LATARBELAKANG
Manajemen Berbasis Sekolah atau disingkat MBS merupakan istilah yang banyak
diungkap dalam dunia pendidikan. Istilah MBS atau School Based Management mulai
berkembang di Amerika Serikat sebagai dampak dari tuntutan masyarakat terhadap
pendidikan yang relevan dengan kehidupan. Dengan kondisi itu, maka setiap sekolah
dituntut untuk mengelola sendiri aktivitas satuan pendidikannya dan tidak sepenuhnya
bergantung pada pemerintah. Sekolah diberi kewenangan untuk mengelola sendiri
kondisi sumberdaya yang ada disekolahnya sehingga dapat menghasilkan outcome
yang memiliki relevansi bagi kehidupan nyata.
Melalui MBS, kewenangan dalam pengelolaan sekolah, bertumpu kepada sekolah dan
stakeholder terkait langsung. Dengan basisini,fungsi manajemen sekolah lebih terbuka
dan optimal,menghindarkan format sentralisas dan birokratisasi yang dapat
menyebabkan hilangnya fungsi manajemen sekolah. MBS juga didasarkan pada
kenyataan bahwa setiap sekolah, layaknya setiap individu, memiliki keunikannya
sendiri. Setiap sekolah memiliki karakteristik yang tidak dimiliki sekolah lain. Setiap
sekolah memiliki konteks dan kondisi lokal yang berbeda satu dengan yang lain. Oleh
karena itu, untuk optimalnya proses pendidikan di tiap sekolah, maka sekolah perlu
mengelola sekolah sesuai konteks lokal tersebut.
MBS memiliki banyak pengertian, bergantung dari sudut pandang orang yang
mengartikannya. Nurkholis (2003:1), misalnya, menjelaskan bahwa Manejemen
Berbasis Sekolah terdiri dari tiga kata, yaitu manjemen, berbasis dan sekolah.
MBS adalah salah satu basis manajemen pengelolaan sekolah yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan bersama
secarapartisipatif darisemua warga sekolahdanmasyarakat di sekitarnya dalam upaya
mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan. Model manajemen demikian
ditujukan untuk memberikan kemandirian kepada sekolah serta meningkatkan mutu
pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Melalui MBS, setiap satuan pendidikan dapat menentukan kebijakan sendiri untuk
meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan dengan mengakomodasi keinginan
masyarakatsetempatserta menjalin kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat
dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik. Pendekatan manajemen ini,
merupakan satu sistem pengelolaan yang luas dalam berbagai aspek.
Perihal MBS ini, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 51,
ayat(1) menyertakan, “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar
dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar peleyanan minimal
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah”. Selanjutnya, penejelasan
pasal 51, ayat (1) menerangkan bahwa, “Yang dimaksud dengan manajemen berbasis
sekolah/madrasah adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan
pendidkan, yang dalam hal ini kapala sekolah/madrasah dan guru dibantu oleh komite
sekolah/madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan”.
Selanjutnya, peran komite sekolah yang dalam hal ini merupakan refleksi dari
pemangku kepentingan pendidikan (orang tua, masyarakat, pengguna lulusan, guru,
kepala sekolah dan penyelenggara pendidikan) trlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung di dalam pngelolaan pendidikan di sekolah. Artinya, dengan MBS tujuan
pendidikan yang diharapkan oleh pemangku dapat dipenuhi.
Secara lebih ringkas definisi MBS adalah otonomi manajemen sekolah dan
pengambilan keputusan partisipatif. Otonomi sekolah adalah kwenangan sekolah untuk
mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsanya sendiri
berdasarkan aspirasi warga sekolah dan sesuai dengan peraturan perundang
undangan pendidikan yang berlaku. Sementara itu, pengambilan keputusan partisipatif
ada lah cara pengambilan keputusan dengan menciptakan lingkungan yang terbuka
dan demokratik dimana warga sekolah didorong untuk terlibat secara langsung dalam
proses pengambilan keputusan yang akan dapat berkontribusi terhadap pencapaiannya
tujuan sekolah.