Anda di halaman 1dari 5

A.

LATARBELAKANG

Manajemen Berbasis Sekolah atau disingkat MBS merupakan istilah yang banyak
diungkap dalam dunia pendidikan. Istilah MBS atau School Based Management mulai
berkembang di Amerika Serikat sebagai dampak dari tuntutan masyarakat terhadap
pendidikan yang relevan dengan kehidupan. Dengan kondisi itu, maka setiap sekolah
dituntut untuk mengelola sendiri aktivitas satuan pendidikannya dan tidak sepenuhnya
bergantung pada pemerintah. Sekolah diberi kewenangan untuk mengelola sendiri
kondisi sumberdaya yang ada disekolahnya sehingga dapat menghasilkan outcome
yang memiliki relevansi bagi kehidupan nyata.

Melalui MBS, kewenangan dalam pengelolaan sekolah, bertumpu kepada sekolah dan
stakeholder terkait langsung. Dengan basisini,fungsi manajemen sekolah lebih terbuka
dan optimal,menghindarkan format sentralisas dan birokratisasi yang dapat
menyebabkan hilangnya fungsi manajemen sekolah. MBS juga didasarkan pada
kenyataan bahwa setiap sekolah, layaknya setiap individu, memiliki keunikannya
sendiri. Setiap sekolah memiliki karakteristik yang tidak dimiliki sekolah lain. Setiap
sekolah memiliki konteks dan kondisi lokal yang berbeda satu dengan yang lain. Oleh
karena itu, untuk optimalnya proses pendidikan di tiap sekolah, maka sekolah perlu
mengelola sekolah sesuai konteks lokal tersebut.

Demikian pula dengan pengelolaan sekolah. Untuk optimalnya pengelolaan pendidikan


di satu sekolah, maka diperlukan manajemen pengelolaan yang unik yang disesuaikan
dengan konteks lokal tersebut. Bagaimana setiap sekolah dikelola, selayaknya
disesuaikan dengan kondisi dan kebututihan sekolah, kondisi dan kebutuhan peserta
didik, daya dukung lingkungan serta berbagai faktor lokal yang mewarnai. Atas dasar
itulah kemudian muncul sebuah model pengelolaan sekolah dengan basis kondisi dan
konteks sekolah itu sendiri, yang kemudian dikenal sebagai Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS)
Di Indonesia, MBS tidak jauh berbeda dengan negara-negara maju yang terlebih
dahulu menerapannya. Perbedaan yang mencolok adalah lambatnya kesadaran para
pengambilan kebijakan pendidikan di indonesia. Di bayangkan saja dibanyak negara
gerakan reformasi pendidikan model MBS ini sudah terjadi pada tahun 1970-an disusul
di banyak negara pada tahun 1980-an, namun di indonesia baru dimulai 30 tahun
kemudian. konsep ini muncul pertama kali pada tahun 2000. Secara resmi konsep ini
tertuang dalam dokumen Undang-undang No. 25 tahun 2000 Rencana Strategis
Pembangunan Nasional tahun 2000-2004, selanjutnya tertuang dalam Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Pasal 51 UU Sistem
Pendidikan Nasional tercantum bahwa “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar
pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasissekolah/madrasah.” Disini jelas
bahwa Manajemen Berbasis Sekolah merupakan prinsip dalam pengelolaan satuan
pendidikan. Atas dasar itulah, maka prinsip MBS perlu disosialisasikan kepada seluruh
sekolah agar dapat dipahami sesuai dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan.

Dengan demikian, MBS muncul karena beberapa alasan. Pertama , terjadinya


ketimpangan kekuasaan dan kwenangan yang terlalu terpusat pada atasan dan
mengesampingkan bawahan. Kedua kinerja pendidikan yang tidak kunjung membaik
bahkan cenderung menurun di banyak negara. Ketiga, adanya kesadaran para birokrat
dan desakan para pencinta pendidikan untuk merestrukturisasi pengolahan pendidikan.

