Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MENEJEMEN SEKOLAH

“MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH”

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Sugiharto, M. S.

Disusun oleh :

Kelompok 9

1. Evi Andriyani (1102421032)


2. Febri Hermawan (1102421056)
3. Fahmi Nurdiansyah (5201421004)
4. Dian Indriani (5403420076)
5. Anida Mustaq Firotul Ulia (5403420045)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Pertama kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat serta hidayah-Nya dan memberikan kesehatan bagi kita sehingga pada
kesempatan kali ini kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah umum Manajemen Sekolah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. sugiharto, selaku dosen pengampu mata
kuliah umum Manajemen Sekolah, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni dan membimbing kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makakah
yang telah kami buat. Kami meminta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Besar harapan kami makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya dan dapat
bermanfaat bagi kita semua mengenai Manajemen Berbasis Sekolah.

Semarang, 9 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...… ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………….………..iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………...1

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………..1

1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………….……3

1.3. Tujuan……………………………………………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….4

2.1 Pengertian dari Manajemen Berbasis Sekolah………………………………………4

2.2 Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam bidang Pendidikan…………….7

2.3 Dampak dari penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dalam pengelolaannya……..9

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….10

3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha menarik sesuatu di dalam manusia sebagai upaya memberikan
pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan
informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan
optimalisasi kemampuan-kemampuan individu agar di kemudian hari dapat memainkan
peranan hidup secara tepat. Melihat arti dari pendidikan tersebut dapat diketahui bahwa
pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia karena pendidikan dapat
mengembangkan potensi dalam diri sendiri. Dengan demikian, pendidikan sangat mempunyai
peran dalam suatu bangsa.

Tujuan Pendidikan adalah untuk membentuk manusia seutuhnya, dalam arti


berkembangnya potensipotensi individu secara berimbang, optimal, dan terintegrasi. Dengan
demikian, pendidikan dapat meningkatkan potensi yang terdapat dalam diri manusia yang
bertujuan untuk mengatur suatu kehidupan agar terlaksana secara tepat dan berguna bagi
dirinya sendiri, orang lain, dan suatu bangsa. Akan tetapi, untuk merealisasikan suatu tujuan
dari pendidikan harus mempunyai dasar yang kuat yaitu sebuah kebijakan.

Dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pemerintah


merumuskan berbagai macam kebijakan pendidikan salah satunya tentang kebijakan mengenai
Sistem Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 menyebutkan tentang tiga jalur pendidikan yang saling terkait dan saling
memengaruhi antara ketiganya, yaitu jalur pendidikan formal, jalur pendidikan non formal, dan
jalur pendidikan informal. Dalam dunia pendidikan jalur yang sering digunakan adalah jalur
pendidikan formal atau yang sering disebut sebagai jalur pendidikan sekolah, khususnya
tentang aspek-aspek yang terkait dengan manajemen atau pengelolaan pendidikan sekolah atau
dewasa ini telah dikembangkan satu konsep yang dikenal dengan manajemen berbasis sekolah
(MBS).

Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu pendekatan dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan. Kebijakan yang demikian menuntut langsung sekolah sebagai ujung tombak
penyelenggaraan pendidikan.Manajemen berbasis sekolah merupakan suatu bentuk

1
manajemen atau pengelolaan sekolah yang sepenuhnya diserahkan kepada pihak sekolah untuk
mencapai tujuan-tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan pendidikan yang berlaku. Munculnya manajemen berbasis sekolah
dilatarbelakangi oleh kurang baiknya sistem pendidikan yang ada sebelumnya. Manajemen
berbasis sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan
kewenangan lebih besar kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga
sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh
masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kebijakan mengenai Manajemen Berbasis
Sekolah tersebut dapat terlaksana apabila ada yang melatar belakangi untuk merumuskan
kebijakan tersebut.

