Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abortus inkomplit merupakan perdarahan pada kehamilan muda

dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui

kanalis servikalis. Bila terjadi perdarahan yang hebat akibat abortus inkomplit

dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual

agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan.

Kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti

(Saifuddin, 2012).

Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus yaitu

berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau

umur kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu

untuk hidup diluar kandungan. Angka aborsi atau pengguguran kandungan di

dunia masih tergolong tinggi. Setiap tahun tak kurang dari 56 juta tindakan

aborsi dilakukan di seluruh dunia. Sementara itu, kasus aborsi tercatat

menurun drastis dalam 25 tahun belakangan ke posisi terendah di negara-

negara kaya. Namun, tidak demikian di negara-negara berkembang yang lebih

miskin. Sebuah studi oleh WHO (World Health Organization) menemukan

bahwa penerapan hukum yang ketat berpengaruh pada penurunan tingkat

aborsi, tetapi penerapan hukum tersebut lebih seperti setiap tahun terjadi

sekitar 56 juta tindakan aborsi diseluruh dunia pada 2010-2014 (WHO,2016).

1
2

Setiap tahunnya 70.000 wanita meninggal karena abortus. Angka

kejadian abortus di Asia Tenggara adalah 4,2 juta pertahun termasuk

Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan di Indonesia adalah 10%-

15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600 ribu-900 ribu, sedangkan

abortus buatan sekitar 750 ribu 1,5 juta setiap tahunnya, 2500 orang

diantaranya berakhir dengan kematian (Anshor, 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Tengah tahun 2015 angka kematian ibu yang abortus dalam

keseluruhan mencapai 21 ibu. Pada tahun 2016 sekitar 34 ibu dan pada tahun

2017 belum tercatat.(Dinas Kesehatan Profinsi Sulawesi Tengah,2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Poso

bahwa AKI pada tahun 2012 sebanyak 77 orang, 2013 sebanyak 243 orang,

2014 sebanyak 116 orang, 2015 sebanyak 256 orang dan 2016 sebanyak 194

orang (Dinas Kesehatan Poso,2016).

Sementara data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Poso

tentang abortus inkomplit pada tahun 2014 sebanyak 19 orang, 2015

sebanyak 17 orang, 2016 sebanyak 59 orang, 2017(Januari-Mei) sebanyak 42

orang (Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Poso,2017).

Risiko abortus belum banyak dipahami oleh sebagian wanita yang

mengalaminya, hal ini dapat terjadi salah satunya karena budaya masyarakat

yang signifikan. Dampak abortus secara fisik yaitu perdarahan yang

berlebihan, infeksi radang panggul, rahim yang tidk berfungsi semestinya,

meningkatkan resiko mandul, kehamilan ektopik, dan beresiko kematian.


3

Sementara dampak psikologis berupa depresi dan kecemasan, gangguan tidur,

rasa kehilangan, perasaan bersalah, penyesalan dan kemarahan ( JR dalling,

2015).

Asuhan kebidanan yang diberikan secara baik dan benar mampu

mengurangi komplikasi yang berat pada ibu hamil dengan abortus inkomplit.

Komplikasi yang bia terjadi jika tidak dilakukan dengan penanganan tepat

adalah perdarahan, perforasi, infeksi, syok. Berdasarkan hasil studi kasus

tersebut penulis tertarik untuk mengambil studi kasus tersebut untuk

melakukan “Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Dengan Abortus Inkomplit

Di Rsud Poso”
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan

masalah yaitu sebagai berikut bagaimana “Asuhan kebidanan kehamilan

kasus Abortus inkomplit di Ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah

Poso”?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Untuk dapat melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan pasien

dengan Abortus inkomplit di ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah

Poso.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk dapat melaksanakan pengumpulan data subjektif yaitu

melakukan pengkajian pengumpulan data dari pasien dan keluarga pada

pasiean dengan Abortus inkomplit di Ruang Kebidanan Rumah Sakit

Umum Daerah Poso.

b. Untuk dapat melakukan interpretasi data objektif yang meliputi hasil

pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pemeriksaan diagnostik lainnya

pada pasiean dengan Abortus inkomplit di Ruang Kebidanan Rumah

Sakit Umum Daerah Poso.

c. Untuk Dapat Merumuskan Analisa data diagnosa masalah yang dapat

terjadi pada pasiean dengan Abortus inkomplit di Ruang Kebidanan

Rumah Sakit Umum Daerah Poso.


5

d. Untuk Dapat Melakukan penatalaksanaan dari asuhan kebidanan

dengan kasus abortus inkomplit dengan baik dan benar di Ruang

Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Poso.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Dapat memberikan dan menerapkan asuhan kebidanan pada ibu dengan

abortus inkomplit.

2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Poso

Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dalam memberikan asuhan

kebidanan ante natal care pada kasus Abortus inkomplit.

3. Bagi Mahasiswa STIKES Husada Mandiri

Dapat menambah wawasan dan iptek khususnya bagi mahasiswa

kebidanan tentang abortus inkomplit, serta dapat digunakan sebagai bahan

bacaan di perpustakaan dan bahan untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender

internasional (Prawirohardjo, 2012).

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu

terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma

dan ovum, tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau

37 minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho dan Utama, 2014).

2. Periode Kehamilan

Menurut Hutari Puji Astuti (2012), periode kehamilan dibagi menjadi 3

trimester yaitu :

a. Trimester I : Kehamilan < 12 minggu

b. Trimester II : Kehamilan 13 –24 minggu

c. Trimester III : Kehamilan 25 –40 minggu


7

3. Tanda dan Gejala Hamil

Menurut Sulistyawati (2013), tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi 4

yaitu :

a. Tanda Pasti Kehamilan

1) Terdengar denyut jantung bayi (DJJ)

2) Terasa gerakan janin

3) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan dan

gambaran embrio

4) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16

minggu)

b. Tanda Tidak Pasti Kehamilan

1) Rahim membesar

2) Tanda Hegar

3) Tanda Chadwick yaitu warna kebiruan pada serviks, vagina dan

vulva.

4) Tanda Piskacek yaitu pembesaran uterus ke salah satu arah

sehingga menonjol jelas kearah pembesaran tersebut.

5) Braxton Hicks Bila uterus dirangsang (di stimulasi dengan diraba )

akan mudah berkontraksi.

6) Basal Metabolism Rate (BMR) meningkat.

7) Ballottement positif Jika dilakukan pemeriksaan palpasi di perut

ibu dengan cara menggoyang-goyangkan di salah satu sisi, maka

akan terasa “pantulan” di sisi lain


8

8) Tes urine kehamilan (tes HCG) positif Tes urine dilaksanakan

minimal satu minggu setelah terjadi pembuahan. Tujuan dari

pemeriksaan ini adalah mengetahui kadar hormon gonadotropin

dalam urine. Kadar yang melebihi ambang normal,

mengidentifikasi bahwa wanita mengalami hamil.

c. Dugaan hamil

1) Amenorhoe tidak mengalami menstruasi sesuai siklus (terlambat

haid)

2) Nause (mual), Anoreksia (kehilangan selera terhadap makanan,

emesis (muntah-muntah)

3) Pusing

4) Miksing sering buang air kecil

5) Obstipasi

6) Hiperpigmentasi : strie, cloasma, linea nigra

7) Varices

8) Payudara menegang

9) Perubahan perasaan

10) BB bertambah

4. Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil (Saifuddin, 2012).

Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita,

khususnya pada alat genetalia eksterna dan interna pada payudara Dalam

hal ini hormon estrogen dan progesteron mempunyai peranan penting.


9

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

a) Ukuran

Ukuran uterus membesar selama kehamilan.hal ini terjadi

akibat hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabut-serabut

kolagen.yang adapun menjadi higroskopik akibat meningkatnya

kadar esterogen.sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan

janin.pada kehamilan cukup bulan ukurannya panjangnya 32

cm,lebar 24 cm dan ukuran muka belakang 22 cm dengan

kapasitas lebih dari 4000 cc.

b) Berat

Berat uterus normal lebih kurang 30 gram, pada akhir

kehamilan (40 minggu). Berat uterus ini menjadi 1000 gram.

c) Bentuk dan konsistensi

Pada bukan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus

seperti buah advokad agak gepeng pada kehamilan 4 bulan

uterus berbentuk bulat selanjutnya pada akhir kehamilan ke

bentuk semula lonjong seperti telur. Pada minggu- minggu

pertama isthmus uteri uteri mengadakan hipertropi seperti

korpus uteri. hipertropi isthmus pada triwulan pertama membuat

isthmus menjadi panjang dan lebih lunak. Hal ini dalam

obstetric dikenal sebagai tanda hegar.


10

d) Kontraktilitas

Kontraksi uterus berlangsung mulai awal kehamilan

hinggaterjadi persalinan.kontraksi tidak menimbulkan rasa sakit

dan biasanya terjadi setiap 5-10 menit yang di kenal sebagai

kontraksi braxton hiks. Kontraksi uterus juga tidak beraturan

baik kekuatan maupun munculnya dan mulai timbulnya sejak

minggu ke 6 kehamilan.

e) Serviks Uteri

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan

karena hormon estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih

banyak jaringan otot, maka serviks lebih banyak mengandung

jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot. Jaringan ikat pada

serviks ini banyak mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen

meningkat, dan dengan adanya hipervaaskularisasi maka

konstitensi serviks menjadi lunak. Kelenjar-kelenjar diserviks

akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih

banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh

mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak. Keadaan ini

sampai batas tertentu masih merupakan keadaan fisologik.

2) Ovarium

Ovulasi terhenti terdapat korpus luteum graviditas sampai

terbentuk uri yang mengambil alih pengeluaran esterogen dan

progesteron.
11

3) Vagina dan Vulva

Terjadi hipervaskularisasi sehingga vagina dan vulva terlihat

lebih merah dan kebiruan akibat pengaruh esterogen yang disebut

tanda Chadwick.

4) Payudara

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon

somatommatropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi belum

mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem

saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada

mammae. Somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-

sel asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel, sehingga

terjadi pembuatan kasein, laktalbumin dan laktoglobulin. Dengan

demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi. Disamping itu,

dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk

lemak disekitar kelompok-kelompok alveolus, sehingga mammae

menjadi besar. Papilla mammae akan membesar, lebih tegak, dan

tampak lebih hitam.

Sampai bulan ketujuh payudara memproduksi sedikit

kolostrum, yaitu cairan kekuningan yang diminum bayi saat awal

kehidupannya. Selama kehamilan, payudara bertambah besar,

tegang dan berat. Dapat teraba noduli-noduli, akibat hipertropi

kelenjar alveoli bayangan vena-vena lebih membiru.


12

Hyperpigemntasi pada puting susu dan areola payudara. Kalau

diperas keluar, air susu (kolastrum) berwarna kekuningan.

b. Sirkulasi Darah

Volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25%, dengan

puncaknya pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah jantung yang

meningkat sebanyak ± 30%. Akibat hemodilusi yang mulai jelas

kelihatan pada kehamilan 4 bulan, ibu yang menderita penyakit jantung

dapat jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis.

Karena kebutuhan suplay darah meningkat pada ibu hamil,

jantung bekerja keras selama hamil. Akibat penimbunan cairan volume

darah meningkat akibat pertumbuhan janin, ini bisa membuat kaki

menjadi bengkak, bahkan bisa menimbulkan varises.

Cordiac output maternal meningkat sekitar 30-50% selama

kehamilan. Cardiac output tergantung pada posisi ibu dan menurun

pada saat ibu berbaring telentang. Pada saat posisi telentang, uterus

yang membesar menekan vena cava inferior, mengurangi aliran balik

vena ke jantung sehingga menurunkan cardiac output. Pada akhir

kehamilan mungkin terjadi hambatan yang besar pada vena cava

inferior pada saat ibu berbaring telentang. Pengaruh ini sangat besar

pada kehamilan aterm. Antara 1-10% ibu hamil mengalami sindrom

hipotensi pada saat berbaring telentang dan mengalami penurunan

tekanan darah serta gejala-gejala seperti pusing, mual dan rasa ingin

pingsan.
13

c. Traktus Urinarius

Ibu hamil cenderung bolak-balik kamar kecil untuk buang air

seni,tidak hanya terjadi pada siang, malam pun juga terjadi. Ini terjadi

pada awal trimester I dan akhir Trimester III kehamilan. Penyebabnya

adalah pembesaran rahim dan janin yang menekan kandung kemih.

Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kebawah pintu atas

panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung

kencing mulai tertekan kembali.

d. Kulit

Perubahan hormon selama kehamilan bisa membuat perubahan

pada kulit dan rambut. Saat hamil rambut menjadi lebih berminyak atau

sebaliknya lebih kering. Sedangkan perubahaan kulit umumnya jika

kulit ibu berminyak berubah menjadi kering, demikian sebaliknya. Ini

terjadi karena adanya perubahan hormon pada ibu hamil. Oleh karena

itu ibu hamil harus merawat dan menjaga kesehatan dan kecantikan

tubuhnya.

e. Sistem Respirasi

Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang

mengeluh tentang rasa sesak nafas dan pendek nafas. Hal ini ditemukan

pada kehamilan 32 minggu keatas oleh karena usus-usus tertekan oleh

uterus yang membesar ke arah diagframa, sehingga diagframa kurang

leluasa bergerak. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat


14

kira-kira 20%, seorang wanita selalu bernafas lebih dalam, dan bagian

bawah toraksnya juga melebar ke bagian sisi bawah dari diafragma.

Ketika perut mulai membesar, ibu agak sesak bernafas adalah hal

yang biasa terjadi. Untuk mencegahnya jangan lupa berdiri dan duduk

dengan sikap tenang. Jika ingin berbaring telentang, letakkan kepala

dan bahu diatas sebuah bantal. Ini adalah efek dari rahim yang

membesar, paru-paru tertekan dan membuat ibu hamil sesak nafas dan

cepat lelah.

f. Sistem Endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar

kurang lebih 135 %. Akan tetapi kelenjar ini tidak begitu mempunyai

arti penting dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami

hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon

prolaktin akan meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm.

Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan

menurun. Hal ini juga ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui. Kelenjar

tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15 ml pada saat persalinan

akibat dri hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi.

Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat dengan

magnesium, fosfat, hormon paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin.

Adanya gangguan pada salah satu faktor itu akan menyeabkan

perubahan pada yang lainnya. Konsentrasi plasma hormon paratiroid

akan menurun pada trimester pertama dan kemudian akan meningkat


15

secara progresif. Aksi yang penting dari hormon paratiroid ini adalah

untuk memasok janin dengan kalsium yang adekuat. Selain itu, juga

diketahui mempunyai peran dalam produksi peptida pada janin,

plasenta dan ibu. Pada saat hamil dan menyusui dianjurkan untuk

mendapat asupan vitamin D 10 µg atau 400 IU. Kelenjar adrenal pada

kehamilan normal akan mengecil, sedangkan hormon androstenedion,

testosteron, dioksikortikosteron, aldosteron, dan kortisol akan

meningkat. Sementara itu, dehidroepiandrosteron sulfat akan menurun.

g. Sistem Pencernaan

Karena pengaruh hormon esterogen,pengeluaran asam lambung

meningkat yang dapat menyebabkan pengeluaran air liur berlebihan,

daerah lambung terasa panas, terjadi mual dan pusing terutama pada

pagi hari yang disebut morning sicknes, muntah disebut emesis

gravidarum

h. Sistem Metabolik

1) BMR meningkat 15-20 %

2) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 meq

menjadi 145 meq perliter disebabkan hemodilusi darah dan

kebutuhan mineral yang diperlukan janin.

3) Kebutuhan protein meningkat untuk perkembangan fetus,alat

kandungan,payudara dan persiapan laktasi.


16

4) Kadar kolesterol meningkat hingga 350 mg (lebih dari 100 cc)

hormon osmamotropin berperan dalam pembentukan lemak

payudara.

5) Kebutuhan kalori meningkat terutama dari pembakaran zat arang

namun bila dibutuhkan lemak ibu dipergunakan untuk menambah

kalori.

6) Wanita hamil membutuhkan banyak gizi dan protein zat hamil harus

diberikan fe dan roboransia yang berisi vitamin dan mineral.

i. Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada

kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus keposisi

anterior, lordosis menggeser pusat daya berat kebelakang kearah dua

tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrococsigis dan pubis akan meningkat

mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal .mobilitas

tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya

menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung

terutama pada akhir kehamilan.


17

5. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin

Sejak konsepsi perkembangan konseptus terjadi sangat cepat yaitu zigot

mengalami pembelahan menjadi morula( terdiri atas 16 sel blastomer) kemudian

menjadi blastokis ( terdapat cairan di tengah) yang mencapai uterus, dan

kemudian sel-sel mengelompok, berkembang menjadi embrio (sampai minggu ke-

7). Setelah minggu ke-10 hasil konsepsi dibuat janin. Pada minggu ke 4 dengan

USG akan tampak sebagai kantong gestasi berdiameter 1 cm, tetapi embrio belum

tampak.

Gambar 2.1
Pertumbuhan dan Perkembangan Janin 0 -4 Minggu
18

Pada minggu ke-8 Mirip bentuk manusia , mulai pembentukan genetalia

eksterna, Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai Membentuk.

Gambar 2.2
Pertumbuhan dan Perkembangan Janin 8 Minggu

Pada minggu ini, Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk muka

janin; kelopak mata terbentuk namun tidak akan membuka sampai 28 minggu.

Gambar 2.
3
Pertumbuhan dan Perkembangan janin 9 minggu
19

Pada minggu ke-16 Janin berukuran 15 cm. Ini merupakan awal dari

trimester ke-2. Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo (rambut

janin). Janin bergerakaktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban. Telah

terbentuk mekonium ( faeses) dalam usus. Jantung berdenyut 120-150%.

Gambar 2.4
Petumbuhan dan Perkembangan janin 13-16 minggu

Pada minggu ini, komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh

tubuh diliputi oleh verniks kaseosa ( lemak ). Janin mempunyai refleks.


20

Gambar 2.5
Pertumbuhan dan Perkembangan janin 17-24 minggu
Pada minggu ini, saat disebut permulaan trimester ke-3 , dimana terdapat

perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan dan fungsi

tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit

bila lahir

Gambar 2.6
Pertumbuhan dan Perkembangan janin 25-28 minggu
21

Pada minggu ini, Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup ( 50-

70 ). Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan napas telah reguler, suhu relatif

stabil

Gambar 2.7
Pertumbuhan dan Perkembangan janin 29-32 minggu
22

Pada minggu ini, Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin ( lanugo )

mulai berkurang, pada saat 35 minggu paruh telah matur. Janin akan dapat hidup

tanpa kesulitan

Gambar 2.8
Pertumbuhan dan Perkembangan janin 33-36 minggu

Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan meliputi seluruh

uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas normal.
23

Gambar 2.9
Pertumbuhan dan Perkembangan janin 36 minggu

6. Komplikasi Pada Kehamilan

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2014), komplikasi dalam kehamilan antara

lain :

a. Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat

tertentu) sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah

kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.

b. Anemia Kehamilan

Anemia kehamilan adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar

hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal.

Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel

darah merah (Hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa

karena kekurangan zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat

besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah

anemia kekurangan zat besi.

c. Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis Gravidarumadalah mual dan muntah yang berlebihan pada

ibu hamil, seorang ibu menderita hiperemesis gravidarum jika seorang

ibu memuntahkan segala yang dimakan dan diminumnya hingga berat

badan ibu sangat turun, turgorkulit kurang, dan timbul aseton dalam air

kencing.
24

d. Kehamilan Ektopik Terganggu

Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan yang terjadi bila sel

telur dibuahi berimplamentasi dan tumbuh di luar endometrium kavum

uteri.

7. Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil

a. Trimester I

1) Pada trimester I atau bulan-bulan pertama ibu akan merasa tidak

berdaya dan merasa minder karena ibu merasakan perubahan pada

dirinya.

2) Segera setalah konsepsi kadar hormon estrogen dan progesteron

meningkat, menyebabkan mual dan muntah pada pagi hari, lemah,

lelah dan pembesaran payudara. Mencari tanda-tanda untuk

meyakinkan bahwa dirinya hamil.

3) Hasrat untuk melakukan hubungan seks pada trimester pertama

berbeda2, kebanyakan wanita hamil mengalami penurunan pada

periode ini.

4) Merasa tidak sehat dan benci kehamilannya.

5) Selalu memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya.

6) Khawatir kehilangan bentuk tubuh.

7) Membutuhkan penerimaan kehamilannya oleh keluarga dan

ketidakstabilan emosi dan suasana hati.

b. Trimester II
25

1) Pada trimester II ibu merasakan adanya perubahan pada bentuk

tubuh yang semakin membesar sehingga ibu merasa tidak menarik

lagi dan merasa suami tidak memperhatikan lagi.

2) Ibu merasakan lebih tenang dibandingkan dengan timester I karena

nafsu makan sudah mulai timbul dan tidak mengalami mual muntah

sehingga ibu lebih bersemangat.

3) Tmrimester II biasanya ibu lebih bisa menyesuaikan diri dengan

kehamilan selama trisemester ini dan ibu mulai merasakan gerakan

janinnya pertama kali.

4) Ibu sudah mulai merasa sehat dan mulai bisa menerima

kehamilannya.

5) Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban.

6) Libido dan gairah seks kemungkinan meningkat.

c. Trimester III

1) Trimester III seringkali disebut periode menunggu dan waspada

sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran

bayinya.

2) Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir

sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan

kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya

persalinan.

3) Rasa tidak nyaman timbul karena ibu merasa dirinya aneh dan jelek.

Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dengan
26

bayinya dan kehilangan perhatian yang khusus diterima selama

hamil. Pada trimester inilah ibu membutuhkan kesenangan dari

suami dan keluarga.

4) Pada TM III ibu merasa tidak nyaman dan depresi karena janin

membesar dan perut ibu juga, melahirkan, sebagian besar wanita

mengalami klimaks kegembiraan emosi karena kelahiran bayi.

5) Ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu dan dalam kondisi

yang tidak normal dan semakin ingin menyudahi kehamilannya tidak

sabaran dan resah.

6) Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya, aktif mempersiapkan

kelahiran bayinya.

B. Tinjauan Tentang Abortus

1. Pengertian Abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram

(Norma dan Dwi,2 013).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum

janin dapat hidup di luar kandungan. Usia kehamilan kurang dari 20

minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Maryunani dan Puspita

2013).
27

2. Etiologi

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2014), beberapa faktor yang

menyebabkan abortus antara lain:

a. Faktor Janin

Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini

terjadi pada 50% - 60% kasus keguguran, fakta kelainan yang paling

sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot,

embrio, janin atau plasenta.

b. Faktor Ibu

2) Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid

3) Faktor kekebalan (imunologi) misalnya pada penyakit lupus

4) Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak

jerman, toksoplasma, herpes, kiamida

5) Kelemahan otot leher rahim

6) Kelainan bentuk rahim

c. Faktor Bapak

Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan

abortus.

d. Faktor Genetik

Sekitar 5% abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering

ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang

paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas

kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi
28

pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas

genetik.

3. Patofisiologis

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis dan

perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan

tempat perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan

mungkin menjadi benda asing di dalam uterus sehingga merangsang

kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin (Sujiyatini, 2013).

4. Klasifikasi Abortus

Menurut Maryunani dan Puspita (2013), klasifikasi abortus antara lain :

a. Abortus Imminens

Abortus imminens adalah keadaan dimana perdarahan berasal dari

intrauterine yang timbul sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu,

dengan atau tanpa kolik uterus, tanpa pengeluaran hasil konsepsi.

b. Abortus Insipiens

Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai

dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan

tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses

pengeluaran.

c. Abortus Inkompli

d. Abortus inkomplit adalah abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah

keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Abortus ini

ditandai dengan perdarahan sedang hingga banyak.


29

e. Abortus Komplit

Abortus komplit adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum

uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang

dari 500 gram.

f. Missed Abortus

Missed abortus adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus

telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan

hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan hingga 8

minggu lebih

g. Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah suatu keadaan dimana penderita mengalami

keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.

h. Abortus Infeksiosus

Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada alat

genitalia.

i. Abortus Septik

Abortus septik adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada

peredaran darah tubuh atau peritoneum (septicemia atau peritonitis).

5. Faktor Predisposisi

Penyebab aborus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya

abortus didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang dapat

meningkatkan terjadinya abortus antara lain:


30

a. Faktor genetik

1) Kelainankromosom

Kelainan kromosom yang sering ditemukan pada abortus spontan

adalah trisomi, monosomi, triploid/tetraploid

2) Abortus dua kali karena kelainan kromosom terjadi 80%

3) Sindrom Ehlers–Danlos

Yaitu suatu keadaan membran endometrium sangat rapuh sehingga

mudah ruptur atau pecah (rupture membrane abortus spontan)

b. Faktor hormonal

1) Defisiensi luetal

2) Abortus berulang karena faktor hormonal sekitar 35 – 50%

3) Ibu hamil menderita penyakit hormonal. Seperi diabetes mellitus dan

gangguan kelenjar tyroid

c. Kelainan anatomi uterus

1) Sub mukosa mioma uteri

2) Kelainan kongenital uterus seperti, septum, uterus arkuatus yang

berat, terdapat polip uteri

3) Serviks inkompeten

d. Faktor infeksi genitalia interna

1) Toxoplasmosis

2) Sitomegalovirus

3) Rubela

4) Herpes simpleks
31

5) Infeksi endometrium (klamidia, toksoplasmosis, mycoplasma

hominis

e. Intoksikasi agen eksternal

1) Intoksikasi bahan anestesi

2) Kecanduan (alkohol. Perokok, agen lainnya)

f. Postur ibu hamil

1) Kurus, BB kurang dari 40 kg

2) Gemuk, BB diatas 80 kg

g. Faktor paternal

1) Hiperspermatozoa, jumlah sperma lebih dari 250 juta

2) Oligospermatozoa, jumlah sperma kurang dari 20 juta

3) Prinsipnya kekurangan DNA

h. Faktor imunologis

1) Faktor alloimmune

a) Penolakan maternal terhadap hasil konsepsi yang mengadakan

implantasi

b) Jika tipe homolog HLA atau antipaternal antibody tinggi, akan

berlangsung abortus

c) Kehamilan dipertahankan oleh komponen :

