Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN


“MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH”

OLEH :
SRI HARDIYANTI
13 3145 301 150

PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena berkat rahmat

dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyusun makalah Administrasi dan

Manajemen Pendidikan yang berjudul “Manajemen Berbasis Sekolah” ini dengan

sebaik-baiknya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari segi penyajian, data-datanya maupun sistematika

penulisan. Olehnya itu penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan yang

sifatnya membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya, tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini

terutama kepada dosen mata kuliah atas bantuan dan bimbingan dalam

menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula kepada teman-teman yang banyak

membantu, terima kasih atas kerjasama dan bantuan yang diberikan. Semoga

Allah SWT senantiasa memberkati usaha kita, dan tugas makalah ini bermanfaat

bagi para pembaca.

Wallahu Waliyyut Taufiq Wal-hidayah

Makassar, 23 Oktober 2013

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................................................................... i

Daftar isi............................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan............................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2

C. Tujuan............................................................................................................ 2

Bab II Pembahasan............................................................................................. 3

A. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah...................................................... 3

B. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah............................................................ 3

C. Prinsip-prinsip Dasar dalam Manajemen Berbasis Sekolah.......................... 4

D. Model-model Manajemen Berbasis Sekolah................................................. 5

Bab III Penutup.................................................................................................... 14

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manajemen Berbasis Sekolah muncul pertama kali di Negara Amerika,

dimana masyarakat merasakan kurangnya relevansi dan hubungan hasil

pendidikan dengan tuntutan kebutuhan. Hal tersebut diakibatkan kinerja

sekolah tidak sesuai dengan tuntutan yang diperlukan siswa untuk terjun ke

dunia kerja, sekolah dianggap tidak mampu memberikan hasil dalam konteks

kehidupan ekonomi kompetitif secara global. Hal tersebut diindikasikan

dengan prestasi siswa dalam mata pelajaran tertentu yang belum memuaskan.

Berdasarkan hal tersbut pemerintah mengantisipasi untuk melakukan upaya

perubahan manajemen sekolah. Upaya yang dilakukan adalah membangun

suatu sistem persekolahan yang mampu memberikan kemampuan dasar (basic

skill) bagi siswa. Sehingga muncullah suatu konsep pengelolaan sekolah

melalui konsep “School Based Management”.

Pemerintah Indonesia pun telah berkomitmen untuk meningkatkan

kualitas pendidikan. Berbagai upaya dilakukan dan salah satunya adalah

melalui penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini. Manajemen

Berbasis Sekolah merupakan pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan yang

memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan

berbagai kebijakan secara luas.


Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah

untuk mencapai keunggulan masyarakat melalui pendidikan yang bermutu

yang pada akhirnya mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu terwujudnya

sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah. Hal ini sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional bahwa

Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan insan Indonesia

yang cerdas dan kompetitif atau insan kamil dan paripurna. Manajemen

Berbasis Sekolah tidak saja untuk Indonesia, bahkan pada beberapa negara

maju telah diterapkan dan hasilnya telah nyata, seperti di Australia dan

Firlandia.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah memahami dan

menjelaskan konsep Manajemen Berbasis Sekolah.

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian Manajemen Berbasis Sekolah

2. Untuk mengetahui tujuan dari Manajemen Berbasis Sekolah

3. Untuk memahami prinsip-prinsip dalam Manajemen Berbasis Sekolah

4. Untuk memahami model-model Manajemen Berbasis Sekolah dari

berbagai Negara
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Istilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan terjemahan

dari “School-based Management”. MBS merupakan paradigma baru

pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah

(pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.

Manajemen berbasis sekolah dapat diartikan sebagai model

manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan

mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara

langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan,

orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah

berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.

B. TUJUAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian,

fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas,

sustainabilitas, dan inisiatif sekolah dalam mengelola, memanfaatkan,

dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama

3. Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orangtua, masyarakat,

dan pemerintah tentang mutu sekolahnya


4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu

pendidikan yang akan dicapai.