Latar belakang munculnya Manajemen Berbasis Sekolah disebabkan oleh sistem


pemerintah pusat yang memberikan hak wewenang dan keleluasaan kepada daerah untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan
diberikan kepada daerah kabupaten dan kota berdasarkan asas desentralisasi dalam wujud
otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab. Kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat tersebut meliputi banyak hal salah satunya kewenangan mengenai
pendidikan. Desentralisasi pemerintah yang telah melahirkan otonomi daerah, khususnya
dalam bidang pendidikan, dan kemudian dalam penyelengaraan pendidikan, otonomi daerah
tersebut telah melahirkan satu kebijakan yang kemudian dikenal dengan Manajemen Berbasis
Sekolah. Itulah sebabnya, kebijakan Manajemen Berbasis sekolah dapat disebut sebagai
pengejawantahan dari kebijakan pemerintah yang lebih tinggi, yaitu desentralisasi pemerintah
dan otonomi daerah. Akan tetapi, penerapan model Manajemen Berbasis Sekolah masih
terdapat suatu permasalahan.

Salah satu permasalahan yang terjadi pada penerapan model Manajemen Berbasis Sekolah
adalah di mana model tersebut dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan sedangkan
pemahaman dari mutu pendidikan sangat berarti luas, di Indonesia model Manajemen Berbasis
Sekolah difokuskan pada peningkatan mutu, akan tetapi tidak tertera jelas yang dimaksud
dengan mutu bagaimana. Perumusan mutu tersebut terlalu luas untuk dicakup semua dalam
model Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia. Dengan demikian, banyak sekolah masih

2
merasa kebingungan akan arti dari Manajemen Berbasis Sekolah tersebut dan menjadikan
pengimplementasian Manajemen Berbasis Sekolah masih tergolong belum sempurna.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari Manajemen Berbasis Sekolah?
b. Bagaimana implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam bidang pendidikan?
c. Apa dampak dari penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dalam pengelolaannya?
1.3.Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep dari Manajemen Berbasis Sekolah
b. Untuk mengetahui implementasi dari Manajemen Berbasis Sekolah terutama dalam
bidang pendidikan
c. Untuk mengetahui dampak apa saja dari penerapan Manajemen Berbasis Sekolah

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai salah satu metode yang dipilih dan
dicanangkan pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional Sebenarnya
ruang lingkup dari manajemen pendidikan bukan hanya menyangkut pendidikan formal
seperti sekolah, tetapi manajemen pendidikan juga dapat menyangkut pendidikan di luar
sekolah seperti les privat, kegiatan ekstrakurikuler, kejar paket, dll. Adapun untuk
meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan melalui kontrol dan kerja sama orang tua
terhadap sekolah, keadaan yang seimbang antara pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan
Profesionalisme tenaga pengajar dan pemimpin dalam lembaga pendidikan.

Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional, manajemen berbasis sekolah


(MBS) adalah sebagai model manajemen yang memberikan keleluasaan dan kebebasan
kepada sekolah dan menimbulkan adanya pengambilan keputusan secara musyawarah
mufakat antara semua pihak sekolah meliputi kepala sekolah, para guru, wali murid
sebagai upaya meningkatkan mutu sekolah yang berpedoman pada kebijakan pendidikan
nasional. Dengan adanya beberapa definisi tentang manajemen berbasis sekolah (MBS)
maka dapat dimengerti bahwa pada dasarnya pemerintah menginginkaan sistem
pendidikan di daerah dijalankan dengan secara mandiri yang kegiatan tersebut melibatkan
beberapa elemen yang ada dalam lingkungan sekolah tersebut.

MBS dipandang sebagai alternatif dari pola umum pengoperasian sekolah yang selama
ini memusatkan wewenang di kantor pusat dan daerah. MBS adalah strategi untuk
meningkatkan pendidikan dengan mendelegasikan kewenangan pengambilan keputusan
penting dari pusat dan daerah ketingkat sekolah. Dengan demikian, MBS pada dasarnya
merupakan sistem manajemen dimana sekolah merupakan unit pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan pendidikan secara mandiri. MBS memberikan kesempatan pengendalian
lebih besar bagi kepala sekolah, guru, murid dan orang tua atas proses pendidikan di sekolah
mereka. Dalam pendekatan ini, tanggungjwab pengambilan keputusan tertentu mengenai
anggaran, kepegawaian dan kurikulum ditempatkan di tingkat sekolah dan bukan di tingkat
daerah, apalagi pusat. Melalui keterlibatan guru, orang tua dan anggota masyarakat lainnya

4
dalam keputusankeputusan penting itu, MBS dipandang dapat menciptakan lingkungan belajar
yang efektif bagi para murid.

