OLEH:
TIM PRAKTIKUM
2013/1
1
HALAMAN PENGESAHAN
1. Desiana Pittasari,S.SiT
2. Sri Marwanti,SST
4. Retna Purwanti,SST.,M.kes
Disetujui
2
KATA PENGANTAR
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam proses penyusunan buku panduan Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir ini. Diharapkan buku panduan ini dapat membantu para
mahasiswa dalam mencapai target dan melakukan asuhan kebidanan sesuai
standar pelayanan kebidanan.
Tim Penyusun
Desiana Pittasari,SST
3
PENDAHULUAN
B. TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan persalinan dan
bayi segera setelah lahir dengan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Instruksional khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran praktikum, baik
dilaboratorium maupun dilapangan mahasiswa dapat :
a. Mengetahui konsep dasar persalinan
b. Mengetahui beberapa factor yang mempengaruhi persalinan
c. Mengetahui kebutuhan dasar pada ibu selama proses
persalinan
d. Melaksanakan asuhan persalinan normal
e. Mengetahui deteksi dini komplikasi persalinan dan cara
penanganannya
f. Melaksanakan asuhan segera pada bayi baru lahir
g. Melaksanakan pendokumentasian asuhan masa persalinan dan
bayi segera setelah lahir
4
C. SASARAN
Jumlah mahasiswa sebanyak 146, terdiri dari semester III kelas 1,2 dan 3.
masing-masing kelas dibagi dalam 4 kelompok Mahasiswa mendapatkan
pengarahan prosedur pelaksanaan praktikum dilaboratorium kelas.
D. BEBAN SKS
SKS Praktikum : 2 SKS
6
g. Kapas DTT dalam kom :
secukupnya
h. Bengkok : 1 buah
i. Larutan chlorine 0,5%
4. Kala 2 a. Phantom panggul : 1 buah
b. Phantom bayi : 1 buah
c. Phantom plasenta : 1 buah\
d. APD lengkap
Penutup kepala : 1 buah
Kaca mata pelindung : 1 buah
Masker :1 buah
Apron : 1 buah
Sepatu boot : 1 pasang
e. Partus set
Klem Kelly/kocher/talipusat : 2
buah
Gunting tali pusat : 1 buah
Penjepit tali pusat : 1 buah
½ kocher : 1buah
Sarung tangan : 11/2 pasang
Kateter nelaton : 1 buah
Gunting episiotomi : 1 buah
Kassa : secukupnya
f. Kapas DTT dalam kom :
secukupnya
g. Spuit 3 ml : 1 buah
h. Oksitosin 10 IU : 1 ampul
i. Kateter delee : 1 buah
j. Kapas alcohol dalam kom :
secukupnya
k. Kain bersih : 2 buah
7
l. Handuk : 1 buah
m. Perlak : 1 buah
n. Leenec/ doopler : 1 buah
o. Tensimeter : 1 buah
p. Larutan chlorine 0,5%
q. Air DTT dalam baskom
r. Tempat sampah : 1 buah
s. Baju ganti ibu : 1 stel
t. Pembalut : secukupnya
u. Waslap : 1 buah
v. Perlengkapan bayi (topi,
guritan,baju, popok, kain
bedong): 1 stel
5. Kala 3 a. Phantom panggul : 1 buah
b. Phantom bayi : 1 buah
c. Phantom plasenta : 1 buah
d. APD lengkap
Penutup kepala : 1 buah
Kaca mata pelindung : 1 buah
Masker :1 buah
Apron : 1 buah
Sepatu boot : 1 pasang
e. Partus set
Klem
Kelly/kocher/talipusat : 2
buah
Gunting tali pusat : 1 buah
Penjepit tali pusat : 1 buah
½ kocher : 1buah
Sarung tangan : 11/2
pasang
8
Kateter nelaton : 1 buah
Gunting episiotomi : 1
buah
Kassa : secukupnya
f. Kapas DTT dalam kom :
secukupnya
g. Spuit 3 ml : 1 buah
h. Oksitosin 10 IU : 1 ampul
i. Kateter delee : 1 buah
j. Kapas alcohol dalam kom :
secukupnya
k. Kain bersih : 2 buah
l. Handuk : 1 buah
m. Perlak : 1 buah
n. Leenec/ doopler : 1 buah
o. Tensimeter : 1 buah
p. Larutan chlorine 0,5%
q. Air DTT dalam baskom
r. Tempat sampah : 1 buah
s. Baju ganti ibu : 1 stel
t. Pembalut : secukupnya
u. Waslap : 1 buah
v. Perlengkapan bayi (topi,
guritan, baju,popok, kain
bedong): 1 stel
6. Heacting, episiotomi,anestesi a. Lidah sapi/gabus/phantom
episiotomi : 1 buah
b. APD lengkap
c. Jarum ukuran 22
d. Lydocain hydrochloride 1 %
: 1 ampul
9
e. Spuit 3cc : 1 buah
f. Bethadine
g. Heacting set
Bak instrument : 1 buah
Gunting episiotomi : 1 buah
Nald fooder : 1 buah
Benang chromic atau catgut
Pinset : buah
Gunting benang : 1 buah
Kassa secukupnya
h. Lampu sorot : 1 buah
i. Larutan chlorine 0,5%
j. Bengkok : 1 buah
7. Pemantauan kala IV dan a. Lembar partograf
penilaian awal BBL b. Tensimeter : 1 buah
c. Thermometer : 1 buah
d. Stetoskop : 1 buah
e. Jam tangan : 1 buah
f. Phantom bayi : 1 buah
8. KB pasca salin a. IUD copper T 380A
b. IUD set
Bak instrumen : 1 buah
Handscoon : 2 pasang
Speculum cocor bebek : 1 buah
Tampon tang : 1 buah
Tenakulum : 1 buah
Sonde uterus : 1buah
Gunting : 1 buah
Kassa : secukupnya
c. Bethadine : secukupnya
d. Perlak : 1 buah
e. Lampu sorot : 1
10
f. Larutan chlorine 0,5%
g. Bengkok : 1 buah
9. Partograf a. Alat tulis
b. Lembar partograf
11
2. Setiap mahasiswa yang akan praktik laboratorium wajib
memberitahu/pesan alat kepada petugas 1 hari sebelum praktik
dilaksanakan
3. Mahasiswa/peminjam wajib mengisi formulir peminjaman alat/bon
alat yang telah disediakan dengan lengkap yang meliputi
(nama,kelas/jurusan, hari/tanggal, waktu, dosen, jenis ketrampilan,
nama alat, jumlah, keterangan, tanda tangan)
4. Mahasiswa atau peminjam bertanggung jawab atas kebersihan dan
keutuhan alat-alat yang dipinjam
5. Mahasiswa wajib merapikan dan membersihkan kembali peralatan
yang dipinjam setelah selesai menggunakan alat laboratorium
6. Alat-alat laboratorium dikembalikan segera setelah melaksanakan
kegiatan praktik
7. Alat-alat laboratorium yang dipinjam dikembalikan tepat waktu dan
dalam keadaan bersih dan utuh
8. Mahasiswa diperbolehkan meninggalkan ruangan setelah serah terima
alat-alat yang dipinjam kepada kepala laboratorium
9. Keterlambatan mengembalikan alat atau mengembalikan alat dalam
keadaan kotor, maka mahasiswa dikenakan denda Rp.10.000/hari/alat
10. Peminjam alat laboratorium harus mengganti alat yang rusak/hilang
dalam waktu kurang dari dua hari setelah alat rusak/hilang.