C. PRINSIP-PRINSIP DASAR DALAM MANAJEMEN BERBASIS

SEKOLAH

Konsep yang diterapkan adalah konsep otonomi yang merupakan

tindakan desentralisasi yang dilakukan oleh lembaga yang lebih tinggi ke

tingkat bawah, merupakan proses pendelegasian kekuasaan mulai dari

tingkat nasional (pusat) sampai dengan tingkat sekolah, bahkan sampai di

tingkat kelas (guru kelas). MBS menuntut kesiapan pengelola di berbagai

level untuk melakukan perannya sesuai dengan kewajiban, kewenangan,

dan tanggungjawabnya.

MBS akan efektif diterapkan jika para pengelola pendidikan

mampu melibatkan stakeholder terutama peningkatan peran serta

masyarakat dalam menentukan kewenangan, pengadministrasian, dan

inovasi kurikulum yang dilakukan oleh masing-masing sekolah. Inovasi

kurikulum lebih menekankan kepada peningkatan kualitas dan keadilan

(equitas), pemerataan (equalitas) bagi semua siswa yang didasarkan atas

kebutuhan peserta didik dan masyarakat lingkungannya. MBS merupakan

strategi yang efektif dalam meningkatkan kinerja unggul sekolah yang

didukung oleh anggaran, SDM, dan kurikulum atau pengajaran yang

memadai. Syarat yang harus ditempuh dalam melaksanakan MBS yaitu

adanya kebutuhan untuk berubah atau inovasi, adanya redesign organisasi


pendidikan serta adanya proses perubahan sebagai proses belajar, dimana

ketiga syarat tersebut harus dilakukan secara sadar.

D. MODEL-MODEL MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Model-model MBS yang dimaksudkan di sini adalah model-model

MBS yang diterapkan di beberapa Negara. Selanjutnya dari studi tentang

model-model MBS di beberapa negara akan diketengahkan tentang model

MBS yang ideal. Model-model MBS yang diterapkan di beberapa negara

semuanya mengarah pada satu titik, yaitu meningkatkan mutu sekolah dan

pendidikan. Munculnya model MBS di tiap-tiap Negara tak terlepas dari

sejarah pendidikan negara tersebut.

1. Model MBS di Hongkong

Di Hong Kong MBS disebut The School Management

Initiative (SMI) atau manajemen sekolah inisiatif. Problem pendidikan

di Hong Kong yang mendorong munculnya MBS adalah struktur dan

proses manajemen yang tidak memadai, peran dan tanggung-jawab

masing-masing pihak kurang dijabarkan secara jelas, tidak adanya atau

tidak memadainya pengukuran kinerja, penekanan lebih pada

pengawasan yang terinci daripada kerangka tanggung-jawab dan

akuntabilitas, dan penekanan lebih pada control pembiayaan daripada

efektifitas pembiayaan.

Prinsip utama sistem MBS Hong Kong adalah telaah ulang

(review) terus-menerus terhadap dasar pembelajaan anggaran

pemerintah, perlunya evaluasi yang sistematis terhadap hasil,


penegasan tanggung-jawab lebih baik, hubungan yang erat antara

tanggung-jawab sumber daya dan tanggung-jawab manajemen,

hubungan yang jelas antara pembuat kebijakan dengan agen-agen

pelaksana.

Model MBS Hong Kong menekankan pentingnya inisiatif dari

sumber daya di sekolah sebagai pengganti inisiatif dari atas yang

selama itu diterapkan. Inisiatif yang diberikan kepada sekolah harus

dibarengi dengan diterapkannya transparansi dan akuntabilitas dalam

pengelolaan pendidikan. Transparansi di sini juga menuntut kejelasan

tugas dan tanggung-jawab masing-masing pihak yang terkait dengan

pelaksanaan pendidikan di sekolah. Tansparansi dan akuntabilitas tidak

hanya dituntut dalam penggunaan anggaran belanja sekolah, tetapi juga

dalam hal penentuan hasil belajar siswa serta pengukuran hasilnya.