Adanya pemerintah memilih manajemen berbasis sekolah (MBS) sebagai salah


satu metode dalaam usaha mewujudkan pendidikan yang lebih baik bukan tanpa alasan.
Adapun beberapa alasan pemerintah mengapa manajemen berbasis sekolah (MBS) dipilih
pemerintah yaitu:

a. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya
sehingga sekolah tersebut dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk menjalankan sekolah.
b. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan
yang akan dikembangkan dan di daya gunakan dalam proses pendidikan sesuai
dengan fungsi perkembangan dan kebutuhan anak didik.
c. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi
kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya.
d. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol
oleh masyarakat setempat.
e. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan
sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
f. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang masalah pendidikan masing–masing pada
pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat pada umumnya. Sehingga ia berupaya
semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan
yang telah direncanakan.
g. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah–sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya–upaya inovatif dengan dukungan
orang tua, siswa, masyarakat dan pemerintah daerah.
h. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang
berubah cepat.

5
Berdasarkan kerangka analisis di atas, manajemen berbasis sekolah diawali dengan
kegiatan perencanaan yang meliputi perencanaan (personalia, keuangan, sarana dan prasarana,
kurikulum, siswa), kemudian pengorganisasian yakni mengelompokkan tugas-tugas yang
harus diselesaikan berdasarkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki, selanjutnya tahap
pelaksanaan yang merupakan tahapan penting dalam manajemen berbasis sekolah dan
kemudian kegiatan evaluasi sebagai tolok ukur keberhasilan penerapan manajemen berbasis
sekolah.

Dari beberapa alasan yang diutarakan pemerintah tentang penerapan manajemen


berbasis sekolah (MBS) tersebut membuktikan bahwa pemerintah telah berupaya
semaksimal mungkin untuk memajukan sistem pendidikan nasional.

Tujuan pelaksanaan MBS adalah untuk memberdayakan sekolah, terutama sumber daya
manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua, dan masyarakat sekitarnya),
melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan sumber daya lain untuk memecahkan
persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang bersangkutan. Tujuan utama MBS adalah untuk

6
meningkatkan mutu pendidikan. Dengan adanya MBS, sekolah dan masyarakat tidak perlu lagi
menunggu perintah dari pusat/atas. Mereka dapat mengembangkan suatu visi pendidikan yang
sesuai dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri.

Syarat menerapkan MBS:

1. MBS harus mendapat dukungan staf sekolah.


2. MBS lebih mungkin berhasil jika diterapkan secara bertahap.
3. Kemungkinan diperlukan lima tahun atau lebih untuk menerapkan MBS secara
berhasil.
4. Staf sekolah dan kantor dinas harus memperoleh pelatihan penerapannya , pada saat
yang sama juga harus belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran
komunikasi yang baru.
5. Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu bagi
staf untuk bertemu secara teratur. Pemerintah pusat dan daerah harus
mendelegasikan wewenang kepada kepala sekolah ,dan kepala sekolah selanjutnya
berbagi kewenangan ini dengan para guru dan orang tua murid

2.2 Implemetasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Bidang Pendidikan

Salah satu satuan pendidikan yang dapat menjadi rujukan dalam penerapan MBS adalah
SMAN 15 Surabaya. Dalam realitasnya, SMAN 15 Surabaya menggunakan sistem MBS yang
berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan dan output yang dihasilkan. Dalam
penerapan kegiatan belajarnya, SMAN 15 Surabaya juga menerapkan