DAFTAR TILIK
MELAKUKAN
PENILAIAN : ANAMNESIS PADA IBU BERSALIN (KALA I)
No LANGKAH NILAI
0 1 2
1. Menyiapakan dan menyediakan lingkungan fisik yang aman
2. Menyambut klien dengan ramah
3. Mengucapkan salam
4. Mempersilakan klien duduk
5. Menjaga privasi klien dan menutup pintu / jendela
6. Duduk berhdapan dengan klien
7. Memperkenalkan diri
8. Menjelaskan tujuan anamnesis
Menanyakan dan menggali informasi mengenai :
9. Identitas klien dan suami meliputi :
Nama
Umur
Agama
Suku/ Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
10. Alasan masuk kamar bersalin
11. Keluhan utama
12. Tanda – tanda persalinan
Kontraksi uterus dirasakan sejak kapan
Frekuensi
Durasi
Kekutan
Lokasi ketidaknyamanan
Pengeluaran pervaginam (lender darah, air ketuban, darah)
Bila ketuban sudah pecah, jam berapa, apa warnanya
13. Riwayat kehamilan sekarang
Hari pertama menstruasi terahkir (HPMT), hari perkiraan
lahir (HPL)
Umur kehamilan
13
Keluhan masa hamil
Imunisasi TT
Frekuensi ANC, tempat ANC
Kebiasaan konsumsi obat, jamu, rokok, alcohol, atau yang
lain
14. Pergerakan janin dalam 24 jam terahkir
15. Riwayat menstruasi : menarche, siklus, lama, banyaknya,
teratur tidaknya, sifat darah, dismenore, dll
16. Riwayat perkawinan : umur kawin pertama, lama kawin
17. Riwayat KB : jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, lama
pemakaian, keluhan, alasan pasang, alasan lepas
18. Riwayat obstetric
Jumlah kehamilan
Jumlah anak hidup
Jumlah kelahiran premature
Jumlah keguguran
Persaklinan dengan tindakan (SC, forcep, vakum)
Riwayat perdarahan pada persalinan atau pasca persalinan
Berat bayi
Penolong persalinan
Masalah lain
19. Riwayat kesehatan : penyakit menurun, menular, kelahiran
kembar
Masalah kardiovaskuler
Hipertensi
Diabetes
Malaria
Penyakit kelamin/ HIV, AIDS
Hepatitis
TBC
Masalah medis lain : sakit kepala, gangguan penglihatan,
pusing atau nyeri epigastrum
20. Riwayat kesehatan keluarga
Masalah kardiovaskuler
Hipertensi
Diabetes
Malaria
Penyakit kelamin/ HIV, AIDS
Hepatitis
14
TBC
21. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
Makan terahkir (kapan, jenisnya)
Minum terahkir
BAB terahkir
BAK terahkir
Istirahat dan tidur dalam 1 hari terahkir
22. Data psikososial spiritual
Pengetahuan ibu tentang tanda – tanda dan proses persalinan
Persiapan persalinan, pendamping ibu, biaya, persiapan bayi
Tanggapan ibu dan keluarga terhadap proses persalinan
yang dihadapi
Ketaatan beribadah / kegiatan social spiritual
23. Melakukan pendokumentasian
24. Menjelaskan pada klien bahwa anamnesis tealh selesai
dilakukan
25. Membereskan alat/ merapikan ruangan
A. Pengertian
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala
atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu bersalin dengan
mengumpulkan data obyektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.
15
B. Tujuan
Tujuan dalam pemeriksaan fisik ini yaitu untuk menilai kondisi
kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin.
Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa untuk membuat
keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana
asuhan yang paling sesuai dengan kondisi ibu.
16
e. 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari yang masih dapat meraba bagian bawah
janin yang berada diatas simphisis
f. 0/5 jika bagian terbawah janin tidak dapat teraba dari pemeriksaan
luar
6. Periksa Dalam (vaginal toucher).Sebelum melakukan periksa dalam cuci
tangan dengan sabun dan air bersih, kemudian keringkan dengan handuk
kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan mencuci area genitalia
dengan sabun dan air. Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan
dilakukan selama pemeriksaan. Tentramkan hati dan anjurkan ibu untuk
rileks. Pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.
Persiapan alat :
PENILAIAN :
NO LANGKAH NILAI
0 1 2
1. Menjelaskan pada ibu maksud dan tujuan dilakukan
pemeriksaan
2. Menyusun alat secara ergonomis untuk memudahkan dalam
bekerja
3. Menjaga privasi ibu dengan menutup pintu/ tirai
4. Mencuci tangan denga tujuh langkah, menggunakan sabun dan
membilas dibawah air mengalir dan dikeringkan dengna handuk
bersih
5. Melakukan penilaian secara sistematis dengan inspeksi terhadap
: Keadaan umum, warna kulit, tekstur kulit dan pigmentasi
6. Melakukan penilaian kesadaran ibu
7. Melakukan penimbangan berat badan
8. melakukan pengukuran tinggi badan
9. Melakukan pengukuran lingkar lengan atas
10. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin (berbaring pada tempat
tidur yang rata dengan bantal ditinggikan)
11. Melakukan pengukuran vital sign
12. Melakukan pemeriksaan pada kepala dan rambut, dengan
melakukan inspeksi dan palpasi pada kepala dan kulit kepala
untuk melihat kesimetrisan, warna rambut, pembengkakan,
kelembaban, lesi, oedem
13. Melakukan inspeksi pada wajah, adakah cloasma,
pembengkakan palpebrae
14. Melakukan pemeriksaan pada mata : pergerakan bola mata,
posisis dan kesejajaran mata, kelainan pada bola mata, sclera
dan konjungtiva, vaskularisasi (ikterus pada sclera dan pucat
pada konjungtiva), inspeksi adakah secret pada sclera dan
konjungtiva
15. Melakukan inspeksi pada hidung dari arah depan dengan
memeriksa septum hidung berada di tengah atau tidak, adakah
benda asing, secret hidung, perdarahan, polip
16. Melakukan pemeriksaan pada mulut dan kerongkongan
(menggunakan pencahayaan senter)
Memeriksa rongga mulut adakah stomatitis, kemampuan
menggigit, mengunyah, dan menelan
18
Memeriksa bibir : warna, simetris, kelembaban,
pengelupasan, dan bengkak
Memeriksa gusi : warna dan oedem
Memeriksa gigi : karang gigi, caries, karang gigi
Memeriksa lidah : kotor, warna, kesimetrisan, kelembaban,
luka, bercak, dan pembengkakan
Memeriksa kerongkongan : tonsil, peradangan,
lender/secret
17. Melakukan inspeksi pada telinga dengan melihat canalis bersih
atau tidak, radang, cairan yang keluar, adakah benda asing
18. Melakukan pemeriksaan pada leher
Melakukan inspeksi untuk melihat kesimetrisan,
pergerakan, adakah massa, kekakuan leher
Melakukan pemeriksaan pada kelenjar thyroid yaitu dengan
melakukan inspeksi untuk melihat besarnya kelenjar
thyroid dan juga bentuknya, melakukan palpasi dengan
cara satu tangan dari samping atau dua tangan dari arah
belakang. Lalu jari – jari meraba permukaan kelenjar dan
pasien diminta untuk menelan, bila yang teraba ikut tertelan
hal itu menandakan benar adanya bahwa yang teraba adalah
kelenjar thyroid yang membesar
Melakukan palpasi pada vena jugularis untuk melihat
tekanannya juga untuk melihat apakah vena jugularis
tersebut mengembang secara nyata
Melakukan inspeksi dan palpasi pada leher adakah
pembesaran kelenjar limfe. Bila ada, menentukan ukuran,
bentuk, mobilitas, dan konsistensi
19. Melakukan pemeriksaan pada dada
Melakukan inspeksi apakah pola pernafasan normal.
Adakah tanda – tanda ketidaknyamanan bernafas
Melakukan auskultasi pada dinding thorax dengan
menggunakan stetoskop yaitu pasien diminta bernafas
cukup dalam dengan mulut terbuka lalu meletakan
stetoskop antara kiri dan kanan
Melihat bentuk payudara, kesimetrisan, adanya benjolan
atau tidak, bentuk putting susu, areola mamae, pengeluaran
olostrum, kebersihan putting dan areola.