Usaha-usaha implementasi MBS di Indonesia terus dilakukan dalam rangka


meningkatkan mutu pendidikan. Dengan MBS yang telah dilaksanakan di SD/MI maka
sekolah akan lebih mandiri didalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang
dimliki. Menurut Nurcholis (2003:108), sekolah yang menrapkan MBS mempunyai
sejumlah cirri, yaitu memiliki tingkat kemandirian yang tinggi, bersifat adiptif, antisipatif,
dan proaktif, memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi, bertanggung jawab terhadap
kinerja sekolah, memiliki kontrol yang kuat terhadap input manajemen dan sumber daya
dan kondisi kerja, mempunyai komitmen yang tinggi pada dirinya, menjadikan prestasi
sebagai acuan dalam penilaian, memiliki kemampuan memperdayakan masyarakat
untuk berpartisipasi aktif, serta meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
B. PENGERTIAN MBS

MBS memiliki banyak pengertian, bergantung dari sudut pandang orang yang
mengartikannya. Nurkholis (2003:1), misalnya, menjelaskan bahwa Manejemen
Berbasis Sekolah terdiri dari tiga kata, yaitu manjemen, berbasis dan sekolah.

            Pertama,  istilah manejemen memiliki banyak arti. Secara umum manejemen


dapat diartikan sebagai proses mengelola sumber daya secara efektifuntuk mencapai
tujuan. Ditinjau dari aspek pendidikan, manejemen pendidikan diartikan sebagai segala
sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah maupun tujuan
jangkan panjanga. Kedua, kata berbasis mempunyai kata
dasar basis atau dasar. Ketiga, kata sekolah merujuk pada lembaga tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar. Bertolak dari arti ketiga istilah itu, maka
istilah Manejemen Berbasis Sekolah dapt diartikan sebagai segala sesuatu yang
berkenaan dengan pengelolaan sumber daya yang berdasar pada sekolah itu sendiri
dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

MBS adalah salah satu basis manajemen pengelolaan sekolah yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan bersama
secarapartisipatif darisemua warga sekolahdanmasyarakat di sekitarnya dalam upaya
mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan. Model manajemen demikian
ditujukan untuk memberikan kemandirian kepada sekolah serta meningkatkan mutu
pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Melalui MBS, setiap satuan pendidikan dapat menentukan kebijakan sendiri untuk
meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan dengan mengakomodasi keinginan
masyarakatsetempatserta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat
dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik. Pendekatan manajemen ini,
merupakan satu sistem pengelolaan yang luas dalam berbagai aspek.

Perihal MBS ini, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 51,
ayat(1) menyertakan, “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar
dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar peleyanan minimal
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah”. Selanjutnya, penejelasan
pasal 51, ayat (1) menerangkan bahwa, “Yang dimaksud dengan manajemen berbasis
sekolah/madrasah adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan
pendidkan, yang dalam hal ini kapala sekolah/madrasah dan guru dibantu oleh komite
sekolah/madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan”.

Selanjutnya, peran komite sekolah yang dalam hal ini merupakan refleksi dari
pemangku kepentingan pendidikan (orang tua, masyarakat, pengguna lulusan, guru,
kepala sekolah dan penyelenggara pendidikan) trlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung di dalam pngelolaan pendidikan di sekolah. Artinya, dengan MBS tujuan
pendidikan yang diharapkan oleh pemangku dapat dipenuhi.

Secara lebih ringkas definisi MBS adalah otonomi manajemen sekolah dan
pengambilan keputusan partisipatif. Otonomi sekolah adalah kwenangan sekolah untuk
mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsanya sendiri
berdasarkan aspirasi warga sekolah dan sesuai dengan peraturan perundang
undangan pendidikan yang berlaku. Sementara itu, pengambilan keputusan partisipatif
ada lah cara pengambilan keputusan dengan menciptakan lingkungan yang terbuka
dan demokratik dimana warga sekolah didorong untuk terlibat secara langsung dalam
proses pengambilan keputusan yang akan dapat berkontribusi terhadap pencapaiannya
tujuan sekolah.

Departeman Pendidikan Nasional Republik Indonesia menyebut MBS


dengan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Secara umum
MPMBS diartikan sebagai model manajemen yang memberi otonomi lebih besar pada
sekolah dan mendorong pengambilan keputusan pastisipatif yang melibatkan secara
langsung semua warga sekolah  untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan
kebijakan pendidikan nasioanal.

Dengan demikian, bahwa MBS adalah model pengelolaan sekolah dengan


memberikan kewenangan yang lebih besar pada tingkat sekolah untuk mengelola
sekolahnya sendiri secara langsung

Anda mungkin juga menyukai