program pendidikan yang harus dilaksankan secara sistematis dan terarah berdasarkan
kepentingan nasional serta mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK dan dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ). Program tersebut
dilaksanakan tentunya untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia yang salah
satunya adalah program mengenai manajemen pengelolaan sekolah.
Manajemen pengelolaan sekolah pada dasarnya merupakan manajemen
berbasis lokasi yang dilaksanakan dengan meletakkan semua urusan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Pengurangan administrasi pusat adalah konsekuensi dari yang
pertama dengan diikuti pendelegasian wewenang dan urusan pada sekolah. Inovasi
kurikulum menekankan pada pembaharuan kurikulum sebesar-besarnya untuk
meningkatkan kualitas dan persamaan hak bagi semua peserta didik. Kurikulum
disesuaikan benar dengan kebutuhan peserta didik di daerah atau sekolah. Hal ini
sesuai dengan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 ayat 2
yang menyatakan bahwa Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan
sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan Kabupaten/Kota untuk
pendidikan dasar dan Propinsi untuk pendidikan menengah. Peraturan Keputusan
Menteri Nomor 22/2006, dan 23/2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan menjadi dasar pengembangan kurikulum sekolah yang disebut KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Manajemen berbasis lokasi yang merujuk ke sekolah, akan meningkatkan
otonomi sekolah dan memberikan kesempatan kepada tenaga sekolah, orang tua,
siswa, dan anggota masyarakat dalam pembuatan keputusan. Misi desentralisasi
pendidikan adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan, meningkatkan pendayagunaan potensi daerah, terciptanya infrastruktur
kelembagaan yang menunjang terselenggaranya sistem pendidikan yang relevan
dengan tuntutan jaman, antara lain terserapnya konsep globalisasi, humanisasi, dan
demokrasi dalam pendidikan.
Penerapan demokratisasi dilakukan dengan mengikutsertakan unsur-unsur
pemerintah setempat, masyarakat, dan orangtua dalam hubungan kemitraan dan
menumbuhkan dukungan positif bagi pendidikan. Penerapan demokratisasi selain
mengikut sertakan unsur-unsur tersbut, diperlukan juga sosok Kepala Sekolah yang
yang berkompeten. Agar Kepala Sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,
maka seorang Kepala Sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi seperti tertera
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah: - kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial. Disamping itu sebagai orang yang paling bertanggung jawab
untuk meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan dibawah tanggung
jawabnnya, dia juga harus mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomer 63 tahun 2009 tentang Sistim Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) yang
mengharuskan terbangunnya budaya mutu pendidikan serta terpetakannya mutu
pendidikan yang rinci pada satuan pendidikan.
b.
Sekolah) yang solid untuk peningkatan kinerja Sekolah dan dasar terciptanya budaya
mutu di Sekolah.
Masagus (2011: 6) mengutarankan ada beberapa hal penting yang harus
perhatikan dalam menerapkan EDS, diantaranya:
a. Evaluasi Yang Bersifat Internal; dilakukan oleh dan untuk mereka sendiri,
bukan dilaksanakan oleh orang lain. Ini adalah evaluasi internal, bukan evaluasi
external oleh pihak luar.
b. Akan Mengevaluasi Seluruh Kinerja Sekolah yang akan meliputi aspek-aspek
manajerial dan akademis.
c. Mengacu Pada SPM Dan 8 SNP yang hasilnya akan membantu program
nasional dalam upaya penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan secara
umum.
d. Untuk Kepentingan Sekolah Itu Sendiri, bukan untuk perbandingan dengan
Sekolah-Sekolah lain atau untuk akreditasi Sekolah.
e. Hasil EDS sebagai Bahan Masukan Dan Dasar Dalam Penulisan RPS/RKS
maupun RAPBS/RAKS.
f. Dilaksanakan minimal setahun sekali oleh semua stakeholder pendidikan di
sekolah, bukan hanya oleh kepala Sekolah saja dengan bimbingan dan
pengawasan Pengawas Sekolah.
Pelaksana EDS sebaiknya oleh semua stakeholder atau pemangku pendidikan di
Sekolah sebab EDS bukan hanya tugas dan tanggung jawab kepala Sekolah saja dan
agar ada kebersamaan dan rasa memiliki bersama. Keterlibatan mereka juga
diharapkan akan dapat memberikan gambaran akan kebutuhan nyata Sekolah secara
menyeluruh. Untuk menangani EDS ini sebaiknya Sekolah membentuk satu tim EDS
khusus yang bisa disebut Tim Pengembang Sekolah/Madrasah (TPS) dengan
beranggotakan unsur-unsur dibawah ini Masagus (2011: 8):
a. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab.
b. Wakil dari unsur tenaga pendidik.
c. Wakil dari unsur komite sekolah..
d. Wakil dari unsur orang tua peserta didik.
e. Pengawas sebagai pihak yang memberi bimbingan.
Masagus (2011: 9) menyampaikan dalam tulisannya beberapa manfaat adanya
EDS, diantaranya:
(1). Bagi Sekolah:
a. Sekolah mempunyai instrument internal yang dapat dipakai untuk
mengevaluasi kinerjanya.
b. Sekolah dapat mengetahui sampai dimanakah Tahap pencapaian mereka
dilihat dari SPM dan SNP.
c. Sekolah dapat mengetahui kekuatan dan kelemahannya secara pasti.
d. Sekolah dapat mengetahui dengan pasti dan dapat memprioritaskan aspek
mana yang memerlukan peningkatan.
1.40
STANDAR PENILAIAN
1.16
STANDAR PEMBIAYAAN
1.72
STANDAR PENGELOLAAN
1.24
1.64
STANDAR PTK
1.56
1.11
STANDAR PROSES
1.10
STANDAR ISI
1.65
-
1.00
2.00
3.00
Keterangan :
4 tahapan kriteria pencapaian EDS untuk mutu pendidikan sekolah yaitu:
tahap 1 berarti kurang,
tahap 2 berarti sedang,
tahap 3 berarti baik, dan
tahap 4 berarti amat baik.
Tabel menunjukkan angka pencapaian hasil EDS SMPN 5 Cimahi dengan jelas.
Rata-rata nilai 1,40 menunjukkan nilai sedang. Artinya masih banyak yang perlu
dibenahi oleh sekolah ini, jika mempunyai harapan untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Melalui MBS maka pengelolaan pendidikan dapat disusun berdasarkan
prioritas kebutuhan diiringi dengan merumuskan strategi-strategi manajemen yang
paling tepat.
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Abu-Duhou Abtisam, 2003, School-Based Management (Manajemen Berbasis
Sekolah), UNESCO, Penerjemah : Noryamin Aini, Suparto, Penyunting ;
Achmad Syahid, Abas Al-Jauhari, Jakarta : Logos
Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah Konsep Dasar, Jakarta : Ditjend Pendidikan Dasar dan Menengah,
Ditjen SLTP.
Depdiknas, 2008, Modul pelatihan praktik yang baik, Manajemen Berbasis Sekolah,
peran serta masyarakat, pembelajaran aktif,kreatif,efektif dan menyenangkan,
Jakarta
Dodi Ardi Kurniadi. Pelaksanaan Program Evaluasi Diri Sekolah (Eds) Di Smp
Negeri 2 Tempel. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Masagus. 2011. Evaluasi diri sekolah/madrasah (EDS/M), edisi revisi:2011-P4tk
BMTI Bandung: Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Mulyasa. 2012. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyono. 2010. Manajemen Administrasi dan Organisasi Sekolah. Jogjakarta: ArRuzzmedia
Nurkolis, 2003, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, Jakarta :
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia