Oleh
VANESSA BELLA CHRISTINA 292020035
HANA CAROLIN 292020052
Menurut Wohlstetter dan Mohram (1996) yang dikutip dari Nurkolis (2006:
2). Secara luas manajemen berbasis sekolah berarti pendekatan politis untuk
mendesain ulang organisasi sekolah dengan memberikan kewenangan dan
kekuasaan kepada partisipan sekolah pada tingkat lokal guna memajukan
sekolahnya. Selain itu menurut Malen, Ogawa Krans (dalam Ali Idrus, 2009:25-26)
mendefinisikan MBS secara konseptual dapat digambarkansebagai suatu
perubahan formal struktural penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk desentralisasi
yang mengidentifikasikan sekolah itu sendiri sebagai unit utama peningkatan serta
bertumpu pada redistribusi kewenangan.
a. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi diartikan sebagai kemandirian, yaitu kemandirian
dalam mengatur dan mengurus diri sendiri. Kemandirian dalam program
dan pendanaan merupakan tolok ukur utama kemandirian sekolah.
Kemandirin yang berlangsung secara terus menerus akan menjamin
keberlangsungan hidup dan perkembangan sekolah.
b. Prinsip fleksibelitas
Prinsip fleksibelitas dapat diartikan sebagai keluwesan uang diberikan
kepada sekolah untuk mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan
sumber daya sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan mutu
sekolah. Prinsip ini akan melahirkan sekolah yang lebih lincah dalam
bergerak dan tanggap terhadap permasalahan yang harus dihadapi.
c. Prinsip partispasi
Prinsip partisipasi dapat diartikan dengan penciptaan lingkunagn yang
terbuka dan demokratik. Warga sekolah (guru, siswa, karyawan) dan
masyarakat didorong untuk telibat langsung dalam penyelenggaraan
pendidikan, mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan
evaluasi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini dilandasi dengan
keyakinan bahwa jika seorang dilibatkan maka yang bersangkutan akan
mempunyai “rasa memiliki” terhadap sekolah, sehingga yang
bersangkutan juga akan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pendidikan ke arah yang lebih bermutu.
d. Prinsip inisiatif
Prinsip ini didasari atas konsepsi bahwa manusia bukanlah sumber daya
yang statis, melainkan dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber daya
manusia harus selalu digali, ditemukan, dan dikembangkang untuk
menjadi sumber daya yang inisiatif dalam pengelolaan pendidikan
(Hidayat dan Machali, 2012: 56).
A. Input Pendidikan
Menurut Depdiknas (2001) ada beberapa input pendidikan yang diharapkan
yaitu :
1. Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas. Kebijakan
dibuat sesuaidengan tujuan dan peningkatan mutu.
2. Sumber daya tersedia dan siap, baik sumber daya manusia maupun
sumberdaya selebihnya.
3. Memiliki harapan prestasi yang tinggi untuk meningkatkan prestasi
peserta didikdan sekolahnya. Sekolah harus memiliki ekspektasi yang
tinggi mengenaipencapaian prestasi, tak hanya prestasi yang diraih
murid tetapi prestasi yangdiraih sekolah juga.
4. Fokus pada pelanggan (khususnya peserta didik) sebagai tujuan
utamanyauntuk meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik. Tujuan
utama sekolahialah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang: berimandan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab.
5. Input manajemen untuk menjalankan roda sekola. Input manajemen
yangdimaksudkan adalah tugas yang jelas, rencana yang rinci dan
sistematis,program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, aturan
main yang jelassebagai panutan bagi warga sekolah untuk berbuat, dan
adanya sistempengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk
menyakinkan agar sasaranyang telah disepakati dapat dicapai.
B. Proses Pendidikan
Menurut Depdiknas (2001) menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik
proses pada sekolah yang menerapkan MPMBS, yaitu sebagai berikut:
1. Effektivitas proses belajar mengajar tinggi berupa pemberdayaan
peserta didikmaupun belajar cara belajar (learning to learn)
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat dalam
mengkoordinasikan,sekolahmenggerakkan dan menyerasikan semua
sumber daya pendidikan yang tersedia.
3. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif terutama guru yang selalu
mampudan sanggup menjalankan tugasnya dengan baik.
4. Sekolah memiliki budaya mutu yang mempunyai elemen-elemen
sebagai berikut: 1) Informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan,
bukan untuk mengontrol SDM; 2) Kewenangan harus sebatas tanggung
jawab; 3) hasil harus diikuti rewards dan punishment; 4) kolaborasi,
sinergi bukan kompetisi,harus merupakan basis untuk kerja sama; 5)
warga sekolah merasa amanterhadap pekerjaannya; 6) imbal jasa harus
sepadan dengan nilai pekerjaannya; 7) warga sekolah merasa memiliki
sekolah.
5. Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis dimana
seluruh pihak berpartisipasi dalam seluruh kegiatan organisasi.
6. Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian).
7. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat, semua warga sekolah
berperan dalambidangnya masing masing.
8. Sekolah memiliki keterbukaan (tranparansi) manajemen dan
pengelolaansekolah, seluruh warga sekolah berhak tahu tentang
manajemen danpengelolaan sekolah.
9. Sekolah memiliki kemampuan untuk berubah untuk peningkatan mutu
pesertadidik, sekolah telah diberi wewenang untuk mengatur urusannya
sendiri.
10. Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan
untukmengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik
danmemanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki
danmenyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah.
11. Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan dan berbagai
aspirasiyang muncul bagi peningkatan mutu.
12. Sekolah memiliki akuntabilitas (bentuk pertanggung jawaban) yang
harusdilakukan sekolah terhadap keberhasilan program yang telah
dilaksanakan.
13. Sekolah memiliki sustainabilitas yang tinggi karena di sekolah tersebut
terjadiproses skumulasi peningkatan mutu sumber daya manusia,
diversifikasi sumber dana, pemilikan aset sekolah yang mampu
menggerakkan income generatingactivities dan dukungan yang tinggi
dari masyarakat terhadap eksistensi sekolah.
C. Output Pendidikan
Depdiknas (2001) menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan pada
umumnya,output diklasifikasikan menjadi dua yaitu output berupa prestasi
akademik danoutput berupa prestasi non akademik. Contoh output berupa
prestasi akademikmisalnya nilai UN, Nilai Raport,dan prestasi dalam
beberapa perlombaan kemudian output berupa prestasi dalam bidang non
akademik dapaat berupa perubahankepribadian seperti kesopanan, lebih
rajin,lebih taat, kedisiplinan, kemampuanbersosialisasi dan prestasi dalam
bidang olahraga.