2. Model MBS di Kanada

Sebelum diterapkannya MBS di Kanada, kondisi awalnya

adalah pengadaan pegawai sekolah semuanya diangkat dari pusat,

pengadaan peralatan pembelajaran semuanya dari pusat, dan pelayanan

pelanggan semuanya telah distandarkan dari pusat.

Model MBS di Kanada disebut School-Site Decision Making

(SSDM) atau pengambilan keputusan diserahkan pada tingkat sekolah.

MBS di Kanada sudah dimulai sejak tahun 1970. Desentralisasi yang

diberikan kepada sekolah adalah alokasi sumber daya bagi staf

pengajar dan administrasi, peralatan dan pelayanan. Ciri-ciri MBS di


Kanada sebagai berikut: penentuan alokasi sumber daya ditentukan

sekolah, anggaran pendidikan diberikan secara lumpsum, alokasi

anggaran pendidikan tersebut dimasukkan ke dalam anggaran sekolah,

adanya program efektivitas guru dan adanya program pengembangan

profesionalisme tenaga kerja.

Untuk menjamin akuntabilitas, proses monitoring

diselenggarakan. Para siswa di kelas 3,6,9 dan 12 secara regular diuji

untuk bidang pelajaran bahasa, ilmu-ilmu sosial, matematika, dan ilmu

alam. Setiap tahun survei pendapat dilakukan oleh para siswa, guru,

kepala sekolah, staf kantor wilayah dan orang tua yang memungkinkan

mereka merangking tingkat kepuasan mereka dalam kaitannya dengan

serangkaian isu-isu mengenai peran mreeka yang berbeda. Kemudian

diumumkan secara terbuka. Data spesifik sekolah dan beberapa

analisis perbandingan mengenai kinerja beberapa sekolah di suatu

wilayah tersedia bagi sekolah-sekolah yang relevan dan atas

permintaan, bagi para orang tua dan pihak lainnya.

3. Model MBS di Amerika Serikat

Sistem pendidikan di AS, mula-mula secara konstitusional

pemerintah pusat (state) bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan

pendidikan dan pemerintah daerah (district) hanya sebagai unit

pembuatan kebijakan dan administrasi. Pemerintah federal memiliki

peran yang terbatas bahkan semakin berkurang perannya, terutama

hanya dibatasi terutama pada area khusus, yaitu dukungan pendanaan.


Penerapan MBS di Amerika Serikat terjadi akibat adanya reformasi

pendidikan yang terjadi dalam dua gelombang. Gelombang pertama

terjadi pada tahun 1970-an pada saat sekolah-sekolah di distrik

menerapkan Side-Based Management (SBM). Gelombang pertama

ditandai dengan adanya sentralisasi fungsi-fungsi pendidikan pada

tingkat pusat, mencakup kurikulum dan ujian nasional. Gelombang

kedua terjadi pada tahun 1980-an, dan MBS mulai diterapkan secara

serius. Gelombang kedua terjadi dengan pengurangan keterlibatan

pemerintah pusat dan pemerintah federal. Berbagai upaya baik

individu dan organisasi mulai bergerak untuk menerapkan dan

mengembangkan MBS dengan keyakinan bahwa penyerahan

pengelolaan sumber daya ke tingkat sekolah akan membuat kemajuan.

Hal ini karena sekolah dapat mengembangkan diversifikasi pendekatan

dan strategi untuk mencapai tujuannya.

Menurut Wirt (1991), seperti yang dikutip oleh Ibtisam Abu-

Duhou (2002:41-42), model MBS di Amerika Serikat walaupun ada

perbedaan di negara-negara federal, ada dua ciri utama Reformasi

pendidikan di Amerika Serikat sebagai implementasi dari MBS, yakni

a. Desentralisasi administratif: kantor pusat Otoritas Pendidikan

Lokal menunjuk tugas-tugas tertentu yang dilkasanakan oleh

kepala sekolah dan guru di lingkungan sekolah. Kantor pusat

menyerahkan kewenangan ke bawah, tetapi sekolah lokal masih

bertanggung-jawab ke atas.
b. Manajemen berbasis setempat (lokal), suatu struktur yang memberi

wewenang kepada para orangtua, guru dan kepala sekolah di

masing-masing sekolah untuk menentukan prioritas,

mengalokasikan anggaran, menentukan kurikulum, serta menggaji

dan memberhentikan staf. Di sini kewenangan pembuatan

keputusan adalah lokal, sedangkan tanggung-jawab tidak ditujukan

ke atas, tetapi ke masyarakat yang dilayani sekolah.