20. Melakukan inspeksi dan palpasi pada daerah ketiak (memakai
sarung tangan bila perlu), melihat adakah benjolan atau
pembesaran getah bening
21. Membantu ibu membebaskan daerah abdomen dari pakaian
22. Mempersilakan ibu menekuk kaki sedikit
23. Melakukan pemeriksaan pada abdomen
Melakukan inspeksi untuk mengamati bentuk abdomen,
19
adanya strie gravidarum, bekas luka operasi
Melakukan palpasi, sebelumnya menanyakan kepada
pasien adakah bagian perut yang sakit, bila ada maka
bagian tersebut dipalpasi terahkir. Melakukan palspasi
abdomen dimulai dari palpasi umum dikeseluruhan dinding
abdomen untuk mencari tanda nyeri umum (peritonitis,
pancreatitis)
Meraba ada tidaknya massa, benjolan (tumor)
Melakukan palpasi hepar dengan menggunakan jari tangan
kanan dimulai dari kuadran kanan bawah berangsur –
angsur naik mengikuti irama nafas dan gembungan perut
dan berusaha merasakan sentuhan tepi hepar pada tepi jari
telunjuk. Bila normal maka hepar tidak teraba
Melakukan palpasi lien dengan cara bimanual dimana jari –
jari tangan kiri mengangkat dengan cara mengait dinding
perut kiri atas dari arah belakang, sedangkan tangan kanan
berupaya meraba lien (bila normal maka tidak teraba)
24. Melakukan pengukuran tinggi fundus uteri dengan
menggunakan metline dari tepi atas symfisis ke fundus uteri,
pada saat tidak ada kontraksi
25. Melakukan palpasi Leopold I sampai IV
26. Melakukan penilaian penurunan bagian terbawah janin
27. Melakukan pemeriksaan Osborn test
28. Melakukan pemeriksaan DJJ selama satu menit penuh
29. Meletakan tangan pada uterus dan melakukan palpasi kontraksi,
menilai his meliputi frekuensi dalam 10 menit, durasi dan
kekuatan
30. Melakukan palpasi supra pubik, apakah kandung kencing
penuh/ tidak
31. Melakukan pemeriksaan ekstremitas
Melakukan inspeksi pada ekstremitas adakah oedem, bila
ada melakukan pemeriksaan dengan menekan pada daerah
yang dianggap terdapat oedem, bila ada cekungan hal
tersebut menandakan adanya oedem
Melakukan inspeksi untuk mengamati apakah ekstremitas
simetris atau tidak, pergerakan bebas atau tidak, kelainan –
kelainan lain
32. Memeriksa punggung, melakukan inspeksi adakah kelainan
pada spina, bentuk bujur sangkar michelis (ketidaksimetrisan
bentuk bujur sangkar michelis sebagai gambaran makroskopis
ketidaksimetrisan panggul).
33. Posisi ibu diatur miring kiri untuk pemeriksaan bagian
genetalia. Meminta ijin dan menjelaskan kepada ibu untuk
pemeriksaan bagian genetalia
20
34. Mempersilakan ibu melepas celana dalam
35. Memasang perlak dibawah bokong ibu
36. Mencuci tanga dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan
dengan handuk bersih
37. Memakai srung tangan DTT/ steril
38. Melakukan vulva hygien dengan kapas air DTT
39. Melakukan pemeriksaan genetalia dan kelenjar limfe inguinal.
Melakukan palpasi pada kelejnjar limfe, apakah teraba
membesar atau nyeri, melakukan inspeksi pada vulva secara
keseluruhan adakah benjolan pada kelenjar bartholini,
pengeluaran pervaginam (lender, darah, air ketuban), bila ada
mengamati warnanya
40. Melakukan pemeriksaan dalam. Mengkaji keadaan vagina
serviks (penapisan, pembukaan), selaput ketuban, adakah
bagian kecil atau tali pusat teraba, presentasi, penurunan kepala
41. Mengeluarkan tangan secara hati – hati, melihat adakah lender,
darah, atau air ketuban disarung tangan
42. Melakukan pemeriksaan pada anus dengan melakukan inspeksi
untuk mengetahui adakah hemoroid, fistula dan kebersihannya
43. Mencuci tangan dalam larutan klorin, melepas dan merendam
sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
44. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan
dengan handuk bersih
45. Merapikan pasien
46. Melakukan pemeriksaan reflek patella ( bisa dilakukan dengan
posisi ibu berbaring atau duduk ditepi tempat tidur)
47. Membereskan alat
21
MEKANISME PERSALINAN (PENURUNAN KEPALA)
Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada
presentasi kepala ini ditemukan 58% ubun-ubun kecil terletak dikiri depan, 23%
dikanan depan, 11% dikanan belakang dan 8% dikiri belakang. Keadaan ini mungkin
disebabkan terisinya ruangan disebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid dan
rectum.Sedangkan dalam proses persalinan ditentukan oleh 3 faktor “p” menurut
Kampono dan M. Moegni (1999) yaitu :
1. Power
yaitu His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu),
22
keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu
2. Passage
Yaitu keadaan jalan lahir
3. Passanger
Yaitu keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak
kelainan anatomic mayor)
1. Engagement
2. Descent
3. Fleksi
4. Internal rotation
5. Defleksi
6. Eksternal rotation
7. Ekspulsi
Gerakan-gerakan tersebut terjadi pada presentasi kepala dan presentasi bokong.
Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir
dengan baik sehingga dapat terjadi persalinan pervaginam secara spontan.
Alat –alat yang perlu dipersiapkan :
1. Phantom bayi
2. Phantom panggul
DAFTAR TILIK
MEKNISME PERSALINAN
PENILAIAN :
23
No Kegiatan Skore
0 1 2
2 Descent:
- Kepalajanin turun dengan fleksi ringan secara synclitismus
(sutura sagitalis tepat diantara simfisis dengan promontorium)atau
asynklitismus.
Asynclitismus posterior jika sutura sagitalis mendekati simfisis
dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan
Atau Asynklitismus anterior (jika sutura sagitalis mendekati
promontorium dan os parietale depan lebih rendah dari os
parietale belakang
24
badan janin. Kelahiran badan terjadi karena fleksi lateral, yang
mengikuti lengkung noramal jalan lahir
Pukul : ........................................
25
Ruang : ........................................
A. IDENTITAS
B. SUBYEKTIF
3. Tanda-tanda persalinan :
Kontraksi : .............................
Pukul : ..............................
26
Lamanya : ..................................
Kekuatan : .......................................................
Lamanya : .........................................................
Siklus : .........................................................
7. Riwayat imunisasi :
.............................................................................................................................
...................................................................................................................
27
9. Pergerakan janin dalam 24 jam terahkir :
.............................................................................................................................
...................................................................................................................
Pernafasan : .................................kali/menit
Suhu : .................................°C
5. Pinggang
Nyeri □ ada □ tidak
6. Ekstremitas
Oedem tangan dan jari □ ada □ tidak
28
Reflek patella kiri □ positive □ negative
7. Abdomen
Bekas luka operasi : □ ada □ tidak
Leopold I : .....................................................................
Leopold II : .....................................................................
Leopold IV : .....................................................................
HIS : .....................................................................
Auskultasi : .....................................................................
8. Genetalia
Inspeksi vulva dan vagina :
9. Pemeriksaan
Laboratorium ................................................................................................
..................
.......................................................................................................................
.............................................................................................................
29
..................................................................................................................
11. Periksa
dalam ............................................................................................................
.......................................................................................................................
...................................................................................................................
D. ANALISA
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..............................................................................................................
Ttd ......................
1. PENGERTIAN
VT adalah Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukkan jari ke
dalam liang sanggama untuk mngetahui :
30
2. Menetapkan titik awal suatu persalinan
3. Menetapkan ramalan perjalanan persalinan
VT dilakukan berdasarkan Indikasi, hal ini penting untuk mencegah timbulnya
infeksi.
2. INDIKASI VT
1. Bila ketuban pecah sebelum waktunya
2. Untuk mengevaluasi pembukaan serviks uteri
3. Untuk menyelesaikan persalinan atau melakukan rujukan
4. Petunjuk partograf WHO setiap 4 jam
3. KONTRA INDIKASI
1. Pasien hamil dengan perdarahan pervagina
2. Adanya infeksi daerah genetalia
4. HAL – HAL YANG DIPERHATIKAN SAAT VT :
Pencegahan infeksi
a. Terhadap diri sendiri
- Pakai sarung tangan steril
- Bidan/nakes kemungkinan besar terkena infeksi
b. Terhadap pasien khususnya janin dalam rahim
- Lakukan vulva hygiene dengan benar
- Buka labia kanan dan kiri dengan tangan kiri
- Masukkan jari tengah & jari telunjuk ke dalam liang sanggama, dan
tidak boleh dikeluarkan sebelum seluruh pemeriksaan dapat dievaluasi
31
- Kemana arah cerviks
b. Ketuban
- Apakah ketuban sudah pecah atau belum, dilihat saat tidak dalam
his
- Bila pembukaan lengkap/hampir lengkap dan bagian bawah anak
sudah didasar panggul → bisa dipecahkan
c. Bagian Terendah janin dan posisinya
- Raba bagian apa yang terendah dari janin yang turun
- Bila kepala : teraba keras, bulat dan teraba sutura serta ubun-ubun
kecil/besar
- Penurunan sesuai dengan bidang Hodge
- Apakah terdapat caput suksedaneum & seberapa besarnya
- Apakah ada bagian-bagian anak yang turun disamping kepala :
misal tangan/lengan menumbung, atau tali pusat
- Bila bokong teraba lunak dan sskrum sebagai denominatornya
ALAT –ALAT YANG PERLU DIPERSIAPKAN :
2. APD lengkap (penutup kepala, kaca mata pelindung,
masker, scoret, sepatu boot )
3. Handscoon secukupnya
4. Larutan chlorine 0,5 %
5. Tempat sampah
DAFTAR TILIK
PENILAIAN :
KEGIATAN Nilai
0 1 2
I. PERSETUJUAN PEMERIKSAAN
II. PERSIAPAN
6. Ibu
- ranjang periksa
- kapas DTT
7. Pemeriksa
- sarung tangan
- apron
- sabun/desinfektan
III. PEMERIKSAAN
8. Mencuci tangan
33
11. Vulva higien :
12. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri sisihkan labium dan
lumen vagina melalui introitus vagina yang terbuka
Pembukaan serviks
Penurunan bagian terbawah janin
Denominator/penunjuk
Keadaan serviks
Penyusupan
Selaput ketuban
16. Mengeluarkan tangan kanan dari introitus vagina
Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit
Dekontaminasi tempat pemeriksaan/semua permukaan
sarana yang terkontaminasi selama prosedur pelayanan
dengan larutan klorin 0,5%
Mencuci tangan
19. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemerikasaan
34
DAFTAR TILIK
PENILAIAN :
35
Beri tanda ceklist (√) pada kolom penilaian
No LANGKAH NILAI
0 1 2
Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
Mengisi lembar depan partograf yang meliputi :
Mengisi informasi tentang ibu
Nama ibu
Umur
Gravid, para, abortus
Nomor catatan medis
Tanggal dan waktu mulai dirawat
Waktu pecahnya selaput ketuban
Waktu mulainya kenceng – kenceng
/ mules teratur
Alamat
Kondisi janin
Mencatat DJJ dengan member tanda titik pada garis yang sesuai
dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian menghubungkan
dengan titik lainya dengan garis tidak terputus
Mencatat air ketuban dengan lambing yang sesuai
Mencatat molase (penyusupan kepala janin) dengan menggunakan
lambing – lambing
Mencatat pembukaan sevik dalam partograf, member tanda “X” pada
hasil temuan, menulis digaris waktu yang sesuai dengan lajur
besarnya pembukaan serviks. Kemudian menghubungkan tand “X”
dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh
Mencatat penurunan kepala dengan tanda “O” pada garis waktu yang
sesuai. Jika pembukaan serviks berada disebelah kanan garis
bertindak, lakukan tindakan segera untuk menyelesaikan persalinan.
Mencatat waktu actual saat pemeriksaan dilakukan
Mencatat lamanya kontraksi dalam 10 menit dengan mengisi angka
pada kotak yang sesuai dengan lambang – lambang
Mencatat nadi setiap 30 menit dengan member tanda titik (•) pada
kolom waktu yang sesuai
Mencatat tekanan darah tiap 4 jam, dan member tanda panah ( ↨ )
pada kolom waktu yang sesuai
Mencatat temperature tubuh tiap 2 jam dalam kotak yang sesuai
Mencatat volume urine, protein dan aaseton sedikitnya tiap 2 jam, jika
memungkinkan setiap kali berkemih
36
Mencatat data dasar pada tempat yang disediakan atau dengan
member tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai yang
meliputi tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, alasan merujuk, tempat rujukan, dan pendamping pada
saat merujuk
Mencatat data yang merupakan jawaban dari pertanyaan – pertanyaan
tentang partograf saat melewatigaris waspada, masalah yang dihadapi,
penatalaksanaanya dan hasil penatalaksanaan tersebut. Untuk no. 9
jawaban dilingkari lainnya diisi sesuai dengan masalah
Mencatat keadaan kala II yang meliputi episiotomy, pendamping
persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta,
penatalaksanaan dan hasilnya. Jawaban diberi tanda √ pada kotak
disamping jawaban yang sesuai. Untuk no.13 jika jawaban “ya”
menulis indikasinya. Untuk no. 15 dan 16 jika jawaban “ya” mengisi
tindakan yang telah dilakukan. Untuk no. 14 jawaban bias diisi lebih
dari satu, sedangkan masalah lain diisi apabila terdapat masalah lain
pada kala II
Mencatat keadaan kala III yang meliputi lama kala III, pemberian
oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase uterus, plasenta
lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.
Mengisi jawaban sesuai denngan tempat yang disediakan dan diberi
tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk no. 25, 26,
dan 28 jawaban dilingkari.
Mencatat keadaan bayi baru lahir yang meliputi berat dan panjang
bandan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian
ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan hasilnya.
Menulis jawaban pada tempat yang disediakan serta member tanda
oada kotak jawaban yang sesuai. Untuk no. 36 dan 37 jawaban
dilingkari, untuk no. 38 jawaban bias lebih dari satu
Mencatat keadaan kala IV yang meliputitekanan darah, nadi, suhu,
tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.
Memantau kala IV setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah
melahirkan dan setiap 30 menit pada satu jam kedua. Mengisi kolom
sesuai dengan hasil pemeriksaan dan menjawab pertanyaan mengenai
masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan
Menggunakan tulisan yang mudah dibaca, rapi, dengan tinta hitam
atau biru.
Menggunakan singkatan yang biasa/ lazim digunakan
Mencoret tulisan yang salah satu kali, serta member paraf dan tidak
menghapus denga tipeks.
37
Mencatat waktu, nama terang dan tanda tangan pembuat dokumentasi
AMNIOTOMI
A. Pengertian Amniotomi
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat
robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan
dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006). Tindakan ini
umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap agar penyelesaian proses
persalinan berlangsung sebagaimana mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi
dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi
demikian, dilakukan penilaian serviks, penurunan bagian terbawah dan luas panggul,
menjadi sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi persalinan.
38
B. Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban
Ada beberapa istilah dalam nomenklatur kebidanan yang harus diketahui oleh petugas
kesehatan yang berhubungan dengan cairan selaput ketuban, yaitu:
1. Utuh (U)
2.Jernih (J)
Membran pecah dan tidak ada anoksia
3.Mekonium (M)
4.Darah (D)
5.Kering (K),
Kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah
atau postmaturitas janin.
1. Induksi persalinan
2. Persalinan dengan tindakan
3. Untuk pemantauan internal frekuensi denyut jantung janin secara elektronik
apabila diantisipasi terdapat gangguan pada janin.
4. Untuk melakukan penilaian kontraksi intra uterus apabila persalinan kurang
memuaskan
39
5. Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka
sepenuhnya.
40
i. Bak instrument
41
pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba talipusat, keluarkan jari
tangan kanan dari vagina secara perlahan.
10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah keluarnya
mekonium atau air ketuban yang bercampur mekonium pervaginam pada
presentasi kepala merupakan gejala gawat janin (fetal distress
11. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tangan dalam kondisi terbalik dan biarkan
terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
12. Cuci kedua tangan.
13. Periksa kembali Denyut Jantung Janin.
14. Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air
ketuban dan DJJ.
DAFTAR TILIK
MELAKUKAN AMNIOTOMI
PENILAIAN :
No LANGKAH NILAI
0 1 2
1 Member penjelasan pada ibu tentang prosedur yang akan
dilakukan
2 Menyiapkan alat yang akan digunakan dan menyusun secara
ergonomis
3 Menjaga privasi ibu dengan menutup tirai/ sampiran
4 Mengatur ibu berbaring dalam tempat tidur dalam posisi dorsal
recumbent
5 Memakai alat pelindung diri (celemek, masker, tutup kepala,
alas kaki)
6 Mencuci tangan dengan cara tujuh langkah dengan sabun dan
air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
7 Memakai sarung tangan steril atau DTT
8 Melakukan vulva higien dengan kapas DTT
9 Membuka labia dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri dan
memasukan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan ke dalam
introitus vagina secara perlahan
10 Melakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui keadaan
vagina, serviks, konsistensi, posisi, penipisan, pembukaan
serviks, memastikan kepala telah masuk panggul dengan baik,
tali pusat atau bagian kecil janin tidak bias dipalpasi
11 Mengambil ½ kocher dengan tangan kiri.
12 Menempatkan ½ kocher diantara 2 jari (telunjuk dan jari
tengah) tangan kanan, mendorong ½ kocher dengan tangan kiri
dan dengan bimbingan jari telunjuk dan jari tengah hingga
menyentuh selaput ketuban
13 Mendekatkan bengkok didepan vulva dengan tangan kiri
14 Memegang ujung klem dengan ujung jari, menggerakan kedua
ujung jari tangan dalam untuk menorehkan gigi kocher hingga
merobek selaput ketuban (saat merobek selaput ketuban adalah
pada saat tidak ada kontraksi)
15 Mempertahankan jari tangan dalam pada vagina agar cairan
ketuban mengalir perlahan
16 Mengambil ½ kocher denngan tangan kiri dan memasukan
dalam larutan klorin 0,5 %
17 Meyakinkan tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat
43
menumbung dan menilai penurunan kepala
18 Mengeluarkan tangan secara perlahan
19 Menilai keadaan air ketuban (warna, amati adakah mekoneum
atau darah). Jika ada mekoneum atau darah, melakukan langkah
– langkah kedaruratan.
20 Mencuci tangan dalam larutan klorin 0,5%, melepas sarung
tangan secara terbalik dan merandam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
21 Mencuci tangan secara tujuh langkah dengan sabun dan air
mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
22 Melakukan pemeriksaan DJJ sesudah adanya kontraksi
23 Memberitahu ibu hasil pemeriksaaan
24 Melakukan dokumentasi tindkaan yang telah dilakukan
25 Membereskan alat
Bidang Hodge adalah garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh
penurunan kepala janin pada panggul. Diambil dari nama penemunya yaitu Hodge
44
Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah janin
turun ke dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat bidang:
Hodge I, Hodge II, Hodge III, dan Hodge IV.
DAFTAR TILIK
BIDANG HODGE
PENILAIAN :
NO LANGKAH NILAI
.
0 1 2
PENGUKURAN PANGGUL
46
b. Distansia cristarum : jarak antara crista
iliaca kanan dan kiri ( Ind.26, Er.29), kurang lebih 28-30 cm
c. Conjugata eksterna (Baudeloque) :
jarak antara pinggir atas simphisis dan ujung prosessus spinosus ruas tulang
lumbal ke-V (Ind.18, Er.20) kurang lebih 18 cm
d. Ukurang lingkar panggul : dari pinggir
atas symphisis ke pertengahan antara spina iliaca anterior superior dan
trochanter mayor sepihak dan kembali melalui tempat-tempat yang sama
dipihak yang lain (Ind.80, Er.90) kurang lebih 10,5cm)
- Phantom Panggul
- Pelvimetri
DAFTAR TILIK
PENGUKURAN PANGGUL LUAR
PENILAIAN :
NO LANGKAH NILAI
.
0 1 2
48
Keterampilan yang diajarkan dalam asuhan persalinan normal harus diterapkan
sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan
oleh setiap penolong persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan
kelahiran bayi dapat terjadi di rumah, puskesmas atau rumah sakit. Penolong
persalinan mungkin saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri.
Jenis asuhan yang akan diberikan, dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat
persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir.
c. Memberikan asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi dan
masa nifas, termasuk memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarganya tentang
proses persalinan dan kelahiran bayi serta menganjurkan suami atau anggota
keluarga untuk berpartisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.
d. Merencanakan persiapan dan melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bagi ibu
di setiap tahapan persalinan dan tahapan waktu bayi baru lahir.
g. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan
menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif, mengenali
tanda-tanda komplikasi dan mengambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk
menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.
49
h. Memberikan asuhan dan pemantauan pada masa awal nifas untuk memastikan
kesehatan, keamanan dan kenyamana ibu dan bayi baru lahir, mengenali secara
dini gejala dan tanda bahaya atau komplikasi pascapersalinan/bayi baru lahir dan
mengambil tindakan yang sesuai.
i. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali gejala dan tanda bahaya
pada masa nifas pada ibu dan bayi baru lahir
50
10. Kapas alcohol dalam kom : secukupnya
11. Kain bersih : 2 buah
12. Handuk : 1 buah
13. Perlak : 1 buah
14. Leenec/ doopler : 1 buah
15. Tensimeter : 1 buah
16. Larutan chlorine 0,5%
17. Air DTT dalam baskom
18. Tempat sampah : 1 buah
19. Baju ganti ibu : 1 stel
20. Pembalut : secukupnya
21. Waslap : 1 buah
22. Perlengkapan bayi (topi,guritan,baju,popok, kain
bedong): 1 stel
DAFTAR TILIK
PENILAIAN :
NO LANGKAH NILAI
.
0 1 2
52
terjadi kontaminasi pada alat suntik ).
53
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana
peran mereka untuk mendukung dan memberi
semangat pada Ibu untuk meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila
ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu
Ibu keposisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan
dan pastikan Ibu merasa nyaman)
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong
Ibu.
54
Lahirnya kepala
Lahirnya Bahu
55
mekonium ?
c. Apakah Bayi menangis kuat dan atau bernafas
kesulitan ?
d. Apakah Bayi bergerak dengan aktif ?
Bila salah satu jawaban adalah ”TIDAK” lanjut ke
langkah resusitasi pada asfiksia Bayi baru lahir (lanjut ke
langkah resusitasi pada asfiksia Bayi baru lahir ).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira – kira 3 cm dari pusat bayi.Mendorong isi tali pusat ke
arah distal ( ibu ) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal
dari klem pertama
56
33 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat secara terkendali.
Menilai perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengakp dan utuh. Masukkan
plasenta ke dalam knatong palstik atau tempat khusus.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
58
b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
44 Setelah satu jam lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K 1 1 mg
intramuscular di paha kiri anterolateral.
59
setelah didekontaminasi.
Dokumentasi
DAFTAR TILIK
POSISI PERSALINAN
60
PENILAIAN :
No LANGKAH NILAI
1 2 3
2 LANGKAH-LANGKAH
A. Persiapan alat
1. Bantal
2. Kursi
3. Matras
4. Tempat tidur
B. Prosedur pelaksanaan
61
Ambil posisi yang paling nyaman untuk mengurangi rasa sakit
pada kontraksi, setelah itu santaikan
62
Jongkok sangat baik untuk melahirkan karena panggul akan
membuka lebar dan dengan daya tarik bumi bayi lebih mudah
terdorong keluar, bila telah berpegang pada suami dan
bersandar pada tubuhnya untuk istirahat
63
8. POSISI BERLUTUT
Posisi ini sangat baik untuk mengedan, dengan berganti posisi
dari berjongkok berlutut anda akan merasa lebih
ringan.Usahakan agar punggung tetap lurus. Jika bagian
terendah belum masuk ke dasar panggul maka bisa posisi
bergantian dengan posisi berlutut, jongkok kemudian berdiri
64
9. POSISI MIRING atau LATERAL
Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan dengan salah satu
kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus.
Posisi ini umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum
tepat. Posisi miring pada persalinan di tempat tidur sebaiknya
dilakukan, terutama miring ke kiri sangat dianjurkan
65
11. PASCA TINDAKAN
Nilai keadaan umum ibu, dan tanda-tanda vital ibu
Pantau adanya nyeri, atau ibu merasa sakit
Pada proses persalinan, pantau kemajuan persalinan
66
DAFTAR TILIK
PENILAIAN :
67
kepala
Bila ikatan erat, klem pada 2 tempat dan memotong
diantara 2 klem
11. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi
luar dengan spontan
12. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar :
a. tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi
muka bayi/ biparietal/jari dan jempol/ ibu jari
diletakkan pada dagu dan sub oksiput
b. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya
c. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan
kearah luar hingga bahu anterior muncul dibawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut kearah atas
dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior
13. Melahirkan badan dan tungkai/ sangga susur setelah kedua
bahu lahir :
a. Menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada dibagian bawah ke arah perineum
b. Membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke
tangan tersebut
c. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan
d. Menggunakan tangan anterior/ bagian atas untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
14. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir :
a. menelusurkan tangan yang ada diatas/ anterior dari
punggung kearah mata kaki bayi untuk menyangganya
saat punggung dan kaki lahir
b. Memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati-
hati membantu kelahiran kaki.
15. Menilai dengan cepat keadaan bayi meliputi :
a. Usaha bernafas ( menangis)
b. Warna kulit
c. Denyut jantung bayi
16. Meletakkan bayi pada handuk di atas perut ibu serta
mengeringkannya
17. Melakukan penilaian terhadap janin ke dua
18. Membereskan alat dan melepas sarung tangan secara
terbalik, kemudian memasukkannya ke dalam larutan
Clorine 0,5 % selama 10 menit
19. Kemudian cuci tangan dan mengeringkan dengan handuk
pribadi
68
C. TEKNIK
20. Melaksanakan tindakan secara sistematis/berurutan
21. Menjaga privasi pasien
22. Melaksanakan tindakan dengan efektif & efisien
DAFTAR TILIK
69
ASUHAN PERSALINAN NORMAL KALA III
PENILAIAN :
70
tekanan berlawanan arah pada uterus
b. Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan
klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
11. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.
Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan
hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut dan perlahan melahirkan
selaput ketuban
12. Setelah plasenta dan selaput ketuban lahir melakukan
masage uterus dengan cara : meletakkan telapak tangan
di fundus dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)
C. TEKHNIK
13. Melaksanakan tindakan secara sistematis/berurutan
14. Menjaga privasi pasien
15. Melaksanakan tindakan dengan efektif & efisien
EPISIOTOMI
1. PENGERTIAN
71
episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang dimulai dari cincin
vulva kebawah, menghindari anus dan muskulus spingter dimana insisi
menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada
septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum
untuk melebarkan orifisium ( lubang / muara ) vulva sehingga mempermudah jalan
keluar bayi dan mencegah ruptur perinii totalis.
2. TUJUAN EPISIOTOMI :
Tujuan episiotomi yaitu membentuk insisi atau sayatan bedah yang lurus,
sebagai pengganti robekan tak teratur yang mungkin terjadi akibat ruptur
perineii.
Episiotomi dapat mencegah vagina robek secara spontan, karena jika
robeknya tidak teratur maka menjahitnya akan sulit dan hasil jahitannya pun
tidak rapi.
Tujuan lain episiotomi yaitu mempersingkat waktu ibu dalam mendorong
bayinya keluar atau dengan kata lain mempercepat persalinan dengan
melebarkan jalan lahir lunak atau mempersingkat kala II
Epistomy juga bertujuan mengurangi tekanan kepala anak sehingga dapat
mencegah trauma kepala pada janin akibat jalan lahir yang sempit dan juga
mencegah kerusakan pada spintcher ani akibat desakan kepala bayi.
3. INDIKASI EPISIOTOMI :
72
merupakan bagian dari persalinan yang dibantu dengan forsep atau
vakum.
o Pada kasus letak / presentasi abnormal (bokong, muka, ubun-ubun
kecil di belakang) dengan menyediakan tempat yang luas untuk
persalinan yang aman untuk mencegah kerusakan jaringan pada ibu
dan bayi
o Adanya Jaringan parut pada perineum atau vagina yang
memperlambat kemajuan persalinan.
4. KONTRA INDIKASI :
a. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
b. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak
seperti penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas
pada vulva dan vagina.
5. JENIS EPISIOTOMI
Jenis episiotomy
73
o Sayatan yang di buat di garis tengah, dimana Insisi atau sayatan
dimulai dari ujung terbawah introitus vagina atau pada garis tengah
komissura posterior sampai batas atas otot- otot sfingter ani (tidak
sampai mengenai serabut sfingter ani)
o Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:
Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh
karena daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh
darah.
Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan
kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri
dasar pelvis
Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut
mudah dirapatkan.
Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah
melahirkan
Dispareuni jarang terjadi
o Kerugiannya adalah terjadi perluasan laserasi ke sfingter ani (laserasi
median sfingter ani) sehingga terjadi laserasi perinei tingkat III
inkomplet atau laserasi menjangkau hingga rektum (laserasi dinding
rektum), sehingga terjadi ruptur perineii komplit yang mengakibatkan
kehilangan darah lebih banyak dan lebih sulit dijahit.
74
Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan)
keseimbangan dasar pelvis.
Otot – ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar
(aposisinya sulit), sehingga terbentuk jaringan parut yang
kurang baik
Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan
kadang – kadang diikuti dispareuni (nyeri saat berhubungan)
Hasil akhir anatomik tidak selalu bagus (pada 10% kasus) dan
Pelebaran introitus vagina
DAFTAR TILIK
75
EPISIOTOMI DENGAN ANASTESI LOKAL
PENILAIAN :
0 1 2
76
10. Menempakan dua jari (telunjuk dan jari tengah) tangan kiri
agak meregang diantara kepala janin dan perineum denngan
posisi mediolateral
17. Meletakan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) tangan kiri diantara
kepala janin dan perineum agak meregang secara mediolateral
(melakukan pada saat his berikutnya)
21. Menjaga perineum dengan tangan saat kepala bayi lahir, agar
insisi tidak meluas atau kepala bayi belum lahir menahan luka
dengan kasa steril untuk mencegah perdarahan
77
22. Membereskan alat
24. Mencuci tangan secara tujuh langkah dengan sabun dan air
mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
78
Memeriksa laserasi Jalan Lahir
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah
perenium, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir vagina akan mengalami peregangan,
oleh kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan
terbuka. Sedangkan vulva bias berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.
Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau haemoroid yang keluar, maka periksa
anus dengan rectal toucher.
79
DAFTAR TILIK
PENILAIAN :
NO LANGKAH NILAI
0 1 2
80
10. Membersihkan daerah luka dari darah dan bekuan darah dengan
kassa steril
81
28. Memotong ujung benang yang bebas hingga tersisa ± 1 cm
33. Menjahit jaringan sub kutis kanan kiri kearah atas hingga tepat
dimulai lingkran hymen
41. Mencuci tangan secara tujuh langkah dengan sabun dan air
mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
82
42. Memberikan konseling ibu :
83
PEMANTAUAN DAN EVALUASI LANJUT KALA IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum.
Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat
perdarahan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum.
Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala
IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit
kedua setelah persalinan. selama 1 jam pertama setelah persalinan, tanda-tanda vital
ibu, uterus, lochea, perineum, dan kandung kemih dipantau dan dievaluasi secara
teratur sampai semua stabil dalam kisaran normal.
b. Suhu
S > 38˚ C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
Normal <38˚ C, 24 jam pertama dapat mencapai 38˚ C karena efek
dehidrasi persalinan, ( karena perslinan yang lama dan tidak cukup minum ) atau
ada infeksi
c. Nadi
Setelah melahirkan nadi < 100X / menit karena kelelahan. Frekuensi nadi yang
cepat atau semakin meningkat >100 x/mnt dapat menunjukkan hipovolemia
karena perdarahan
d. Pernafasan
Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, maka pernapasan akan mengikutinya
Pernapasan normal, teratur,cukup dalam frekuensi 18x/m. Fungsi pulmonal
kembali ke status sebelum hamil setelam 6 bulan post partum.
84
2. Konsistensi Uterus
Setelah kelahiran plasenta uterus biasanya akan berada pada garis tengah dari
abdomen kira-kira ¾ naik ke atas antara symphysis pubis dan umbilikus
Untuk membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan masase agar uterus
tidak menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat.
Menyusui merupakan metode efektif untuk meningkatkan tonus uterus, selain itu
dapat dilakukan dengan cara mempertahankan massase ringan yang juga dapat
mengurangi perdarahan. Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu
pembalut atau seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi
penyebab ( dari jalan lahir, kontraksi atau kandung kencing )
3. Perdarahan
Perdarahan yang normal setelah kelahiran mungkin hanya akan sebanyak satu
pembalut perempuan per jam, selama 6 jam pertama atau seperti darah haid yang
banyak. Jika perdarahan lebih banyak dari ini, ibu hendaknya diperiksa lebih sering
dan penyebab – penyebab perdarahan berat harus diselidiki. Apakah ada laserasi
pada vagina atau serviks, apakah uterus berkontraksi dengan baik, apakah kandung
kencingnya kosong.
4. Lochea
Lochea (Darah nifas). Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas yang
dikeluarkan pervaginam. Sifat lochea mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. Lochea ini biasanya berbau anyir / amis.
4. Perineum
hematoma serta untuk memeriksa apakah ada perdarahan pada jahitan perinium
85
5. Kandung Kemih
Jika kandung kencing penuh dengan air seni, uterus tidak dapat berkontraksi dengan
baik. Jika uterus naik di dalam abdomen dan tergeser ke samping, ini biasanya
merupakan pertanda bahwa kandung kencing penuh. Bantu ibu untuk bangun dan
coba apakah ia bisa buang air kecil. Jika tidak bisa buang air kecil, bantulah ia agar
merasa rileks dengan meletakkan jari – jarinya di dalam air hangat, mengucurkan air
ke atas perinium, dengan menjaga privasinya. Jika ia tetap tidak dapat kencing,
lakukan katerisasi. Setelah kandung kencing kosong, uterus akan dapat berkontraksi
dengan baik.
Kandung kemih dikaji sekali lagi menjelang akhir waktu ini dan harus dikosongkan
jika
Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah
bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap handuk, kain atau
sarung. Tak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat melalui penghitungan
jumlah sarung karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin telah diganti
jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah. Meletakkan wadah atau pispot di
bawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah, bukanlah cara efektif untuk
mengukur kehilangan darah dan cerminan asuhan sayang ibu karena berbaring di atas
wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan
menyusukan bayinya.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang
terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua
darah tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter
darah. Jika darahbisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah.
Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu.
86
Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui
penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas,
pusing dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg
dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. Bila ibu
mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total jumlah
darah ibu (2000-2500 ml).