SMA ini mengedepankan peran antara masyarakat dan pihak –pihak yang terkaait
dengan sekolah tersebut. Dalamsekolah SMAN 15 Surabaya ini, wali murid sebagai salah
satu pihak yang terkait dengan sekolah ini diikutsertakan dalam hal yang berkaitan dengan
pendidikan. Contohnya adalah dengan penyediaan sarana dan prasarana, kesadaran
akan pentingnya pendidikan, upaya penyediaan kelompok belajar, dll.MBS (manajemen
berbasis sekolah) merupakan salah satu metode manajemen yang digunakan SMAN 15
Surabaya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang dihasilkan. Metode ini dipilih,
salah satunya karena metode ini memberdayakan SDM (sumber daya manusia) yang ada
dalam sekolah tersebut. Dengan adanya penerapan metode ini, SMAN 15 Surabaya dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa, siswa lebih terampil dalam
proses pemecahan masalah, mengutarakan pendapat, adanya kompetisi secara sehat, proses

7
belajar bukan hanya didalam kelas, dll. Hal itulah yang menyebabkan, SMAN 15 Surabaya
dapat menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dengan tuntutan zaman dan dapat
memenuhi keinginan untuk diterimanya para lulusan pada PT ( perguruan tinggi ) ternama
dan favorit.Ketika para lulusan dari SMAN 15 Surabaya dapat diterima dan belajar pada PT
yang diinginkan bahkan pada PT yang favorit dan unggulan, itu artinya para lulusan dari
SMAN 15 Surabaya dapat memenuhi standar sekolah favorit tersebut dan secara tidak langsung
sebagai bukti bahwa sekolah ini dapat menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dengan
sekolah umum lainnya. Walaupun SMAN 15 Surabaya termasuk sekolah islam, tetapi
sekolah ini tetap tidak melupakan pentingnya pendidikan umum sebagai upaya untuk
menjawab perkembangan zaman

Hakekatnya, mengubah pendekatan manajemen berbasis pusat menjadi MBS bukanlah


pekerjaan mudah, tetapi merupakan suatu proses yang terus-menerus dan melibatkan seluruh
elemen yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Strategi utama yang digunakan dalam mengimplementasikan manajemen berbasis


sekolah, adalah :

1. Mensosialisasikan konsep MBS kesemua warga sekolah.


2. Melaksanakan analisis situasi sekolah dan luar sekolah yang hasilnya berupa tantangan
nyata yang harus dihadapi sekolah dalam mengubah manajemen berbasis pusat menjadi
MBS.
3. Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai dari pelaksanaan manajemen
berbasis sekolah berdasarkan tantangan yang dihadapi.
4. Mengidentifikasi yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situasional dan masih
perlu diteliti tingkat kesiapannya.
5. Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya malalui analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat).
6. Memilih langkah-langkah pemecahan masalah.
7. Membuat rencana jangka pendek, menengah dan panjang beserta program-programnya
8. Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek MBS.
9. Pemantauan terhadap proses dan evaluasi terhadap hasil MBS.
10. Menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni
peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat

8
dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat peran kepala sekolah harus menjadi
kebijakan yang mengiringi penerapan kebijakan MBS.
11. Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis,transparan,dan akun
table. Termasuk membiasakan sekolah untuk membuat laporan pertanggungjawaban
kepada masyarakat. Modal memajangkan RAPBS di papan pengumuman sekolah
yang di lakukan oleh Managing Basic Education (MBE) merupakan tahap awal yang
sangat positif. juga membuat laporan secara incidental berupa booklet,leaflet,atau
poster tentang rencana kegiatana sekolah

2.3 Dampak Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah

Tujuan MBS adalah peningkatan mutu pembelajaran atau pendidikan. Program MBS
ini terdiri atas tiga komponen yaitu:

1. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


2. Peran Serta Masyarakat (PSM)
3. Peningkatan Mutu KBM melalui Peningkatan Mutu Pembelajaran (PAKEM).

Untuk merealisasikan program MBS maka perlu dilakukakan kegiatan-kegiatan


sebagai berikut:

1. Pelatihan kepala sekolah, guru dan masyarakat/komite sekolah.


2. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sekolah (RIPS).
3. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).