4. Model MBS di Inggris

Model MBS di Inggris disebut Grant Mainted School (GMS) atau

Manajemen Dana Swakelola pada Tingkat Lokal. Ada enam perubahan

struktural guna memfasilitasi pelaksanaan MBS di Inggris, yakni :

a. kurikulum nasional untuk mata pelajaran inti yang ditentukan oleh

pemerintah (Whitehall)

b. ada ujian nasional bagi siswa kelas 7, 11,14 dan 16

c. MBS dibentuk untuk mengembangkan otoritas pendidikan lokal

agar dapat memperoleh dana bantuan dari pemerintah

d. adanya pembentukan sekolah lanjutan teknik kejuruan

e. kewenangan Inner London Education dilimpahkan kepada tigas

belas otoritas pemerintah

5. Model MBS di Australia

Di Australia lebih dari seratus tahun sampai awal tahun

1970-an pengelolaan pendidikan di atur oleh pemerintah pusat (sistem

sentralistik). Terjadi perubahan pada awal tahun 1970-an dan berlanjut


sampai tahun 1980-an, khususnya dalam hal pengelolaan dana dan

desentralisasi administratif. Karakteristik MBS di Australia dapat

dilihat dari aspek kewenangan sekolah yang meliputi : Pertama,

menyusun dan mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran

untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kedua, melakukan

pengelolaan sekolah dapat dipilih di antara tiga kemungkinan, yaitu

Standart Flexibility Option (SO), Enhanced Flexibility Option – 1 (EO

1), dan Enhanced Flexibility Option – 2 (EO 2). Ketiga, membuat

perencanaan, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan. Keempat,

adanya akuntabilitas dalam pelaksanaan MBS. Kelima, menjamin dan

mengusahakan sumber daya manusia dan sumber daya keuangan.

Keenam, adanya fleksibilitas dalam penggunaan sumber daya sekolah.

6. Model MBS di Indonesia

Model MBS di Indonesia disebut Manajemen Peningkatan

Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). MPMBS dapat diartikan sebagai

model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada

sekolah, fleksibilitas kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara

langsung warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu

sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan

perundang-undangan yang berlaku. MPMBS merupakan bagian dari

manajemen berbasis sekolah (MBS). Jika MBS bertujuan untuk

meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas, kualitas/mutu,

efisiensi, inovasi, relevansi dan pemerataan serta akses pendidikan),


maka MPMBS lebih difokuskan pada peningkatan mutu. Otonomi

sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus

kepentingan warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan pendidikan nasional yang berlaku. Sedangkan pengambilan

keputusan partisipatif adalah cara untuk mengambil keputusan melalui

penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik di mana warga

sekolah didorong untuk terlibat secara langsung dalam proses

pengambilan keputusan yang dapat berkontribusi terhadap pencapaian

tujuan sekolah. Sehingga diharapkan sekolah akan menjadi mandiri

dengan ciri-ciri sebagai berikut : tingkat kemandirian tinggi, adaptif,

antisipatif, dan proaktif, memiliki jiwa kewirausahawan yang tinggi,

bertanggung-jawab terhadap kinerja sekolah, memiliki kontrol yang

kuat terhadap input manajemen dan sumber dayanya, memiliki kontrol

yang kuat terhadap kondisi kerja, komitmen yang tinggi pada dirinya

dan prestasi merupakan acuan bagi penilaiannya.