Setelah dilakukan penilaian apabila bayi baru lahir langsung menangis dan bernafas
spontan atau teratur, lakukan perawatan rutin :
1. Berikan kehangatan
2. Bersihkan jalan napas
3. Keringkan
4. Nilai warna
B. Perawatan Tali Pusat
Tali pusat pada umumnya diklem dengan forcep bedah segera setelah lahir. Lebih
baik jika membiarkan bayi menangis dengan baik beberapa kali sebelum melakukan
klem tali pusat supaya bayi mendapatkan darah tambahan dari plasenta. Tambahan
darah tersebut dapat mencegah anemia defisiensi besi pada tahun pertama kehidupan.
87
DAFTAR TILIK
PENILAIAN :
No LANGKAH NILAI
0 1 2
Cuci tangan dengan air bersih dan sabun
Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun, bilas dan keringkan
betul-betul
Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena
udara dan tutupi dengan kassa steril
Lipatlah popok di bawah sisa tali pusat
Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih dan keringkan betul-betul
Cucu tangan kembali setelah membersihkan tali pusat
88
C. Inisiasi Menyusu Dini
Berikut ini Langkah – langkah Inisiasi menyusu dini :
harus diberikan perhatian khusus.Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan
dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas (Anonim,
1995).
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar.Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok (Anief, 2000).Berbeda dengan salep dermatologi, salep mata harus steril.Salep
mata harusmemenuhi uji sterilitas sebagaimana tertera pada kompendia resmi. Jadi,
salep mata dapatdiartikan sebagai sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit ataupun selaput lendir pada bagian
89
mata atau sekitarnya,dimana bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam
diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata
eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1%. Perawatan mata harus segera dikerjakan,
tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat.
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang
protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum
90
Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0
4. Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis dan
5. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1 dilakukan
pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan cara yang sama.
2. Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan diberikan suntikan
intramuskular (IM).
Muskulus Kuadriseps pada bagian antero lateral paha (lebih dipilih karena
resiko kecil terinjeksi secara IV atau mengenai tulang femur dan jejas pada
nervus skiatikus).
suntikan vitamin K1 di paha kiri dan suntikan imunisasi HB0 di paha kanan.
2. Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang telah
91
3. Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat.
4. . Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang jarumnya.
6. Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui kulit.
7. Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum tidak
menusuk dalam vena.
Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan tekanan kuat dalam waktu
3-6 detik.
8. Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan tekan dengan
Benda-benda berikut ini harus tersedia pada setiap kelahiran, Beri tanda
benda-benda tersebut dalam keadaan berfungsi baik, bersih,
disenfeksi tingkat tinggi atau steril (√ ) jika
tersedia
2 Klem kelly
Kateter nelaton
Gunting episiotomi
Bahan-bahan
Partograf
93
Thermometer
Stetoskop
Tensimeter
Deterjen
Celemek plastik
8 Ampul oksitosin 1 ml 10 U
94
20ml Lidokain 1 %
Selang infuse
Set jahit
Pinset
Pegangan jarum
1 Kain bersih
95
Benda-benda yang bisa disediakan oleh ibu / keluarga Beri tanda
Pembalut wanita
Handuk
Sabun
Kain penyeka
KB PASCA PERSALINAN
96
A. PENGERTIAN
KB Pascapersalinan yaitu pemanfaatan/ pnggunaan metode kontrasepsi sesudah
bersalin. Ada dua jenis pelayanan KB pasca salin yaitu:
1. Immediate postpartum - sesudah melahirkan sampai 48 jam.
2. Early Postpartum - sesudah 48 jam sampal minggu ke 6 sesudah melahirkan.
B. TUJUAN
Tujuan KB pasca persalinan :
C. MANFAAT
1. Bagi Ibu
a. Ibu menjadi sehat dan terhindar dan faktor resiko 4 T penyumbang
angka kematlan bayi
b. Ibu dapat mengatur kesehatan reproduksinya.
c. Ibu dapat mengatur ekonomina dengan lebih baik
d. Ibu dapat mencurahkan kasih sayang sepenuhnya bagi bayinya
2. Bagi Bayi/anak
a. Dengan menyusui, bayi mendapatkan Imunisasi pasif dan
perlindungan terhadap berbagai penyakit infeksi lainnya
b. Tumbuh kembang berjalan secara normal dan Bayi menjadi
sehat
c. Mengeratkan hubungan psikologis ibu-anak
a. Non Hormonal
- Metode amenhorea laktasi
- Kondom
- Alat kontrasepsi dalam rahim(AKDR)
- Abstinensia (kalender)
- Kontrasepsi mantap(tubektomi dan vasektomi)
97
b. Hormonal
- Progestin : pil, injeksi, implant
- Kombinasi : pil dan injeksi
Dari seluruh alat dan obat kontrasepsi yang dapat digunakan pasca persalinan,
yang paling berpotensi untuk missed opportunity berKB adalah AKDR
PASCAPLASENTA, yakni pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim(AKDR)
dalam 10 menit setelah plasenta lahir( sebelum penjahitan uterus pada operasi
Caesar.
PERSIAPAN ALAT :
1. IUD copper T 380A
2. IUD set
Bak instrumen : 1 buah
Handscoon : 2 pasang
Speculum cocor bebek : 1 buah
Tampon tang : 1 buah
Tenakulum : 1 buah
Sonde uterus : 1buah
Gunting : 1 buah
Kassa : secukupnya
3. Bethadine : secukupnya
4. Perlak : 1 buah
5. Lampu sorot : 1
6. Larutan chlorine 0,5%
7. Bengkok : 1 buah
98
DAFTAR TILIK
PENILAIAN :
No LANGKAH NILAI
0 1 2
KONSELING AWAL
1 Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda dan
tanyakan tujuan kedatangannya
2 Berikan informasi umum tentang keluarga berencana
3 Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan
keuntungan keterbatasan-keterbatasan dari masing-masing jenis
kontrasepsi (termasuk perbedaan kontap dan metode
reversible):
- Tunjukkan dimana dan bagaimana alkon tsb digunakan
- Jelaskan bagaimana cara kerja alkon tsb
- Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah
kesehatan lain yang mungkin akan dilalui
- Jelaskan efek samping yang umumnya sering dialami oleh
klien
4 Jelaskan apa yang bias diperoleh dari kunjungannya
PENAPISAN KLIEN
5 Lihat kembali catatan klien untuk memastikan bahwa ia calon
yang tepat sebagai pengguna AKDR
6 Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien
7 Pastikan ia memilih AKDR melalui proses konseling yang
benar (bila proses konseling kurang memadai, lakukan
konseling ulangan)
Konseling (suportif dan saling percaya) ulangan:
- Tunjukkan rasa hormat dan ciptakan rasa nyaman untuk
klien
99
- Minta klien untuk menyampaikan apa yang dibutuhkannya,
harapan atau kekhawatiran, dan apayang ingin diketahui
- Tanyakan apakah ia ingin didampingi oleh pasangan atau
keluarga
- Mendengar aktif
- Hargai dan beri dukungan terhadap pilihan klien
- Pastikan klien mengerti hal-hal penting yang telah
dijelaskan
INSERSI AKDR PASCA PLASENTA
LANGKAH /KEGIATAN
8 Beri penjelasan tentang menjarangkan kehamilan dan KB post
partum
-Kaji pengetahuan klien tentang menjarangkan kehamilan
(pregnancy spacing)
-Tanyakan riwayat penggunaan kontrasepsi
sebelumnya(MAL,pil, tubektomi, kondom, dan AKDR
pascaplasenta).lakukan klarifikasi apabila terjadi
misinformasi)
-Jelaskan perlindungan terhadap IMS, termasuk penggunaan
kondom.
