2, No.1, Juni 2019, 128-142.
Nadeak, Bernadetha. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS). CV
WIDINA MEDIA UTAMA, 2022.
Sa’diyah, Rika. "Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS)." Jurnal Emanasi Vol 2, Edisi 2 (2019).
Wahyudi. "Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (School- Based
Management) Dalam Rangka Desentralisasi Pendidikan.” Jurnal Guru Membangun
Vol 23, No 1 (2010).

Anda mungkin juga menyukai