Tujuan MPMBS adalah memandirikan atau memberdayakan

sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah,

pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk

mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga

sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan.


Dari beberapa model MBS dari berbagai Negara diatas, tentunya

ada model MBS yang ideal untuk diterapkan. Menurut Lawler (1986)

keterlibatan tinggi dalam manajemen di sektor swasta menyangkut empat

hal, yaitu: informasi, penghargaan, pengetahuan dan kekuasaaan.

Informasi memungkinkan para individu berpartisipasi dan mempengaruhi

pengambilan keputusan dengan memahami lingkungan organisasi, strategi,

sistem kerja, persyaratan kerja dan tingkat kerja. Pengetahuan dan

keterampilan diperlukan untuk meningkatkan kinerja pekerjaan dan

kontribusi efektif atas kesuksesan organisasi. Penghargaan untuk

menyatukan kepentingan pribadi karyawan dengan keberhasilan

organisasi. Kekuasaan diperlukan untuk mempengaruhi proses kerja,

prekatek keorganisasian, kebijakan dan strategi. Dalam MBS

menggambarkan pertukaran dua arah dalam empat hal tersebut. Alur dua

arah memberikan pengaruh yang saling menguntungkan secara terus-

menerus antara pemerintah daerah dengan sekolah dan sebaliknya.

Gagasan lain tentang MBS yang ideal adalah menerapkan pada

keseluruhan aspek pendidikan melalui pendekatan sistem. Konsep ini

didasarkan pada pendekatan manajemen sebagai suatu sistem. Seperti

model ideal yang dikembangkan oleh Slamet P.H terdiri dari output,

proses dan input. Output sekolah diukur dengan kinerja sekolah, yaitu

pencapaian atau prestasi yang dihasilkan oleh proses sekolah. Kinerja

sekolah dapat diukur dari efektivitas, kualitas, produktivitas, efisiensi,

inovasi, moral kerja. Proses sekolah adalah proses pengambilan keputusan,


pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, dan belajar-mengajar.

Input sekolah antara lain visi, misi, tujuan, sasaran, struktur organisasi,

input manajemen, input sumber daya.


BAB III
PENUTUP

Dari uraian tentang Manajemen Berbasis Sekolah diatas, nampak jelas

bahwa MBS sangat potensial untuk mendukung paradigma baru manajemen

pendidikan dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan dalam

upaya peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu khususnya di Indonesia, konsep

Manajemen Berbasis Sekolah, perlu mendapat tanggapan dan apresiasi yang

antusias dan bijak dari semua pihak untuk kemajuan dunia pendidikan di

Indonesia.

Beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan dari pembahasan makalah

ini adalah :

1. Manajemen berbasis sekolah adalah model manajemen yang memberikan

otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan

partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah untuk

meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.

2. Tujuan penerapan manajemen berbasis sekolah adalah untuk memandirikan

atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi)

kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk

mengelola sumber daya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah

dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan.

3. Dalam MBS, konsep yang diterapkan adalah konsep otonomi yang merupakan

tindakan desentralisasi yang dilakukan oleh lembaga yang lebih tinggi ke

tingkat bawah. MBS menuntut kesiapan pengelola di berbagai level untuk


melakukan perannya sesuai dengan kewajiban, kewenangan, dan

tanggungjawabnya.

4. Model MBS yang ideal adalah MBS dalam konsep sistem, yakni adanya

pemberdayaan dan sinergi semua aspek pendidikan dan berbagai sumber daya

pendidikan pada tingkat sekolah, secara efektif dan efisien dalam satu

kesatuan yang utuh untuk mencapai produktifitas dan mutu pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis


Sekolah

Anonym. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kartini Kartono. 1997. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pradnya Paramita.

Anonym. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan


Implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta
: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Pidarta Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta : PT. Rineka


Cipta.

Soebagio Admodiwirio. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta:


Ardadizyajaya.

Suparno Paul, dkk. 2002. Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi.


Yogyakarta : Kanisius.

Suryosubroto B. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka


Cipta.

Anda mungkin juga menyukai