Program MBS di sekolah-sekolah tidaklah mungkin terwujud dan berhasil jika tidak
ditunjang oleh biaya operasional sekolah yang cukup sehingga rencana yang telah dibuat oleh

9
sekolah dan masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik. Saat ini biaya operasional sekolah
yang berasal dari APBD/Pemerintah masih minim dan baru diprioritaskan bagi jenjang
pendidikan tingkat SD dan SMP. Sedangkan untuk jenjang pendidikan tingkat SMA/SMK
lebih banyak menerima biaya operasional dari Komite Sekolah. Untuk itu, diharapkan jumlah
dana operasional dari APBD/Pemerintah di tahun-tahun mendatang agar lebih ditingkatkan
sesuai dengan amanat Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 49
ayat 1 yang menyatakan: ” Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya Pendidikan
kedinasan dialokasikan dana minimal 20 % dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal
20 % dari APBD”.

Dari uraian diatas dapatlah dirangkum mengenai dampak atau pengaruh MBS terhadap
sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan antara lain:

1. MBS menciptakan rasa tanggungjawab yang tinggi bagi warga sekolah melalui
manajemen sekolah yg lebih terbuka.
2. Sifat keterbukan MBS meningkatkan kepercayaan, motivasi, serta dukungan orang tua
dan masyarakat terhadap sekolah.
3. Pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) akan
meningkatkan prosentasi kehadiran siswa di sekolah karena mereka merasa senang dan
nyaman belajar.
4. Dukungan biaya operasional yang memadai akan menunjang terlaksananya program-
program yang telah disusun Bersama antara pihak sekolah dan masyarakat.

10
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu pendekatan dalam upaya


meningkatkan mutu pendidikan. Kebijakan yang demikian menuntut langsung sekolah sebagai
ujung tombak penyelenggaraan pendidikan.Manajemen berbasis sekolah merupakan suatu
bentuk manajemen atau pengelolaan sekolah yang sepenuhnya diserahkan kepada pihak
sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) sebagai salah satu metode yang dipilih dan dicanangkan
pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional Sebenarnya ruang lingkup
dari manajemen pendidikan bukan hanya menyangkut pendidikan formal seperti sekolah,
tetapi manajemen pendidikan juga dapat menyangkut pendidikan di luar sekolah. MBS
memberikan kesempatan pengendalian lebih besar bagi kepala sekolah, guru, murid dan orang
tua atas proses pendidikan di sekolah mereka. Dalam pendekatan ini, tanggungjwab
pengambilan keputusan tertentu mengenai anggaran, kepegawaian dan kurikulum ditempatkan
di tingkat sekolah dan bukan di tingkat daerah, apalagi pusat. Melalui keterlibatan guru, orang
tua dan anggota masyarakat lainnya dalam keputusankeputusan penting itu, MBS dipandang
dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi para murid. Hakekatnya, mengubah
pendekatan manajemen berbasis pusat menjadi MBS bukanlah pekerjaan mudah, tetapi
merupakan suatu proses yang terus-menerus dan melibatkan seluruh elemen yang
bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Program MBS di sekolah-
sekolah tidaklah mungkin terwujud dan berhasil jika tidak ditunjang oleh biaya operasional
sekolah yang cukup sehingga rencana yang telah dibuat oleh sekolah dan masyarakat dapat
dilaksanakan dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Achadah, A. (2019). Manajemen berbasis sekolah (MBS): Konsep Dasar dan Implementasinya
pada Satuan Pendidikan. Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Ilmiah, 4(2), 77-88.

Hamid, H. (2013). Manajemen Berbasis Sekolah. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1(1), 87-96.

Sutarto, M., Darmansyah, D., & Warsono, S. (2014). Manajemen berbasis sekolah. The
Manager Review Jurnal Ilmiah Manajemen, 13(3), 343-355.

Firdianti, A. (2018). Implementasi manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan prestasi


belajar siswa. Gre Publishing.

Mesiono, M. (2016). Manajemen berbasis sekolah.

Widyastuti, A., Simarmata, J., Meirista, E., Susanti, S. S., Dwiyanto, H., Rosyidah, M., ... &
Wula, P. (2020). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Perencanaan. Yayasan
Kita Menulis.

12

Anda mungkin juga menyukai