1) Lokal autoimmune reaksi sehingga menetralkan antipaternal

antibody yang dijumpai pada sebagian ibu hamil

2) Faktor hormonal dari plasenta yaitu human chorionic

gonadotropin dan progesterone


32

3) Faktor antibody autoimun, terutama :

a) Antibody antiphosfolipid :

(1) Menimbulkan thrombosis, infrak plasenta, perdarahan

(2) Gangguan sirkulasi dan nutrisi menuju janin dan diikuti

abortus

(3) Antibody anticardiolipin, dalam lupus anticoagulant (LAC)

(4) Menghalangi terbentuknya jantung janin sehingga akan

menyebabkan abortus. (Prawirohardjo, 2016)

6. Komplikasi

a. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena

perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada

waktunya (Sujiyatini, 2013).

b. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hipertrofleks. jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan

laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan

luka perforasi/perlu histerektomi. (Rukiyah dan Yulianti, 2014).


33

c. Infeksi

Infeksi dalam uterus dan adexadapat terjadi dalam setiap abortus tetapi

biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan

suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortion) (Sujiyatini, 2013).

d. Syok

Pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

karena infeksi berat (syok endoseptik) (Rukiyah dan Yulianti, 2014).

7. Tanda dan Gejala

a. Gejala Klinik pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10

minggu

b. Janin dan plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah umur

kehamilan tersebut sudah lewat, maka plasenta dan janinkeluar secara

terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus,

cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda

utama abortus inkomplit ( Prawirohardjo,2010)

8. Diagnosa Abortus

Abortus dapat di duga bila seorang wanita dalam masa reproduksinya

mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid

terlambat, sering pula terdapat rasa mules-mules. Kecurigaan tersebut

diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan

bimanual dan tes kehamilan secara biologis atau imunologi bilamana hal

itu dikerjakan. Harus diperhatian macam dan banyaknya perdarahan,


34

pembukaan servik, dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina

(Sujiyanti,dkk,2009)

C. Tinjauan Tentang Abortus Inkomplit

1. Pengertian

Abortus inkomplit adalah sebagian jaringan hasil konsepsi masih

tertinggal di dalam uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis

servikalis, masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri. Batasan

ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu

atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2012).

Abortus inkomplit dalah pengeluara hasil konsepsi yang tidak

lengkap atau ekspulsi parsial dari hasil konsepsi. Fetus biasanya sudah

keluar namun terjadi retensi plasenta, sebagian atau seluruhnya didalam

uterus (Nugroho, 2014).

2. Tanda dan Gejala

Menurut Pudjiastuti (2012), tanda dan gejala abortus inkomplit

antara lain:

a. Perdarahan sedang hingga banyak, kadang-kadang keluar gumpalan

darah

b. Uterus sesuai masa kehamilan

c. Kram atau nyeri perut dan terasa mules-mules

Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan

berlangsung terus servik tetap terbuka karena masih ada benda di dalam

rahim yang dianggap corpus allienum maka uterus akan berusaha


35

mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini

dibiarkan lama, servik akan menutup kembali.

3. Diagnosis Abortus Inkomplit

Diagnosis Abortus Inkomplit menurut Manuaba (2011) dapat ditegakkan

antara lain :

a. Tanda-tanda hamil muda atau amenore

b. Kram perut bagian bawah

c. Perdarahan sedang hingga banyak dari jalan lahir

d. Teraba sisa jaringan hasil konsepsi

e. Ostium uteri terbuka

f. Tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan

4. Penanganan Abortus Inkomplit

Menurut Saifuddin (2012) penanganan abortus Inkomplit adalah

sebagai berikut:

a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16

minggu evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam

ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Jika perdarahan berhenti,

beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oral.

b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan

kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan :

1) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan metode evaluasi yang

terpilih. Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika

AVM tidak tersedia.


36

2) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg

IM atau Misoprostol 400 mg per oral(dapat diulang sesudah 4 jam

jika perlu).

c. Jika kehamilan lebih dari 6 minggu :

1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam

fisiologis atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40

tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.

2) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg per vaginam setiap 4 jam

sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mg).

3) Evakuasi hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

5. Perawatan Pasca Tindakan Abortus Inkomplit

Menurut Azhari, 2012 mengatakan bahwa semua wanita yang

mengalami abortus, baik spontan maupun buatan, memerlukan asuhan

pascakeguguran. Asuhan pasca keguguran terdiri dari:

a. Tindakan pengobatan

Abortus inkomplit dengan segala kemungkinan komplikasinya, meliputi

1) Membuat diagnosis abortus inkomplit

2) Melakukan konseling tentang keadaan abortus dan rencana

pengobatan.

3) Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.

4) Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah

tindakan.
37

5) Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.

b. Konseling dan pelayanan kontrasepsi pasca keguguran

Kesuburan segera kembali setelah 12 hari pasca abortus. Menurut

Azhari, 2012 mengatakan bahwa wanita yang mengalami abortus

diharapkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan kemudian. Untuk itu

pelayanan kontrasepsi hendaknya merupakan bagian dari pelayanan

Asuhan Pascakeguguran. Secara praktek hampir semua jenis

kontrasepsi dapat dipakai pasca abortus.

c . Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu

Kejadian abortus hendaknya dijadikan kesempatan untuk memperhatikan

segi lain dari Kesehatan Reproduksi. Misalnya masalah Penyakit Menular

Seksual (PMS) dan skrining kanker ginekologi termasuk kanker paudara.

6. Komplikasi

a . Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian yang

disebabkan oleh perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak

diberikan pada waktunya.

b. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hipertrofleks. Jika terjadi peristiwa penderita perlu diamati

dengan teliti. Jika ada tanda bahaya perlu dilakukan segera dilakukan

laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi.


38

c. Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi tiap abortus, tetapi

biasanya ditemukan abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu

abortus yang aman.

d. Syok

Pada abortus biasanya terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

karena infeksi berat (syok endoseptik)

D. Tinjauan Tentang Manajemen Kebidanan

Menurut Varney manajemen kebidanan adalah proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan

dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus

pada klien. Melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun

secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar

sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif

dan efisien.

Standar 7 langkah Varney dalam ( Unimus, 2015 ), yaitu :

1. Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan

klien secara lengkap, yaitu:

a. Riwayat kesehatan

b. Pemeriksaan fisik pada kesehatan


39

c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan

mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami

komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen

kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.

2. Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang

benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa

yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang

diidentifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa.

Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap

proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi.

Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar

diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang

membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan

untuk mengurangi rasa sakit.

3. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

ini berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini membutuhkan


40

antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Sambil mengamati pasien,

bidan diharapkan siap bila diagnosis atau masalah potensial benar-benar

terjadi.

4. Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses

manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan

primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita

tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita

tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan

dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat

dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa

ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah

lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang

dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan

segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter,

misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan

kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

5. Perencanaan asuhan komprehensif

Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap

dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi


41

apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah

yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap

wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya

apakah diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila

ada masalah-masalah yg berkaitan dengan sosial ekonomi, kultur atau

masalah psikologis. Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan

menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan

pengetahuan dan teori yg up to date serta sesuai dengan asumsi tentang

apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien.

6. Implementasi

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh

bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.

Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab

untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan

menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

7. Evaluasi

Adalah mengevaluasi keefektipan dan asuhan yang diberikan ulang

lagi proses manajemen dengan benar terhadap semua asfek asuhan yang

diberikan namun belum efektif dan merencanakan kembali yang belum

terencana.
42

Menurut Halen Varney, alur berfikir bidan pada saat menghadapi

klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah

dilakukan seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka

dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu :

a. S: Subjektif Data, menggambarkan pendokumentasian hasil

pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnesa sebagai

langkah I Varney.

b. O: Objektif Data yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang

dirumuskan dalam fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I

varney.

c. A: Analisa data yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa

dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi,

diagnosa atau masalah, antisipasi diagnosa atau masalah potensial,

perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan atau

kolaborasi dan rujukan sebagai langkah 2, 3, 4 Varney.

d. P: planning atau penatalaksanaan yaitu menggambarkan

pendokumentasian dari perencanaan, tindakan Implementasi (I) dan

Evaluasi (E) berdasarkan Analisa sebagai langkah 5, 6 dan 7 Varney

(Salmah, 2014).
43

Alur Pikir Bidan Pencatatan dari asuhan kebidanan

Proses Manajemen Kebidanan Dokumentasi Kebidanan

5 langkah SOAP NOTES


7 langkah (varney) Subjektif
Kompetensi Bidan
Data Data Objektif
Masalah/diagnosis Asessment/diagnosa
Antisipasi masalah Planning

potensi/diagnosa 1. Konsul

lain Assesment/
Menetapkan
Diagnosa 2. Tes diagnostik lab
Kebutuhsn segera

untuk konsultasi,
3. Rujukan
kolaborasi
Perencanaan Perencanaan
Implementasi Implementasi
Evaluasi Evaluasi 4. Pendidikan/konseling

5. Follow up
44

Gambar 2.10 Langkah Varney dalam Soap

Sumber: Varney dikutip oleh Betty, 2012

E. Teori Hukum Kewenangan Bidan

1. Wewenang Bidan Wewenang Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan

Penyelenggaran Praktik Bidan yang berkaitan, kewenangan bidan pada

Persalinan :

a. Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk

memberikan pelayanan yang meliputi :

1) Kewenangan normal

2) Pelayanan kesehatan

3) Pelayanan kesehatan anak

4) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

5) Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah


45

6) Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak

memiliki dokter

b. Pasal 10 ayat 1, poin:

1) Pelayanan persalinan normal

c. Pasal 10 ayat 2, poin

1) Episiotomi

2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

3) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.

4) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu

eksklusif.

5) Pemberian uterotonika pada menejemen aktif kala tiga dan

postpartum.

6) Penyuluhan dan konseling

7) Pemberian surat keterangan cuti bersalin.

2. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kemenkes) Republik

Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/2007.

a. Standar kompetensi yang berhubungan dengan Nifas dan Menyusui:

Bidan memberikan asuhan kepada ibu nifas dan menyusui yang

bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Pengetahuan

dasar

1) Fisiologi nifas

2) Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus


46

3) Proses laktasi/menyusui dan tehnik menyusui yang benar serta

penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan

payudara, abses, mastitis, puting susu lecet, puting susu masuk

4) Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan

fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih

5) Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir

6) Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin/abortus

7) “Bounding and Attacchment” orang tua dan bayi baru lahir untuk

menciptakan hubungan yang positif

8) Indikator sub involusi misalnya perdarahan yang terus menerus,

infeksi

9) Indikator masalah-masalah laktasi

10) Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan

pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan (syok) dan pre-

eklamsia post partum

11) Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum

seperti anemia kronis, hematoma vulva, retensi urine dan

incontinentia ani.

12) Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan konseling sesudah

abortus

13) Tanda dan gejala komplikasi abortus

F. Konsep Asuhan Kebidanan Abortus Inkomplit


47

S: (Subjektif)

Ibu mengatakan keluar darah di sertai jaringan dari vagina bergumpal,

berwarnah merah kehitaman dan mengeluh nyeri perut bagian bawah.

O: (Objektif)

1. Keadaan umum lemah

2. Ekspresi wajah tampak meringis

3. Kunjungtiva pucat

4. TFU masih teraba dan nyeri tekan.

5. Perdarahan kurang lebih 100cc dan berbau keton.

6. sNyeri tekan pada daerah simpisis.

7. Daerah genetalia dan anus tampak kotor dengan sisa-sisa darah.

A: (Assesment)

Abortus inkomplit dengan masalah pendarahan nyeri perut bagian bawah

dan kecemasan.

P: (Planning)

1. Observasi perdarahan sebelum kuret. Jumlah perdarahan kurang lebih

100 CC.

2. Kolaborasi dengan dokter tentang rencana kuret

3. Anjurkan ibu untuk melakukan tehnik relaksasi apabila timbul nyeri


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Menggunakan metode studi kasus yakni mengkaji pasien dengan

abortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah Poso tahun 2017.

B. Jenis Dan Sumber Data

1. Data Primer

Yaitu data pokok atau utama yang diperoleh langsung baik dari klien

itu sendiri atau anggota keluarga yang bersangkutan dengan cara :

a. Anamnese

Pemeriksaan yang dilakukan dengan tanya jawab langsung baik dari

pasien atau angota keluarga tentang kondisi klien dan mengkaji

keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien serta tentang riwayat

penyakit.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang dilakukan secara langsung dengan pasien baik

menggunakan alat atau tidak. Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan

inspeksi, auskultrasi dan perkusi, pemeriksaan fisik ini dilakukan secara

lengkap seperti tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik dari kepala

sampai kaki.
49

c. Observasi

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengamati keadaan umum klien

dari sejak klien datang sampai pulang. Pemeriksaan ini juga untuk

mengamati tentang gejala dan tanda-tanda adanya serta kemajuan

kondisi.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang menunjang untuk mengidentifikasi masalah dan

untuk melakukan tindakan antara lain:

a. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan berupa dokumentasi

ataupun laporan tentang Abortus Inkomplit

b. Data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Poso.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Oktober 2017

D. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah ibu yang mengalami abortus inkomplit di

Rumah Sakit Umum Daerah Poso tahun 2017.

E. Definisi Operasional

1. Abortus Inkomplit

Abortus Inkomplit adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi pada

kehamilan dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus


50

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara

mewawancarai pasien maupun keluarga pasien

2. Dengan cara mengambil hasil laporan dokumentasi rekam medik di

Rumah sakit dan juga Dinas Kesehatan.

G. Teknik Penyajian Data

Teknik penyajian data yang digunakan yaitu pendokumentasian berupa

asuhan kebidanan
51

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kab. Poso, 2017. angka kematian ibu di kabupaten poso

Dinas Kesehatan Profinsi Sulawesi Tengah, 2015. Profil Kesehatan Sukawesi

Tengah.

JR dalling, 2015. http://www.seputar-anatomimanusia.tk/2015/01/resiko-fisik-

psikologis-aborsi.html diakses tanggal 25 Juni 2017

Kemenkes, 2015. http/www.depkes.go.id/article/print/793/untukmenurunkan-

angka-kematian-ibu-dan-kematian-bayi-perlu-kinerjakeras.html.diakse

tanggal 2 mei 2017].

Manuaba, 2011. Buku Ajar Patologi Obstetri – Untuk Mahasiswa Kebidanan.

Jakarta: EGC.

Maryunani dan Puspita, 2013. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (Postpartum).

Jakarta: EGC

Norma dan Dwi, 2013. Pelayanan Kesehatan Dasar. [online] Available

http://www.fkm.undip.ac.id., diakses tanggal 28 mei 2017

Nugroho dan Utama, 2014. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2.

Jakarta: EGC

Prawirohardjo, 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Poso, 2017. Data kejadian abortus di

RSUD Poso.
52

Rukiyah dan Yulianti, 2014. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Trans Info

media.

Sulistyawati, 2013. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba

Medika.

Saifuddin, 2012. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

WHO, 2014. http://ebookinga.com/pdf/menurut-who-aki-tahun-2014 [diakses

tangga 2 mei 2017].

Anda mungkin juga menyukai