-Bantu klien untuk memilih kontrasepsi yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya(tidak mengidap penyakit berat seperti
trofoblas ganas, keganasan serviks atau endometrium,
kelainan kavum uteri, TBC panggul,resiko tinggi infeksi
gonorrhea atau Chlamydia, HIV/AIDS atau tidak
melaksanakan terapi ARV secara benar)
KONSELING SPESIFIK
9 Lakukan konseling AKDR pasca plasenta
Gunakan ABPK dan tunjukkan AKDR selama konseling
Diskusikan informasi penting yang terkait dengan :
-Efektifitas (hampir 100% pencegahan kehamilan)
-Cara kerja (imobilisasi sperma sebelum fertilisasi)
-Prosedur pemasangan AKDR
-Pencegahan kehamilan hingga 12 tahun
-Dapat dihentikan setiap saat apabila diinginkan dan fertilitas
segera pulih setelah pencabutan
Beritahukan jadwal kunjungan ulang setelah pemsangan
10 Diskusikan keuntungan dan keterbatasan AKDR pascaplasenta
Keuntungan :
- Segera dipasang setelah persalinan
- Tidak perlu persiapan khusus
100
- Kesuburan segera pulih setelah pencabutan
- Tidak mempengaruhi ASI
- Kontrasepsi efektif dan jangka panjang (hingga 12 tahun)
Keterbatasan :
- Menoragi dank ram perut bawah pada beberapa siklus
- Tidak punya efek perlindungan terhadap IMS, termasuk
HIV/AIDS
- Walaupun minimal, ada resiko perforasi
- Risiko ekspulsi setelah pemasangan
Diskusikan hal-hal yang perlu diwaspadai
- Lokhea berbau
- Nyeri perut bawah, terutama bila disertai lesu, demam
atau menggigil dalam 20 hari pertama setelah insersi
- Kemungkinan hamil
- Kemungkinan ekspulsi
11 Perhatikan hal-hal yang kemungkinan menjadi penyulit setelah
pemasangan AKDR :
- KPSW lebih dari 18 jam
- Korioamnionitis
- Sepsis puerpuralis
- Perdarahan postpartum berkepanjangan
- Trauma jalan lahir yang diperparah oleh prosedur insersi
AKDR
12 Bila ada hal-hal yang membahayakan, jelaskan pada klien
bahwa ini bukan saat terbaik untuk insersi AKDR dan anjurkan
untuk evaluasi ulang pada 6 minggu postpartum(konseling
untuk menggunakan kontrasepsi efektif lainnya)
13 Pastikan klien telah mengosongkan kandung kemih
INSERSI AKDR PASCA PLASENTA
LANGKAH/KEGIATAN
14 Bantu klien untuk naik ke ranjang
15 Tentukan tinggi fundus uteri dan pastikan berkontraksi baik
16 Siapkan peralatan untuk insersi AKDR
17 Pastikan AKDR telah tersedia diruangan pelayanan AKD
Persiapan sebelum pemasangan
18 Beritahukan pada klien bahwa prosedur insersi akan
dilaksanakan
19 Cuci tangan, keringkan dan gunakan sarung tangan DTT/steril
20 Susun peralatan dan bahan diatas meja dan atur sesuai urutan
tindakan
21 Jepit(jangan dikunci) AKDR dengan Kelly placental forceps
atau kelm ovum dan letakkan diatas meja
101
Insersi AKDR
22 Inspeksi genetalia eksterna
23 Pasang speculum
24 Gunakan speculum untuk visualisasi serviks
25 Usap serviks dan vagina dengan kapas ytang dibasahi larutan
antiseptic (2 kali)
26 Jepit bibir anterior seviks dengan kelm ovum(kelm porsio)
27 Gunakan klem ovum tersebut untuk melakukan traksi serviks
anterior dengan sudut 450
28 Ambil klem ovum AKDR dan masukkan kedalam kavum uteri
(mengikuti alur bawah klem porsio) dan upayakan agar tidak
menyentuh dinding vagina
29 Minta asisten untuk memegang klem porsio kemudian
pindahkan tangan tersebut ke dinding depan uterus (telapak
tangan pada korpus dan jari-jari tangan pada fundus) dan tekan
uterus ke dorso kaudal (SBR mengarah kebawah sehingga
memfasilitasi ujung klem ovum AKDR masuk lebih dalam)
30 Secara perlahan-lahan arahkan ujung klem ovum AKDR ke
fundus uteri (mengarah ke umbilicus)
31 Pertahankan jepitan klem ovum pada AKDR dan pastikan tetap
pada posisinya
32 Pastikan ujung klem ovum AKDR mencapai fundus (control
dengan jari-jari tangan yang diletakkan pada fundus)
33 Buka klem sambil memutar gagangnya 45 0 agar AKDR
dilepaskan dan lengannya tertahan pada dinding kavum uteri
34 Geser ujung klem ovum(dengan posisi terbuka) kesamping
dimana arahnya berlawanan dengan sisi lengan AKDR yang
menempel pada dinding kavum uteri
- Apabila putaran 45 0 berlawanan dengan arah jarum jam
maka ujung klem ovum digeser kearah kanan operator
- Apabila putaran 45 0 sesuai dengan arah jarum jam maka
ujung klem ovum digeser kekiri penolong
35 Tekan SBR untuk stabilisasi AKDR yang terpasang dan secara
perlahan-lahan (jangan menutup ujung klem ovum)tarik klem
tersebut ke luar
36 Pertahankan tekanan pada SBR hingga ujung klem ovum dapat
dikeluarkan
INSERSI AKDR PASCAPLASENTA
LANGKAH/KEGIATAN
37 Pastikan tidak terjadi perdarahan baru dan apabila tampak
AKDR pada ostium uteri eksternum maka keluarkan AKDR
tersebut dan lakukan insersi ulang
102
38 Lepaskan klem ovum porsio dan speculum, masukkan semua
peralatan bekas pakai kedalam klorin 0,5%
Tindakan PascaInsersi
39 Anjurkan klien untuk tetap berbaring beberapa menit dan
lakukan inisiasi menyusu dini serta jelaskan keperluan
kunjungan ulang termasuk asuhan nifas
40 Amankan bahan-bahan bekas pakai dan masukkan ditempat
sampah yang tersedia
41 Rendam tangan (masih menggunakan sarung tangan) kedalam
larutan chlorine 0,5% bersihkan noda atau secret pada sarung
tangan kemudian lepaskan dan rendam dalam klorin 0,5%
42 Cuci tangan pasca insersi
43 Pendokumentasian
DAFTAR TILIK
PENILAIAN :
No LANGKAH NILAI
0 1 2
DEKONTAMINASI
1 Pasang sarung tangan rumah tangga
2 Rendam alat-alat kotor / bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
3 Buang semua bahan habis pakai yang terkontaminasi
Darah/cairan tubuh → tempat sampah berlapis,
bahan tak tembus air
Buang benda tajam → tempat khusus
Isi tabung dan jarum suntik (sekali pakai) dan rendam dengan
larutan klorin 0,5% → tempat sampah khusus
4 Dekontaminasi meja operasi dan semua permukaan sarana yang
terkontaminasi selama prosedur pelayanan, dengan larutan
klorin 0,5%
5 Angkat semua instrumen / sarung tangan dari larutan klorin
0,5% setelah terendam selama 10 menit dan rendam dalam air
hingga akan dilakukan pencucian
CUCI
1 Masukan instrumen dalam ember berisi air bersih dan detergen
2 Lepaskan instrumen-instrumen yang dapat dipisahkan
(bergerigi dan bersekrup)
3 Cuci semua permukaan instrumen dengan sikat gigi bekas
sehingga tampak bersih
4 Cuci dan sikat semua sudut-sudut, bagian bergerigi/beralur
5 Bilas semua permukaan dengan air bersih
6 keringkan instrumen dan sarung tangan dengan handuk atau
biarkan mengering
7 Lepaskan sarung tangan karet setelah dicuci dan biarkan
mengering
DESINFEKSI TINGKAT TINGGI
1 Masukan instrumen yang telah dicuci dalam keadaan terbuka
kedalam air hingga terendam
2 Masukan instrumen-instrumen yang mengambang dalam air
pada kantong jala yang diberi beban (misalnya batu, yang telah
dicuci bersih) agar tenggelam dalam air
104
3 Tutup panci perebus, kecilkan api agar air tetap mendidih tetapi
tidak terlalu bergolak
Catatan : jangan menambah air / instrumen setelah air mendidih
4 Keluarkan instrumen dengan menggunakan penjepir DTT
segera setelah air mendidih selam 20 menit
Catatan : jangan menunggu hingga air menjadi dingin
5 Gunakan segera sesudah kering dengan sendirinya, atau simpan
dalam wadah DTT bertutup
KIMIA ( Larutan Klorin 0,1% )
1 Siapkan larutan klorin 0,1% yang segar dalam wadah plastik /
stanless stel bertutup
2 masukan instrumen yang telah dicuci dalam keadaan terbuka
sehingga terendam seluruhnya
3 Tutup wadah untuk merendam dan rendam selama 20 menit
4 Keluarkan instrumen dari larutan tersebut menggunakan sarung
tangan DTT atau penjepit DTT
5 Bila instrumen dengan air DTT ( air yang telah direbus selama
20 menit ) untuk menghilangkan semua residu larutan kimia
6 Gunakan instrumen segera atau simpan dalam wadah DTT
tertutup
105